HAKIKAT PENIDIDIKAN
1
Didalam UU No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan, yang
diperlukan dirinya, masyarakat, dan Negara.
2
pula bila pengelolaan baik tetapi di dalam kondisi serba kekurangan, akan
mengakibatkan hasil yang tidak optimal.
3
memanipulasikan isi, metode serta alat-alat pendidikan (Tirtarahardja & La Sulo,
2008: 52).
4
1.4. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam
lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang
disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotic dan abiotik tidak
dapat dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai
makhluk hidup yang tergolong kelompok biotic.5 Menurut Mohammad Surya,
lingkungan adalah segala hal yang merangsang individu, sehingga individu turut
terlibat dan mempengaruhi perkembangannya.6
Pendidikan juga merupakan seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang
dilakukan oleh pendidik/guru kepada peserta didik terhadap semua aspek
perkembangan kepribadian baik jasmani maupun rohani, secara formal, informal
maupun non-formal yang berjalan terus-menerus untuk mencapai kebahagiaan dan
nilai yang tinggi, baik nilai insaniyah atau ilahiyah. 7
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia,
baik berupa benda mati, makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi
termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada
individu. Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat
anak bergaul. Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga
pendidikan sesuai dengan jenis dan tanggung jawab yang secara khusus menjadi
bagian dari karakter lembaga tersebut.
Lingkungan pendidikan mencakup beberapa hal , yaitu : 8
1. Tempat (lingkungan fisik ), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam
2. Kebudayaan (lingkungan budaya ) dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa
seni ekonomi, ilmu pengetahuan, pedagang hidup dan pedagang keagamaan; dan
3. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok
bermain, desa perkumpulan dan lainnya.
5
masing , contohnya jika kita ingin sukses maka ambillah dampak positifnya , yaitu
untuk menambah ilmu pengetahuan , memperbaiki akhlak , belajar dengan sungguh-
sungguh agar dapat meraih prestasi , begitu juga sebaliknya, jika kita ingin
mengambil dampak negatifnya maka yang terjadi hanyalah penyesalan.
Dampak Positif adanya Pendidikan , yaitu :
1. Menambah ilmu pengetahuan
2. Mengurangi kebodohan
3. Membangun karakter yang baik
4. Menambah kedewasaan
5. Menambah pengalaman , baik itu sosialisasi , ppl , kkl
6. Dapat meraih prestasi
2. Pendidikan Nonformal
6
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal paling
banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman
Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di Masjid dan Sekolah Minggu, yang
terdapat di semua Gereja.
Contoh dalam Pendidikan nonformal, diantaranya;
1. Pendidikan Usia Dini (PAUD)
2. Taman Pendidikan Al Quran (TPA)
3. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
4. Pemberantasan Buta Aksara (PBA)
5. Community Learning Center (CLC)
3. Pendidikan Informal
Pendidikan informal merupakan suatu kegiatan pendidikan keluarga.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.
Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal
setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Pendidikan keluarga juga ini dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena
sebagai besar kehidupan anak berada dalam sebuah lingkungan keluarga.
Contoh pendidikan informal, diantarnya;
1. Dengan membantu Ibu memasak secara tidak langsung membuat anak juga
ikut belajar.
2. Dengan membantu memberikan tanya jawab kepada adik menjelang Ujian
Nasional secara tidak langsung membuat kita juga belajar.
3. Dengan membantu mengurus keponakan secara tidak langsung kita belajar
cara bagaimana mengurus anak.
4. Mendengar dan memahami nasehat orangtua setiap kali memberikan masukan
kepada anaknya.
7
1.7. Hubungan Pendidikan Bagi Diri Sendiri Dan Masa Depan
1. Hubungan Pendidikan Dengan Diri Sendiri
Pendidikan sangat berpengaruh bagi diri seseorang, karna dengan adanya
pendidikan kita diajarkan berakhlak mulia , baik itu melaksanakan ibadah , patuh
kepada kedua orangtua , berbuat baik , dan lainnya, pendidikan juga dapat membantu
mendewasakan sikap, menambah ilmu pengetahuan , dan dapat membantu sesama
dengan ilmu yang dipelajari dari pendidikan.
Ada berbagai pandangan yang menginterpretasikan manusia sebagai makhluk,
baik makhluk social, individual, politik, berakal, berbicara, dan lain-lain. Dalam
kajian ini erat kaitannya dengan permasalahan pendidikan yang mengasumsikan
bahwa manusia harus dididik.
Menurut Tatang Syaripudin (2008; 16-18) mengapa manusia harus mendidik
diri? Sebab, dalam bereksistensi yang harus mengadakan /menjadikan diri itu
hakikatnya adalah manusia itu sendiri. Sebaik dan sekuat apa pun upaya yang
diberikan pihak lain (pendidik)kepada seseorang (peserta didik) untuk membantunya
menjadi manusia, tetapi apabila seseorang tersebut tidak mau mendidik diri, maka
upaya bantuan tersebut tidak akan memberikan konstribusi bagi kemungkinan
seseorang tadi untuk menjadi manusia. Lebihdari itu, jika sejak kelahirannya
perkembangan dan pengembangan kehidupan manusia diserahkan kepada dirinya
masing-masing tanpa dididik oleh orang lain dan tanpa upaya mendidik diri dari
pihak manusia yang bersangkutan, kemungkinannya ia hanya akan hidup berdasarkan
dorongan instingnya saja.
Belajar, perkembangan dan pendidikan merupakan hal yang menarik untuk
dipelajari. Ketiga gejala tersebut terkait dengan pembelajaran. Perkembangan dialami
dan dihayati oleh individu siswa. Sedangkan pendidikan merupakan interaksi. Dalam
kegiatan interaksi tersebut, pendidik atau guru bertindak mendidik si peserta didik
atau siswa. Tindak mendidik tersebut tertuju pada perkembangan siswa menjadi
mandiri. Untuk dapat berkembang menjadi mandiri, siswa harus belajar.9
2. Hubungan Pendidikan Bagi Masa Depan
8
Pendidikan juga sangat berguna bagi masa depan, karna semakin
berkembangnya zaman, seseorang membutuhkan pendidikan yang tinggi untuk
menjamin suatu pekerjaan untuknya. Karna dengan adanya pendidikan kita akan
terjauh dari kebodohan zaman sekarang , yaitu jauh dari ketertinggalan.
Pendidikian merupakan penggerak utama (before to move) bagi
pembangunan. Negara-negara sedang berkembang memandang pembangunan yang
telah terjadi di dunia barat seakan-akan merupakan cermin bagi diri mereka.
Pendidikan modern yang telah berhasil mengantarkan negara-negara maju
(developped countries) dari kemiskinan dan keterbelakangan pada masa lampau
sehingga mencapai tingkat seperti yang bisa disaksikan dewasa ini, sudah barang
tentu akan berhasil pula mengantarkan negaranegara yang sedang berkembang
mencapai tingkat pembangunan sebagaimana yang telah dicapai negara-negara maju.
Pendidikan memiliki 4 pilar , yaitu :
1. Belajar untuk mengetahui (Learning to know)
2. Belajar untuk berbuat (Learning to do)
3. Belajar untuk hidup bersama (Learning to life together)
4. Belajar untuk menjadi diri sendiri (Lerning to be)
BAB II
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
9
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia,
baik berupa benda mati, makhluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi
termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada
individu. Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat
anak bergaul. Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga
pendidikan sesuai dengan jenis dan tanggungjawab yang secara khusus menjadi
bagian dari karakter lembaga tersebut.
Dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak, lingkungan ada
yang sengaja diadakan (usaha sadar) ada yang tidak usha sadar dari orang dewasa
yang normatif disebut pendidikan, sedang ynag lain disebut pengaruh. Lingkunga
yang dengan sengaja diciptakan untuk mempengaruhi anak ada tiga, yaitu :
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga
lingkunga ini disebut lembaga pendidikan atau satuan pendidikan.
Lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang Karena
satu dan lain hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Badan
pendidikan itu bertugas memberi pendidikan kepada si terdidik (Marimba,1980).
Secara umum fungsi lembaga pendidikan adalah menciptakan situasi yang
memungkinkan proses pendidikan dapat berlangsung.
Menurut Hasbullah (2003) lingkungan pendidikan mencakup :
1. Tempat (lingkungan fisik), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.
2. Kebudayaan (lingkungan budaya) dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa,
seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, dan pandangan keagamaan.
3. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga,
kelompok bermain, desa, perkumpulan dan lainnya.
Lingkungan serta lembaga pendidikan bersifat positif apabila memberikan
pengaruh sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan. Lingkungan bersifat negatif
apabila berpengaruh secara kontradiktif dengan arah dan tujuan pendidikan. Maka
intensitas pengaruh lingkungan terhadap peserta didik tergantung sejauh mana anak
dapat menyerap rangsangan yang diberikan lingkungannya dan sejauh mana
10
lingkungan mampu memahami dan memberikan fasilitas terhadap kebutuhan
pendidikan peserta didik.
Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan keluarga
pertama-tama anak mendapatkan pengaruh sadar. Karena itu keluaraga merupaka
11
kelompok primer yang terdiri dari sejumlah keluarga kecil karena hubungan sedarah
yang bersifat informal dan kodrati dan menjadi lembaga pendidikan tertua. Keluarga
bisa berbentuk keluarga inti (nucleus family : ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga
yang diperluas (di samping inti, ada orang lain seperti kakek, nenek, ipar dan lain
sebagainya).
Anak dalam menjalani pendidikan di lingkungan keluarga biasanya
menghadapi hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain sebagai
berikut.
1) Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua.
2) Pigur orangtua yang tidak mampu memberikan keteladanan pada anak.
3) Sosial ekonomi keluaraga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa
menunjang belajar.
4) Kasih sayang orangtua yang berlebihan sehingga cenderung untuk
memanjakan anak.
5) Orangtua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, tuntutan
orangtua yang terlalu tinggi.
6) Orangtua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak.
7) Orangtua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kretifitas kepada anak.
12
dan wajar, dasar pendidikan kekeluargaan, dasar pendidikan nasionalisme, dan dasar
pendidikan agama.
Lingkungan keluarga berpengaruh kepada anak dari sisi perlakuan, keluarga
terhadap anak, kedudukan anak dalam keluarga, keadaan ekonomi keluarga, keadaan
pendidikan keluarga, dan pekerjaan orangtua.
Dari lingkungan keluarga yang harmonis mampu memancarkan keteladanan
kepada anak-anaknya, karena dikatakan pendidikan pertama pada bayi atau anak itu
berkenalan dengan lingkungan serta mendapat pembinaan pada keluarga.
Lingkungan Sekolah
Sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi dan terbatasnya
orangtua dalam kedua hal tersebut, orangtua sangat penting dalam menyiapkan anak-
anak untuk kehidupan mansyarakat. Sekolah memegang peranan penting dalam
pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Karena itu di samping
keluagra sebagai pusat untuk pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai
pusat pendidikan untuk pembentukan kepribadian anak.
Pendidikan di sekolah mencakup pendidikan umum dalam mempersiapkan
peserta didik menguasai kemampuan dasar untuk melanjutkan pendidikan atau
memasuki lapangan kerja. Pendidikan sekolah biasanya disebut sebagai pendidikan
formal karena ia adalah pendidikan yang mempunyai dasar, tujuan, isi, metode, alat-
alatnya yang disusun secara eksplisit, sistematis, dan distandarisasikan. Penjabaran
fungsi sekolah sebagai pusat pendidikan formal, terlihat pada tujuan instruksional,
yaitu tujuan kelembagaan pada masing-masing jenis da tingkatan sekolah.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima fungsi pendidikan
berdasarkan asas-asas tanggungjawab berikut ini.
Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang
ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku yaitu undang-undang
pendidikan.
Tanggungjawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat pendidikan
yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara.
13
Tanggungjawab fungsional ialah tanggungjawab profesional pengelola dan
pelaksana pendidikan.
Lingkungan Masyarakat
Pendidikan dalam lingkungan masyarakat tampaknya sudah lebih maju
dibandingankan dengan pendidikan dalam lingkungan keluarga dan lingkungan
sekolah. Karena masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang. Pandangan hidup, cita-cita
bangsa, sosial budaya, dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan
masyarakat tersebut.
Masyarakat turut serta memikul tanggungjawab pendidikan. Pendidika
kemasyarakatan merupakan wahana yang amat besar artinya bagi perkembangan
individu dan masyarakat sebagai gerakan yang memperluas dan mempercepat usaha
mencerdaskan bangsa.
Dalam menjalani pendidikan di lingkungan masyarakat biasanya akan
mengalami kesulitan-kesulitan, antara lain :
Lingkungan fisik dan nonfisik yang kurang menguntungkan. Lingkungan yang
demikian akan banyak menghambat anak dalam belajar.
Tugas yang diberikan lembaga terlalu berat/banyak, sehingga anak tidak dapat
menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. Terlalu banyaknya kegiatan yang
diikuti dalam waktu yang terbatas, bisa menjadi penyebab kegiatan tersebut tidak
dilaksanakan dengan baik dan akan mengalami kesulitan, yang akhirnya hasilnya
akan kurang.
Apabila nilai dikembangkan oleh anak berbeda/bertentangan dengan nilai/adat
yang ada di masyarakat maka akan timbul konflik nilai. Kalau terjadi hal
14
demikian biasanya anak akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dalam
diri terhadap lingkungan tersebut. Keadaan yang demikian biasanya akan
berpengaruh terhadap upaya belajar anak..
Pendidikan dalam pergaulan masyarakat terutama banyak sekali lembaga-
lembaga pendidikan seperti masjid, surau atau langgar, musholla, madrasah, pondok
pesantren, pengajian, kursus, dan badan-badan pembinaan rohani.
15
a) Sebagai pendidikan formal yang menumbuhkembangkan dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik agar anak mampu menolong dirinya sendiri dalam
hidup sebagai makhluk individu dan makhluk sosial melalui pembekalan dalam
semua bidang studi.
b) Sebagai lingkungan pendidikan yang perlu memberikan pemahaman tentang
pendidikan pancasila, agama, dan pembinaan watak sesuai dengan nilai dan
norma yang hidup dan berkembang di masyarakat.
c) Sebagai lingkungan pendidikan yang haru mewujudkan cita-cita bangsa dalam hal
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Peranan Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat mempunyai andil yang besar dalam upaya mencapai
tujuan pendidikan nasional, dalam peranannya antara lain :
a) Pendidikan manusia sebagai makhluk individu, lingkungan masyarakat berperan
dalam membantu pembentukan manusia yang cerdas, sesuai dengan kondisi dan
fungsi dari masing-masing pendidikan tersebut.
b) Pendidikan manusia sebagai makhluk susila (kemasyarakatan), yang berkaitan
dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila sebagai falsafah hidup
bangsa, dan pancasila sebagai dasar negara.
c) Pendidikan manusia sebagai makhluk sosial, lingkungan masyarakat baik secara
langsung maupun tidak langsung memang ditumbuhkembangkan sebagai
makhluk individu dan susila, yang secara bersama-sama mampu menciptakan
kehidupan bersama secara bertanggungjawab, untuk mencapai kesejahteraan
sosial yang dinamis dengan sikap makaryanya.
d) Pendidikan manusia sebagai makhluk religious, maka lingkungan masyarakat
banyak memberikan andil dalam pembekalan yang berhubungan dengan masalah
keagamaan.
16
a) Dampak positif bagi siswa : Seorang siswa akan mengalami kemajuan yang
pesat dalam hasil belajarnya, jika semua lingkungan pendidikan saling
mendukung satu sama lainnya, umpamanya : Kesibukan belajarnya di sekolah
diikuti dengan berpartisipasi dalam kelompok ilmiah remaja, di luar
sekolahnya, dan didorong dengan motivasi dan fasilitas dari keluarganya,
sehingga siswa dapat mengaplikasikan semua pengetahuannya secara nyata.
b) Dampak positif bagi masyarakat : Dengan banyaknya kelompok ilmiah
remaja, dan kelompok lainnya yang melaksanakan kegiatan yang bersifat
positif dan konstruktif, maka diprediksi angka kenakalan remaja akan
menurun, bukan saja masyarakat akan lebih tenang, tapi juga akan muncul
calon tokoh masyarakat di masa depan dari remaja-remaja yang berprestasi.
Dampak Negatif Lingkungan Pendidikan
a) Dampak negatif bagi siswa : Seorang siswa akan mengalami kesulitan
belajar, jika semua lingkungannya tidak saling mendukung satu sama
lainnya, umpamanya : keluarganya pecah/broken home dan urakan,
lingkungan pergaulannya rusak dengan narkoba dan dekadensi moral, dan
pelajarannya dianggap kurang sesuai dengan tuntutan suasana kerja, dan
lain-lain. Jika pihak orang tua mengharapkan segalanya dari pendidikan
formal/sekolah adalah harapan yang kurang tepat, dan kemungkinan
akan mengalami kekecewaan, karena semua lingkungan pendidikan
yang tidak saling mendukung, akan menghambat hasil belajar yang
maksimal dari setiap anak didik.
b) Dampak negatif bagi masyarakat : Masa remaja yang sedang mecari
identitas diri, jika salah pergaulan dalam lingkungannya, akan
menyusahkan masyarakat. Jika mereka bergaul dengan kelompok
pencandu narkoba, mereka akan menjadi pecandu narkoba. Jika bergaul
dengan kelompok teroris, mereka akan menjadi teroris, dan lain-lain.
Sedangkan mereka belum mampu berfikir kritis, dan belum mampu
untuk menolak ajakan/rayuan/jebakan dari kelompok-kelompok tersebut.
Tidak adanya kepedulian serta sikap tidak mau tahu, dan acuh dari anggota
17
masyarakat, terhadap kegiatan kelompok remaja, akan memperburuk situasi.
Sikap menyalahkan remaja juga bukan sikap yang bijaksana, tetapi akhirnya
tetap saja masyarakat sendiri yang akan menanggung resiko yang mahal.
BAB III
TRIPUSAT PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
18
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di
dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki
Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang
pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati
orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak
agar tumbuh adn berkembang dengan baik.
Pendidikan keluarga berfungsi:
• Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
• Menjamin kehidupan emosional anak
• Menanamkan dasar pendidikan moral
• Memberikan dasar pendidikan sosial
• Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
2. Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan.
Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah.
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan
kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap
pendidikan, diantaranya sebagai berikut:
• Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta
menanamkan budi pekerti yang baik.
• Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang
sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
• Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya
mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
19
• Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar
atau salah, dan sebagainya.
3. Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan
keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai
ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada
di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan
tersebut tampaknya lebih luas.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat
banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan,
pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun
pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
20
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar
dalam tiga kegiatan pendididkan yakni:
1. Pembinaan dalam upaya pematapan pribadi yang berbudaya
2. Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan
3. Pengajaran dalam upaya penguasan pengetahuan
BAB IV
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
21
4.1. Aliran klasik dalam pendidikan
Aliran ini merupakan pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang telah
dimulai pada zaman Yunani kuno, dan dengan kontribusi berbagai bagian dunia
lainnya, akhirnya berkembang dengan pesat di Eropa dan Amerika Serikat. Aliran-
aliran klasik meliputi aliran, nativisme, naturalisme, empirisme dan konvergensi
merupakan benang merah yang menghubungkan pemikiran-pemikran poendidikan
masa lalu, kini, dan mungkin yang akan datang.
a. Aliran Nativisme
Nativisme adalah suatu doktrin filosofis yang berpengaruh besar dalam
pemikiran psikologis. Tokoh utamanya Arthur Schopenhaur (1788-1860) seorang
filosuf berkebangsaan Jerman. Aliran ini berpandangan bahwa yang mempengaruhi
perkembangan manusia adalah faktor keturunan dan pembawaan atau sifat-sifat yang
dibawanya sejak lahir. Pendidikan dan pengalaman hidup lainnya tidak dapat
mengubah sifat-sifat keturunan/pembawaaan manusia.
Usaha-usaha mendidik dalam pandangan aliran ini merupakan usaha yang sia-
sia. Karena pandangan pesimis ini, maka aliran ini dalam dunia pendidikan disebut
“Pesimesme pedagogis.” Secara singkat keturunan diartikan semua sifat-sifat atau
cirri-ciri yang melekat pada seorang anak yang merupakan regenerasi dari orang
tuanya. Sedangkan pembawaan adalah seluruh kemungkinan atau potensi-potensi
yang terdapat pada seseorang yang selama perkembangannya bisa direalisasikan atau
pengertian ini bisa disamakan dengan bakat (anleg). Omar Muihammad Al-Toumi
Al-Syaibani menyebutkan keturunan/pembawaan sebagai cirri dan sifat-sifat yang
diwarisi dari orang tuanya. Sifat-sifat tersebut dibagi tiga macam.
1. Sifat-sifat tubuh (Jasmani), seperti warna kulit, warna mata, ukuran tubuh,
bentuk kepala, wajah, rambat dan lain-lain.
2. Sifat-sifat akal, seperti cerdas, pandai, bebal, bodoh dan lain-lain.
3. Sifat-sifat akhlak atau moral, seperti prilaku baik, prilaku jahat, pemberani,
pemarah, pemaaf, penyabar, penolong, beriman dan bertaqwa, dan lain-lain.
b. Naturalisme
22
Hampir sama dengan aliran nativsime adalah aliran naturalisme. Nature
artinya alam atau apa yang dibawa sejak lahir. Aliran ini berpendapat bahwa pada
dasarnya semua anak (manusia) adalah baik. Meskipun aliran ini percaya dengan
kebaikan awal manusia, aliran ini tidak menafikan peranan dan pengaruh lingkungan
atau pendidikan. Pendidikkan yang baik akan mengantarkan terciptanya manusia
yang baik. Sebaliknya pendidikan dan lingkungan yang jelek akan berakibat manusia
menadi jelek juga.
J. Rooseau sebagai tokoh aliran ini mengatakan, “semua anak adalah baik
pada dilahirkan, tetapi menjadi rusak di tangan manusia”. Oleh karena itu dia
mengajukan pendapat agar pendidikan anak menggunakan sistem “pendidikan alam”.
Artinya anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang menurut alamnya.
Manusia dan masyarakat jangan terlalu ikut mencampurinya.
Dalam konteks pembentukan moral siswa, maka menurut aliran nativisme,
moral seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri sesuai dengan sifat-sifat pembawaan
yang ada sejak manusia lahir, dan pendidikan tidak mempunyai peran dalam
membentuk moral siswa.
c. Aliran Emperisme
Aliran emperisme berlawanan dengan aliran nativisme. Kalau dalam
nativisme pembawaan atau keturunan menjadi faktor penentu yang mempengaruhi
perkembangan manusia, maka dalam emperisme yang mempengaruhi perkembangan
manusia adalah lingkungan dan pengalaman pendidikannya.
Tokoh utama aliran ini adalah Jhon Locke (1632-1704) dengan gagasan
awalnya mendirikan “The school of british empiricism” (aliran emperisme Inggris).
Sekalilpun aliran ini bermarkas di Inggris tetapi pengaruhnya sampai ke Amerika
Serikat sehingga melahirkan aliran “environmental psychology” (Psikologi
lingkungan, 1988).
Sartain (Seorang ahli psikologi Amerika) menyebutkan bahwa yang dimaksud
lingkungan adalah semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu
mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia. Kemudian
dia membagi lingkungan menjadi tiga bagian; lingkungan alam/luar (external
23
environment), lingkungan dalam (internal environment) dan lingkungan sosial (social
environment).
Aliran ini juga mendapat dukungan dari kaum behavioris, salah satu tokoh
tulen behavioris Waston berkata : “Berilah saya sejumlah anak yang baik keadaan
badannya dan situasi yang saya butuhkan, dan dari setiap orang anak, entah yang
mana dapat saya jadikan dokter, seorang pedagang, seorang ahli hokum, atau jika
memang dikehendaki, menjadi seorang pengemis atau seorang pencuri”.
Secara eksplisit aliran emperisme menekankan betapa peran lingkungan dan
pengalaman pendidikan sangat besar dalam mengubah atau mengembangkan manusia
dan setiap anak bisa dibentuk sesuai dengan kepentingan dan arahan lingkungan.
Pendapat kaum emperis yang optimis ini, di dalam dunia pendidikan dikenal
dengan “optimisme pedagogis”.
Doktrin mendasar yang masyhur dalam aliran emperisme adalah teori “tabula
rasa”, sebuah istilah latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank
slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman,
lingkungan dan pendidikan. Dalam arti perkembangan manusia tergantung pada
lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak
lahir dianggap tidak ada pengaruhnya.
Dalam hal ini, para penganut emperisme menganggap setiap anak lahir seperti
tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa.
Hendak menjadi apa anak kelak tergantung pada pengalaman/lingkungan yang
mendidiknya.
Nabi Muhammad SAW : bersabda :
“Semua anak dilahirkan dalam keadaan suci, ibu dan bapaknya yang akan
menentukan apakah anak tersebut akan menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi”
(HR. Bukhari).
Bagi aliran ini, pembentukan moral dan prilaku manusia akan sangat
tergantung pada kondisi lingkungannya. Lingkungan yang baik (bermoral) tempat di
mana anak-anak melakukan interaksi akan terpengaruh pada terciptana anak-anak
24
yang berprilaku dan bermoral baik. Demikian pula lingkungan yang tidak baik akan
menciptakan anak-anak yang bermoral tidak baik.
d. Aliran Konvergensi
Munculnya aliran konvergensi merupakan respon terhadap pertentangan
antara dua aliran ekstrim nativisme dan emperisme. Konvergensi berusaha untuk
mengkompromikan arti penting aspek keturunan pada satu sisi dan aspek lingkungan
di sisi yang lain sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia. Tokoh
aliran ini, Louis William Sterm, seorang psikolog Jerman (1871-1938).
Dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi manusia, aliran ini tidak hanya
berpegang pada lingkungan, pengalaman/pendidikan saja, tetapi juga mempercayai
faktor keturunan. Konvergensi memposisikan pembawaan dan lingkungan dalam
posisi yang sama-sama penting. Pembawaan tidak mempunyai arti apa-apa terhadap
perkembangan manusia jika tidak didukung oleh kondisi lingkungan yang memadai.
Demikian pula lingkungan dan pengalaman tanpa adanya bakat pembawaan tidak
akan mampu mengembangkan manusia sesuai dengan harapan. Bagi aliran
konvengensi, keturunan dan lingkungan sama-sama mempunyai peran dan andil
dalam perkembangan manusia.
Keterkaitan peran antara keturunan dan lingkungan dapat diumpamakan
dengan menyemai benih tanaman yang bagus, jika ingin menghasilkan tanaman yang
bagus, maka harus disemai di lahan yang subur. Seandainya benih tersebut disemai di
tanah yang tidak cocok atau tandus, maka hasilnya tidak akan sesuai harapan.
Demikian pula sebaliknya sesubur apapun tanahnya, jika benih yang ditanam tidak
bagus maka hasilnya pun tentu kurang bagus.
Dalam hal ini yang berbeda mungkin tingkat dominasi tingkat pengaruh
keturunan dan lingkungan terhadap pertumbuhan manusia. Pengaruh kedua faktor ini
juga berbeda melihat umur dan fase pertumbuhan yang dilalui. Faktor keturunan
umumnya lebih kuat pengaruhnya pada tingkat bayi. Faktor keturunan berkembang
sebelum terjadinya interaksi sosial serta adanya pengalaman-pengalaman baru.
Sebaliknya faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya apabila manusia meningkat
25
dewasa. Karena waktu itu ruang gerak untuk melakukan interaksi dengan lingkungan
sosial dan pengalaman-pengalaman hidup semakin luas terbuka.
Di samping itu faktor pembawaan (tabi’at) yang diwarisi sejak manusia lahir
juga menentukan tingkat penerimaan dalam perubahan moral. Perbedaan penerimaan
perubahan ini dapat kita saksikan khususnya pada anak-anak. Anak-anak biasanya
tidak menutup-nutupi dengan sengaja dan sadar karakter yang dimilikinya. Kita dapat
menyaksikan bagaimana tingkat penerimaan mereka terhadap perbaikan karakter,
Ada sebagian anak yang dengan mudah menerima proses perubahan atau perbaikan
tetapi sering kita saksikan pula banyak anak yang enggan menerima perbaikan
karakter itu. Sikap mereka ada yang keras dan ada yang malu-malu”
26
d. Pengajaran Proyek
Menurut John Dewey (1859-1952) mengemukakan bahwa pendidikan adalah
suatu proses kehidupan itu sendiri dan bukannya penyiapan untuk kehidupan masa
depan. Dalam pengajaran ini, anak bebas menentukan pilihannya (terhadap
pekerjaan), merancang serta memimpinnya.
27
4) Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh
rakyat.
5) Hidup dengan kekuatan sendiri
6) Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan ( Zelfbegrotings-system ).
7) Berhamba pada anak didik
28
Menjalankan kerja pendidikan untuk masyarakat umum dengan dasar-dasar dan hidup
Taman Siswa
Menyelenggarakan usaha-usaha kemasyarakatan dalam masyarakat dalam bentuk-
bentuk badan social, Usaha-usaha pembentukan kesatuan hidup kekeluargaan sebagai
pola masyarakat baru Indonesia, usaha pendidikan kader pembangunan.
Mengusahakan terbentuknya pusat – pusat kegiatan kemasyarakatan dalam berbagai
bidang kehidupan dan penghidupan masyarakat.
29
logis dan rasional, Berperasaan tajam, halus dan estetis,Gigih atau ulet yang
sehat,Correct atau tepat,Emosional atau terharu,Jasmani sehat dan kuat,Cakap
berbahasa,Sanggup hidup sederhana, Sanggup mengerjakan sesuatu pekerjaan,
Sebanyak mungkin memakai kebuyaan nasional, Waktu mengajar para guru menjadi
objek dan murid sebagai subjek, Para guru mencontohkan pelajaran-pelajarannya,
Diusahakan agar pelajar mempunyai darah ksatria, Mempunyai jiwa konsentrasi,
Pemeliharaan(perawatan) sesuatu usaha, Menepati janji, Sebelum pekerjaan dimulai
dibiasakan menimbangnya dulu sebaik- baiknya, Kewajiban harus dipenuhi,
Hemat.
Tujuan Ruang Pendidik INS kayu Tanam adalah :
1. Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
2. Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
4. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab
5. Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan
30
BAB V
KONSEP PEMBANGUNAN SEBAGAI USAHA PERUBAHAN YANG
TERENCANA
a. Pengertian Pembangunan
Pada hakekatnya , pengertian pembangunan secara umum adalah proses
perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasrkan
norma-norma tertentu. Mengenai pengertian pembangunan para ahli memberikan
defenisi yang bermacam-macam seprti halnya perencanaan.Namun secara umum
ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan
perubahan (Riyadi dan Deddy Bratakusumah,2005). Siagian (1994) memberikan
pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha
pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh
suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modrenitas dalam rangka
pembinaan bangsa (nation building). Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994)
memberika pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses
perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakuan secara
terencana”.
31
(nasional) dan mikro. Makna penting dari pembangunan adalah adanya
kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi.
b. Pengetian Pertumbuhan
Pertumbuhan berkaitan dengan pertumbuhan fisik secara kuantatif yang
menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah
perubahan secara fisiologis sebagai hasil proses pematangan fungsi dalam
perjalan waktu tertentu. Perubahan dapat pula diartikan sebagai proes
transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) ke
dalam bentuk proses aktif berkesinambungan.
32
penemuan-penemuan yan diterima oleh sekelompok ilmuan dan secra bersamaan
menetukan corak/pola kegiatan ilmiah yang tetap. Selain itu, paradigma juga
diartikan sebagai keseluruhan kumpulan (konstelasi) kepercayaan, nilai-nilai, cara-
cara (teknik) dan sebagainya yang dianut warga suatu komunitas tertentu.
1) Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan
dalam KD;
2) Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
3) Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/daerah.
b. Fungsi Indikaor
1) Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran.
Pengembangan materi pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang
dikembangkan. Indikator yangdirumuskan secara cermat dapat memberikan arah
dalam pengembangan materi pembelajaran yag efektif sesuai dengan karakteristik
mata pelajaran, poteni dan kebutuhan peserta didik, sekolah, serta lingkungan.
2) Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran.
Desain pembelajaran perlu dirancang secara efektif agar kompetensi dapat
dicapai secara maksimal. Pengembangan desain pembelajaran hendaknya sesuai
dengan indikator yang dikembangkan, karena indikator dapat memberikan gambaran
kegiatan pembelajaran yang efektif untuk mencapai kompetensi.
33
3) Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar.
Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang pencapaian
kompetensi peserta didik. Pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai tuntutan
indikator sehingga dapat meningkatka pencapaian kompetensi secara maksimal.
1) Guru dalam kisi-kisi penilaian yang dilskuksn melalui tes (tes tertulis
seperti:ulangan harian, ulangan tengah semester,ulangan akhir
semester, tes praktik) maupun non-tes.
2) Peserta didik dalam mempersiapkan diri mengikuti penilaian tes
maupun non-tes.
3) Pompinan sekolah dalam memantau dan mengevaluasi keterlaksanaan
pembelajaran dan penilain di kelas.
4) Orangtua dan masyarakat dalam upaya mendorong pencapaian
kompetensi siswa lebih maksimal.
34
Manusia sebagai objek pembangunan sasarannya harus terarah pada pembangunan
manusia itu sendiri (rohani) seperti : kemampuan penalaran, sikap diri, sosial pada
lingkungan dam kemampuamn berusaha.Fuad Hasan dalam Umar Tirtahadjja
dkk.,menyatakan “Manusia adalah makhluk yang terentang antara potensi dan
aktualisasi”. Manusis sebagai objek pembangunan diarahkan kepda kemampuan
untuk mengelola dan memanfaatkan lingkungan secara dinamis, kreatif dan
manusawi, usaha inilah yang disebut pembangunan.
35
ketidakbebasan dan ketimpangan sosial agar tercapai kualitas dan
martabat manusia setinggi-tingginya.
36
BAB VI
HAKIKAT MANUSIA DAN DIMENSI
37
1. Kemampuan Menyadari Diri.
Kaum rasionalis menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada
adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya
kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia itu, maka manusia menyadari
bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini pa
menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan Aku-Aku yang lain (ia,
mereka) dan dengan non Aku (lingkungan fisik) disekitarnya. Bahkan bukan hanya
membedakan, lebih dari itu manusia dapat membuat jarak (distansi) dengan
lingkungannya. Baik yang berupa pribadi maupun non pribadi/benda. Orang lain
merupakan pribadi-pribadi disekitar, adapun pohon, batu, cuaca, dll merupakan
lingkungan non pribadi.
Kemampuan membuat jarak dengan lingkungannya berarah ganda, yaitu arah keluar
dan kedalam
2. Kemampuan Bereksistensi.
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan individu menempatkan diri dan
menerobos serta mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya, yaitu
kemampuan yang berkaitan dengan soal ruang dan waktu. Dengan demikian manusia
tidak terbelunggu oleh tempat atau ruang ini (disini) dan waktu ini (sekarang), tapi
dapat menembus ke “sana” dan ke”masa depan” “ataupun masa lampau”
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar
agar belajar dari pengalamannya, belajar mengantisipasi sesuatu keadaan dan
peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dari sesuatu, serta mengembanagkan
daya imajinasi kratif sejak dari masa kanak-kanak.
3. Pemilikan Kata Hati
Kata hati atau conscience of man juga sering disebut dengan istilah hati
nurani, lubuk hati. Conscience ialah “pengertian yang ikut serta” atau “pengertian
yang mengikuti perbuatan”. Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang apa
yang akan sedang dan telah dibuatnya, bahkan mengerti juga akibatnya (baik atau
buruk) bagi manusia sebagai manusia.
38
Dengan sebutan pelita hati atau hati nurani menunjukkan bahwa kata hati itu
adalah kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik
buruknya perbuatannya sebagai manusia. Dapat disimpulkan bahwa kata hati itu
adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang
buruk/salah bagi manusia sebagai manusia.
4. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan,
maka yang dimaksud dengan moral (yang sering juga disebut etika) adalah perbuatan
itu sendiri. Moral yang sinkron dengan kata hati yang tajam yaitu yang benar-benar
baik bagi manusia sebagai amnusia merupakan moral yang baik atau moral yang
tinggi (luhur). Sebaliknya, perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam
ataupun merupakan realisasi dari kata hati yang tumpul disebut moral yang buruk
atau moral yang rendah (asor) atau lazim dikatakan tidak bermoral.
Seseorang dikatakan bermoral tinggi karena ia menyatukan diri dengan nilai-
nilai yang tinggi, serta segenap perbuatannya merupakan peragaan dari nilai-nilai
yang tinggi tersebut.
5. Tanggung Jawab
Tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa
sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena
itu perbuatan tersebut dilakukan sehingga sanksi apapun yang dituntutkan (oleh kata
hati , oleh masyarakat, oleh norma-norma agama), diterima dengan penuh kesadaran
dan kerelaan. Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang
menuntut jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab.
6. Rasa Kebebasan(Kemerdekaan)
Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu) tetapi yang
sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.
Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan.
Artinya, bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia.
39
7. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak.
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi
dari manusia sebagai makhluk sosial. Yang satu ada hanya oleh karena adanya yang
lain. Tak ada hak tanpa kewajiban. Jika seseorang mempunyai hak untuk menuntut
sesuatu maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut
(yang pada saat itu belum dipenuhi). Sebaliknya, kewajiban ada oleh karena ada
pihak lain yang harus dipenuhi haknya.
Pada dasarnya hak itu adalah sesuatu yang masih kosong, artinya meskipun hak
tentang sesuatu itu ada, belum tentu seseorang mengetahuinya (misalnya hak
memperoleh perlindungan hukum). Dan meskipun sudah diketahui, belum tentu
orang mau mempergunakannya (misalnya hak cuti tahunan). Namun terlepas dari
persoalan apakah hak itu diketahui atau tidak, dibalik itu tetap ada pihak yang
berkewajiban untuk bersiap sedia memenuhinya.
40
menyenangkan maupun yang pahit) menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup
yang disebut “bahagia” .
1) Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan
suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu
diartikan sebagai pribadi . Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki
kehendak, perasaan, cita-cita, kecendrungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang
sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana
di gambarkan di atas secara potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh
kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina,
melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang
memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk
semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai
milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk
membentuk kepripadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Pola pendidikan
yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan
berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang
menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter) dalam
hubungan ini disebut pendidikan yang patologis.
41
2) Dimensi kesosialan
Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang
dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk
saling memberi dan menerima.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada
dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang ingin
bertemu dengan sesamanya.
Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di
dalam interaksi dengan sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang
lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya,
serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan
sesamanya, dalam saling menerima dan memberi, seseorang menyadari dan
menghayati kemanusiaanya.
3) Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi.
Akan tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang
pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan
terselubung. Karena itu maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering
digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket
(persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Kesusilaan
diartikan mencakup etika dan etiket.
Persoaalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada
hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta
melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.
4) Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan
kebutuhan manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan
tempat bertopang.
42
Manusia memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan
bahwa agama menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama
melalui proses pendidikan agama. Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran
agama yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif
harus di utamakan. Di samping itu mengembangkan kerukunan hidup di antara
sesama umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
perlu mendapat perhatian.
43
b. Dari Arah Pengembangan
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan kepada
pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman
secara terpadu. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia
yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia
sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Perkembangan di maksud
mencakup yang bersifat horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan yang
bersifat vertical (yang menciptakan ketinggian martabat manusia). Dengan demikian
totalitas membentuk manusia yang utuh.
44
BAB VII
PERANAN PENDIDIKAN DALAM PENDIDIKAN NASIONAL
2. Pembangunan Nasional
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup
seluruh sistem sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan
dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994).
Pembangunan nasioanal adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang sekaligus merupakan
prosespembangunan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan
tujuan nasional.
45
Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal,
dan informal. Pendidikan juga dibagike dalam empat jenjang, yaitu Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi.
46
keluarga itu selalu mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti dari tiap-tiap manusia {
Dewantara dalam Suwarno, 1972 : 72}.
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata masyarakat dunia secara
global telah ikut mempengaruhi iklim pendidikan. Oleh karena itu aktualisasi
partisipasi masyarakat dalam pengembangan pendidikan sangat
diperlukan.Sebagaimana diamanatkan oleh UU Sisdiknas 2003 bahwa pemerintah
dan pemerintah daerah juga berhak mengarahkan, membimbing, membantu dan
mengawasi penyelenggaraan pendidikan serta berkewajiban memberikan layanan dan
kemudahan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara
tanpa diskriminasi.
Pemerintah dan pemerinmtahan daerah juga wajib menjamin tersedianya dana
guna terselenggaranya pendidikan bagi setaip warga Negara dari usia 7-15 tahun.
Lebih dari itu, sebenarnya peluang bagi orang tua / warga dan kelompok masyarakat
masih sangatlah luas.
47
Sebagaimana diamanatkan oleh UU Sisdiknas 2003 bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah juga berhak mengarahkan, membimbing, membantu dan
mengawasi penyelenggaraan pendidikan serta berkewajiban memberikan layanan dan
kemudahan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara
tanpa diskriminasi. Pemerintah dan pemerinmtahan daerah juga wajib menjamin
tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setaip warga Negara dari
usia 7-15 tahun. Lebih dari itu, sebenarnya peluang bagi orang tua / warga dan
kelompok masyarakat masih sangatlah luas.
Untuk itu, maka dalam kondisi kualitas layanan dan output pendidikan sedang
banyak dipertanyakan mutu dan relevansinya, maka pemerintah seharusnya
memberikan peluang yang luas bagi partisipasi masyarakat. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Suryadi Prawirosentono { 2002 : 12 } bahwa ada 6 hal yang bisa
mempengaruhi produk dan salah satunya adalah SDM. SDM kita ibaratkan sebagai
kelompok masyarakat, yang mana bisa membawa pengaruh pendidikan yang ada
dalam sebuah Negara. Lebih dari itu, pemerintah perlu menyusun mekanisme
sehingga orang tua dan kelompok-kelompok masyarakat dapat berpartisipasi secara
optimal dalam pengembangan pendidikan di Indonesia.
48
modern. Menurut pengalaman masyarakat di Barat, lembaga pendidikan formal
sistem persekolahan merupakan lembaga utama mengembangkan pengetahuan
malatih, kemampuan dan keahlian serta menanamkan sikap modern para individu
yang diperlukan dalam proses pembangunan. Bukti-bukti menunjukan adanya kaitan
yang erat antara pendidikan formal seseorang dan partisipasinya dalam
pembangunan. Perkembangan lebih lanjut muncul, tesis Human Investment, yang
menyatakan bahwa investasi dalam diri manusia lebih menguntungkan, memiliki
economic rate of return yang lebih tinggi di bandingkan dengan investasi dalam
bidang fisik.
Sejalan dengan paradigma Fungsional, paradigma sosialisasi melihat peranan
pendidikan dalam pembangunan adalah: a) mengembangkan kompetensi individu, b)
kompetensi yang lebih tinggi tersebut diperlukan untuk meningkatkan produktivitas,
dan c) secara umum, meningkatkan kemampuan warga masyarakat dan semakin
banyaknya warga masyarakat yang memiliki kemampuan akan meningkakan
kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, berdasarkan paradigma
sosialisasi ini, pendidikan harus di perluas secara besar-besaran dan menyeluruh,
kalau suatu bangsa menginginkan kemajuan.
Paradigma Fungsional dan paradigma Sosialisasi telah melahirkan pengaruh
besar dalam dunia pendidikan paling tidak dalam dua hal. Pertama, telah melahirkan
paradigma pendidikan yang bersifat analisis-mekanistis dengan mendasarkan pada
doktrin reduksionisme dan mekanistis. Reduksionisme melihat pendidikan sebagai
barang yang dapat dipecah-pecah dipisah-pisah satu dengan yang lain. Mekanis
melihat bahwa pecahan-pecahan atau bagian-bagian tersebut memiliki keterkaitan
linier fungsional, satu bagian menentukan bagian yang lain secara langsung.
Akibatnya, pendidikan telah direduksi sedemikian rupa kedalam serpihan-serpihan
kecil yang satu dengan yang lain menjadi terpisah tiada hubungan, seperti, kurikulum
kredit SKS, pokok bahasan, program pengayaan, seragam, pekerjaan rumah dan
latihan-latihan. Suatu sistem penilaian telah dikembangkan untuk menyesuaikan
dengan serpihan-serpihan tersebut: nilai, indeks prestasi, ranking, rata-rata nilai,
kepatuhan dan ijasah.
49
Paradigma pendidikan Input-Proses-Output, telah menjadikan sekolah sebagai
proses produksi. Murid diperlakukan bagaikan row-input dalam suatu pabrik. Guru,
kurikulum, dan fasilitas diperlukan sebagai instrumental input. Dan jika ini baik maka
akan menghasilkan proses yang baik dan akhirnya baik pula produk yang dihasilkan.
Kelemahan paradigma pendidikan tersebut nampak jelas, yakni dunia pendidikan
dilihat sebagai sistem yang bersifat mekanik yang perbaikannya bisa bersifat partial,
bagian mana yang dianggap tidak baik maka itu saja yang harus diperbaiki. Sudah
barang tentu asumsi tersebut jauh dari realitas dan salah. Implikasinya, sistem dan
praktek pendidikan yang mendasarkan pada paradigma pendidikan yang keliru
cenderung tidak akan sesuai dengan realitas. Paradigma pendidikan tersebut di atas
tidak pernah melihat pendidikan sebagai suatu proses yang utuh dan bersifat organik
yang merupakan bagian dari proses kehidupan masyarakat secara totalitas.
Kedua, para pengambil kebijakan pemerintah menjadikan pendidikan sebagai
engine of growth, penggerak dan loko pembangunan. Sebagai penggerak
pembangunan maka pendidikan harus mampu menghasilkan invention dan
innovation, yang merupakan inti kekuatan pembangunan. Agar berhasil
melaksanakan fungsinya, maka pendidikan harus diorganisir dalam suatu lembaga
pendidikan formal sistem persekolahan, yang bersifat terpisah dan berada diatas dunia
yang lain, khususnya dunia ekonomi. Bahkan pendidikan harus menjadi panutan dan
penentu perkembangan dunia yang lain, khususnya, dan bukan sebaliknya
perkembangan okonomi menentukan perkembangan pendidikan. Dalam lembaga
pendidikan formal inilah berbagai ide dan gagasan akan dikaji, berbagai teori akan
diuji, berbagai teknik dan metode akan dikembangkan, dan tenaga kerja dengan
berbagai jenis kemampuan akan dilatih.Sesuai dengan peran pendidikan sebagai
engine of growth, dan penentu bagi perkembangan masyarakat, maka bentuk sistem
pendidikan yang paling tepat adalah single track dan diorganisir secara terpusat
sehingga mudah diarahkan untuk kepentingan pembangunan nasional. Lewat jalur
tunggal inilah lembaga pendidikan akan mampu menghasilkan berbagai tenaga kerja
yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Agar proses pendidikan efisien dan efektif,
50
pendidikan harus disusun dalam struktur yang bersifat rigid, manajemen (bersifat
sentralistis, kurikulum penuh dengan pengetahuan dan teori-teori (text bookish).
Namun pengalaman selam ini menunjukan, pendidikan nasional sistem
persekolahan tidak bisa berperan sebagai penggerak dan loko pembangunan, bahkan
gass (1984) lewat tulisannya berjudul Education versus Qualifications menyatakan
pendidikan telah menjadi penghambat pembangunan okonomi dan teknologi, dengan
munculnya berbagai kesenjangan: kultural, sosial, dan khususnya kesenjangan
vokasional dalm bentuk melimpahnya pengangguran terdidik.
51
ekonomi di masa mendatang. Tetapi realitas menunjukan sebaliknya. Bukannya
pendidikan muncul terlebih dahulu, kemudian akan muncul pembangunan ekonomi,
melainkan bisa sebaliknya, tuntutan perluasan pendidikan terjadi sebagai akibat
adanya pembangunan ekonomi dan politik. Dengan kata lain, pendidikan sistem
persekolahan bukannya engine of growth, melainkan gerbong dalam pembangunan.
Perkembangan pendidikan tergantung pada perkembangan ekonomi. Sebagai bukti,
karena hasil pembangunan ekonomi tidak bisa dibagi secara merata, maka
konsekuesinya kesempampatan untuk mendapatkan pendidikan tidak juga bisa sama
diantara berbagai kelompok masyarakat, sebagai mana menjadi dewasa ini.
Ketiga, paradigma fungsional dan sosialisasi juga memiliki asumsi bahwa
pendapatan individu mencerminta produktivitas yang bersangkutan. Secara makro
upah tenaga kerja erat kaitannya dengan produktivitas. Dalam realitas asumsi ini
tidak pernah terbukti. Upah dan produktivitas tidak selalu sering. Amplikasinya
adalah bahwa kesimpulan kajian selama ini yang selalu menunjukan bahwa economic
rate of return dari pendidikan di negara kita adalah sangat tinggi, jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan investasi dibidang lain, adalah tidak tepat, sehingga perlu dikaji
kembali.
Keempat, paradigma sosialisasi hanya berhasil menjelaskan bahwa
pendidikan memiliki peran pengembangan kopetensi individual, tetapi gagal
menjelaskan bagaimana pendidikan dapat meningkatkan kompetensi yang lebih
tinggi untuk meningkatkan produtivitas. Secara riil pendidikan formal berhasil
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individual yang diperlukan untuk
berpartisipasi dalam kehidupan ekonomi modern. Semakin lama waktu bersekolah
semakin tinggi pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki namun, Randal Collins
lawat karyanya The Credential Society: An Historical Sosiology of Education and
Stratification (1979) menentang tesis ini. Berbagai bukti tidak mendukung tesis atas
tuntutan pendidikan untuk memegang suatu pekerjaan-pekerjaan tersebut. Pekerja
dengan pendidikan formal yang lebih tinggi tidak harus diartikan memiliki
productivitas lebih tinggi dibandingkan denga pekerja yang memiliki pendidikan
yang rendah. Banyak keterampilang dan keahlian yang justru dapat banyak diperoleh
52
sambil menjalankan pekerjaan di dunia kerja formal. Dengan kata lain, tempat
bekerja bisa berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang lebih canggih.
53
BAB VIII
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
54
usaha untuk mencapai tujuan-tujuan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya.
Urutan langkah-langkah pembuatan putusan adalah:
Menentukan masalah
Menganalisa situasi yang ada;
Mengembangkan alternatif-alternatif kemungkinan;
Menganalisa alternatif-alternatif kemungkinan; dan
Memilih altenatif yang paling mungkin.
b. Perencanaan
Merencanakan adalah kegiatan persiapan untuk mengantisipasi tindakan-
tindakan apa yang akan dilaksanakan. Perencanaan adalah juga dapat merumuskan
tujuan-tujuan dan teknik-teknik untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut.
c. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan suatu gerak langkah menuju ke arah
pelaksanaan rencana yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan fungsi
pengorganisasian ini harus dapat menghasilkan suatu organisasi yang dapat bergerak
dengan suatu kesatuan yang bulat. Pengorganisasian juga merupakan suatu fungsi
administrasi kedua setelah fungsi perencanaan. Dalam suatu organisasi yang baik
semua bagiannya semestinya dapat bekerja dalam suatu keselarasan dari bagian-
bagian yang terpisah menuju kepada suatu kesatuan yang tak terpisahkan disebabkan
adanya unsur-unsur yang mempersatukan.
d. Komunikasi
Mengkomunikasikan berarti menyalurkan informasi, ide, penjelasan,
perasaan, pertanyaan dari orang yang satu kepada orang yang lain atau dari
kelompok yang satu kepada kelompok yang lain. Mengkomunikasikan dalam
suatu organisasi adalah dimaksudkan untuk dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
para anggota organisasi secara sendiri-sendiri atau secara berkelompok.
e. Koordinasi
55
Mengkoordinasikan adalah serangkaian kegiatan untuk mempersatukan
sumbangan dan saran dari para anggota organisasi, bahan dan sumber- sumber lain
yang terdapat dalam organisasi itu ke arah pencapaian tujuan- tujuan yang telah
disepakati bersama. Dengan kata lain tanpa koordinasi yang baik dalam organisasi
akan sulit untuk dapat mengharapkan tercapai keteraturan kegiatan dengan tertib
dalam upaya untuk mengejar tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi tersebut.
Dengan koordinasi unit-unit yang terpisah dalam organisasi diupayakan untuk
saling dihubungkan dengan unit-unit yang lainnya itu sehingga unit-unit yang
terpisah tadi saling mempengaruhi unit-unit lain menjadi satu kesatuan yang
terintegrasi dan harmonis. Fungsi koordinasi adalah mempersatukan unit-unit dan
menciptakan setiap unit itu untuk saling melengkapi dan mendukung unit yang
lainnya.
f. Pengawasan
Pengertian pengawasan adalah sebagai suatu proses fungsi dan prinsip
administrasi untuk melihat apa yang terjadi sesuai dengan apa yang semestinya
terjadi. Apabila tidak sesuai dengan semestinya maka perlu adanya penyesuaian yang
mesti dilakukan. Dengan kata lain pengawasan adalah fungsi administratif untuk
memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
sebelumnya.
g. Evaluasi
Penilaian sebagai seperangkat kegiatan yang dapat menentukan baik tidaknya
program-program atau kegiatan-kegiatan organisasi yang sedang dijalankan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Dengan menerapkan proses penilaian
terhadap suatu program atau kegiatan yang sedang dijalankan organisasi kekuatan
dan kelemahan dari program atau kegiatan tersebut dapat diketahui untuk dapat terus
dipertahankan kekuatannya dan sedikit demi sedikit dikurangi untuk dihilangkan
kelemahannya dalam menjalankan program atau kegiatan organisasi berikutnya.
56
Pendekatan organisasi klasik ini sering disebut juga dengan gerakan
manajemen ilmiah yang dipelopori Frederick Taylor, seorang yang memiliki latar
belakang dan pengalaman sebagai buruh, juru ketik, mekanik, dan akhirnya
berpengalaman sebagai kepala teknik (1856-1915). Gerakan ini mencari upaya untuk
dapat menggunakan orang secara efektif dalam organisasi industri. Konsep dari
gerakan ini adalah orang dapat juga bekerja layaknya sebagai mesin. Frederick Taylor
dan teman-temannya berkeyakinan bahwa para pekerja yang didorong motivasi
ekonomi dan keinginan psikologis yang terbatas yang memerlukan arahan-arahan
tetap.
c. Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku dalam administrasi adalah menggabungkan antara
hubungan sosial dengan struktur formal dan menambahkannya dengan proposisi yang
diambil dari psikologi, sosiologi, ilmu politik dan ekonomi.5 Barnard adalah seorang
kepala eksekutif pada perusahaan Bell Telepone di New Jersey yang menulis buku
dengan judul "Functions of the Executive" (1938). Dalam buku ini Barnard mengulas
secara lengkap teori perilaku yang kooperatif dalam organisasi formal. Barnard
menyimpulkan bahwa kontribusi kerjanya berkenaan dengan konsep struktur dan
dinamis. Konsep-konsep struktur yang dianggap penting adalah individu, sistem
kerja sama, organisasi formal, organisasi formal yang komplek, dan juga organisasi
informal. Konsep- konsep dinamis yang penting, menurut Barnard, adalah kerelaan,
kerjasama, komunikasi, otoritas, proses keputusan, dan keseimbangan dinamik.
57
8.4. Contoh Pengelolaan Pendidikan
1) Pemetaan dan Perencanaan Pendidikan PENGANTAR Salah satu faktor yang
menentukan pembangunan bidang pendidikan akan menca- pai sasarannya
adalah perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik tentunya mensyaratkan
tersedianya dukungan data yang benar-benar mencerminkan keadaan yang
sebenarnya (akurat) dan mutakhir. Syarat lain yang tidak kalah pentingnya
adalah proses penyusunan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan kemampuan daerah, melibatkan seluruh stakeholder
pendidikan, dan akuntabel.
58
Pembahasan berikut ini, kita akan membahas mengenai pendidikan secara
umum ditinjau dari kepentingan masyarakat, yang meliputi :1) Pendidikan formal
dan informal; 2) Lingkungan pendidikan; 3) Keteladanan (Panutan).
1. Pendidikan Formal Dan Informal
a. Dampak positifnya:
1. Dampak positif bagi alumni : Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi
terampil serta menjadi lulusan siap kerja dan siap berprestasi yang dibutuhkan
oleh masyarakat.
b. Dampak negatifnya :
1. Dampak negatif bagi alumni : Alumni yang mendapat pekerjaan dan karir, yang
karena keberhasilannya, dapat mencapai jabatan yang lebih tinggi dari gurunya,
berakibat tidak lagi menghargai/ menghormati gurunya, atau bahkan menjadi
bersikap sombong, angkuh dan menganggap remeh semua orang disekitarnya.
(mudah-mudahan tidak semua alumni demikian)
2. Lingkungan Pendidikan
a. Dampak Positifnya :
1. Dampak positif bagi siswa : Seorang siswa akan mengalami kemajuan yang pesat
dalam hasil belajarnya, jika semua lingkungan pendidikan saling mendukung
satu sama lainnya, umpamanya : Kesibukan belajarnya di sekolah diikuti dengan
berpartisipasi dalam kelompok ilmiah remaja, di luar sekolahnya, dan didorong
dengan motivasi dan fasilitas dari keluarganya, sehingga siswa dapat
mengaplikasikan semua pengetahuannya secara nyata.
b. Dampak negatifnya :
2. Dampak negatif bagi siswa : Seorang siswa akan mengalami kesulitan belajar,
jika semua lingkungannya tidak saling mendukung satu sama lainnya,
umpamanya : keluarganya pecah/broken home dan urakan, lingkungan
pergaulannya rusak dengan narkoba dan dekadensi moral, dan pelajarannya
dianggap kurang sesuai dengan tuntutan suasana kerja, dan lain-lain. Jika pihak
orang tua mengharapkan segalanya dari pendidikan formal/sekolah adalah
59
harapan yang kurang tepat, dan kemungkinan akan mengalami kekecewaan,
karena semua lingkungan pendidikan yang tidak saling mendukung, akan
menghambat hasil belajar yang maksimal dari setiap anak didik.
3. Keteladanan (Panutan)
a. Dampak positifnya :
1. Dampak positif bagi alumni : Teladan yang baik dalam tingkah laku sehari-hari
dari kedua orangtua, para guru, para tokoh, para pemimpin, membuat para
alumni merasa pasti dan yakin akan masa depannya, dan tidak ragu untuk
mengambil keputusan yang tepat, karena pelajaran dan teori yang mereka terima
ada kesesuaian dengan kenyataannya.
b. Dampak negatifnya :
1. Dampak negatif bagi alumni : Siswa akan mengalami pertentangan batin jika
yang dipelajarinya tidak sesuai dengan kenyataan, tidak adanya teladan yang
dijadikan panutan akan membuat siswa ragu-ragu untuk berkiprah dalam
menghadapi kehidupannya. Umpama : pengembangan ilmu pengetahuan
menuntut suasana berdiskusi yang sehat dengan kritis dan rasional, tapi orang tua
jaman dulu melarang berdiskusi dalam bentuk apapun dengan tujuan hanya untuk
menghindari pertengkaran dan permusuhan. Siswa menjadi serba salah, jika
berada dalam situasi ini. Kalau pertentangan batin berlangsung lama dan tidak
terselesaikan, maka akan berdampak banyaknya alumni yang kurang mampu
untuk bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya ketika menjadi alumni/setelah
lulus.
60
BAB IX
MASYARAKAT MASA DEPAN
61
satu kesatuan.Menurut Emil Salim (1990) terdapat empat bidang kekuatan
gelombang globalisasi yang paling kuat dan menonjol yaitu :
a. Bidang-bidang IPTEK
b. Bidang Ekonomi
c. Bidang Lingkungan Hidup
d. Bidang pendidikan
62
Pengembangan teknologi.
Penerapan teknologi.
63
Pembuka sandian
Reaksi internal
Gangguan / hambatan
3. Dampak perkembangan komunikasiPerkembangan komunikasi dengan arus
informasi yang makin padat dan akan dipercepat di masa depan, mencangkup
keseluruhan unsur-unsur dalam proses komunikasi tersebut. Hal itu mau tidak
mau telah memaksa kita mempunyai konsep baru tentang berita, yakni bukan
apa yang telah terjadi tetapi apa yang sedang terjadi
64
BAB X
PERMASALAHAN PENDIDIKAN
65
9.2 Penanggulangan Permasalahan Pendidikan
Solusi Masalah Pemerataan Pendidikan
Banyak macam pemecahan masalah yang telah dan sedang dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, langkah-langkah ditempuh melalui cara konvesional dan cara inovatif.
Cara konvesional antara lain:
Membangun gedung sekolah seperti SD inpres dan atau ruangan belajar.
Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan
sore).
Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk pendidikan
dasar ialah membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat yang kurang mampu
agar mau menyekolahkan anaknya.
Cara Inovatif antara lain:
Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru) atau inpact
sistem, sistem tersebut dirintis di solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
SD kecil pada daerah terpencil
Sistem guru kunjung
SMP terbuka
Kejar paket A dan b
Belajar jarak jauh, seperti di universitas terbuka.
66
Upaya pemecahan masalah masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya
meliputi hal-hal yang bersifat sebagai fisik dan lunak, personalia, dan manajemen.
Sebagai berikut:
Seleksi yanglebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA
dan PT.
Pengembanagn kemanpuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut.
Penyempurnaaan kurikulum.
Pengembanagan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram
untuk belajar.
Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran.
67
Solusi Masalah Efisiensi Pendidikan
Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah masalah efisiensi dalam
pendidikan diantaranya:
1. Pendidikan efektif perlu ditingkatkan secara terprogram
2. Pengadaan dan pendistribusian sarana pembelajaran harus dibarengi dengan
pembekalan kemampuan, sikap, dan keterampilan calon pemakai, serta harus
dilandasi dengan konsep yang jelas.
3. Melakukan penyusunan yang mantap terhadap potensi siswa melalui keragaman jenis
program studi.
4. Memberi perhatian terhadap tenaga kependidikan(prajabatan dan jabatan).
68
yang hanya menuruti hawa nafsu yang akan menyelesaikan masalah tanpa membawa
masalah lain. b. Membentuk akhlak dan pribadi bangsa Akhlak dan pribadi bangsa
tergantung dari bagaimana sistem pendidikannya.
69
3. Dapat mengetahui kekurangan dari program mengajar
Dampak negatif permasalahan pendidikan , yaitu :
1. Uang sekolah yang mahal , dapat membuat siswa putus sekolah
2. Siswa / siswi yang nakal dapat membawa keburukan pada teman disekitarnya
3. Banyak terjadinya hal negative , baik itu pemerkosaan terhadap teman sekolahnya,
2. Relevasi Pendidikan
Untuk mengejar kemampuan unggul atau “Comperative Advantages” fungsi
pendidikan dalam pembangunan ini perlu dialihkan dari fungsi kesejahteraan rakyat
menjadi pemberian beban untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat agar
70
memberi nilai tambah yang unggul komperatif, artinya produk tenaga kerja Indonesia
mampu bersaing di pasar kerja, baik dalam makna ekonomic, kultural maupun idiil.
(Noeng Muhadjir 1900:27)
Wardiman Djojonegoro ia menyatakan bahwa dunia pendidikan indonesia
sampai sekarang masih mengalami krisis yang berkisar pada relevansi pendidikan dan
mutu pendidikan. Kritik yang dilontarkan adalah bahwa lembaga pendidikan di
indonesia dinilai tidak dapat mencetak luluasan yang siap pakai,tidak adanya
kesesuaian antara output pendidikan dengan tuntunan perkembangan ekonomi akan
mengakibatkan kesenjangan okupasional.
71
BAB X
SISTEM PENDIDIKAN
72
(sekolah) tertentu.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan pula
bahwa, “Pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur
tujuan/sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur/jenjang.
73
Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang
lebih baik.
Standardisasi Pendidikan Di Indonesia
Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara
tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses
untuk menentukan standar yang akan diambil.
Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan
formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi.
Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi,
demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan
standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional
Pendidikan (BSNP).
Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita
yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku
perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian
teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah
yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki
laboratorium dan sebagainya.
Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru
belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya
sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan
pengabdian masyarakat.
Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya
kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen
Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji
74
bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan
sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-
rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru
terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain,
memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang
buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005).
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen
(PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup.
Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang
pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada
gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang
berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah
khusus juga berhak atas rumah dinas.
Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan
kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia
internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study
(TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara
dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi
sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura
sebagai negara tetangga yang terdekat.
Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah
Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal
Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni
(APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa).
Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di
SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan
usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu
75
akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh
karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk
mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data
BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka
pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0
sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama
pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan
yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap
tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup
sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian
antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang
materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta
didik memasuki dunia kerja.
Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk
menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam
bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK)
hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan
lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.
Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan
pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di
Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi
dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS
selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha.
Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya,
setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai
keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak
transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah
76
orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya
menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi
legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan
rakyatnya.
77
Di Indonesia terdiri dari beragam suku, bahasa, daerah, budaya, dll. Serta pendidikan
Indonesia yang terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan informal.
78
DAFTAR PUSTAKA
79
Immegart, Glenn L dan Francis J. Pilecki, 1972, An Intoduction to Systems for to
Educational Administrator, California: Addison Wesley Publishing Company.
Mc. Ashan, H.H., 1983, Comprehensive Planning for School Administrations, USA:
Advocate Publishing Group.
Tirtarahardja, Umar dan. S.L. La Sulo, 2005. “PengantarPendidikan”, Penerbit
Rineksa Cipta Jakarta.
Prof.Dr.Umar Tirtahardja Drs.S.L.La Sulo,2012”Pengantar Pendidikan”Penerbit PT
Rineka Cipta,Jakarta.
80