Anda di halaman 1dari 4

2.

EFESIENSI
Jika efektifitas perbandingan antara rencana dengan tujuan yang akan dicapai maka,
maka efisiensi lebih di tekankan pada perbandingan input/sumberdaya dengan out put. Suatu
kegiatan dikatakan efisien bila tujuan dapat di capai secara maksimal dengan penggunaan atau
pemakaian sumber daya yang minimal.[10] Sedangkan simon mengartikan sebagai perbandingan
antara input dan out put, tenaga dan hasil, perbelanjaan dan masukan, biaya dan kesenangan
yang di hasilkan. Engkoswara melihat efisiensi sekolah, sebagai kegairahan atau motivasi belajar
yang tinggi, semangat kerja besar, kepercayaan berbagai pihak dan pembiayaan, waktu, dan
tenaga yang sekecil mungkin tetapi hasil yang besar.
Efisiensi dapat di klasifikasikan menjadi efisiensi internal dan efisiensi eksternal.
Efisiensi internal menunjuk pada hubungan antara out put pendidikan (prestasi belajar) dan input
(sumber daya) yang digunakan untuk memproses atau menghasilkan out put pendidikan.
Efisiensi internal sering di ukur biaya efektifitas. Jadi, Efisiensi internal system pendidikan di
nyatakan oleh rasio cost efectivenes- nya. Mengukur cost efectifnes adalah dengan
membandingkan out put yang segera dari sistem dengan keuntungan akhirnya (unlimate
benefits). Terdapat tiga (3) kategori teknik untuk memperbaiki efesiensi sistem pendidikan
seperti yang di kemukakan Coomb dan Halack Yaitu;[11]
1. Efesiensi dapat diperbaiki dengan merubah jumlah, kualitas dan proporsi input atau dengan
menggunakan input-input yang ada secara lebih intensif, tanpa mengubah secara mendasar
kondisi dan teknologi yang ada atau fungsi produksi;
2. Tahap berikutnya, efisiensi dapat ditingkatkan dengan memodifikasi rancangan dasar sistem
secara substansional, meliputi pengenalan komponen-komponen dan tehnologi baru yang
berbeda, seperti pengajaran tim, televisi pendidikan, dan laboratorium bahasa.
3. Pendekatan yang lebih radikal untuk memperbaiki efisiensi yang ada untuk merancang alternatif
baru ”sistem belajar mengajar” yang membedakan secara radikal dari yang konvensional.
EFISIENSI PENDIDIKAN

A. Konsep Efisiensi

Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang
lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk
memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang
kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya
bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati.

Efisensi menjadi salah satu fokus penelahaan ilmu ekonomi pendidikan. Dibidang
ekonomi, kata ekonomis juga sering dipersepsi sebagai efisiensi. Misalnya, fase istilah tidak
ekonomis merupakan frasa pengganti tidak ekonomis. Diluar kerangka uang atau material,
efisiensi juga dapat digantikan dengan dimensi waktu dan tenaga. Kata efisiensi juga bermakna
penghematan, yaitu penghematan tenaga, hemat waktu dan hemat gerakan.

Menurut Windham, dalam Ace Suryadi[2] bahwa efiesiensi adalah sebagai suatu keadaan
yang menunjukkan bahwa tingkat keluaran secara optimal dapat dihasilkan dengan
menggunakan komposisi masukan yang minimal atau memelihara suatu tingkat keluaran tertentu
dengan tingkat masukan yang tidak berubah atau yang lebih rendah.

Sedangkan menurut Nanang Fattah[3] efisiensi adalah menggambarkan hubungan antara input
dan output. Suatu sistem yang efisien ditunjukkan oleh keluaran yang lebih untuk sumber
masukan. Efisensi juga dapat diberi makna sebagai proses kegiatan yang mampu melahirkan
suasana : kondusif, menyenangkan, merangsang kreativitas, mendorong prestasi dan iklim yang
sehat.[4]

Kemampuan subyek atau kelompok subyek untuk menciptakan kondisi seperti mereka
dapat bekerja sesuai dengan tugas pokok, fungsi, prosedur, kriteria hasil. Efisiensi umumnya
merujuk pada pertanyaan bagaimana sumber-sumber yang ada harus dialokasikan untuk
menghasilkan barang dan jasa yang berbeda bentuk dan nilainya. Untuk mengubah satu atau
beberapa jenis barang menjadi bentuk lain diperlukan energi, waktu, upah, tenaga manusia,
peralata dan lain-lain. Setelah menjadi barang atau jasa yang berwujud lain, terjadilah nilai
tambah. Selain itu efisiensi dapat diberi makna dengan menggunakan beberapa persfektif dan
denggan cara-cara yang berbeda pula. Di bidang ekonomi, utilitas sumber-sumber dapat disebut
memenuhi kriteria efisiensi juka dengan menggunakan cara tertentu didapatkan hasil yang lebih
optimal menurut kriteria yang telah ditetapkan.

Efisiensi juga bermakna tidak diperlukannya alokasi sumber-sumber lain untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki, kecuali sumber-sumber yang telah ditetapkan dan disepakati sejak
program itu dirumuskan. Dalam kaitannya dengan kesejahteraan, efisiensi bermakna bahwa
upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang berkaitan dengan barang dan jasa,
dengan tidak mengurangi persyaratan minimum yang dibutuhkan untuk mencapai kesejahteraan
itu, tidak menguras hak milik yang lain. Di sinilah terjadi apa yang disebut oleh para ekonom
sebagai kesejahteraan ekonomi. Efisensi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni
efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. Efisensi teknis menunjuk pada pencapaian tingkat atau
kuantitas tertentu atau kelauaran fisik sebagai produk dari kombinasi semua jenis dan tingkat
masukan yang berbeda. Sedangkan efisiensi ekonomis menunjuk pada penempatan ukuran-
ukuran kegunaan atau harga pada masukan yang digunakan dan keluaran yang dicapai[5]

Konsep efisiensi sangat relevan bagi ilmu ekonomi pendidikan. Sejak munculnya
pengakuan ini, sebagian besar penelitian dalam bidang ekonomi pendidikan banyak berfokus
pada pertanyaan bagaimana sumber-sumber masyarakat harus dialokasikan pada investasi
pendidikan dan bentuk-bentuk lain investasi. Efisiensi usaha ekonomi pun relatif, misalnya
sangat mungkin masih bisa menabung jika anak-anaknya disekolahkan di dalam negeri.
Sebaliknya hanya sampai pada titik impas atau mungkin defisit, ketika anak-anaknya
disekolahkan diluar negeri. Keputusan masyarakat atau keluarga untuk melakukan investasi
dalam bentuk dan jenis apa sangat ditentukan oleh nilai-nilai yang dikandung keluarga atau
masayrakat. Disamping stimulan yang didapat dari lingkungan. Menurut Nanang Fattah[6]
efisiensi pendidikan memiliki kaitan antara pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang
terbatas sehingga mencapai optimalisasi yang tinggi.

Beberapa masalah efisiensi pengajaran di Indonesia adalah mahalnya biaya pendidikan,


waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang
menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam
peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.

Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi kita.
Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah jika kita bandingkan dengan
Negara lain yang tidak mengambil sistem free cost education. Namun mengapa kita menganggap
pendidikan di Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika penghasilan
rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidikan.

Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah,
training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga
berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang
ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri,
memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik tidak
hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain
sebagainya.

Untuk mengukur efisiensi sebuah sekolah suatu negara ternyata tidak mudah karena sulit
didefinisikan dan diukur luarannya. Disamping analisis terhadap nilai yang didapat dari hasil
transformasi atas masukan pendidikan tidaklah mudah karena sifatnya terlalu lunak, berbeda
dengan tranformasi bahan mentah menjadi barang jasi pada sebuah proses produksi.

Suatu program pendidikan yang efisien ialah yang mampu menciptakan keseimbangan antara
sumber-sumber yang di butuhkan dan yang ada atau tersedia guna mengurangi hambatan-
hambatan dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, mutu pendidikan dapat dipahami
sebagai kemampuan dari suatu sistem pendidikan untuk mengalokasikan sumber-sumber
pendidikan secara adil sehingga setiap peserta didik memperoleh kesempatan yang sama untuk
mendayagunakan sumber-sumber pendidikan tersebut dan mencapai hasil yang optimal.

Efisiensi Internal

Dalam sistem pendidikan apabila memiliki efisiensi internal akan menghasilkan output
yang diharapkan dengan biaya minimum[7]. Dengan input tertentu dapat memaksimalkan output
yang diharapkan. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengukur efisiensi internal adalah
sebagai berikut :

1. Rata-rata lama belajar, seorang lulusan menggunakan waktu belajar dapat dilakukan
dengan metode mencari statistik kohort (kelompok belajar). Hal tersebut dapat dihitung
dengan cara jumlah waktu yang dihabiskan lulusan dalam suatu kohort dibagi dengan
jumlah lulusan dalam kohort tersebut.
2. Input-Output Ratio, adalah perbandingan antara murid yang lulus dengan murid yang masuk
dengan memperhatikan waktu yang seharusnya ditentukan untuk lulus, artinya dibandingkan
antara tingkat masukan dengan tingkat keluaran.

Berdasarkan hal-hal diatas, maka masukan pendidikan, proses pendidikan, hasil


pendidikan dan lingkungan harus terus dikelola dan terbina secarra optimal dengan memperoleh
tingkat efisien yang tinggi. Konsep efisiensi Internal dikaitkan dengan perbandingan antara biaya
input pendidikan dan efektivitasnya dalam mendukung hasil-hasil belajar. Aspek efisisensi
internal dari suatu sekolah bukan hanya bergantung pada karakteristik administratif, melainkan
pemberian rangsangan yang dapat memotivasi perilaku siswa, guru dan kepala sekolah

Anda mungkin juga menyukai