Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 3:

Agustina Dede Mite (9901818013)


Egi Wikanda (9901818015)
Eskawati Musyarofah Bunyamin (9901818001)
Susi Susanti (9901818005)

Pertanyaan:
1. Bacalah buku Educational Technologi (Januszewski & Molenda), bagilah kelompok sesuai
sub bab yang ada pada bab 3 (Improving Performance) dan buatlah ringkasan dari bacaan
tersebut, yang merupakan inti pembahasan.
2. Jawab juga pertanyaan 2 ini:
a. Apakah teknologi kinerja itu?
b. Bagaimana karakteristik teknologi kinerja itu, jelaskan!
c. Apa tujuan teknologi kinerja itu? Berikan contoh penerapan teknologi kinerja dalam
dunia kerja.
d. Ambil artikel yang berhubungan teknologi kinerja & jelaskan apa yang
diuraikan/diteliti dalam artikel tersebut & hasilnya.

Jawaban:
1. Kelompok 3 merangkum halaman 58-70

Peningkatan Kinerja Organisasi

 Secara historis teknologi telah diadopsi dalam organisasi sebagai cara untuk meningkatkan
produktivitas yaitu digunakan untuk mengurangi biaya dan atau meningkatkan hasil.
 Motif ekonomi ini tentu saja merupakan motif utama dalam program pelatihan di dunia
bisnis dan industri, tetapi kurang menonjol di sekolah dan universitas
 Mengingat manfaat umum besar yang dapat dicapai dengan meningkatkan produktivitas
lembaga pendidikan umum

Isu yang ditelaah efisiensi, efektifitas dan beberapa kemungkinan peran teknologi dalam
peningkatan produktivitas dalam pendidikan.
Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas

 Efisiensi dalam Pendidikan merupakan masalah yang cukup pelik. Seperti yang
dikemukakan oleh Monk (2003): “Para pendidik sering ragu untuk menerapkan efisiensi
dalam Pendidikan. Di satu sisi ada sebuah keyakinan bahwa efisiensi itu baik dan memiliki
tujuan yang layak, di sisi lain ada kekhawatiran bahwa upaya untuk meningkatkan efisiensi
akan merusak hal utama pada kualiatas pendidikan
 Sebagian dari kesulitan itu berasal dari kesalahpahaman tentang arti efisiensi dari kebijakan
masa lampau, kadang-kadang upaya untuk meningkatkan efisiensi dari sistem pendidikan
salah arah.

Definisi efisiensi

 Efisiensi ditinjau dari konteks ekonomis adalah produksi barang dan jasa dengan cara yang
paling murah. Fokusnya adalah bagaimana organisasi mentransformasi input menjadi output
(McConnel & Brue, 2002). Dalam konteks pendidikan dan pelatihan, efisiensi dapat dilihat
pada desain, pengembangan, perilaku pembelajaran dalam cara penggunaan sumber daya
yang paling kecil untuk hasil yang sama atau hasil yang lebih baik.
 Melestarikan dan tidak membuang-buang sumber daya sangatlah penting saat sumber
dayanya jarang atau langka, dan biasanya di lembaga pendidikan sumber daya tersebut
dibatasi. Semua organisasi akan lebih baik bila mereka mengelola atau memanfaatkan
sumber daya yang tersedia.
 Dengan mengelola sumber daya yang tersedia lembaga pendidikan akan dapat diuntungkan
dengan lebih banyak melakukan pembelajaran dengan menggunakan sumber daya yang
sama, atau melaksanakan pembelajaran yang sama dengan sumber daya yang lebih sedikit.
(dengan demikian dapat mengalokasikan dana untuk fungsi organisasi yang lain).
 Jika lembaga tandingan lain menyediakan layanan yang sama, efisiensi bisa menjadikan
lembaga tersebut lebih kompetitif.

Definisi efektifitas

 Efektitifitas menurut konteks ekonomi adalah barang dan jasa yang dihargai oleh
masyarakat dan anggotanya (Heilbroner & Thurow, 1998) singkatnya seseorang bersedia
membayar mereka
 Dalam konteks pendidikan, efektifitas adalah berkaitan dengan tingkat pencapaian siswa
terhadap tujuan pembelajaran yang layak, yaitu sekolah, perguruan tinggi, atau pusat
pelatihan mempersiapkan peserta didiknya dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang diinginkan oleh pemangku kebijakan
 Dari sudut pandang ekonomi, efisiensi berkaitan dengan sisi penawaran sementara
efektifitas berfokus pada sisi permintaan (Nas, 1996, Brinkerhoff & Dressler, 1990)
 Dari sudut pandang sistem efisiensi berkaitan dengan input dan bagaimana proses terjadi
pada input, sementara efektifitas berkaitan dengan output yang dihasilkan. Seringkali
efisiensi ditandai dengan melakukan sesuatu dengan benar, dan efektifitas adalah melakukan
hal-hal yang benar (formulasi yang dikaitkan kepada Peter F Drucker)
 Dalam jangka pendek efektifitas (melakukan hal-hal yang benar) lebih penting daripada
efisiensi (melakukan sesuatu dengan cara yang benar) (VSP, Inc., 2004). Dalam jangka
panjang efisiensi dan efektivitas harus berjalan beriringan, keduanya dibutuhkan
 Pembelajaran yang efisien tidak akan ada gunanya jika menyimpang dari tujuan
pembelajaran baik yaitu pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang diinginkan
 Demikian pula pembelajaran yang mencapai hasil yang diinginkan, namun memakai sumber
daya yang berlebihan, tidak tepat waktu dan tidak memberikan dampak juga dikatakan
sebagai tidak produktif. Itu memboroskan sumber daya yang langka

Definisi produktifitas

 Dalam istilah ekonomi yang paling sederhana, produktifitas adalah output dibagi input
 Suatu kegiatan yang produktif sejauh efisien dan efektif adalah kegiatan yang menghasilkan
produk yang diinginkan dengan biaya yang paling sedikit
 Dalam pendidikan “hasil yang diinginkan” dapat berarti “hal-hal yang berbeda untuk orang
yang berbeda”. Itulah sebabnya sangatlah penting untuk menentukan pengukuran yang jelas
seperti bagaimana biaya didefinisikan dan diukur, dan bagaimana hasil didefinisikan dan
diukur
 Telah disepakati secara bulat oleh para ekonom bahwa pendidikan, baik sekolah
dasar/menengah dan pasca-sekolah telah mengalami penurunan produktivitas selama
dekade terakhir, biaya terus meningkat tanpa ada peningkatan yang nyata, atau bahkan
penurunan dalam pencapain siswa
 Justifikasi tentang efesiensi, efektifitas dan juga produktifitas bergantung pada bagaimana
biaya dan keuntungan, serta manusia dan moneter dihitung. Namun tidak ada konsensus di
antara para ekonom mengenai faktor-faktor apa saja yang harus dimasukkan dalam
persamaan yang oleh para ekonom disebut sebagai “fungsi produksi” dalam Pendidikan
(Hamushek, 1986)
 Pertama, faktor-faktor apa saja yang dipertimbangkan sebagai input? Kedua bagaimana
tahapan prosesnya atau dengan kata lain bagaimana belajar “diproduksi”? Ketiga faktor apa
yang harus diukur untuk menentukan keberhasilan pendidikan? Meskipun isu-isu ini lebih
dapat dimengerti sekarang, dan meskipun metodologi statistik terus dikembangkan, para
ekonom dan ahli pendidikan masih belum mencapai kesepakatan dalam menjawab
pertanyaan tersebut.

Mengukur masukan (Input measures)

 Hanushek (1986) mengusulkan bahwa, untuk Pendidikan K-12, prestasi siswa adalah fungsi
dari “input kumulatif dari keluarga, teman sebaya atau siswa lain, sekolah dan guru. Input
ini juga berinteraksi satu sama lain dan dengan kemampuan bawaan siswa siswa.
 Hanushek membagi faktor sekolah dan guru menjadi tingkat pendidikan dan pengalaman
guru, ukuran kelas, fasilitas, pengeluaran pembelajaran, kesejahteraan masyarakat atau
lingkungan sekolah
 Interaksi yang terjadi diantara faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1 yang
menggambarkan hubungan berdasarkan pada penelitian pada faktor-faktor yang berkaitan
dengan pembelajaran akademik siswa
 Poin penting yang terlihat pada gambar 1.1 adalah bahwa beberapa faktor seperti bakat,
motivasi, pengalaman belajar lebih berkontribusi langsung pada pembelajaran dibandingkan
hal lainnya yang disaring melalui faktor-faktor yang lebih sentral. Hal ini membantu
menjelaskan kegagalan dalam penelitian ekonomi dan penelitian pendidikan untuk
menemukan hubungan langsung antara, sebagai contoh ukuran kelas ataukah pengalaman
guru dengan prestasi hasil tes. Ukuran kelas tidak menyebabkan belajar, namun mungkin
mempengaruhi belajar secara tidak langsung yaitu dengan mempengaruhi terhadap strategi
pembelajaran apa yang dipilih oleh guru, atau dengan mewarnai suasana memotivasi di
dalam kelas. Hal yang sama juga terhadap faktor pengalaman guru mengajar. Memiliki
banyak pengalaman belajar tidak menyebabkan belajar, mungkin mempengaruhi belajar
secara tidak langsung dengan mempengaruhi keputusan guru dalam memilih pembelajaran
atau strategi memotivasi.

Gambar 1

Hasil akhir atau proses produksi

 Meskipun tidak diasumsikan secara eksplisit dalam model ekonomi pendidikan, instruktur
tampaknya diasumsikan sebagai pihak yang melakukan produksi. Dan tentu saja peserta
didik diasumsikan sebagai pelanggan. Ketika menggunakan metafora ini, instruktur secara
jelas dipandang sebagai penyedia jasa untuk pelanggannya
 Dalam pandangan proses pembelajaran kontemporer, peserta didik dianggap produsen.
Tidak ada proses pembelajaran tanpa keinginan dan partisipasi aktif dari peserta didik. Alih-
alih menerima pelayanan, peserta didik sesungguhnya adalah menciptakan produk, yaitu
keuntungan belajarnya, terkadang berkolaborasi dengan instruktur namun juga kadangkala
tidak.
 Peran instruktur masih besar, yaitu menyediakan kondisi (instruksional dan terutama
memotivasi) yang diperlukan untuk keberhasilan pembelajaran, namun tidak lagi dominan
 Dengan demikian, agar model ekonomi memiliki kemiripan dengan realitas situasi, peserta
didik didampingi untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Bagian hasil akhir dari model
harus melibatkan peserta didik dan harus mempertimbangkan sifat psikologis mereka,
(bakat, mengembangkan tingkat mental, dan kepribadian) dan tahapan psikologis (misalnya
harapan dan motivasi) seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.

Outcome Measures (Ukuran Hasil)

 Mengukur input sama rumitnya dengan variabel hasil akhir, namun mengukur hasil lebih
rumit lagi. Seperti yang dikemukakan oleh Bosworth (2005) “perawatan medis dan
pendidikan adalah dua contoh utama dari kegiatan yang menantang, dan sejauh ini belum
terselesaikan, yaitu bagaimana caranya mengukur hasil”
 Apa input yang menyebabkan pembelajaran dan faktor-faktor yang terlibat dalam produksi
pembelajaran adalah pertanyaan-pertanyaan empiris yang sering dikemukakan, yang dapat
diselesaikan melalui penelitian. Akan tetapi menentukan pengukuran hasil adalah lebih
penting dalam penilaian, melibatkan nilai-nilai pendidikan, sosial dan politik seperti halnya
analisa ekonomi.
 Contoh kesulitan dalam pengukuran hasil adalah:
 Prestasi siswa dalam ranah pembelajaran yang tidak termasuk dalam pengujian
standar, seperti perkembangan sosial, nilai-nilai kewarganegaraan, seni kreatif,
kesehatan dan atletik, serta kecintaan dalam belajar
 Prestasi siswa dalam keterampilan dasar yang tidak terukur dalam tes standar, seperti
kenikmatan membaca, pemikiran kritis dalam sains, penerapan matematika dalam
kehidupan sehari-hari, dan sejenisnya
 Lingkungan belajar yang sehat, dimana setiap siswa memiliki peluang untuk
berkembang menuju kehidupan yang sukses dan produktif
 Lingkungan kerja yang produktif bari para guru, dimana upaya mereka dihargai dan
mereka termotivasi untuk tetap dan berkembang
 Karena kepentingan efisiensi dan efektifitas, Teknologi Pendidikan memiliki kepentingan
khusus dalam memastikan bahwa proses dan hasil diukur secara akurat. Jadi sebagai contoh
ketika pembelajaran REAL (rich environments for active learning) digunakan untuk belajar
aktif dalam menghadirkan pembelajaran yang mendalam dan penerapan keterampilan,
sangatlah penting bahwa penilaian menjadi lebih sederhana seperti sebuah tes pensil dan
kertas. Simulasi dan portopolio jauh lebih mungkin untuk memberikan ukuran yang akurat
dari pencapaian keterampilan tingkat yang lebih tinggi
 Dengan kata lain anda tidak dapat memastikan atau menentukan efektifitas kecuali anda
mengukur secara akurat output apa yang anda ingin capai
 Sangat mungkin untuk satu sistem pembelajaran menjadi lebih efisien daripada yang lain
berdasarkan satu set hasil, tetapi kurang efektif biaya berdasarkan pada set hasil yang lain
 Menurut Monk (2003) merujuk masalah ini sebagai “warisan masa lalu, kadang-kadang
salah arah, upaya untuk meningkatkan efisiensi sistem pendidikan. Kualitas menjadi
menurun ketika dilakukan pemangkasan biaya. Dan kualitas output sering diukur dalam
faktor intangible, yang tidak sejelas seperti tes skor
 Akan selalu ada perdebatan, dalam bisnis dan pendidikan tentang tujuan yang layak dikejar
dan indikator apa yang seharusnya digunakan untuk memastikan progres untuk mencapai
tujuan tersebut. Para teknolog pendidikan bersama dengan para stakeholder harus menjadi
bagian dari pembahasan itu
 Pandangan dari teknolog pendidikan dan para stakeholder dapat membantu lembaga untuk
mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan yang layak dengan proses pembelajarn yang
seefisien mungkin.
 Contoh penelitian yang mengindikasikan bahwa proses pembelajaran yang dipunyai
teknolog dapat berkontribusi pada produktivitas pendidikan adalah:
 Ellson (1986): meta analisis studi perbandingan, mencari perlakukan eksperimental
yang dua kali lebih produktif daripada perlakuan kontrol (didefinisikan sebagai belajar
jumlah yang sama dengan separuh waktu atau separuh biaya). Di antara 125 studi yang
memenuhi kriteria ini, sekitar 70 % didasari pada variasi program instruksional, tutorial
terstruktur, atau program pengajaran, seperti pembelajaran langsung. Dalam
konfigurasi instruksional yang terakhir, seorang intruktur, bisa peserta didik atau
paraprofessional, menyelenggarakan pembelajaran terstruktur mengikuti pola yang
telah ditetapkan dan diuji sebelumnya oleh tim desain yang berkualifikasi sehingga
menciptakan sisi ekonomis dalam pembagian kerja
 Levin, Glass dan Meister (1984): pemodelan komputer antara biaya dan keuntungan
dari empat perlakuan instruksional yang dapat diklaim dalam efektifitas pembiayaan:
menurunkan ukuran kelas, program tutorial, CAI, menambah waktu pembelajaran.
Tutor sebaya sejauh ini memiliki efek yang besar dengan CAI. Intervensi lain
menghasilkan manfaat yang diabaikan per dolar yang dihabiskan
Organisasi belajar

 Bertahannya suatu organisasi tergantung pada kemampuan mereka untuk belajar dan
beradaptasi dengan perubahan kondisi.
 Organisasi belajar dianggap lebih dari sekadar jumlah pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki anggota individu organisasi. Lebih dari itu, organisasi belajar mungkin telah
melembagakan proses untuk mengumpulkan, menafsirkan, menyimpan, dan menyebarkan
pengetahuan.
 Dalam hal ini akan dibahas tentang individu yang belajar dalam organisasi dan kelompok
belajar oleh organisasi.

Individu yang belajar dalam organisasi

 Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah tumbuh dan terpenetrasi secara masal
dengan peningkatan kapabilitas
 Lebih banyak fungsi pembelajaran yang dapat dimediasi melalui teknologi.
 Tekanan ekonomi telah memotivasi organisasi untuk mempertimbangkan perubahan cara
melakukan pendidikan dan pelatihan.

Hard technology

 Memungkinkan untuk menurunkan biaya pendidikan, yaitu menyampaikan materi


pembelajaran lebih murah dalam jangka panjang dan dapat melakukan operasi rutin seperti
pencatatan yang lebih murah dan lebih dapat diandalkan daripada yang bisa dilakukan oleh
manusia.
 Dari sudut pandang belajar, individu atau kelompok kecil dapat berdiskusi bersama yang
memungkinkan kolaborasi dan refleksi.
 Dengan mengkapitalisasi kemajuan tersebut dalam pendidikan dan pelatihan, produktivitas
organisasi dapat ditingkatkan: peserta didik menghabiskan waktu lebih sedikit dalam
pelatihan dan lebih cepat menjadi ahli.

Soft technology

 Menawarkan sebuah paradigma baru dalam pendidikan.


 Paradigma baru ini dimulai dengan mengadopsi beberapa inovasi pada revolusi industri.
 Perusahaan dan institusi pendidikan jarak jauh menggunakan paradigm baru ini untuk
membuat dan menawarkan modul dan kelas online.dengan biaya yang kompetitif.

Teknologi dalam bisnis

 untuk organisasi yang menghasilkan laba, peran teknologi telah jelas: teknologi diadopsi
terutama untuk menggantikan yang tenaga manusia yang mahal dengan alat produksi yang
murah.
 Karena adanya kompetesi dan tekanan pada perusahaan yang berasal dari perusahaan di
negara yang sama maupun dari negara lain maka perusahaan berusaha memotong biaya
dengan lebih sedikit karyawan.
 Oleh karena itu, perusahaan menginvestasikan jutaan dolar dalam sistem komputer, yang
diharapkan dapat mengurangi biaya produksi barang dan jasa yang dijual.

Teknologi dalam pendidikan K-12.

 Peran teknologi pada lembaga pendidikan belum begitu jelas. Fungsi adiministratif sekolah
dan perguruan tinggi telah mengalami banyak otomatisasi seperti gaji, pencatatan nilai,
pendaftaran, rute bus, catatan keuangan dan sejenisnya. Namun fungsi dalam
menyelenggarakan pendidikan belum terlalu berpengaruh.
 Ada banyak alasan bahwa sekolah tertinggal dari sektor lainnya dalam penggunaan
teknologi. Pertama, proses belajar-mengajar yang kompleks yang melibatkan perasaan
manusia seperti altruisme, pengabdian, minat, rasa saling percaya dan menghormati. Kedua,
pembuat kebijakan memiliki kepentingan dalam membuat dan menjaga proses belajar-
mengajar padat karya. Ketiga, sebagian besar SD dan SMP merupakan sekolah negeri yang
dioperasikan oleh daerah setempat dan didanai dari alokasi negara, dimana mereka berada
pada posisi monopoli.

Sekolah virtual.

 Pendekatan pendidikan jarak jauh pertama kali dikembangkan di perguruan tinggi, sekarang
muncul di tingkat dasar/menengah dalam bentuk sekolah virtual.
 Usaha nirlaba menawarkan kursus online yang ditujukan utamanya untuk home schooling.
Ini memberikan tekanan kompetitif pada sekolah negeri yang perlu mempertahankan tingkat
kehadiran harian mereka agar dapat terus menerima alokasi per siswa negara.
 Sekolah umum mendorong untuk mengimplementasikan program pendidikan jarak jauh
secara daring.
 Penyampaian secara daring ini juga sebagai jawaban untuk siswa yang sulit dilayani, seperti
pekerja penuh waktu, hamil dan ibu muda, pemecatan indisipliner, siswa dengan masalah
kesehatan, dan lainnya yang tidak terlayani dengan baik oleh sekolah reguler.
 Dengan demikian teknologi pendidikan dapat membantu meningkatkan kinerja organisasi
sekolah dengan menyediakan kemampuan komunikasi (hard technology) dan desain
courseware (soft technology) untuk memungkinkan sekolah memperluas jangkauannya ke
audiens yang berubah.

Teknologi dalam pendidikan tinggi.

 Dalam pendidikan tinggi, pendidikan jarak jauh telah bermigrasi ke platform berbasis
internet. Institusi pendidikan mampu menjangkau khalayak dengan jarak jauh dengan
sedikit biaya, dibandingkan dengan biaya pembelajaran di rumah atau berbasis televisi.
 Banyak "pelanggan" potensial untuk pendidikan tinggi melihat layanan pendidikan sebagai
komoditas yang dapat dibeli dari salah satu vendor, terlepas dari lokasi. Ini terutama berlaku
untuk mahasiswa nontradisional: orang dewasa dengan keluarga dan pekerjaan. Untuk siswa
seperti itu, pendidikan residensial melibatkan banyak biaya tidak langsung: dalam hal
waktu, uang, dan kejengkelan — yang dapat dihindari dengan bekerja mencapai gelar secara
daring.
 Hal ini bukan berarti bahwa opsi daring lebih unggul dibanding dengan cara lain, tapi dapat
mengurangi biaya dan meningkatkan kenyamanan. Pengalaman sampai saat ini
menunjukkan, hal itu membutuhkan tingkat komitmen yang luar biasa bagi siswa untuk
menyelesaikannya sebuah program jarak jauh.
 Dalam periode waktu yang relatif singkat, sejumlah baru institusi pendidikan jarak jauh,
banyak di antaranya mencari laba, bermunculan dan berakar.
 Mungkin bukan kompetisi, yang mendorong minat masuk teknologi dalam pendidikan
tinggi. sebaliknya, administrator sekarang memiliki gambaran pendekatan alternatif untuk
pendidikan. Mereka melihat bahwa institusi pendidikan jarak jauh dapat menawarkan
pendidikan dengan harga yang jauh lebih rendah karena menggunakan teknologi.
 Menariknya, bukan teknologi keras yang memberi keuntungan institusi yang melaksanakan
pendidikan jarak jauh (institusi residensial memiliki banyak teknologi keras juga) melainkan
teknologi lunak. Ini diartikulasikan dengan jelas oleh Sir John daniel, yang saat itu adalah
Wakil Rektor di Universitas Terbuka Inggris

Hal terpenting untuk dipahami tentang penggunaan pendidikan jarak jauh untuk
pengajaran dan pembelajaran tingkat universitas yang sangat kuat secara intelektual dan
hemat biaya adalah anda harus berkonsentrasi untuk mendapatkan teknologi lunak yang
tepat. Teknologi lunak ini hanyalah praktik kerja yang menopang sisa ekonomi industri
dan jasa modern saat ini: pembagian kerja, spesialisasi, kerja tim, dan manajemen
proyek [cetak miring ditambahkan]. (Daniel, 1999)

 Pembagian kerja dan spesialisasi mengacu pada "unbundling" (terpisah) berbagai fungsi
yang dilakukan oleh instruktur: desainer instruksional, pengembang, SME, dosen,
pemimpin diskusi, evaluator, remediator, dan penasihat.
 Dengan membentuk tim spesialis dalam fungsi-fungsi yang berbeda ini, setiap pekerjaan
dapat dilakukan lebih ahli, suatu kursus dapat dirancang, dan tim dapat melanjutkan ke
kursus selanjutnya, dengan demikian terjadilah proses industrialisasi.
 Kursus yang dirancang dengan baik bisa menjadi self-instruksional secara luas,
meninggalkan fungsi tutorial ke arah para profesional dibayar lebih murah yang bekerja
dengan telepon di sebuah bilik di suatu tempat.
 Sejauh ini, teknologi lunak ini pendekatan telah dibatasi hanya untuk jarak jauh saja, tetapi
administrator di universitas tradisional juga mempertimbangkan. Ada beberapa contohnya
pendekatan yang diterapkan di universitas tradisional. satu kasus penting adalah emporium
matematika di virginia Tech University (http://www.emporium.vt.edu), sebuah pusat
komputer besar yang mencakup selusin mata pelajaran matematika inti, semuanya yang
tersedia sesuai permintaan dalam format pembelajaran mandiri

Kelompok belajar oleh Organisasi.

 Argyris (1977) menaruh perhatian pada masalah orang yang mengabaikan atau
menyembunyikan kesalahan dalam organisasi. Dia mengusulkan dan kemudian dielaborasi
(Argyris & Schön, 1978) perbedaan antara loop tunggal belajar- deteksi kesalahan dalam
kasus tertentu- dan pembelajaran putaran ganda- ketika kesalahan terdeteksi dan diperbaiki
dengan cara yang dapat mengubah kemampuan organisasi di masa depan.
 Senge (1990) memperluas konsep loop ganda belajar lebih jauh, ke pembelajaran generatif-
sebuah eksperimen dan umpan balik yang sedang berlangsung, secara kritis memeriksa
tindakan dan kebijakan organisasi. Ide yang mendasari konsep-konsep ini adalah bahwa
organisasi itu sendiri dapat belajar, yaitu, mereka dapat menjadi lebih pintar dalam
menghadapi tantangan yang mereka hadapi.
 Popper dan lipshitz (2000) mengemukakan bahwa organisasi dapat membangun
Mekanisme Organisasi belajar (OLM), pengaturan struktural dan prosedural yang
dilembagakan yang memungkinkan untuk belajar secara tidak langsung, yaitu untuk
mengumpulkan, menganalisis, menyimpan, menyebarluaskan, dan menggunakan
informasi secara sistematis yang relevan dengan kinerja organisasi dan anggota organisasi
tersebut (hlm. 185).
 Teknologi, baik keras maupun lunak, dapat berkontribusi secara signifikan pada OLM. TIK
dapat menyediakan sarana yang kuat untuk menyimpan, mengambil, dan berbagi
pengetahuan. Konferensi audio dan video, forum diskusi Internet, dan groupware seperti
Lotus Notes memungkinkan memori organisasi yang dinamis dan berkembang.
 Teknologi keras hanya bekerja secara efektif ketika dikombinasikan dengan teknologi
lunak dari pembuat kebijakan dan diterapkan secara sinergis. (Goodman & Darr, 1998).
 Tujuan akhir, yang diusulkan oleh senge (1990) adalah evolusi organisasi belajar- sekolah,
perguruan tinggi, dan bisnis “di mana Anda tidak bisa tidak belajar karena belajar begitu
disisipkan ke dalam jalinan kehidupan”(hlm. 9). Organisasi belajar akan menjadi
lingkungan yang ideal untuk individu yang belajaral organisasi dan kelompok belajar oleh
organisasi

2. a. Pengertian Teknologi Kinerja adalah


 Istilah terkait teknologi pendidikan/teknologi pembelajaran yang mulai mencuat di
sekitar akhir tahun 1980-an.
 Kajian mengenai upaya untuk meningkatkan kinerja seseorang dalam suatu
organisasi.
 Menurut Stolovich dan Keeps (1992), menyatakan bahwa, Human Performance
Technology (HPT) is a field of practice that has evolved largely as a result of the
experience, reflection, and conceptualization of profesional practitioners striving to
improve human performance in the workplace. (Teknologi kinerja sebagai suatu
terapan atau praktek sebagai hasil evolusi dari pengalaman, refleksi, perumusan
konsep para praktisi teknologi kinerja yang bertujuan untuk meningkatkan mutu kerja
seseorang ditempat ia bekerja.
 Menurut Pershing (2008) berdasarkan pengalamannya berinteraksi dengan klien dan
mahasiswanya, maka Pershing merumuskan teknologi kinerja sebagai, Human
Performance Technology is the study and ethical practice of improving productivity
in organizations by designing and developing effective interventions that are resul-
oriented, comperhensive and systematic.
 Teknologi kinerja lebih terkait dengan pemberdayaan melalui proses belajar di
organisasi atau tempat bekerja seseorang. Teknologi kinerja lebih membahasmasalah
belajar dan penyelenggaraannya bagi karyawan atau pekerja dengan pendekatan
secara individu atau tim.

b. Karakteristik Teknologi Kinerja

 Sistematis
Mempunyai aturan, tata tertib dan teratur dalam pelaksanaannya
 Sistem
Memandang kinerja dan prestasi seseorang di lembaga atau organisasi sebagai suatu
sistem, yaitu dianalisis berdasarkan komponen di dalamnya.
 Berlandaskan teori
Sebagian pakar berpendapat bahwa teknologi kinerja berevolusi dari refleksi teknolog
pembelajaran atau pendidikan yang berprofesi di bisnis dan industri, melakukan
penyesuaian pemikiran dan pemecahan maslah berdasarkan lingkungan kerja mereka.
 Terbuka untuk berbagai pendekatan
Penyelesaian masalah atau intervensi tidak berpihak atau menganut suatu media apa
pun, melainkan memanfaatkan berbagai sumber yang tepat dan sesuai.
 Terpusat pada kemampuan seseorang dan sistem nilai
Teknologi kinerja menelusuri teknik, cara dan sumber yang tepat untuk meningkatkan
mutu kinerja seseorang atau memberdayakannya agar ia dapat berprestasi dan sukses,
melalui sistem nilai yangberlaku di organisasi dan masyarakat umumnya.

c. Tujuan Teknologi Kinerja adalah memperkenalkan TK sebagai arti dari pemakaian,


penerapan, dimana tujuannya adalah memberikan penghargaan kinerja yang bernilai kepada
seseorang ditempat ia bekerja. Tujuan TK memiliki pola berpikir sistem yang digunakan untuk:

 Mencari penyebab mengapa karyawan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan


 Mencari hambatan dan rintangann yang menyebabkan kegagalan atau kinerja tidak
memuaskan
 Merumuskan beberapa alternatif penyelesaian masalah yang sebaiknya dilakukan oleh
organisasi.

Contoh penerapan teknologi kinerja dalam dunia kerja adalah:

 Meningkatkan peran pendidikan untuk memperbaiki kinerja dan kualitas manusia.


Peran teknologi kinerja dalam dunia kerja dapat ditingkatkan melalui penggunaan
teknologi lunak seperti desain pembelajaran (ID) dan hard-tech, juga penciptaan dan
pemanfaatan lingkungan dimana mereka dapat menciptakan dan memanfaatkan
lingkungan dimana mereka mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat
dalam dunia nyata. ).
 Teknolog kinerja akan cenderung memperhatikan peningkatan insentif, desain
pekerjaan, pemilihan personil, umpan balik atau alokasi sumber sebagai intervensi. Hal
ini mencakup empat proses yaitu analisa, desain, pengembangan, dan produksi.
 Menurut teknolog kinerja yang pada akhirnya menolong kita melihat posisi teknologi
pendidikan dalam HPT secara menyeluruh adalah bahwa pendidikan merupakan satu
dari berbagai intervensi yang mungkin diterapkan dalam meningkatkan kinerja di
tempat kerja.
 Organisasi dapat meningkatkan produktifitas komponen yang ada di dalamnya,
terutama faktor SDM nya dengan menolong mereka memperoleh pengetahuan yang
baru, keahlian baru, dan menciptakan sikap baru yang lebih positif. Namun ada usaha
lain yang lebih mendalam yaitu dengan mengubah kondisi-kondisi di dalam organisasi
sehingga orang lebih dapat memiliki performa kerja lebih baik lagi untuk mencapai
tujuan organisasi, dengan atau tanpa pembelajaran tambahan.
 Usaha perbaikan kinerja yang sifatnya noninstructional intervention seperti
mencipatkan kondisi kerja yang lebih baik, alat kerja yang lebih memadai, dan
memotivasi pekerja menjadi lebih giat dilabelkan sebagai HPT atau human
performance improvement atau Teknologi Kinerja Manusia. Keseluruhan intervensi
yang bersifat instruksional dan noninstruksional dalam organisasi merupakan usaha
untuk mengembangkan atau meningkatkan kinerja organisasi. Penanganan performa
SDM dengan baik akan dapat meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Bagaimana
departemen Human Resource atau Personalia mengelola karyawan untuk
meningkatkan efektifitas kerja mereka adalah bidang yang ditangani oleh HPT.

d. Jurnal

1) Judul Artikel:
Empowering Academics To be Adaptive With e-Learning Technologies: An
Exploratory Case Study
Dibuat Oleh:
Helen Flavell, Courtenay Harris, Connie Price, Emma Logan, Sunila Peterson Curtin
University.
Australasian Journal of Educational Technology, 2019, 35(1).

2) Pembahasan:
a) Metode: Studi kasus eksplorasi dengan pengukuran data kualitatif dan kuantitatif.
b) Sampel:
c) Tujuan Penelitian: Memberikan gambaran terhadap peningkatan kapasitas melalui
pendekatan multidisiplin untuk pengembangan akademik dan untuk
memberdayakan respons adaptif terhadap perubahan teknologi yang sedang
berlangsung yang berdampak pada praktik mengajar.
d) Hasil: Dalam penelitian ini menggunakan dua pengukuran yaitu dengan kuantitatif
melalui kuasi eksperimen dan kualitatif melalui wawancara terbatas. Desain kuasi
eksperimental dengan menentukan kelompok intervensi dan kelompok kontrol
komparatif. Kuesioner online sebelum dan sesudah diberikan kepada peserta dalam
kedua kelompok untuk mengevaluasi sikap dan pengalaman yang berkaitan dengan
penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Kuesioner diadaptasi dari Model
Penerimaan Teknologi. Pengukuran kualitatif pengalaman kelompok intervensi
setelah pengembangan profesional ditangkap menggunakan wawancara semi-
terstruktur, diikuti oleh dua kelompok untuk mengkonfirmasi temuan wawancara.
Hasil menunjukkan bahwa pengembangan profesional berdampak positif pada
peserta melalui peningkatan signifikan tingkat kepercayaan dan persepsi
kemudahan penggunaan. Data kualitatif menunjukkan bahwa peserta mengalami
perubahan kognitif, emosional, dan / atau praktis selama dan / atau mengikuti
pengembangan profesional.
3) Kesimpulan
Penelitian menunjukkan bahwa pengembangan profesional berdampak positif pada
peserta dengan kelompok intervensi yang menunjukkan peningkatan tingkat
kepercayaan secara keseluruhan dan pendekatan positif terhadap teknologi dengan
peningkatan signifikan dalam kemudahan penggunaan yang dirasakan. Data kualitatif
menunjukkan bahwa peserta mengalami perubahan kognitif, emosional, dan / atau
praktis selama mengikuti pengembangan profesional.

4) Saran
Dalam penelitian artikel jurnal tersebut akan lebih baik apabila dilengkapi dengan
pembahasan spesifik tentang aplikasi atau jenis media apa yang digunakan dalam
pemanfaatan teknologi e-learning tersebut, sehingga akan mudah untuk diterapkan oleh
audience dalam pembelajaran dan menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian-
penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai