Anda di halaman 1dari 30

RANGKUMAN

MANAJEMEN
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:
1. Dr. Makhdalena,SE.Ak, M.Si
2. Dr. Gimin, M.Pd

OLEH :

ELVINA
NIM. 1410246181

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015
BAB I
PENDIDIKAN DAN HUMAN CAPITAL

Telah banyak sumber dan pakar ekonomi pendidikan mengatakan bahwa pendidikan
memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi. Berbagai kajian akadernis dan kajian
empiris telah membuktikan hal ini. Pendidikan bukan saja akan melahirkan sumber daya
manusia (SDM) berkualitas (merniliki pengetahuan dan keterampilan serta· menguasai
teknologi) tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi
pertumbuhan ekonomi. Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajarn agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yg diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (UU RI No.20 th. 2003). Secara umum pendidikan merupakan kegiatan merubah
perilaku manusia yang merupakan sarana untuk pengembangan SDM.

Human capital adalah manusia (manajer, karyawan, kepala sekolah, guru, dll) yang
mempunyai nilai dan diperhitungkan sebagai suatu modal (investasi) dalam suatu lembaga. Jika
dikaitkan dengan human capital, maka pendidikan sangat berperan penting. Peran
pendidikan adalah mengelola manusia untuk dikembangkan keterampilan, pengetahuan, dan
perilakunya sehingga mewujudkan perekonomian yang kokoh. Dengan begitu, pendidikan
merupakan investasi manusiawi, dengan memberikan kepada warga didik pengetahuan
keterampilan dan pengalaman, agar mereka sanggup memasuki dunia kerja dan dunia usaha.

Pengembangan Human Capital dapat Melalui Internalisasi corporate culture, Good


corporate governance, Mengembangkan SDM profesional sebagai human capital yang
produktif, ciptakan pimpinan sebagai rule model dan people manager, dan tingkatkan
ketaatan terhadap peraturan dan perundang-undangan. Human Capital dapat diukur melalui
Cost, Efficiency, dan Income.

Menurut Gary Becker (1993) Peningkatan Human Capital dapat diperoleh melalui
investasi, pendidikan dan training. Jadi hubungan antara pendidikan dan Human Capital
adalah memiliki hubungan yang positif. Apabila pendidikan ditingkatkan, maka Human
Capital juga akan meningkat.
Historis Human Capital secara garis besar antara lain sebagai berikut :

1. Dublin dan Lotka (1496) à Belum ada ide namun setuju tentang harga SDM (SDM
sebagai modal/investasi).

2. Petty (1699) à memberikan estimasi nilai SDM (a human) melalui 2 asumsi:


• Total Pendapatan Tenaga kerja = Pengeluaran Nasional – Pendapatan dari Tanah dan
non manusia lainya
• Nilai masyarakat (mankind) = harga (worth) selama 1 tahun yang dihitung dari
pendapatan tenaga kerja

3. Nicholson (1891) à Jasa (manusia) = katalisator untuk pekerjaan selanjutnya

4. Kiker (1966) à mengklasifikasikan nilai human capital menjadi 2 pendekatan yaitu :

a. Pendekatan Biaya Produksi (Cost of production approach)


Nilai SDM = pengeluaran sumberdaya untuk menghasilkanNYA (makan, pendidikan,
rekreasi, dll)
b. Pendekatan Pendapatan Modal (Capitalized earnings approach)

Jadi perlu kita sadari bahwa pentingnya peranan pendidikan sebagai Human Capital karena
modal manusia untuk tetap hidup bukan hanya ditentukan oleh modal yang berupa materi
saja akan tetapi pendidikan dibutuhkan untuk jembatan menuju manusia yang berwawasan
luas.berdedikasi tinggi dan mempunyai skill yang mumpuni untuk menghadapi tantangan
global saat ini.

Dunia usaha pada masa sekarang ini telah banyak menuntut manusia yang mempunyai skill
yang spesifik untuk turut andil pada peningkatan produksi,oleh karena itu pendidikan dituntut
untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, berdaya saing serta
menpunyai keahlian dan ketrampilan.
BAB II
MANFAAT PENDIDIKAN

Pada penelitian Weisbrod (1962, 1964) mengklasifikasi manfaat pendidikan sebagai pilihan
secara finansial yang semakin terbuka bagi siswa. Manfaat ini dapat dirasakan karena dengan
menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu, seseorang akan memiliki kesempatan terbuka untuk
melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yang berarti ia memiliki kesempatan
menambah jumlah pengalaman training yang lebih baik.

Manfaat pendidikan sebagai pilihan-pilihan non-finasial Misalnya, seorang guru besar


memiliki banyak keuntungan non-finansial karena jabatannya itu. Melalui jabatannya itu, seorang
guru besar tidak hanya memiliki tingkat kebebasan dan fleksibilitas dalam bekerja, tetapi juga
pertemuanya dengan mahasiswa setiap hari serta kesenangan yang diperolehnya melalui kegiatan
perkuliahan dan penelitian. Buktinya, banyak orang yang memiliki kecakapan akademik sekaligus
mampu bekerja di sektor industri, tetapi lebih memilih menjadi dosen atau peneliti meskipun dengan
gaji yang lebih rendah.

Manfaat pendidikan juga dapat diklasifikasikan ke dalam manfaat secara individual


dan manfaat sosial. Manfaat secara individual adalah manfaat yang dapat dirasakan oleh
seseorang karena pendidikannya. Sedangkan manfaat sosial adalah manfaat yang mungkin
tidak dirasakan oleh seseorang karena pendiodikannya, tetapi manfaatnya diserap oleh
anggota masyarakat yang lain. Manfaat pendidikan bagi individu dapat diklasifikasikan
menjadi Manfaat Secara Konsumtif dan Manfaat Komponen Investasi.

Pengukuran manfaat pendidikan terdapat tiga pendekatan untuk mengukur manfaat


pendidikan, yaitu:

1. Pendekatan Korelasi Sederhana. Hasil kajian yang dilakukan di beberapa wilayah di


Amerika Serikat dengan menggunakan metode time series (longitudinal) dan metode
cross-sectional menunjukkan korelasi yang nyata antara pencapaian pendidikan
dengan penghasilan. Kajian itu menunjukkan tentang adanya hubungan saling terkait
antara pendidikan dengan penghasilan atau pendapatan. Investasi di bidang
pendidikan menyebabkan kenaikan pada pendapatan, dan tingginya pendapatan juga
menyebabkan semakin tingginya pendidikan.
2. Pendekatan Residual. Pendekatan residual adalah pendekatan yang digunakan untuk
menjelaskan fenomena input ekonomi klasik yang hanya memasukan aspek tenaga
kerja secara kuantitas, bukan kualitasnya.

3. Pendekatan Keuntungan Langsung Pendidikan. Pendekatan ini didasarkan pada premis


bahwa pendidikan menghasilkan keuntungan langsung, baik bagi individu maupun
masyarakat. Konsep keuntungan yang terkait dengan penghasilan atau gaji masing-
masing yaitu Profil Penghasilan Berdasarkan Usia, Diferensiasi Penghasilan dan
Diferensiasi Penghasilan Seumur Hidup.

Kesimpulannya disini adalah bahwa bagi sebagian besar individu dan bagi masyarakat secara
keseluruhan, pendidikan sekolah merupakan investasi yang bagus, namun demikian tidak
seorangpun akan begitu ceroboh untuk mengatakan bahwa pendidikan patut didukung, tetapi
kita tidak dapat berharap terlalu banyak darinya.
BAB III
SISTEM DAN BIAYA PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan. Suatu usaha
pendidikan menyangkut tiga unsur pokok, yaitu unsur masukan, unsur proses usaha itu sendiri, dan
unsur hasil usaha. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan bahwa pendidikan
merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan sasaran pendidikan, peserta didik,
pengelola pendidikan, struktur atau jenjang, kurikulum dan fasilitas. Setiap sistem pendidikan ini
saling mempengaruhi.

Toffler (1970) menganalogikan sekolah dengan sebuah pabrik. Memang sebenarnya usaha
pendidikan itu tidak dapat disamakan dengan pabrik. Tetapi jika dilihat dari segi proses
mekanismenya, ada persamaan antara keduanya.

Biaya merupakan sub sistem pendidikan. Menurut Coombs, P.H. & Hallak, J, system
analysis approach memiliki keterkaitan yang erat dengan educational cost analysis, karena:

- Kegiatan dari sistem kependidikan sifatnya dynamic (dinamis) dan organic whole composed of
many independent part (subsystems).

- Problema yang signifikan pada salah satu sub sistem seringkali memiliki pengaruh terhadap sub
sistem lainnya serta biaya dan efisiensi di masa depan.

- Jika ada komponen penting dalam sistem yang malfunctioning atau missing, maka kinerja sistem
secara keseluruhan akan mengalami penurunan bahkan gagal

Hakikat dan beberapa konsep-konsep biaya dalam pendidikan yaitu :

 Opportunity cost (or sacrifice cost). Biaya kesempatan (opportunity cost) atau biaya peluang
(sacrifice cost) adalah biaya kependidikan yang diukur dari nilai kesempatan/peluang yang
hilang selama mengikuti proses pendidikan.

 Resource cost, Resource cost adalah biaya yang diukur dalam unit pisik, seperti: jam guru,
jumlah buku, luas lantai, dll.

 Financial cost. Money cost atau financial cost adalah harga yang dibayar untuk siswa melalui
sistem kependidikan.
BAB IV
BIAYA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Biaya pendidikan adalah nilai besar dana yang diperkirakan yang perlu disediakan
untuk mendanai berbagai kegiatan pendidikan. Dalam konteks ini, biaya pendidikan
mencakup semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan,
baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan dengan uang).
Misalnya, iuran siswa adalah biaya, demikian juga sarana fisik, buku-buku pelajaran juga
merupakan biaya. Di Indonesia Pemerintah Pusat dan Daerah bertanggung jawab atas
anggaran pendidikan dengan dasar hukum UUD 1945, UU No 22 Tahun 2004 tentang
Otonomi Daerah dan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005. Biaya Pendidikan terdiri dari :

1. Biaya Investasi yaitu suatu biaya investasi yang dikeluarkan sekolah untuk membayar
biaya sarana prasarana, biaya pengembangan SDM, dan biaya modal kerja.
a. Biaya Sarana Prasarana adalah biaya yang dikeluarkan sekolah untuk membeli
berbagai macam sarana dan prasarana untuk menunjang keberhasilan pembelajaran
siswa di sekolah. Biaya Sarana Prasarana misalnya biaya untuk membeli kursi, meja,
Infokus, Ac, dan buku.
b. Biaya Pengembangan SDM adalah suatu biaya yang dikeluarkan oleh sekolah untuk
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) khususnya guru kualitas guru. Misalnya
dengan Diklat, MGMP, K3S, Seminar, dan Workshop.
c. Biaya modal kerja adalah suatu biaya yang dikeluarkan sekolah untuk membayar
gaji guru-guru dan pegawai-pegawai sekolah, misalnya pembayaran gaji guru dan
gaji pegawai tata usaha.

2. Biaya Operasional
a. Biaya Personalia, misalnya gaji guru, penjaga sekolah, biaya jajan anak, biaya
transportasi.
b. Biaya Non Personalia, misalnya biaya barang habis pakai misalnya pembelian alat
tulis Kantor seperti, pembelian spidol, tinta, dan pena.

3. Biaya Langsung dan tidak Langsung


Dalam teori dan praktek pembiayaan pendidikan, dikenal bebarapa kategori biaya
pendidikan. Pertama, Biaya langsung (direct cost) adalah segala pengeluaran yang secara
langsung menunjang penyelenggaraan pendidikan. Biaya langsung terdiri dari biaya-
biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa berupa
pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru baik yang
dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua maupun siswa sendiri.dan biaya tidak langsung.
Kedua, Biaya tidak langsung adalah pengeluaran yang tidak secara langsung menunjang
proses pendidikan tetapi memungkinkan proses pendidikan tersebut terjadi di sekolah,
misalnya biaya hidup siswa, biaya transportasi ke sekolah, biaya jajan, dan harga
kesempatan.

4. Biaya Pribadi (private cost) dan Biaya Sosial (social cost)


Biaya pribadi adalah pengeluaran keluarga untuk pendidikan atau pengeluaran rumah
tangga. Biaya social adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk pendidikan,
baik melalui sekolah maupun melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah kemudian
digunakan untuk membiayai pendidikan.

5. Biaya Rutin dan Biaya Modal


Secara umum, pembiayaan pendidikan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu; (1) Biaya
Rutin (recurring cost) dan (2) Biaya Modal (capital cost). Recurring cost pada intinya
mencakup keseluruhan biaya operasional penyelenggaraaan pendidikan, seperti biaya
administrasi, pemeliharaan fasilitas, pengawasan, gaji, biaya untuk kesejahteraan, dan
lain-lain. Sementara, Capital cost atau sering pula disebut biaya pembangunan mencakup
biaya untuk pembangunan fisik, pembelian tanah, dan pengadaan barang-barang lainnya
yang didanai melalui anggaran pembangunan. Biaya rutin adalah biaya yang harus
dikeluarkan dari tahun ke tahun, seperti gaji pegawai (guru dan non guru), serta biaya
operasional, biaya pemeliharaan gedung, fasilitas dan alat-alat pengajaran (barang-
barang habis pakai). Sementara biaya pembangunan, misalnya, biaya pembelian atau
pengembangan tanah, pembangunan gedung, perbaikan atau rehab gedung, penambahan
furnitur, serta biaya atau pengeluaran lain unutk barang-barang yang tidak habis pakai.

6. Biaya Tetap (Fixed Cost atau FC) adalah Biaya yang dalam periode tertentu jumlahnya
tetap tidak tergantung jumlah produksi. Biaya variabel (Variable Cost atau VC) adalah
Biaya produksi yang jumlahnya berubah sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan.
VC jika perunitnya tetap tetapi secara total jumlahnya berubah sesuai dengan jumlah
produksi. Biaya total (Total Cost atau TC) adalah Seluruh biaya yang dikorbankan
yang merupakan total biaya tetap ditambah total biaya variable.
BAB V
SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA PENDIDIKAN

Untuk terselenggaranya suatu pendidikan, diperlukan pembiayaan yang bersumber


baik dari pemerintah, orang tua, murid, masyarakat, maupun institusi-institusi lainnya seperti
organisasi regional maupun internasional. Pemerintah merupakan penanggung dana terbesar
diantara yang lain (sekitar 70%), selanjutnya orang tua murid (sekitar 10-24%), masyarakat
(sekitar 5%) dan yang terakhir pihak lain baik yang berbentuk hibah maupun pinjaman.

Sisdiknas No. 20 Pasal 46 Ayat 1: ada tiga sumber anggaran pendidikan yaitu

a. Pemerintah Pusat, yang berupa Dana BOS dan Subsidi/Blok Grant.


BOS : semua wilayah daerah memperoleh dana ini yang diperhitungkan berdasarkan
jumlah siswa.
Subsidi/BlokGrant : Dana bantuan langsung dari pemerintah untuk sekolah. Misalnya
dana block grant untuk mengadakan seminar pelatihan kepala sekolah, dana pelatihan
guru-guru. Dana block grant itu dapat meningkatkan peningkatan mutu.
Kedua dana ini pemerintah peroleh dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Biaya
Daerah) yakni dana yang bersumber dari pajak, SDA, investasi, dan pinjaman lain yang
di bayarkan oleh masyarakat. Rumus Perolehan Dana BOS: Jumlah Dana BOS =
Jumlah Siswa x Dana BOS/siswa.

b. Pemerintah Daerah, yang berupa Dana BOP dan Sekolah Bebas Biaya.
BOP : sebutan ini di pergunakan untuk wilayah DKI Jakarta
SBB : sebutan ini di pergunakan untuk di luar wilayah DKI Jakarta.
Kedua dana ini diperoleh dari APBD dari PAD, DAU (Dana Alokasi Umum dari pusat)
dan lain-lain. Pemberian dana ini variatif jumlahnya di setiap daerah dan disesuaikan
pula dengan jumlah siswa di setiap daerah.

c. Masyarakat, yang berupa SPP (pihak sekolah swasta) dan Biaya peserta didik yakni
seragam, buku, ATK, transportasi dll (pihak sekolah negeri).
Dana yang bersumber dari masyarakat dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu dana
yang berasal dari swasta yang dalam prakteknya membutuhkan bantuan dari orang tua murid
dan negeri yang biasanya digunakan untuk pembiayaan seragam dll, ini dikarenakan
keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan dana pendidikan,
tanggung jawab atas pemenuhan dana pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masyarakat dan orang tua.

Penggunaan dana Pendidikan memiliki dasar hukum standar pembiayaan pada Pasal 62 PP
Nomor 9 Tahun 2005 yang berbunyi:

1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.

2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.

3. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.

4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi:
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji.
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai.
c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain
sebagainya.

5. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan
usulan BSNP.
BAB VI
RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA SEKOLAH (RAPBS)

Pengertian RAPBS

RAPBS adalah rencana biaya dan pendanaan rinci untuk tahun pertama RPS & RPM.
RAPBS & RAPBM merupakan dokumen anggaran sekolah & madrasah resmi yang harus
ditandatangani oleh Komite Sekolah & Madrasah dan Kepala Sekolah & Madrasah serta
penanggungjawab perumusan RAPBS & RAPBM, untuk menjadi anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah & madrasah (APBS & APBM).
RAPBS & RAPBM dibuat hanya untuk satu tahun anggran pelajaran mendatang, dan
terdiri dari 2 bagian: Pendapatan dan Pengeluaran. RAPBS & RAPBM mencakup semua
biaya dan pendapatan yang ada pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya Tahunan,
khususnya untuk tahun anggaran mendatang.
Pendapatan yang dicantumkan di RAPBS & RAPBM hanya mencakup dana dalam
bentuk uang, baik yang akan diterima dan dikelola langsung oleh sekolah & madrasah.
Pendapatan yang dicantumkan di RAPBS & RAPBM hanya mencakup dana dalam bentuk
uang yang akan diterima dan dikelola langsung oleh sekolah dan madrasah

Peraturan pemerintah tentang RAPBS

Pelaksanaan kegiatan pembelanjaan keuangan mengacu kepada perencanaan yang


telah ditetapkan. Mekanisme yang ditempuh di dalam pelaksanaan kegiatan harus benar,
efektif dan efisien. Pembukuan uang yang masuk dan keluar dilakukan secara cermat dan
transparan. Untuk itu tenaga yang melakukan pembukuan dipersyaratkan menguasai teknis
pembukuan yang benar sehingga hasilnya bisa tepat dan akurat.

Strategi Penyusunan RAPBS menurut Arnaldo. C Hax dan Nicholas. S, yaitu:


1) Suatu pola keputusan yang integrity, coherent, dan menyatu diantara setiap komponen;
2) Menentukan dan mengembangkan tujuan lembaga yang dinyatakan dalam sasaran jangka
pendek, jangka panjang, jangka menengah, program dan prioritasisasi dari alokasi sumber-
sumber daya pendidikan; 3) Memilih jenis kemampuan, keterampilan, pengetahuan apa saja
yang mungkin akan diperlukan oleh masyarakat di masa akan datang; 4) Merespon dengan
cepat semua peluang dan acaman, kelemahan dan keunggulan yang ada di biadang lembaga
pendidikan; 5) Membangun komitmen dari semua pihak, siswa, orang tua, masyarakat,
pemerintah, unit-unit depdikbud, sampai pada internal sekolah untuk bersama-sama
meningkatkan mutu sekolah; 6) Menentukan tingkat kontribusi dari setiap input pendidikan
yang bermuatan biaya terhadap mutu pendidikan atau prestasi belajar siswa (efisiensi
internal) dan angka permintaan masyarakat terhadap lulusan sekolah (efisiensi eksternal).

Tujuan RAPBS
Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) adalah
sebagai acuan bagi sekolah, komite sekolah, dan orang tua/wali peserta didik serta pemangku
kepentingan sekolah (Dinas, Dewan Pendidikan, Alumni, Dunia Usaha dan Industri) dalam
penyususna RAPBS untuk memenuhi seluruh pembiyaan kebutuhan atau kegiatan sekolah
yang pembahasannnya melalui mekanisme musyawarah untuk ditetapkan menjadi APBS.

Strategi Penyusunan RAPBS


Ada 6 konsep strategis menurut Arnaldo. C Hax dan Nicholas. S, yaitu:
1. Suatu pola keputusan yang integrity, coherent, dan menyatu diantara setiap
komponen.
2. Menentukan dan mengembangkan tujuan lembaga yang dinyatakan dalam sasaran
jangka pendek, jangka panjang, jangka menengah, program dan prioritasisasi dari
alokasi sumber-sumber daya pendidikan
3. Memilih jenis kemampuan, keterampilan, pengetahuan apa saja yang mungkin akan
diperlukan oleh masyarakat di masa akan datang.
4. Merespon dengan cepat semua peluang dan acaman, kelemahan dan keunggulan yang
ada di biadang lembaga pendidikan.
5. Membangun komitmen dari semua pihak, siswa, orang tua, masyarakat, pemerintah,
unit-unit depdikbud, sampai pada internal sekolah untuk bersama-sama meningkatkan
mutu sekolah
6. Menentukan tingkat kontribusi dari setiap input pendidikan yang bermuatan biaya
terhadap mutu pendidikan atau prestasi belajar siswa (efisiensi internal) dan angka
permintaan masyarakat terhadap lulusan sekolah (efisiensi eksternal)
BAB VII
GAJI GURU DAN MUTU PENDIDIKAN

Menurut Hasibuan (1999:133) “gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik
kepada guru yang tetap serta mempunyai jaminan yang pasti”. Simamora (2004:445) dalam
bukunya menjelaskan bahwa: “Upah (wages) biasanya berhubungan dengan tarif gaji per-jam
(semakin lama jam kerjanya, semakin besar bayarannya). Sedangkan gaji (salary) umumnya
berlaku untuk tarif bayaran mingguan, bulanan, dan tahunan (terlepas dari lamanya jam
kerja).

Secara luas pengertian mutu pendidikan dapat mencakup aspek sarana/prasarna,


organisasi, manajemen, masukan, proses, keluaran yang dapat memuaskan pelanggan internal
(pengajar, staf administrasi, pengelola lembaga pendidikan). Mutu pendidikan yang bersifat
proaktif artinya institusi pendidikan memiliki produk (lulusan) yang secara terus menerus
menyesuaikan dirinya dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta realitas sosial yang
terus berkembang secara dinamis.

Persoalan mendasar dari mutu pendidikan adalah kesejahteraan guru, baik itu material
(gaji) maupun non-material (lingkungan/budaya). Gaji (kompensasi), ini sangat
mempengaruhi mutu pendidikan. Dimana kompensasi akan mempengaruhi keseriusan,
komitmen, produktivitas dan kedisiplinan. Dan lingkungan/ budaya seperti etos kerja, ini juga
mempengaruhi mutu pendidikan.

Dasar Hukum Pemberian Gaji kepada Guru yaitu Undang-undang no. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, banyak faktor
yang mempengaruhinya, salah satunya adalah peningkatan kesejahteraan guru. Apalagi
Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen mengamanatkan guru berhak
memperoleh penghasilan diatas kebutuhan minimum dan jaminan kesejahteraan social,
sebagaimana yang tercantum pada bab I dalam ketentuan umum.

Macam - macam Sistem Penggajian dapat diuaraikan sebagai berikut :


1. Sistem Skala Tunggal Adalah system penggajian yang memberikan gaji yang sama
kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang memperhatikan sifat
pekerjaan yang dilakukan dan beratnya tanggung jawab pekerjaannya.

2. Sistem Skala Ganda Adalah sistem penggajian yang menentukan besarnya gaji bukan
saja didasarkan pada pangkat, tetapi juga didasarkan pada sifat pekerjaan yang
dilakukan, prestasi kerja yang dicapai dan beratnya tanggung jawab pekerjaannya.

3. Sistem Skala Gabungan yaitu merupakan perpaduan antara sistem skala tunggal dan
sistem skala ganda. Dalam sistem skala gabungan, gaji pokok ditentukan sama bagi
pegawai yang berpangkat sama, di samping itu diberikan tunjangan kepada Pegawai
yang memikul tanggung jawab yang lebih berat, prestasi yang tinggi atau melakukan
pekerjaan tertentu yang sifatnya memerlukan pemusatan perhatian dan pengerahan
tenaga secara terus-menerus.

Simamora membedakan kompensasi penggajian guru menjadi dua macam, yaitu


kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung.

1. Kompensasi langsung, merupakan penghargaan yang diterima karyawan dalam bentuk uang.
Kompensasi langsung dapat berupa upah, gaji, insentif, dan tunjangan-tunjangan lain. Dessler
(1997:85) menjelaskan bahwa: “Kompensasi langsung adalah pembayaran keuangan langsung
dalam bentuk upah, gaji, insentif, komisi dan bonus”.

2. Kompensasi tidak langsung, meliputi semua imbalan finansial yang tidak tercakup
dalam kompensasi langsung. Kompensasi tidak langsung menurut Nawawi (2001:316)
adalah “Program pemberian penghargaan atau ganjaran dengan variasi yang luas, sebagai
bagian keuntungan organisasi atau perusahaan”.

Strategi pembayaran gaji/kesejahteraan ini sesuai dengan status guru tersebut yang meliputi
berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), Guru Bantu, Guru Tidak Tetap (GTT) dan Guru honor komite.
BAB VIII
PRODUKSI DAN FUNGSI BIAYA DALAM PENDIDIKAN

1. Fixed Cost (Biaya Tetap)

Biaya tetap ( fixed cost ) adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi
(output)/jasa dan waktu pengeluarannya, biasanya lebih dari satu tahun. Biaya ini harus tetap
dikeluarkan walaupun tidak ada pelayanan. Biaya tetap (Fixed Cost/FC) tidak terpengaruh
besaran output. Contoh FC adalah nilai dari gedung yang digunakan, ataupun nilai tanah.
Nilai gedung dimasukan dalam FC sebab biaya gedung yang digunakan tidak berubah baik
ketika pelayanannya meningkat maupun menurun. Biaya tetap dibagi menjadi 2 ( dua ) yaitu
biaya tetap total ( total fixed cost ) dan biaya tetap rata – rata ( average fixed cost ).

2. Variabel Cost

Biaya variabel atau sering disebut biaya variabel total (total variable cost, TVC)
adalah jumlah biaya produksi yang berubah menurut tinggi rendahnya jumlah output yang
akan dihasilkan atau biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan. Biaya variabel juga dapat disebut sebagai biaya produksi per unit produk.
Semakin besar output atau barang yang akan dihasilkan, maka akan semakin besar pula biaya
variabel yang akan dikeluarkan. Contoh dari biaya variabel yaitu penyediaan bahan baku
untuk produksi seperti biaya buku, biaya fotocopy soal ujian, biaya alat tulis kantor, biaya
pemeliharaan, dll. Biaya variabel (variable cost) atau TVC adalah biaya yang tergantung
pada tingkat produksi. Biaya variabel dibagi menjadi 2 (dua) yaitu biaya variabel total (total
variable cost) dan biaya variabel rata – rata (average variable cost) atau AVC.

3. Total Cost

Total Cost (Biaya total) adalah penjumlahan atau jumlah keseluruhan antara biaya
total tetap dengan biaya total variabel atau dengan persamaan matematis sebagai berikut:

TC = Total FC + Total VC
Dimana:
TC adalah biaya total, FC adalah biaya tetap dan VC adalah biaya variable.

4. Average Fixed Cost (Biaya Tetap Rata-Rata)

Average fixed cost (Biaya tetap rata-rata ) adalah biaya tetap yang dibebankan
kepada setiap unit output atau biaya rata – rata dari semua biaya tetap total. Untuk
mengetahui biaya tetap rata-rata tiap produk, kita bisa membagi biaya tetap dengan jumlah
produk yang dibuat, atau dapat dirumuskan sebagai berikut :

Average Fixed Cost (AFC)= TFC/Q

Semakin banyak barang X yang dihasilkan, maka biaya tetap rata-rata akan semakin kecil,
dan bersifat asimtotik. Pada jumlah produksi yang kecil biaya rata-rata ini tampak tinggi dan
pada jumlah produksi yang tinggi, biaya tetap rata-rata itu rendah.

5. Average Variable Cost (Biaya Variabel Rata-Rata)

Average Variable Cost adalah ongkos variabel yang dibebankan untuk setiap unit output
atau biaya rata – rata jumlah semua biaya sesuai output. Biaya variabel rata-rata diperoleh dengan
jalan membagi biaya variabel dengan jumlah produk yang dihasilkan. Untuk mengetahui biaya
variabel rata-rata tiap produk, kita bisa membagi biaya variabel dengan jumlah produk yang dibuat
atau dapat dirumuskan sebagai berikut :

Average Variable Cost (AVC)= TVC/Q

6. Average Cost (Biaya Rata-rata)

Average cost yaitu biaya yang menunjukkan jumlah biaya per unit barang yang dihasilkan
yakni merupakan hasil bagi antara biaya keseluruhan dengan jumlah barang yang dihasilkan. Secara
matematis dapat ditulis:

Biaya Rata-Rata= Biaya Total/Jumlah Barang atau AC= TC/Q

7. Marginal Cost

Biaya marginal adalah perubahan biaya total akibat penambahan satu unit output (Q) atau
kenaikan biaya yang harus dikeluarkan karena adanya tambahan barang yang diproduksi. Biaya
marginal timbul akibat pertambahan satu unit output sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
BAB IX
PERANAN PEMERINTAH DALAM PENDIDIKAN

Fungsi pemerintah dalam pendidikan


Demokrasi suatu sistem pemerintahan rakyat , sudah seharusnya menjadikan hak
rakyat sebagai orientasi perubahan, termasuk dalam pendidikan. Pendidikan sebagai saluran
perubahan masyarakat harusnya dijadikan prioritas.
Pemerintah sebagai pilar demokrasi harus menjadikan pendidikan sebagai orientasi
perubahan, tentunya prioritas ini tercermin dari usaha pemerintah untuk membuat Undang –
Undang atau Instrumen politik, guna mendukung pelaksanaan pendidikan berdasarkan
hakikat pendidikan dan amanah UUD. Namun, hal ini tercoreng oleh disahkanya Undang –
Undang BHP atau Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 53 ayat(1)
bahwa “penyelenggaraan dan atau saluran pendidikan formal yang didirikan masyarakat
berbentuk badan hukum. Undang – undang ini bukan menempatkan institusi pendidikan
sebagai UPT ( Unit Pekerja Teknis ) tapi sebagai unit yang otonom. Kebijakan institusi tidak
lagi dibuat melalui instrument pemerintah tapi hak institusi untuk menentukan
kebijakannya ,termasuk pengelolaan uang dan investasi lembaga pendidikan dan pemerintah
melepaskan kewajiban penganggaran pembiayaan pendidikan, artinya institusi yang
menanggung pembiayaannya sendiri.

Dasar hukum peranan pemerintah dalam pendidikan


Secara universal, pengakuan bahwa pendidikan merupakan hak setiap umat manusia
termuat dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, yang pada pasal 26 ayat 1 berbunyi
“Setiap orang berhak memperoleh pendidikan. Pendidikan harus dengan cuma-cuma, setidak-
tidaknya untuk tingkatan sekolah rendah dan pendidikan dasar. Pendidikan rendah harus
diwajibkan. Pendidikan teknik dan kejuruan secara umum harus terbuka bagi semua orang
dan pendidikan tinggi harus dapat dimasuki dengan cara yang sama, berdasarkan
kepantasan.” Kutipan tersebut memperlihatkan bagaimana sistem pendidikan yang ideal,
yang menggambarkan suatu bentuk sistem persekolahan disertai sistem pendidikan luar
sekolah, dengan tahapan yang linier.
Selanjutnya, tonggak penting pembangunan pendidikan setelah kemerdekaan adalah
disahkannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1950 jo Undang-Undang no. 12 Tahun 1954.
Undang-undang ini merupakan dasar hukum Sistem Pendidikan Nasional yang pertama
diundangkan.

BAB X
NILAI PENDIDIKAN

Mulyana mengartikan Nilai Pendidikan sebagai penanaman dan pengembangan nilai-


nilai pada diri seseorang. Nilai sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan
mengalami nilai-nilai serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya.
Pendidikan Nilai tidak hanya merupakan program khusus yang diajarkan melalui sejumlah
mata pelajaran, akan tetapi mencakup keseluruhan program pendidikan.

Hakam mengungkapkan bahwa Nilai Pendidikan adalah pendidikan yang


mempertimbangkan objek dari sudut moral dan sudut pandang non moral, meliputi estetika,
yakni menilai objek dan sudut pandang keindahan dan selera pribadi, dan etika yaitu menilai
benar atau salahnya dalam hubungan antar pribadi.

Dari tiga definisi di atas, dapat dimaknai bahwa Pendidikan Nilai adalah proses
bimbingan melalui suri tauladan pendidikan yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai
kehidupan yang di dalamnya mencakup nilai agama, budaya, etika, dan estetika menuju
pembentukan pribadi peserta didik yang memiliki kecerdasan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian yang utuh, berakhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara.

Nilai-nilai pendidikan sendiri adalah suatu makna dan ukuran yang tepat dan akurat
yang mempengaruhi adanya pendidikan itu sendiri. Diantara nilai-nilai dalam pendidikan
karakter bangsa ada 18 unsur dan nilai yang mana diantaranya adalah: 1) Religius; 2) Jujur;
3) Toleransi; 4) Disiplin; 5) Kerja Keras; 6) Kreatif; 7) Mandiri; 8) Demokratis; 9) Rasa Ingin
Tahu; 10) Semangat Kebangsaan; 11) Cinta Tanah Air; 12) Menghargai Prestasi;
13) Bersahabat/Komuniktif; 14) Cinta Damai; 15) Gemar Membaca; 16) Peduli Lingkungan;
17) Peduli Sosial, dan 18) Tanggung-jawab. Dari 18 nilai dalam pendidikan karakter bangsa itu
Religius berapa pada posisi yang paling inti dan pertama diantara nilai-nilai lainnya. Religius adalah
proses mengikat kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi, sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Dalam proses pendidikan nilai, tindakan-tindakan pendidikan yang lebih spesifik


dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang lebih khusus sebagaimana diungkapkan Komite
APEID (Asia and the Pasific Programme of Education Innovation for Development) bahwa
Pendidikan Nilai secara khusus ditujukan untuk 1) Menerapkan pembentukan nilai kepada
peserta didik; 2) Menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan, dan
3) Membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut. Dengan demikian,
Pendidikan Nilai meliputi tindakan mendidik yang berlangsung mulai dari usaha penyadaran
nilai sampai pada perwujudan perilaku-perilaku yang bernilai.

Sumaatmadja menjelaskan bahwa pada prinsipnya anak sebagai individu dan calon
anggota masyarakat merupakan potensi yang berkembang dan dapat dikembangkan. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa setiap individu memiliki empat dasar mental yaitu meliputi dorongan
ingin tahu (sense of curiosity), minat (sense of interest), dorongan ingin melihat (sense of
reality), dorongan menemukan sendiri hal-hal dan gejala-gejala dalam kehidupan (sense of
discovery). Dasar mental tadi merupakan modal yang sangat berharga bagi pelaksanaan dan
penyelenggaran pendidikan. Oleh karena itu, harus dipupuk dan dikembangkan secara positif
bagi kepentingan anak sendiri.

Perhitungan Nilai Pendidikan sebagai Social Investment dalam bukunya Manajemen


SDM, Prof. Dr. Tjutju Yuniarsih dan Dr. Suwatno, Msi menyatakan bahwa investasi
pendidikan memiliki keunggulan kompetitif jika dibandingkan dengan investasi di sektor
lain. Pertama, pendidikan dapat dipandang sebagai sarana investasi, akan memberikan
implikasi secara ekonomi. Artinya dengan pendidikan akan memberikan kontribusi langsung
terhadap pendapatan dan kesejahteraan seseorang. Kedua, pendidikan akan melahirkan
lapisan elite sosial. Ketiga pendidikan merupakan wahana untuk membangun dan
meningkatkan martabat. Pendidikan satu-satunya alat untuk menghasilkan perubahan pada
diri manusia (change of agent).

Teori Nilai membahas dua masalah yaitu masalah Etika dan Estetika. Etika
membahas tentang baik buruknya tingkah laku manusia sedangkan estetika membahas
mengenai keindahan.
Strategi Pengelolaan Nilai Pendidikan Sebagai Social Investment yang dapat
digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembiayaan agar berdampak pada
peningkatan mutu pendidikan adalah sebagai berikut : a) Skala prioritas; b) Renumerasi;
c) Penerapan standar mutu pembiayaan pendidikan; d) Subsisi dan pembiayaan pendidikan
yang berkeadilan; e) Pengawasan.

BAB XI
PENDIDIKAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Hakikat Pendidikan

Asas perkembangan pendidikan sejajar dengan perkembangan kebudayaan


menunjukkan bahwa pendidikan selalu dalam keadaan berubah sesuai perkembangan
kebudayaan. Pendidikan merupakan cerminan dari nilai-nilai kebudayaan yang berlaku
sekarang, atau pada saat terterntu. Suatu kenyataan bahwa konsep-konsep pendidikan dapat
dipahami dari aktifitas pendidikan atau institusi-institusi pendidikan. Kesejajaran
perkembangan pendidikan dan kebudayaan ini, mengharuskan adanya dua sifat yang harus
dimiliki pendidikan yaitu bersifat reflektif dan progresif.

Aktifitas pendidikan berlangsung baik secara formal maupun informal. Baik


pendidikan yang formal maupun informal memiliki kesamaan tujuan yaitu sesuai dengan
filsafat hidup dari masyarakat. Pengakuan akan pendidikan sebagai gejala kebudayaan tidak
membedakan adanya pendidikan formal, informal dan formal, semuanya merupakan aktifitas
pendidikan yang seharusnya memiliki tujuan yang sama. Dari sisi lain dapat dinyatakan
bahwa pendidikan bukan hanya berlangsung di lingkungan sekolah saja, tetapi juga
belangsung di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Mendasarkan pada uraian diatas maka pembahasan tentang hakikat pendidikan


merupakan tinjauan yang menyeluruh dari segi kehidupan manusia yang menampakkan
konsep-konsep pendidikan. Karena itu pembahasan hakikat pendidikan meliputi pengertian-
pengertian: pendidikan dan ilmu pendidikan; pendidikan dan sekolah; dan pendidikan sebagai
aktifitas sepanjang hayat. Komponen-komponen pendidikan yang meliputi :

1) Tujuan pendidikan,

2) Peserta didik,

3) Pendidik,
4) Interaksi sfektif antara peserta didik dengan pendidik,

5) Isi pendidikan,

6) Konteks yang mempengaruhi suasana pendidikan.

Hakikat Pertumbuhan Ekonomi

Hakikat pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu aspek saja dari pembangunan
ekonomi yang lebih menekankan pada peningkatan output agregat khususnya output agregat
per kapita. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik
selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional.
Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil
terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun
sebelumnya.

Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat Pertumbuhan Ekonomi

 Tingkat Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto)

 Tingkat Pertumbuhan PNB (Produk Nasional Bruto)

Dalam praktek angka, PNB kurang lazim dipakai, yang lebih populer dipakai adalah
PDB, karena angka PDB hanya melihat batas wilayah,terbatas pada negara yang
bersangkutan.

Perbedaan Pembangunan Ekonomi dengan Pertumbuhan Ekonomi

 Pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi,


tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur perekonomian.

 Pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya


kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan

Persamaan Pembangunan Ekonomi dengan Pertumbuhan Ekonomi

 Kedua-duanya merupakan kecenderungan di bidang ekonomi.


 Pokok permasalahan akhir adalah besarnya pendapatan per kapita.

 Kedua-duanya menjadi tanggungjawab pemerintah dan memerlukan dukungan rakyat.

 Kedua-duanya berdampak kepada kesejahteraan rakyat.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

1. Faktor Sumber Daya Manusia,

2. Faktor Sumber Daya Alam,

3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,

4. Faktor Budaya,

5. Sumber Daya Modal


BAB XII
BREAK EVENT POINT (BEP)
DALAM PENDIDIKAN

Pengertian Break Event Point (BEP)

Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak
mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya). Analisis break even sering
digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam analisis laporan keuangan. Dalam analisis
laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus ini untuk mengetahui:

1. Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba

2. Struktur biaya tetap dan variable

3. Kemampuan perusahaan memberikan margin unutk menutupi biaya tetap

4. Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak
mengalami laba dan rugi.

Break Even Point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari
jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk
menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.

Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana
perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian.
Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut
dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume
penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan
hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan
menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila
penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan
pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan
dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :

1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan


mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.

2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.

3. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.

Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-
pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan.
Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh
karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point,
sehingga mudah untuk memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.

Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah
break even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even point baru akan muncul
apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap.
Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi
perusahaan, sedangkan besarnya biaya tetap sacara totalitas tidak mengalami perubahan
meskipun ada perubahan volume produksi.

Manfaat Break Event Point (BEP)

Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-
asumsi tersebut adalah :

1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel


dan biaya tetap.

2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap.

3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah
karena adanya perubahan volume kegiatan.

4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang
diproduksi.
5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.

6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis
komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap).

Kelemahan Break Even Point

Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak
dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari
analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan
penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek. (Soehardi,2004).

Jenis Biaya Dalam Break Even Point (BEP)

Biaya dikelompokan menjadi 2, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
(variabel cost).

1. Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang besarnya tidak berubah walaupun terjadi
penambahan pada volume produksi. Termasuk dalam kelompok ini adalah: gaji dan
tunjangan, biaya penyusutan (depreciation), biaya perawatan mesin dan gedung,
bunga kredit, asuransi, pajak perusahaan, dan biaya tak terduga, dan lain-lain.

2. Biaya tidak tetap (variabel cost), yaitu: biaya yang besarnya berubah sesuai dengan
penambahan dari volume produksi. Termasuk dalam kelompok ini adalah: bahan
baku, bahan penolong, pengepakan, dan bahan untuk laboratorium, bahan bakar dan
pelumas, pajak penjualan, sales promotion, biaya lembur, dan lain-lain.
BAB XIII
AKUTANSI PENDIDIKAN

Akuntansi Untuk Sektor Pendidikan

Istilah akuntansi mulai dikenal pada awal tahun 60-an, ketika ilmu akuntansi
Amerika Serikat mulai masuk ke Indonesia. Kata akuntansi berasal dari kata to account yang
berarti memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi sangat erat kaitannya
dengan informasi keuangan. Akuntansi pendidikan berhubungan dengan pengajaran,
penyuluhan, penelitian, dan konsultasi di bidang pengembangan akuntansi.

Peran dan Fungsi Akuntansi Pendidikan

Setiap sistem utama akuntansi akan melaksanakan lima fungsi utamanya yaitu:

a. Mengumpulkan dan menyimpan data dari semua aktivitas dan transaksi perusahaan

b. Memproses data menjadi informasi yang berguna pihak manajemen.

c. ditetapkan oleh perusahaan.

d. Mengendalikan kontrol data yang cukup sehingga aset dari suatu organisasi atau
perusahaan terjaga.

Akuntansi memberikan informasi keuangan dalam menunjang proses pengambilan


kebijakan. Peran dan fungsi akuntansi dalam dunia pendidikan adalah menyediakan informasi
kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, agar berguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi dalam identitas pendidikan.

Siklus Akuntansi Pendidikan

Pengertian Siklus akuntansi adalah proses penyediaan laporan keuangan organisasi


selama suatu periode tertentu. Siklus akuntansi dapat dibagi menjadi pekerjaan yang
dilakukan selama periode berjalan, yaitu penjurnalan transaksi dan pemindahbukuan ke
dalam buku besar, dan penyiapan laporan keuangan pada akhir periode. Pekerjaan yang
dilakukan di akhir periode termasuk juga mempersiapkan akun untuk mencatat transaksi-
transaksi pada periode selanjutnya. Akuntansi pada dasarnya, merupakan proses pengolahan
informasi yang menghasilkan informasi akuntansi, di mana salah satu bentuk keluarannya
adalah laporan keuangan.

Banyaknya langkah yang harus ditempuh pada akhir periode secara tidak langsung
menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan dilakukan pada bagian akhir. Siklus akuntansi
dapat dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu :

a. Tahap pencatatan

Kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran bukti transaksi serta bukti pencatatan.


Kegiatan ini dilakukan dengan sarana buku harian atau jurnal untuk kemudian
diposting berdasarkan kelompok ke dalam akun buku besar.

b. Tahap pengikhtisaran

Kegiatan dalam tahap ini adalah sebagai berikut; penyusunan neraca saldo
berdasarkan akun-akun buku besar, pembuatan ayat jurnal penyesuaian, penyusunan
kertas kerja, pembuatan ayat jurnal penutup, pembuatan neraca saldo setelah
penutupan, dan membuat ayat jurnal pembalik.

c. Tahap pelaporan

Dalam tahap ini, dilakukan penyusunan Laporan Surplus Defisit, Laporan Arus Kas,
Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
BAB XIV
ANALISI BIAYA PENDIDIKAN

Dalam konsep dasar pembiayaan pendidikan ada dua hal penting yang perlu dikaji
atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan per
siswa (unit cost). Biaya satuan ditingkat sekolah merupakan aggregate biaya pendidikan
tingkat sekolah baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua, dan masyarakat yang
dikerluarkan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam satu tahun pelajaran. Biaya satuan
per murid merupakan ukuran yang menggambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan
sekolah secara efektif untuk kepentingan murid dalam menempuh pendidikan. Oleh karena
biaya satuan ini diperoleh dengan memperhitungkan jumlah murid pada masing-masing
sekolah, maka ukuran biaya satuan dianggap standard an dapat dibandingkan antara sekolah
yang satu dengan yang lainnya.

Dalam menentukan biaya satuan terdapat dua pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan makro
Pendekatan makro mendasarkan perhitungan pada keseluruhan jumlah pengeluaran
pendidikan yang diterima dari berbagai sumber dana kemudia dibagi jumlah
murid.Pendekatan MakroFaktor utama yang menentukan perhitungan biaya satuan dalam
sistem pendidikan adalah kebijakan dalam pengalokasian anggaran pendidikan disetiap
negara.

2. Pendekatan mikro
Pendekatan ini menganalisis biaya pendidikan berdasarkan pengeluaran total (total
cost) dan jumlah biaya satuan (unit cost) menurut jenis dan tingkat pendidikan. Biaya total
merupakan gabungan-gabungan biaya per komponen input pendidikan di tiap sekolah.

Biaya langsung dan tidak langsung


Dalam teori dan praktek pembiayaan pendidikan, baik pada tataran makro maupun
mikro, dikenal bebarapa kategori biaya pendidikan. Pertama, biaya langsung (direct cost) dan
biaya tidak langsung (indirect cost).

Biaya langsung adalah segala pengeluaran yang secara langsung menunjang


penyelenggaraanpendidikan. Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat pelajaran,
sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua
maupun siswa sendiri.

Biaya tidak langsung adalah pengeluaran yang tidak secara langsung menunjang
prosespendidikan tetapi memungkinkan proses pendidikan tersebut terjadi di sekolah,
misalnya biaya hidup siswa, biaya transportasi ke sekolah, biaya jajan, dan harga kesempatan
(opportunity cost).

Biaya rutin dan pembangunan

Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun, seperti gaji
pegawai (guru dan non guru), serta biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung, fasilitas
dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis pakai). Sementara biaya pembangunan,
misalnya, biaya pembelian atau pengembangan tanah, pembangunan gedung, perbaikan atau
rehab gedung, penambahan furnitur, serta biaya atau pengeluaran lain unutk barang-barang
yang tidak habis pakai.

Biaya rutin (recurring cost) pada intinya mencakup keseluruhan biaya operasional
penyelenggaraaan pendidikan, seperti biaya administrasi, pemeliharaan fasilitas, pengawasan,
gaji, biaya untuk kesejahteraan, dan lain-lain.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 pasal 62 disebutkan bahwa


pembiayaan pendidikan terdiri atas:

1. Investasi (sarana dan prasaran, pengembangan SDM, modal kerja tetap)

Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.

d. Biaya Sarana Prasarana adalah biaya yang dikeluarkan sekolah untuk membeli berbagai
macam sarana dan prasarana untuk menunjang keberhasilan pembelajaran siswa di
sekolah. Biaya Sarana Prasarana misalnya biaya untuk membeli kursi, meja, Infokus, Ac,
dan buku.
e. Biaya Pengembangan SDM adalah suatu biaya yang dikeluarkan oleh sekolah untuk
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) khususnya guru kualitas guru. Misalnya
dengan Diklat, MGMP, K3S, Seminar, dan Workshop.
f. Biaya modal kerja adalah suatu biaya yang dikeluarkan sekolah untuk membayar gaji
guru-guru dan pegawai-pegawai sekolah, misalnya pembayaran gaji guru dan gaji pegawai
tata usaha.
2. Biaya operasional

Biaya operasional satuan pendidikan meliputi: gaji pendidik dan tenaga


kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji; bahan atau peralatan habis
pakai; dan biaya operasipendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

c. Biaya Personalia, misalnya gaji guru, penjaga sekolah, biaya jajan anak, biaya transportasi
d. Biaya Non Personalia, misalnya biaya barang habis pakai misalnya pembelian alat tulis
Kantor seperti, pembelian spidol, tinta, dan pena.

3. Biaya personal

Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik
untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai