Anda di halaman 1dari 28

Nama : Agis Hardianti

NIM : 17843016
Kelas : 3C

Mata Kuliah : PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DASAR

1. Jelaskanlah Batasan Pendidikan, Fungsi dan Tujuan Pendidikan


nasional,Pendidikan Sepanjang Hayat, Kemandirian dalam Pendidikan, Unsur-
Unsur Pendidikan, dan Pendidikan Sebagai Sistem!
Jawab :
Seorang calon pendidik hanya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik jika
memperoleh jawaban yang jelas dan benar tentang apa yang dimaksud
pendidikan. Jawaban yang benar tentang pendidikan diperoleh melalui
pemahaman terhadap unsur-unsurnya, konsep dasar yang melandasinya, dan
wujud pendidikan sebagai sistem.
A. Batasan tentang Pendidikan
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam,
dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut
mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang
menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.

 Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya


Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan
pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai
budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke
generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih
cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan
lain-lain.
 Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu
kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran
yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka
yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha
sendiri.
 Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara
Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu
kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi
warga negara yang baik.
 Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja.
Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari
pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia.

 Definisi Pendidikan Menurut GBHN


GBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang
pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasional yang berakar
pada kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila serta
Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan
serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa.
B. Tujuan dan Fungsi Pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi
yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan
sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Secara umum,
fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan, membentuk
watak, kepribadian, agar peserta didik menjadi pribadi yang bermartabat.

C. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)


PSH bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan
persekolahan, PSH merupakan sesuatu proses berkesinambungan yang
berlangsung sepanjang hidup. Ide tentang PSH yang hampir tenggelam,
yang dicetuskan 14 abad yang lalu, kemudian dibangkitkan kembali oleh
comenius 3 abad yang lalu (di abad 16). Selanjutnya PSH didefenisikan
sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan
pengalaman pendidikan. Pengorganisasian dan penstruktursn ini diperluas
mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai paling
tua.(Cropley:67)
Berikut ini merupakan alasan-alasan mengapa PSH diperlukan:
o Rasional
o Alasan keadilan
o Alasan ekonomi
o Alasan faktor sosial yang berhubungan dengan perubahan peranan
keluarga, remaja, dan emansipasi wanita dalam kaitannya dengan
perkembangan iptek
o Alasan perkembangan iptek
o Alasan sifat pekerjaan

D. Kemandirian dalam belajar


a) Arti dan perinsip yang melandasi
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang
berlangsungnya lebih didorong oleh kamauan sendiri, pilihan sendiri, dan
tanggung jawab sendiri dari pembelajaran. Konsep kemandirian dalam
belajar bertumpu pada perinsip bahwa individu yang belajar akan sampai
kepada perolehan hasil belajar.
b) Alasan yang menopang
Conny Semiawan, dan kawan-kawan (Conny S. 1988; 14-16)
mengemukakan alasan sebagai berikut:
 Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat sehingga tidak
mungkin lagi para pendidik(khususnya guru) mengajarkan semua
konsep dan fakta kepada peserta didik.
 Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%, sifatnya relatif.
 Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik mudah
memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai
dengan contoh-contoh konkret dan wajar sesuai dengan situasi dan
kondidi yang dihadapi dengan mengalami atau mempraktekannya
sendiri.
 Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep
seyogyanya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan
penanaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik.

E. Unsur-unsur pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik).
2. Orang yang membimbing (pendidik)
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan
pendidikan)

Penjelasan:
1. Subjek yang dibimbing (Peserta didik)
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern
cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah
subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
merupakan insan yang unik.
b. Individu yang sedang berkembang.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
2. Orang yang membimbing (pendidik)
Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik
mengalami pendidikannya dalam tiga lingkunga yaitu
lingkungankeluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat.
Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua,
guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara
peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan.
Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses
berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat
pendidikan.
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
 Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan
ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.
Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat
efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang
preventif dan yang kuratif.
 Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung (lingkungan pendidikan)
Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat.
F. Pendidikan sebagai sistem
1. Pengertian Sistem
Beberapa definisi sitem menurut para ahli:
a. Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau
terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-
bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks
atau utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10)
b. Sistem meruapakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang
bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. (Tatang
Amirin, 1992:10)
c. Sistem merupakan sehimpunan komponen atau subsistem yang
terorganisasikan dan berkaitan sesuai rencana untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. (Tatang Amirin, 1992:11)

2. Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam Sistem


Pendidikan.
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen.
Komponen tersebut antara lain: raw input (sistem baru), output(tamatan),
instrumentalinput(guru, kurikulum), environmental input(budaya,
kependudukan, politik dan keamanan).
3. Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sitem Lain dan Perubahan
Kedudukan dari Sistem
Sistem pendidikan dapat dilihat dalam ruang lingkup makro. Sebagai
subsistem, bidang ekonomi, pendidikan,dan politik masing-masing-
masing sebagai sistem. Pendidikan formal, nonformal, dan informal
merupakan subsistem dari bidang pendidikan sebagai sistem dan
seterusnya.
4. Pemecahan masalah pendidikan secara sistematik.
 Cara memandang system
Perubahan cara memandang suatu status dari komponen menjadi sitem
ataupunsebaliknya suatu sitem menjadi komponen dari sitem yang
lebih besar, tidak lain daripada perubahan cara memandang ruang
lingkup suatu sitem atau dengan kata lain ruang lingkup suatu
permasalahan.
 Masalah berjenjang
Semua masalah tersebut satu sama lain saling berkaitan dalam
hubungan sebab akibat, alternatif maslah, dan latar belakang masalah.
 Analisis sitem pendidikan
Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk
memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dengan cara yang
efesien dan efektif. Prinsip utama dari penggunaan analisis sistem
ialah: bahwa kita dipersyaratkan untuk berpikir secra sistmatik,
artinya harus memperhitungkan segenap komponen yang terlibat
dalam maslah pendidikan yang akan dipecahkan.
 Saling hubungan antar komponen
Komponen-komponen yang baik menunjang terbentuknya suatu
sistem yang baik. Tetapi komponen yang baik saja belum menjamin
tercapainya tujuan sistem secara optimal, manakala komponen
tersebut tidak berhibungan secra fungsional dengan komponen lain.
 Hubungan sitem dengan suprasistem
Dalam ruang lingkup besar terlihat pula sistem yang satu saling
berhubungan dengan sistem yang lain. Hal ini wajar, oleh karena pada
dasarnya setiap sistem itu hanya merupakan satu aspek dari
kehidupan. Sdangkan segenap segi kehidupan itu kita butuhkan,
sehingga semuanya memerlukan pembinaandan pengembangan.

 Keterkaitan antara pengajaran dan pendidikan


Kesimpulan yang dapat ditarik dari persoalan pengajaran dan
pendidikan adalah:
a. pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan, tetapi tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Masing-masing saling mengisis.
b. Pembedaan dilakukan hanya untuk kepentingan analisis agar
masing-masing dapat dipahami lebih baik.
c. Pendidikan modern lebih cenderung mengutamakan pendidikan,
sebab pendidikan membentuk wadah, sedangkan pengajaran
mengusahakan isinya. Wadah harus menetap meskipun isi
bervariasi dan berubah.
d. Pendidikan prajabatan (preservice education) dan pendidikan dalam
jabatan (inservice education) sebagai sebuah sistem.
Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara formal
kepada calon pekerja dalam bidang tertentu dalam periode waktu
tertentu. Sedangkan pendidikan dalam jabatan bermaksud
memberikan bekal tambahan kepada oramg-orang yang telah
bekerja berupa penataran, kursus-kursus, dan lain-lain. Dengan kata
lain pendidikan prajabatan hanya memberikan bekal dasar,
sedangkan bekal praktis yang siap pakai diberikan oleh pendidikan
dalam jabatan.
e. Pendidikan formal, non-formal, dan informal sebagai sebuah
sistem.
Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan,
berupa rangkaian jenjang pedidikan yang telah baku, misalnya
SD,SMP,SMA, dan PT. Pendidikan nonformal lebih difokuskan
pada pemberian keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat.
Pendidikan informal adalah suatu fase pendidikan yang berada di
samping pendidikan formal dan nonformal.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, dan
informal ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-
pisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya
keluaran pendidikan yang berupa sumberdaya manusia sangat
bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut
berperanan.

2. Uraikanlah Pengertian, Fungsi dan Tujuan Standar Nasional Pendidikan,


Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian
Pendidikan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan
Prasarana, Standar Pembiayaan, dan Standar Pengelolaan Pendidikan!
Jawab :
Berikut Uraian yang berhubungan dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP)
A. Pengertian Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan kriteria minimal tentang
berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan sistem pendidikan
nasional dan harus dipenuhi oleh penyelenggara dan atau satuan
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

B. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Standar Nasional Pendidikan (SNP)


Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan
menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara
terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global

 Standar Nasional Pendidikan terdiri dari :


C. Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan
sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar
penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.
Standar kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang
harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar Kompetensi Lulusan
meliputi:
Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A
Kompetensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B
Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/ Paket C

D. Standar Isi
Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi
minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur
kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan
kalender pendidikan.

E. Standar Proses Pendidikan


Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses
pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan pendidikan
melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.

F. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang
dimaksudkan adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh
seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian
yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
o Kompetensi pedagogik
o Kompetensi kepribadian
o Kompetensi profesional
o Kompetensi sosial.
Pendidik meliputi pendidik pada TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,
SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/MAK, satuan pendidikan Paket A, Paket B
dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan. Tenaga
Kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan
pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga
laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan
tenaga kebersihan.

G. Standar Sarana dan Prasarana


Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,
bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap
satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang
kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata
usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang
unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.

H. Standar Pengelolaan
Standar Pengelolaan terdiri atas:
o Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan.
o Standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah.
o Pengelolaan oleh Pemerintah

I. Standar Pembiayaan Pendidikan


Pembiayaan pendidikan terdiri atas:
o Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan
prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
o Personal sebagaimana dimaksud pada di atas meliputi biaya pendidikan
yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: Gaji pendidik dan tenaga
kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan atau
peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya operasi pendidikan tak
langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain
sebagainya.

J. Standar Penilaian Pendidikan


Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar terdiri atas: Penilaian
hasil belajar oleh pendidik, Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan,
dan Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Penilaian pendidikan pada
jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik,
dan Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian
pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi diatur oleh masing-masing
perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Tuliskan Latar Belakang, Langkah-Langkah Reformasi Pendidikan di Sekolah


Dasar, Kunci Keberhasilan Pembaharuan Pendidikan Nasional, Muatan Global
dalam Pendidikan Nasional, Agenda Pendidikan Nasional, dan Strategi
Reformasi Pendidikan Nasional!
Jawab :
Berikut uraian tentang reformasi pendidikan
A. Latar belakang reformasi pendidikan :
a) Perkembangan ipteks yang cepat dan harapan masyarakat yang tinggi
tujuan pembaharuan pendidikan nasional.
b) Menjaga agar produk pendidikan tetap relevan dengan kebutuhan
dengan duniakerja atau untuk melanjutkan pendidikan. Kunci
keberhasilan pembaharuan pendidikan nasional.
c) Pendidik/guru

B. Langkah-langkah reformasi pendidikan


a) Pertama, merumuskan visi dan misi pendidikan nasional kita yaitu :
 Pendidikan hendaknya memiliki visi yang berorientasi pada
demokrasi bangsa sehingga memungkinkan terjadinya proses
pemberdayaan seluruh komponen masyarakat secara demokratis.
 Pendidikan hendaknya memiliki misi agar tercapai partisipasi
masyarakat secara menyeluruh sehingga secara mayoritas seluruh
komponen bangsa yang ada dalam masyarakat menjadi terdidik
[Suyanto dan Hisyam, 2000:8].

b) Kedua, isi dan substansi pendidikan nasional yaitu :


 Substansi pendidikan dasar hendaknya mengacu pada
pengembangan potensi dan kreatifitas siswa. Oleh karena itu, tolok
ukur keberhasilan pendidikan dasar tidak semata-mata hanya
mengacu pada nilai akhir ujian nasional semata.
 Substansi pendidikan di jenjang pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi hendaknya membuka kemungkinan untuk
terjadinya pengembangan individu secara vertikal dan horizontal.
Pengembangan vertikal mengacu pada struktur keilmuan, sedangkan
pengembangan horizontal mengacu pada keterkaitan dan relevansi
antar bidang keilmuan.
 Pendidikan tinggi hendaknya jangan semata-mata hanya berorientasi
pada penyiapan tenaga kerja. Tetapi lebih jauh dari itu harus
memperkuat kemampuan dasar mahasiswa yang memungkinkan
untuk berkembang lebih jauh, baik sebagai individu, anggota
masyarakat, maupun sebagai warga negara dalam konteks kehidupan
yang global.
 Pendidikan nasional perlu mengembangkan sistem pembelajaran
yang egaliter dan demokratis agar tidak terjadi pengelompokan
dalam kelas belajar atas dasar kemampuan akademik.
 Pengembangan sekolah perlu menggunakan pendekatan community
based education. Dalam model in, sekolah dikembangkan dengan
memperhatikan budaya dan potensi yang ada di dalam masyarakat
itu sendiri sehingga tidak hanya terpacu pada kurikulum.
c) Ketiga, manajemen dan anggaran yaitu :
o Lebihkan anggaran yang cukup untuk pendidikan, karena untuk
suatu kemajuan yang ingin diraih dibutuhkan suatu untuk modal
awalnya.
o Kebijakan untuk kesejahteraan guru, dimana guru sebagai seorang
pendidik yang sangat besar peranannya.
o Tidak mengenal kata anggaran berlebih untuk SBI, ratakan dulu
kualitas pendidikan di seluruh pelosok negri sebelum berangan-
angan untuk memiliki sebuah SBI.

C. Kunci keberhasilan pembaharuan pendidikan


1. Faktor Media Pembelajaran.
Faktor media pembelajaran di dalam dunia  pendidikan  berfungsi untuk
mentransfer pengetahuan dari guru ke murid, sehingga murid mudah
mencerna apa yang diajarkan gurunya, sehingga anak akan senang
belajar dan mudah menangkap ilmu yang diberikan. Media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan pengirim kepada penerima, sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa yang
menjurus ke arah terjadinya proses belajar.
2. Faktor Sarana dan Prasarana.
Sarana dan prasarana selain untuk pembelajaran juga berfungsi untuk
penelitian bidang yang ditekuni, artinya secara langsung teori yang
mereka dapat bila langsung dipraktekan, sehingga tercipta
keseimbangan pembelajaran di sekolah. Jika hanya teori yang di
ajarkan, maka hal itu akan menjadi beban siswa dalam menekuni suatu
bidang ilmu.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses pendidikan, bahwa kualitas
pendidikan tersebut juga didukung dengan sarana dan prasarana yang
menjadi standar sekolah. Sarana prasarana sangat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam belajar. Hal ini menunjukkan bahwa peranan
sarana dan prasarana sangat penting dalam menunjang kualitas belajar
siswa. Misalnya saja sekolah yang berada di kota yang sudah memiliki
fasilitas laboratorium komputer, maka anak didiknya secara langsung
dapat belajar komputer sedangkan sekolah di desa yang tidak memiliki
fasilitas itu tidak tahu bagaimana menggunakan komputer, kecuali
mereka mengambil kursus di luar sekolah.
Adapun hubungan sarana dan prasarana dengan proses pendidikan,
dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana pendidikan dapat
didefinisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua sarana
dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien. Definisi ini
menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di sekolah perlu
didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran di
sekolah.
3. Infrastruktur.
Infrastruktur merupakan kondisi awal anak masuk sekolah ia merasa
senang, tidak ada beban, artinya siswa pertama masuk sekolah itu ia
anggap sebagai tempat yang menyenangkan (rekreasi), Dengan
dibangunnya infrastruktur sekolah yang memadai akan menimbulkan
banyak dampak positif yang berguna untuk memajukan kualitas
siswanya. Seperti, kelas akan menjadi lebih nyaman sehingga siswa
akan menjadi lebih giat dalam belajar dan adanya sarana prasarana yang
memadai juga membuat pembelajaran menjadi lebih mudah dimengerti.
Dari manfaat-manfaat tersebut akan mengerucut pada kualitas siswanya
sendiri.
4. Kurikulum
Kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis dalam pencapaian
tujuan pendidikan. Terdapat tiga peranan kurikulum yang dinilai sangat
penting, yaitu peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif, dan
peranan kreatif. Ketiga peranan kurikulum tersebut harus berjalan
seimbang dan harmonis untuk mencapai tujuan pendidikan secara
optimal.
Pelaksanaan ketiga peranan kurikulum menjadi tanggung jawab semua
pihak yang terkait dalam proses pendidikan. Kurikulum berfungsi
sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah bagi pihak-
pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti
pihak guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, masyarakat, dan pihak
peserta didik itu sendiri.
Selain sebagai pedoman, bagi peserta didik, kurikulum memiliki enam
fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi
diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan/seleksi, dan fungsi
diagnostik.
Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu sistem (system), artinya
kurikulum tersebut merupakan suatu kesatuan atau totalitas yang terdiri
dari beberapa komponen, di mana antara komponen satu dengan
komponen lainnya saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam
rangka mencapai tujuan. Komponen-komponen kurikulum tersebut,
yaitu tujuan, isi/materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi.
Tujuan kurikulum menggambarkan kualitas manusia yang diharapkan
terbina dari suatu proses pendidikan. Dengan demikian suatu tujuan
memberikan petunjuk mengenai arah perubahan yang dicita-citakan
dari suatu kurikulum. Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang
jelas pula terhadap pemilihan isi/bahan ajar, strategi pembelajaran,
media, dan evaluasi. Bahkan dalam berbagai model pengembangan
kurikulum, tujuan dianggap sebagai dasar, arah, dan patokan dalam
menentukan komponen-komponen yang lainnya. 
Isi/materi kurikulum menempati posisi yang penting dan turut
menentukan kualitas pendidikan. Secara umum isi/materi kurikulum
merupakan pengetahuan ilmiah yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip,
dan keterampilan yang perlu diberikan kepada siswa. Pengetahuan
ilmiah tersebut jumlahnya sangat banyak dan tidak mungkin semuanya
dijadikan sebagai isi kurikulum. Oleh karena itu, perlu diadakan
pilihan-pilihan. Untuk menentukan pengetahuan mana saja yang akan
dijadikan isi kurikulum, diperlukan berbagai kriteria.
5. Tenaga Pengajar (Guru)
Seorang Guru harus mengetahui model pembelajaran yang akan di
berikan kepada murid, sesuai dengan kurikulum secara nasional.
Standarisasi yang jelas, punya parameter yang jelas. Guru dalam proses
belajar mengajar mempunyai fungsi ganda, sebagai pengajar dan
pendidik, maka guru secara otomatis mempunyai tanggung jawab yang
besar dalam mencapai kemajuan pendidikan.
Secara teoritis dalam peningkatan kualitas pendidikan guru memilki
peran antara lain,  sebagai salah satu komponen sentral dalam sistem
pendidikan, sebagai tenaga pengajar sekaligus pendidik dalam suatu
instansi pendidikan (sekolah maupun kelas bimbingan), penentu mutu
hasil pendidikan dengn mencetak peseta didik yang benar-benar
menjadi manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME, percaya diri, disiplin, dan bertanggung jawab,
sebagai faktor kunci, mengandung arti bahwa semua kebijakan, rencana
inovasi, dan gagasan pendidikan yang ditetapkan untuk mewujudkan
perubahan sistem pendidikan, dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan,
6. Kepala Sekolah
Manajerial kepala sekolah menjadi faktor dominan keberhasilan sebuah
sekolah. Seorang Kepala sekolah harus punya kemampuan untuk
mengatur  sebuah sekolah sehingga tercipta kondisi yang stabil. Tugas
kepala sekolah dalam bidang manajerial, mencakup proses perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pergerakan (actuating), dan
pengawasan (controlling) sebagai suatu proses untuk menjadikan visi
menjadi aksi.
Dalam Bidang Perencaan kepala sekolah bertugas menyusun
perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan,
Perencanaan Jangka pendek ataupun jangka panjang . Contohnya dalam
bentuk RKS (Rencana kerja Sekolah) dan RKAS (Rencana Kerja
Anggaran Sekolah).
Dalam bidang Pengorganisasian dan Pergerakan kepala sekolah harus
bisa mengorganisasi dan memberdayakan seluruh Stageholder sekolah
misalnya mengorganisasikan guru dan staf dalam rangka
pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal,
Mengorganisasikan sarana dan prasarana sekolah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal.
Dalam Bidang Pengawasan kepala sekolah melakukan monitoring,
evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan
prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.

D. Muatan global dalam pendidikan


a. Muatan global
b. Kesiapan negara maju

E. Agenda Pendidikan Nasional


a. Peningkatan relevansi, efisiensi, dan kualitas pendidikan.
b. Meningkatkan peran serta masyrakat dalam penyelenggaraan dan
inovasi pendidikan
c. Mendorong pengusaha untuk ikut membenahi dan meningkatkan mutu
pendidikan

F. Strategi reformasi agenda pendidikan nasional


a. Masing-masing sekolah memiliki otonomi merencanakan dan
melaksanakan proses pendidikan
b. Orang tua, masyarakat, dan guru bekerjasama untuk kemajuan
peserta didik
c. Sekolah mengembangkan sistem pelaporan kemajuan pendidikan
d. Guru memiliki kesempatan merancang dan mengembangkan
kegiatan kerjasama dengan guru, orang tua, dan masyarakat
e. Pendekatan yang dipergunakan pendekatan produk bukan
pendekatan proses
f. Sekolah mengembangkan gugus kendali mutu secara terus menerus

4. Jelaskanlah Pengertian Permasalahan Pendidikan, Permasalahan Kuantitas


Pendidikan, Kualitas Pendidikan, Efisiensi Pendidikan, Efektivitas Pendidikan,
Relevansi Pendidikan, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Sarana dan
Prasarna, Pembelajaran dan Penilaian, serta Solusinya!
Jawab :
Berikut Penjelasan dari Pengertian Permasalahan Pendidikan, Permasalahan
Kuantitas Pendidikan, Kualitas Pendidikan, Efisiensi Pendidikan, Efektivitas
Pendidikan, Relevansi Pendidikan, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Sarana
dan Prasarna, Pembelajaran dan Penilaian, serta Solusinya

A. Pengertian permasalahan pendidikan


Perbedaan program-program pendidikan antara yang diharapkan dengan
kenyataan yang dilaksanakan dilapangan. Pendidikan adalah tonggak
kemajuan bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita
yang selalu ingin di capai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu
rahasia umum bahwa maju tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor
pendidikan.
Pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa yang
berkualitas. Indonesia adalah salah satu negara berkembang di dunia yang
masih mempunyai masalah besar dalam dunia pendidikan. Kita
mempunyai tujuan negara yaitu ”mencerdaskan kehidupan bangsa” yang
seharusnya jadi sumbu perkembangan pembangunan kesejahteraan dan
kebudayaan bangsa.
Hal yang dirasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu
pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan menghambat penyediaan sumber
daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk
memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Namun pada saat ini pendidikan bukan lagi dianggap sebagai suatu hal
yang penting, banyak sekali kasus di Indonesia yang mengotori dunia
pendidikan. Salah satunya seperti buku pelajaran yang mengandung
SARA, buku cerita bergambar yang tidak layak dibaca oleh anak-anak,
kurangnya fasilitas yang mendukung saat proses pembelajaran pun
menjadi factor utama dalam dunia pendidikan ini.

Hal tersebut sering kali terjadi khusunya di daerah-daerah terpencil


maupun daerah perbatasan di wilayah Indonesia. Daerah terpencil sering
kali tidak menjadi sorotan perhatian pemerintah, sedangkan pada kota-kota
besar sangat tercukupi akan kebutuhan fasilitasnya, hal inilah yang dapat
memicu adanya kesenjangan dan permusuhan antar warga negara
Indonesia.
Bisa kita dengarkan keadaan saat ini bahwa sangat sedih ketika mendengar
anak-anak daerah perbatasan maupun daerah terpencil kurang
mendapatkan pendidikan di usia produktif. Bagaimana pemerintahan di
Indonesia ini ?, masalah pendidikan saja belum terselesaikan dengan baik,
tetapi malah permasalahan yang tidak penting dan dapat menghabiskan
uang negara selalu di nomor satu kan. Jika keadaan di Indonesia masih
seperti ini terus, kapan pendidikan di Indonesia bisa maju dan setara
dengan negara-negara lain, kalau hal-hal buruk yang selalu diutamakan
seperti korupsi.
- Solusi permasalahan pedidikan
Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara
lain dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan
sistem pendidikan. Pemerintah harus peka terhadap kondisi pendidikan
di setiap daerah dan dapat mengambil langkah yang pasti untuk
memperbaiki kualitas sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.
Tidak hanya pemerintah, tetapi masyarakat juga harus bahu-membahu
bersama pemerintah untuk dapat meningkatkan kesadaran bahwa
pendidikan itu penting dan dapat selalu mengawasi kegiatan
pendidikan di Indonesia. Perkembangan dunia di era globalisasi ini
memang banyak menuntut perubahan kesistem pendidikan nasional
yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala
bidang. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya
manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu
membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di
dunia internasional.

B. Permasalahan kuantitas/ pemerataan pendidikan


Masalah kuantitas adalah masalah pemerataan pendidikan bagi warga
negara usia sekolah dapat tertampung disekolah atau mendapat
kesempatan bersekolah.yang bertujuan agar setiap warga negara indonesis
terutama anak usia sekolah dapat mengenyam pendidikan, hingga sumber
daya manusia indonesia sumber daya yang berkualitas.
- Pemecahan masalah kuantitas / pemerataan pendidikan
a. Secara konvensional
Membangaun gedung sekolah dan ruang belajar/ kelas baru dan
Double shift (sistem pagi dan sore)
b. Secara inovatif
1. Sistem pamong
2. SD kecil pada daerah terpencil
3. Sistem guru kunjung
4. SMP terbuka
5. Kejar paket A, B, dan C
6. SMP satu atap

C. Permasalahan kualitas/ mutu pendidikan


Kualitas/ mutu : input, proses, dan output yang berkualitas
- Pemecahan masalah kualitas :
1. Selektivitas input
2. Penyemprnaan/ pengembangan kurikulum
3. Peningkatan kualifikasi tenaga pendidik dan kependidikan
4. Memperbaiki proses pembelajaran
5. Melengkapi sarana dan fasilitas pendidikan
6. Pengelolaan pendidikan yang berkualits
7. Pengendalian mutu melalui laporan, supervisi dan monev
8. Sistem ujian
9. Akreditasi

D. Permasalahan efisiensi dan efektivitas pendidikan


a. Masalah efisiensi dan efektivitas pendidikan adalah bagaimana suatu
sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan pendidikan.
b. Masalah efisiensi dan efektivitas pendidikan
c. Masalah pendidikan dan tenaga kependidikan (pengangkatan,
penempatan dan pengembangan)
d. Masalah sarana dan prasarana pendidikan digunakan (perencanaan dan
pengembangan kurikulum)
e. Masalah penyelenggaraan pendidikan (perencanaan dan
pengembangan kurikulum)
- Pemecahan masalah adalah perencanaan yang matang dan pelaksanaan
sesuai dengan perencanaan

E. Permasalahan relevansi pendidikan


Relevansi pendidikan : hasil pendidikan harus sesuai dengan kebutuhan
pembangunan nasional. Tujunnya yaitu untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional. Dan
Solusinya dengan perubahan kurikulum, program sekolah sesuai dengan
kebutuhan pembangunan nasional.

F. Permasalahan pendidik dan tenaga kependidikan


Beberapa permasalahan yang dihadapi tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan antara lain :
1. Kesejahteraan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Kebijakan “upah minimum” boleh jadi telah menyebabkan
pegawai bermental kuli, bukan pegawai yang mengejar prestasi.
Rendahnya dan bahkan tidak ada lagi insentif dari pemerintah daerah
terutama yang tinggal di desa terpencil. Bahkan untuk tenaga
kependidikan belum ada “pengakuan” dan penghargaan atas kinerjanya
seperti sertifikasi. Hal ini akan menimbulkan kesenjangan yang
mengakibatkan peningkatan mutu pendidikan terhambat.
2. Penilaian dan pengawasan kinerja
Kinerja kompetensi guru masih jauh dibawah standar isi dan proses.
3. Penempatan dan distribusi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Terjadi penumpukan tenaga pendidik di kota, tetapi di pedesaan dan
terpencil sangat kekurangan. Hal ini disebabkan banyaknya mutasi
tenaga pendidik karena masalah jauh dari keluarga, medan yang sulit,
tidak betah tinggal dipedesaan dan terpencil. Begitu juga dengan
tenaga kependidikan, bahkan di pedesaan dan terpencil tidak ada
tenaga kependidikan.
4. Promosi kepangkatan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
Pengurusan promosi jabatan.pangkat bagi tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan terutama di daerah terpencil sangat sulit. Karena medan
yang sulit dan birokrasi yang berbelit.
5. Mutasi fungsional dan struktural
Banyaknya tenaga pendidik yang potensial direkrut dalam jabatan
struktural seperti camat, anggota dewan
- Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan, diantaranya :

1. Peningkatan gaji dan kesejahteraan


Hak utama tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang harus
memperoleh perhatian dalam kebijakan pemerintah adalah hak
untuk memperoleh penghasilan dan kesejahteraan dengan standar
upah yang layak untuk kehidupannnya. Kenaikan gaji dapat
dilakukan secara menyeluruh dan bertahap agar tidak menjadi iri
bagi pekerjaan lainnya. Jika kenaikan gaji yang akan dinaikan
cukup tinggi maka dapat dilakukan dengan standar kompetensi
yang tinggi pula.
2. Alih tugas profesi dan rekruitmen tenaga pendidik untuk
menggantikan tenaga pendidik yang dialihtugaskan ke profesi lain
atau yang mutasi.
Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang tidak memenuhi
standar kompetensi harus dialihtugaskan kepada profesi lain atau
kalau perlu dipensiundinikan. Syaratnya (1) telah diberikan
kesempatan untuk mengikuti diklat dan pembinaan secara insentif,
tetapi tidak menunjukkan adanya perbaikan yang signifikan. (2)
tidak menunjukkan adanya perubahan kompetensi dan juga tidak
ada indikasi positif untuk meningkatkan kompetensinya.
3. Membangun sistem sertifikasi tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan, serta sistem penjaminan mutu pendidikan.
Penataan sistem sertifikasi tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan tidak boleh tidak harus dilakukan untuk menjamin
terpenuhinya berbagai standar nasional pendidikan yang telah
ditetapkan. Jika sistem sertifikasi ini telah mulai berjalan, maka
sistem kenaikan pangkat bagi tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan sudah waktunya disesuaikan.
4. Membangun satu standar pembinaan karir.
Seiring dengan pelaksanaan sertifikasi tersebut, disusunlah satu
standar pembinaan karir. Sebagai contoh : untuk menjadi kepala
sekolah, guru harus memiliki standar kompetensi yang diperlukan,
dan harus melalui proses pencapaian yang telah baku.

G. Sarana dan prasarana


Problematika Sarana dan Prasarana Pendidikan
1. Fasilitas Yang Minim dan Tidak Merata
Volume sarana dan prasarana yang minim masih mejadi permasalahan
utama disetiap sekolah di Indonesia. Terutama di daerah pedesaan
yang jauh dari perkotaan. Kasus seperti ini dapat menimbulkan
kesenjangan mutu pendidikan. Banyak peserta didik yang berada di
desa tidak bisa menikmati kenyamanan dan kelengkapan fasilitas
seperti peserta didik di Kota. Oleh karena itu, kualitas pendidikan di
desa semakin kalah bersaing dengan kualitas pendidikan di kota.
Selain itu masih banyak fasilitas yang belum memenuhi mutu standar
pelayanan minimal. Hal seperti ini membuktikan bahwa lembaga
pendidikan kurang memfasilitasi bakat dan minat siswa dalam
mengembangkan diri. Akibat ketidak tersedianya fasilitas tersebut,
para pelajar mengalokasiakan kelebihan waktunya untuk hal-hal yang
negatif.
2. Alokasi dana yang terhambat
Banyaknya kasus penyalahgunaan dana adminitrasi sekolah, membuat
sarana dan prasarana sekolah tidak terwujud sesuai dengan harapan,
adanya permainan uang dalam adminitrasi membuat pendidikan
semakin tidak cepat mencapai titik kebehasilan.
3. Perawatan yang Buruk
Ketidak pedulian dari sekolah terhadap perawatan fasilitas yang ada
menjadikan buruknya sarana dan prasarana. Sikap acuh tak acuh dan
tidak adanya pengawasan dari pemerintah, membuat banyak fasilitas
sekolah yang terbengkalai. Ketidaknyamanan menggunakan fasilitas
yang ada, akibat kondisi yang banyak rusak, membuat para pelajar
enggan menggunakannya. Kasus seperti ini biasanya terjadi karena
tidak adanya kesadaran dari setiap guru, siswa, dan pengurus sekolah.

 Alternatif Solusi untuk Problematika Sarana dan Prasarana Pendidikan


Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam memperbaiki sarana
dan prasarana pendidikan ini antara lain:
1. Terorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun sehingga tidak
terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah.
2. Dengan adanya koordinasi pemerintah pusat dengan pemerintah daerah
maka selanjutnya kita dapat meningkatkan Sarana dan Prasarana
Pendidikan. Adapun sarana dan prasarana pendidikan yang digunakan
dalam rangka meningkatkan output pendidikan tentunya kita harus
menaikan cost (harga), menaikkan harga disini maksudnya adalah
meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pendidikan. Adapun
sarana tersebut meliputi sarana fisik dan non fisik. Sarana fisik
Pemenuhan sarana fisik sekolahan ini meliputi pembangunan gedung
sekolahan, laboratorium, perpustakaan, sarana-sarana olah raga, alat-
alat kesenian dan fasilitas pendukung lainnya. Dalam hal ini tentunya
pemerintah memegang tanggung jawab yang besar dalam pemenuhan
ini, karena pemerintah berkepentingan dalam memajukan
pembangunan nasiaonal. Jika sarana belajar ini telah terpenuhi
tentunya akan semakin memudahkan transformasi ilmu pengetahuan
dan teknologi. Sarana non fisik Sarana non fisik ini diibaratkan
software dalam komputer, jika software ini dapat mengoprasikan
perangkat komputer dengan baik maka pekerjaan akan cepat selesai.
Begitu juga dalam pendidikan jika sistem dan pengajarnya bermutu
maka akan mempercepat pembangunan nasional.
3. Adanya manajemen sarana dan prasarana.
Manajemen yang dimaksud meliputi:
a. Perencanaan. Perencanaan saran dan prasarana dapat diartikan
sebagai keseluruhan proses perkiraan secara matang rancangan
pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi sewa atau pembuatan
peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan.
b. Pengadaan. Pengadaan adalah segala kegiatan untuk menyediakan
semua keperluan barang bagi keperluan pelaksanaan tugas untuk
mencapai tujuan pendidikan.
c. Inventarisasi. Inventarisasi adalah kegiatan melaksanakan
pengurusan penyelenggaraan, pengaturan, dan pencatatan barang-
barang, menyusun daftar barang yang menjadi milik sekolah yang
bersangkutan ke dalam suatu daftar inventaris barang secara teratur
dan menurut ketentuan yang berlaku.
d. Penyimpanan. Penyimpanan sarana dan prasarana pendidikan
adalah kegiatan menyimpan suatu barang baik berupa perabot, alat
tulis kantor, surat-surat maupun barang elektronik dalam keadaan
baru ataupun sudah rusak yang dapat dilakukan oleh seorang
beberapa orang yang ditunjuk atau ditugaskan pada lembaga
pendidikan.
e. Penataan. Penataan sarana dan prasarana pendidikan meliputi
penataan barang bergerak, penataan barang tidak bergerak,
penataan barang havis pakai, dan penataan barang tidak habis pakai
f. Penggunaan. pengaturan bagi penggunaan sarana dan prasarana
tersebut yaitu dengan cara:
 Alat pelajaran diangkut ke kelas yang membutuhkan dan saat
dikembalikan jumlah harus sama.
 Alat pelajaran disimpan di suatu tempat, bila siswa ingin
menggunakan, siswa mengajak guru yang mengajar untuk
membawa barang tersebut
g. Pemeliharaan. Pemeliharaan berarti sarana dan prasarana yang
digunakan harus dipelihara agar tidak rusak.
h. Penghapusan. Penghapusan ialah kegiatan meniadakan barang-
barang dari daftar inventaris karena barang itu dianggap sudah
tidak mempunyai nilai guna atau sudah tidak berfungsi
sebagaimanan yang diharapkan, atau
biayampemeliharaannyamsudahmterlalummahal.

4. Adanya Pengawasan Fasilitas.


Peranan pengawasan sangat penting dalam menunjang
keberlangsungan dan segala aspek kehidupan berorganisasi umumnya
untuk lembaga pendidikan khususnya tidak dapat diragukan lagi.
Sebagaimana seperti yang dikemukakan oleh S. P. Siagian (1990: 107)
bahwa: “Pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan
seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan
yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pengawasan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui
apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya
sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau kebijaksanaan yang telah
ditentukan. Pengawasan bukan hanya mencari kesalahan saja, tetapi
juga mencari hal-hal yang sudah baik untuk dikembangkan lebih
lanjut.
H. Permasalahan pembelajaran
Masalah-masalah dalam pembelajaran
1. Faktor yang Bersumber dari Diri Pribadi (Internal)
Faktor yang bersumber dari diri pribadi sendiri yaitu :
a) Faktor Psikologis
 Intelegensi
 Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi akan lebih mudah
dalam memahami pelajaran yang diberikan guru atau lebih
berhasil dibandingkan dengan siswa-siswa yang berintelegensi
rendah.
 Bakat
 Apabila bahan yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai dengan
bakatnya maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar.
 Motivasi
 Prestasi belajar siswa bisa menurun apabila siswa tersebut tidak
mempunyai motivasi dalam belajar.
b) Faktor Fisiologis
Gangguan-gangguan fisik dapat berupa gangguan pada alat-alat
penglihatan dan pendengaran yang dapat menimbulkan kesulitan
belajar. Seperti gangguan visual yang sering disertai dengan gejala
pusing, mual, sakit kepala, malas, dan kehilangan konsentrasi pada
pelajaran.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah :
 Metode mengajar
Apabila guru menggunakan metode yang sama untuk semua
bidang studi dan pada setiap pertemuan akan membosankan siswa
dalam belajar.
 Hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa
dengan siswa
Dalam proses pendidikan, antar guru, guru dengan siswa, dan antar
siswa tidak terjalin hubungan yang baik dan harmonis untuk
bekerja sama, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar.
Karena antar personal sekolah akan saling menyebutkan kelemahan
dari personal lain dan terjadinya persaingan yang kurang sehat.
 Sarana dan prasarana
Alat-alat belajar yang kurang atau tidak lengkap, buku-buku
sumber yang diperlukan sulit didapatkan, ruang kelas, ruang kelas
tidak mencukupi syarat seperti terlalu panas, pengap, dan ruang
kecil yang tidak sesuai dengan jumlah siswa.
b. Faktor Keluarga
 Keadaan ekonomi keluarga
 Apabila anak hidup dalam keluarga yang miskin dan harus
bekerja membantu mencari tambahan ekonomi keluarga akan
menimbulkan kesulitan bagi anak, mungkin akan terlambat
datang, tidak dapat membeli peralatan sekolah yang dibutuhkan,
tidak dapat memusatkan perhatian karena sudah lelah dan
sebagainya.
 Hubungan antar sesama anggota keluarga
 Apabila hubungan antar keluarga tidak harmonis, seperti orang
tua sering bertengkar, orang tua otoriter, peraturan yang ketat,
dan sebagainya, maka anak tidak bisa berkonsentrasi dalam
belajar.
 Tuntutan orang tua
 Tuntutan orang tua dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi
anak apabila tuntutan itu tidak sesuai dengan kemampuan,
minat, dan bakat anak.
c. Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat yang dapat
menimbulkan kesulitan belajar adalah media cetak, komik, buku-
buku pornografi, media elektronik, TV, VCD, video, play station,
dan sebagainya.

 Langkah-langkah Pemecahan Masalah-masalah dalam Pebelajaran


Menurut Prayitno (Herman dkk, 2006:159-160) masalah
pembelajaran siswa dapat dientaskan melalui :
1. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk layanan yang
diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang
mengalami masalah-masalah belajar dengan maksud untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil
belajar siswa. Dengan pengajaran perbaikan ini, diharapkan bisa
memecahkan masalah-masalah yang ada dalam pembelajaran
siswa untuk meningkatkan prestasi siswa maupun prestasi
sekolah tersebut. Saat ini, metode belajar yang populer di
Indonesia yang dikenal dengan PAIKEM (Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Aktif artinya
ketika proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga siswa aktif untuk bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Inovatif artinya
bagaimana guru menciptakan pembelajaran yang bisa membuat
siswanya berpikir bahwa learning is fun, sehingga tertanam
didalam pikiran siswanya tidak akan ada lagi perasaan tertekan
dengan tenggat waktu pengumpulan tugas dan rasa bosan
tentunya. Kreatif artinya agar guru menciptakan kegiatan
belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa. Efektif artinya bagaimana guru mampu
menciptakan apa yang harus dikuasai oleh siswa selama
kegiatan pembelajaran berlangsung tanpa menyia-nyiakan
waktu. Dan Menyenangkan artinya suasana belajar-mengajar
yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya
secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya
(“time on task”) tinggi.
2. Program Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang
diberikan kepada seseorang atau beberapa orang siswa yang
sangat cepat dalam belajar. Sebagai seorang pendidik kita tidak
harus memperhatikan siswa yang kurang mampu saja, akan
tetapi siswa yang cepat dalam belajar juga sangat penting untuk
kita perhatikan, hal ini nantinya tidak ada kesenjangan satu
dengan yang lain, harapannya siswa yang cepat dalam
menerima pelajaran bisa mengimbangi dan mungkin bisa
membantu siswa yang kurang cepat dalam menerima pelajaran.
3. Peningkatan Motivasi Belajar
Guru bidang studi, guru pembimbing, dan staf sekolah lainnya
berkewajiban membantu siswa meningkatkan motivasi dalam
belajar. Salah satunya dengan cara menyesuaikan pengajaran
dengan bakat, minat, dan kemampuan. Peningkatan motivasi
belajar sangatlah penting untuk diberikan kepada semua siswa,
hal ini bisa memberikan semangat belajar yang tinggi bagi
semua siswa dalam hal mengeluarkan semua bakat dan minat
siswa untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki secara
individu maupun secara kelompok.
4. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
Setiap siswa diiharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan
belajar yang efektif karena prestasi belajar yang baik diperoleh
melalui usaha atau kerja keras. Kebiasaan belajar yang baik
sangat menunjang dalam segala aspek pembelajaran siswa,
ketika siswa sudah melaksanakan hal-hal yang baik, mulai dari
pengembangan sikap, disiplin, rajin dan ada tanggung jawab
bersama, maka proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan
harapan bersama, dan bisa memberikan pengaruh yang besar
dalam peningktan prestasi siswa. Mengajar sebagai proses
pemberian atau penyampaian pengetahuan saja tidak cukup,
tetapi harus diiringi dengan mendidik. Artinya guru secara tidak
langsung harus dapat membimbing siswa untuk melakukan dan
menyadari etika, budaya serta moral yang berlaku di tempat
siswa tinggal. Guru bukan sebagai pemberi informasi sebanyak-
banyaknya kepada para siswa, melainkan guru sebagai
fasilitator, teman dan motivator. Oleh karena itu, pengajaran
minimal harus dipandang sebagai suatu proses sistematis dalam
merencanakan, mendesain, mempersiapkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi kegiatan-kegiatan pembelajaran secara efektif
dalam jangka waktu yang layak.
5. Layanan Konseling Individual
Dalam hubungan tatap muka antara konselor dengan klien
(siswa) pada kegiatan konseling diupayakan adanya
pengentasan masalah-masalah klien yang telah disampaikan
pada konselor. Sebagai seorang konselor sebaiknya bisa
mengatasi masalah itu dari proses/sebab yang mempengaruhi
adanya hal-hal yang bisa menyebabkan masalah-masalah
pembelajaran. Adanya masalah itu pasti juga adanya sebab yang
mempengaruhinya, maka layanan konseling diberikan kepada
setiap siswa yang merasa dirinya kurang dalam aspek-aspek
yang ada pada proses pembelajaran disekolah atau diri sendiri.

 Permasalahan-permasalahan evaluasi ditinjau dari sisi guru, orang


tua, dan lembaga
1. Permasalahan-permasalahan evaluasi ditinjau dari sisi guru
Beberapa permasalahan evaluasi yang ditinjau dari sisi guru,
sebagai berikut:
a. Guru menaikkan nilai raport hasil belajar siswa dengan tujuan
agar siswanya dapat tuntas semua dalam mencapai nilai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Namun, pada kenyataannya
masih banyak siswa yang nilainya belum mencapai KKM yang
telah ditetapkan. Sehingga nilai yang diterima siswa bukan nilai
asli dari hasil belajar siswa itu sendiri.
b. Guru tidak melakukan perubahan dalam penyampaian materi
kepada siswanya. Padahal, dari hasil belajar siswa telah terlihat
bahwa tingkat pemahaman dan penangkapan materi oleh siswa
sangat rendah sehingga nilai hasil belajarnya pun juga rendah.
c. Nilai hasil belajar siswa rendah bahkan jelek yang dipengaruhi
strategi belajar guru kurang sesuai dengan karakteristik siswa
sehingga siswa merasa jenuh dengan pembelajaran. Dalam hal
ini, biasanya guru sudah mengetahui penyebab nilai hasil belajar
siswa yang rendah. Akan tetapi, guru tetap menggunakan
strategi pembelajaran tersebut di kelas.
d. Guru memberikan soal-soal ujian kepada siswa, namun soal-
soal tersebut tidak sesuai dengan materi yang telah disampaikan
kepada siswanya selama pembelajaran di kelas. Hal tersebut
mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.

2. Permasalahan-permasalahan evaluasi ditinjau dari sisi orang tua


Beberapa permasalahan evaluasi yang ditinjau dari sisi orang tua,
sebagai berikut:

a. Orang tua menerima saja program-program yang disampaikan


oleh pihak sekolah tanpa mengetahui bagaimana pelaksanaan
dari program-program yang disampaikan. Dalam hal ini, orang
tua hanya menganggap bahwa program-program yang
disampaikan sekolah adalah program yang terbaik untuk
pendidikan anaknya.
b. Orang tua tidak mengkonsultasikan mengenai hasil belajar
anaknya. Apakah nilai yang diperoleh anaknya itu nilai yang
asli ataukah nilai hasil manipulasi.
c. Orang tua memberikan sumbangan kepada pihak-pihak tertentu
dalam sekolah agar anaknya dapat naik kelas meskipun nilai
anaknya jelek dan belum tuntas jika dibandingkan dengan KKM
yang telah ditetapkan.
d. Orang tua memberikan uang suap sebagai jalan untuk
memperlancar agar anaknya dapat diterima di perguruan tinggi
favorit sesuai dengan yang diinginkannya. Sedangkan
berdasarkan hasil tes, anaknya tidak lulus untuk masuk
perguruan tinggi tersebut.
3. Permasalahan-permasalahan evaluasi ditinjau dari sisi guru
lembaga
Beberapa permasalahan evaluasi yang ditinjau dari sisi lembaga,
sebagai berikut:
a. Sekolah maupun lembaga pendidikan tidak melakukan
pembaharuan program yang akan datang. Padahal, sudah
diketahui bahwa program yang dilaksanakan belum dapat
mencapai hasil yang maksimal.
b. Tidak adanya pembaharuan program yang disesuaikan dengan
Standar Nasional Pendidikan sehingga program yang ada di
lembaga hanya program yang dahulu telah terlaksana dan
kemudian dilaksanakan lagi. Padahal, seharusnya terdapat
pembaharuan program yang dimaksudkan agar sesuai dengan
hasil belajar dan Standar Nasional Pendidikan yang telah
ditetapkan.

I. Solusi
Sebenarnya banyak sekali hal-hal yang dapat dilakukan oleh pendidik
dalam melaksanakan apa yang disebut dengan evaluasi pembelajaran
secara maksimal. Salah satunya, pendidik harus banyak wawasan terkait
evaluasi itu sendiri. Karena kesarjanaan seorang pendidik bukanlah
menjadi jaminan bahwa ia telah menguasasi semua jenis ataupun
komponen dalam sistem evaluasi. Menguasai dan mengembangkan
beberapa jenis evaluasi sangat diharapkan dari pendidik yang mengaku
dirinya profesional, sehingga evaluasi yang dilaksanakan tidaklah
monoton dan stagnan. Karena disadari atau tidak, terkadang pendidik
menjalankan suatu proses pembelajaran bukan karena ia mahir dalam hal
itu, melainkan karena tidak dikuasainya hal-hal lain yang terkait Akhirnya
di sini tidak ada pihak yang akan dirugikan, baik peserta didik maupun
lembaga pendidikan itu sendiri.
Selain itu pendidik dapat membentuk hubungan emosional dengan peserta
didiknya sebagai pendukung dari segala proses pembelajaran. Karena
dalam pandangan penulis, ketika proses pembelajaran disertai dengan
hubungan emosional antara pendidik dan peserta didik, proses
pembelajaran itu menjadi menyenangkan, dan suasana inilah yang paling
diharapkan oleh peserta didik. Kebanyakan siswa terkadang menganggap
evaluasi adalah proses yang menyeramkan, dan hubungan emosional
penulis kira dapat menghilangkan anggapan itu.

Anda mungkin juga menyukai