Anda di halaman 1dari 80

BAB I

HAKIKAT PENIDIDIKAN

1.1. Pendidikan Pengertian


Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan kepribadian manusia
baik dibagian rohani atau dibagian jasmani. Ada juga para beberapa orang ahli
mengartikan pendidikan itu adalah suatu proses pengubahan sikap dan tingkah laku
seseorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan melalui pengajaran dan
latihan diri. Arti pendidikan itu sendiri juga menimbulkan berbagai macam
pandangan, termasuk bagaimana pendidikan harus diselenggarakan dan metode
seperti apa yang harus dipakai.2
Secara bahasa pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogy” yang
mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh seorang
pelayan. Pelayan yang mengantar dan menjemput dinamakan “paedagogos”. Dalam
bahasa Romawi pendidikan diistilahkan sebagai educate yang berarti mengeluarkan
sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris pendidikan diistilahkan to
educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Muhajir, 2000: 20
dalam Kadir, dkk, 2012: 59). Banyak pendapat yang berlainan tentang pendidikan.
Walaupun demikian, pendidikan berjalan terus tanpa menunggu keseragaman arti.
Redja Mudyaharjo, dalam bukunya Pengantar Pendidikan ”Sebuah Studi
Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia”
menyatakan tentang asumsi pokok pendidikan yaitu :
1. Pendidikan adalah actual,artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi actual
dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya.
2. Pendidikan adalah formatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal
yang baik atau norma-norma yang baik; dan
3. Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya berupa serangkaian
kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi actual dari individu yang belajar,
tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.

1
Didalam UU No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan, yang
diperlukan dirinya, masyarakat, dan Negara.

1.2. Proses Pendidikan


Proses adalah adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara
alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya
lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh
perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah
pengaruhnya. Bandingkan dengan pengolahan.
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan
orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana
proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menetukan kualitas hasil pencapaian tujuan
pendidikan. Tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses
belajar dan pengalaman belajar yang optimal. Sebab berkembangnya tingkah laku
peserta didik sebagai tujuan belajar hanya dimungkinkan oleh adanya pengalaman
belajar yang optimal itu. Di sini jelas bahwa pendayagunaan teknologi pendidikan
memegang peranan penting. Tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu
terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal.
Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas
komponen dan kualitas penglolaannya. Kedua segi tersebut satu sama lainnya saling
bergantung. Walaupun komponen-komponennya cukup baik, seperti tersedianya
sarana-prasarana serta biaya yang cukup, jika tidak ditunjang dengan pengelolaan
yang handal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara optimal. Demikian

2
pula bila pengelolaan baik tetapi di dalam kondisi serba kekurangan, akan
mengakibatkan hasil yang tidak optimal.

1.3. Unsur-unsur Pendidikan


Unsur-unsur dalam pendidikan meliputi beberapa hal yang saling terkait.
Unsur-unsur tersebut antara lain tujuan pendidikan, kurikulum, peserta didik,
pendidik, interaksi edukatif, isi pendidikan, dan lingkungan pendidikan
(Triwijayanto, 2014: 24).
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu :
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik).
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik yaitu subjek atau pribadi yang
otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Ciri khas peserta didik yang perlu
dipahami oleh pendidik ialah:
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan
insan yang unik.
b. Individu yang sedang berkembang.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri (Tirtarahardja & La Sulo,
2008: 52).
2. Orang yang membimbing (pendidik)
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
yang sesuai dengan khususannya, serta berpartisipasi dalam menyelanggarakan
pendidikan. (Triwijayanto, 2014: 25).

3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)


Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antarpeserta
didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan
pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan

3
memanipulasikan isi, metode serta alat-alat pendidikan (Tirtarahardja & La Sulo,
2008: 52).

1. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)


Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh
peserta didik setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan
pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan, diarahkan untuk mencapai
tujuan pendidikan itu.4

2. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)


Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum
yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Isi pendidikan merupakan
materi dan kompetesi untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.Isi pendidikan juga merupakan materi-materi dalam proses
pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara (Triwijayanto, 2014: 25).

3. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)


Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman cara
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran memberikan
makna bahwa di dalam kurikulum terdapat panduan interaksi antara pendidik dan
peserta didik (Triwijayanto, 2014: 25).

4. Tempat dimana peristiwa pembelajaran berlangsung (lingkungan pendidikan)


Lingkungan pendidikan sering dijabarkan dengan keluarga, sekolah, dan
masyarakat (Triwijayanto, 2014: 25).

4
1.4. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam
lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang
disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotic dan abiotik tidak
dapat dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai
makhluk hidup yang tergolong kelompok biotic.5 Menurut Mohammad Surya,
lingkungan adalah segala hal yang merangsang individu, sehingga individu turut
terlibat dan mempengaruhi perkembangannya.6
Pendidikan juga merupakan seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang
dilakukan oleh pendidik/guru kepada peserta didik terhadap semua aspek
perkembangan kepribadian baik jasmani maupun rohani, secara formal, informal
maupun non-formal yang berjalan terus-menerus untuk mencapai kebahagiaan dan
nilai yang tinggi, baik nilai insaniyah atau ilahiyah. 7
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia,
baik berupa benda mati, makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi
termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada
individu. Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat
anak bergaul. Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga
pendidikan sesuai dengan jenis dan tanggung jawab yang secara khusus menjadi
bagian dari karakter lembaga tersebut.
Lingkungan pendidikan mencakup beberapa hal , yaitu : 8
1. Tempat (lingkungan fisik ), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam
2. Kebudayaan (lingkungan budaya ) dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa
seni ekonomi, ilmu pengetahuan, pedagang hidup dan pedagang keagamaan; dan
3. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok
bermain, desa perkumpulan dan lainnya.

1.5. Dampak Positif Adanya Pendidikan


Pendidikan juga memiliki dampak pada kehidupan , baik itu dampak positif
dan dampak negatif , hanya saja semua itu tergantung pada keinginana kita masing –

5
masing , contohnya jika kita ingin sukses maka ambillah dampak positifnya , yaitu
untuk menambah ilmu pengetahuan , memperbaiki akhlak , belajar dengan sungguh-
sungguh agar dapat meraih prestasi , begitu juga sebaliknya, jika kita ingin
mengambil dampak negatifnya maka yang terjadi hanyalah penyesalan.
Dampak Positif adanya Pendidikan , yaitu :
1. Menambah ilmu pengetahuan
2. Mengurangi kebodohan
3. Membangun karakter yang baik
4. Menambah kedewasaan
5. Menambah pengalaman , baik itu sosialisasi , ppl , kkl
6. Dapat meraih prestasi

1.6. Contoh Pendidikan


Adapun contoh pendidikan di Indonesia beserta fungsinya yang ada di
kehiduoan masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-
sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang
jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan
tinggi.Lembaga pendidikan formal terdiri dari beberapa jenis seperti pendidikan
umum, kejuruan, vokasi, profesi, keagamaan, dan khusus.
Contoh pedidikan formal ini, diantaranya;
1. Sekolah Dasar
2. Sekolah Menengah Pertama
3. Sekolah Menengah Atas
4. Sekolah Menengah Kejuruan
5. Perguruan Tinggi/Universitas/Institut.

2. Pendidikan Nonformal

6
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal paling
banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman
Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di Masjid dan Sekolah Minggu, yang
terdapat di semua Gereja.
Contoh dalam Pendidikan nonformal, diantaranya;
1. Pendidikan Usia Dini (PAUD)
2. Taman Pendidikan Al Quran (TPA)
3. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
4. Pemberantasan Buta Aksara (PBA)
5. Community Learning Center (CLC)

3. Pendidikan Informal
Pendidikan informal merupakan suatu kegiatan pendidikan keluarga.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.
Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal
setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Pendidikan keluarga juga ini dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena
sebagai besar kehidupan anak berada dalam sebuah lingkungan keluarga.
Contoh pendidikan informal, diantarnya;
1. Dengan membantu Ibu memasak secara tidak langsung membuat anak juga
ikut belajar.
2. Dengan membantu memberikan tanya jawab kepada adik menjelang Ujian
Nasional secara tidak langsung membuat kita juga belajar.
3. Dengan membantu mengurus keponakan secara tidak langsung kita belajar
cara bagaimana mengurus anak.
4. Mendengar dan memahami nasehat orangtua setiap kali memberikan masukan
kepada anaknya.

7
1.7. Hubungan Pendidikan Bagi Diri Sendiri Dan Masa Depan
1. Hubungan Pendidikan Dengan Diri Sendiri
Pendidikan sangat berpengaruh bagi diri seseorang, karna dengan adanya
pendidikan kita diajarkan berakhlak mulia , baik itu melaksanakan ibadah , patuh
kepada kedua orangtua , berbuat baik , dan lainnya, pendidikan juga dapat membantu
mendewasakan sikap, menambah ilmu pengetahuan , dan dapat membantu sesama
dengan ilmu yang dipelajari dari pendidikan.
Ada berbagai pandangan yang menginterpretasikan manusia sebagai makhluk,
baik makhluk social, individual, politik, berakal, berbicara, dan lain-lain. Dalam
kajian ini erat kaitannya dengan permasalahan pendidikan yang mengasumsikan
bahwa manusia harus dididik.
Menurut Tatang Syaripudin (2008; 16-18) mengapa manusia harus mendidik
diri? Sebab, dalam bereksistensi yang harus mengadakan /menjadikan diri itu
hakikatnya adalah manusia itu sendiri. Sebaik dan sekuat apa pun upaya yang
diberikan pihak lain (pendidik)kepada seseorang (peserta didik) untuk membantunya
menjadi manusia, tetapi apabila seseorang tersebut tidak mau mendidik diri, maka
upaya bantuan tersebut tidak akan memberikan konstribusi bagi kemungkinan
seseorang tadi untuk menjadi manusia. Lebihdari itu, jika sejak kelahirannya
perkembangan dan pengembangan kehidupan manusia diserahkan kepada dirinya
masing-masing tanpa dididik oleh orang lain dan tanpa upaya mendidik diri dari
pihak manusia yang bersangkutan, kemungkinannya ia hanya akan hidup berdasarkan
dorongan instingnya saja.
Belajar, perkembangan dan pendidikan merupakan hal yang menarik untuk
dipelajari. Ketiga gejala tersebut terkait dengan pembelajaran. Perkembangan dialami
dan dihayati oleh individu siswa. Sedangkan pendidikan merupakan interaksi. Dalam
kegiatan interaksi tersebut, pendidik atau guru bertindak mendidik si peserta didik
atau siswa. Tindak mendidik tersebut tertuju pada perkembangan siswa menjadi
mandiri. Untuk dapat berkembang menjadi mandiri, siswa harus belajar.9
2. Hubungan Pendidikan Bagi Masa Depan

8
Pendidikan juga sangat berguna bagi masa depan, karna semakin
berkembangnya zaman, seseorang membutuhkan pendidikan yang tinggi untuk
menjamin suatu pekerjaan untuknya. Karna dengan adanya pendidikan kita akan
terjauh dari kebodohan zaman sekarang , yaitu jauh dari ketertinggalan.
Pendidikian merupakan penggerak utama (before to move) bagi
pembangunan. Negara-negara sedang berkembang memandang pembangunan yang
telah terjadi di dunia barat seakan-akan merupakan cermin bagi diri mereka.
Pendidikan modern yang telah berhasil mengantarkan negara-negara maju
(developped countries) dari kemiskinan dan keterbelakangan pada masa lampau
sehingga mencapai tingkat seperti yang bisa disaksikan dewasa ini, sudah barang
tentu akan berhasil pula mengantarkan negaranegara yang sedang berkembang
mencapai tingkat pembangunan sebagaimana yang telah dicapai negara-negara maju.
Pendidikan memiliki 4 pilar , yaitu :
1. Belajar untuk mengetahui (Learning to know)
2. Belajar untuk berbuat (Learning to do)
3. Belajar untuk hidup bersama (Learning to life together)
4. Belajar untuk menjadi diri sendiri (Lerning to be)

BAB II
LINGKUNGAN PENDIDIKAN

2.1. Pengertian Lingkungan Pendidikan

9
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia,
baik berupa benda mati, makhluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi
termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada
individu. Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat
anak bergaul. Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga
pendidikan sesuai dengan jenis dan tanggungjawab yang secara khusus menjadi
bagian dari karakter lembaga tersebut.
Dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak, lingkungan ada
yang sengaja diadakan (usaha sadar) ada yang tidak usha sadar dari orang dewasa
yang normatif disebut pendidikan, sedang ynag lain disebut pengaruh. Lingkunga
yang dengan sengaja diciptakan untuk mempengaruhi anak ada tiga, yaitu :
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga
lingkunga ini disebut lembaga pendidikan atau satuan pendidikan.
Lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang Karena
satu dan lain hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Badan
pendidikan itu bertugas memberi pendidikan kepada si terdidik (Marimba,1980).
Secara umum fungsi lembaga pendidikan adalah menciptakan situasi yang
memungkinkan proses pendidikan dapat berlangsung.
Menurut Hasbullah (2003) lingkungan pendidikan mencakup :
1. Tempat (lingkungan fisik), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.
2. Kebudayaan (lingkungan budaya) dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa,
seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, dan pandangan keagamaan.
3. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga,
kelompok bermain, desa, perkumpulan dan lainnya.
Lingkungan serta lembaga pendidikan bersifat positif apabila memberikan
pengaruh sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan. Lingkungan bersifat negatif
apabila berpengaruh secara kontradiktif dengan arah dan tujuan pendidikan. Maka
intensitas pengaruh lingkungan terhadap peserta didik tergantung sejauh mana anak
dapat menyerap rangsangan yang diberikan lingkungannya dan sejauh mana

10
lingkungan mampu memahami dan memberikan fasilitas terhadap kebutuhan
pendidikan peserta didik.

2.2. Fungsi Lingkungan Pendidikan


Diantara fungsi lingkungan pendidikan adalah sebagai berikut.
Lingkungan pendidikan dapat menjamin kehidupan emosional peserta didik
untuk tumbuh dan berkembang. Kehidupan emosional ini sangat penting dalam
pembentukan pribadi anak.
Lingkungan pendidikan membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan
berbagai lingkungan sekitarnya baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya,
terutama berbagai sumberdaya pendidikan yang tersedia agar dapat dicapai
tujuan pendidikan secara optimal.
Lingkungan pendidikan berfungsi sebagai wahana yang amat besar bagi
perkembangan individu dan masyarakat dalam memperluas dan mempercepat
usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
Mengajarkan tingkah laku umum dan untuk menyeleksi serta mempersiapkan
peranan-peranan tertentu dalam masyarakat.
Di dalam lingkungan pendidikan dapat mengembangkan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik baik dalam bentuk karier, akademik,
kehidupan beragama, kehidupan sosial budaya, maupun keterampilan lainnya.

2.3. Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan


Lingkungan pendidikan adalah tempat seseorang memperoleh pendidikan
secara langsung dan tidak langsung. Oleh karena itu, lingkungan pendidikan ada yang
bersifat sosial dan material. Lingkungan pendidikan secara garis besarnya oleh Ki
Hajar Dewantoro dibagi menjadi tiga yang disebut denga Tri Pusat Pendidikan, yaitu
keluarga, sekolah, dan masyarakat.

 Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan keluarga
pertama-tama anak mendapatkan pengaruh sadar. Karena itu keluaraga merupaka

11
kelompok primer yang terdiri dari sejumlah keluarga kecil karena hubungan sedarah
yang bersifat informal dan kodrati dan menjadi lembaga pendidikan tertua. Keluarga
bisa berbentuk keluarga inti (nucleus family : ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga
yang diperluas (di samping inti, ada orang lain seperti kakek, nenek, ipar dan lain
sebagainya).
Anak dalam menjalani pendidikan di lingkungan keluarga biasanya
menghadapi hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain sebagai
berikut.
1) Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua.
2) Pigur orangtua yang tidak mampu memberikan keteladanan pada anak.
3) Sosial ekonomi keluaraga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa
menunjang belajar.
4) Kasih sayang orangtua yang berlebihan sehingga cenderung untuk
memanjakan anak.
5) Orangtua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, tuntutan
orangtua yang terlalu tinggi.
6) Orangtua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak.
7) Orangtua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kretifitas kepada anak.

Di sisi lain tanggungjawab pendidikan yang menjadi beban orangtua


sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka hal-hal berikut.
1) Memelihara dan membesarkan anak.
2) Melindungi dan menjamin kesamaan baik jasmaniah maupun rohaniah sesuai
dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
3) Member pengajarandalam arti yang luas.
4) Membahagiakan anak baik di dunia dan akhirat.

Dasar-dasar pendidikan yang diberikan kepada anak dari orangtua meliputi


tujuh hal, yaitu dasar pendidikan budi pekerti, dasar pendidikan sosial, dasar
pendidikan intelek, dasar pembentukan kebiasaan pembinaan kepribadian yang baik

12
dan wajar, dasar pendidikan kekeluargaan, dasar pendidikan nasionalisme, dan dasar
pendidikan agama.
Lingkungan keluarga berpengaruh kepada anak dari sisi perlakuan, keluarga
terhadap anak, kedudukan anak dalam keluarga, keadaan ekonomi keluarga, keadaan
pendidikan keluarga, dan pekerjaan orangtua.
Dari lingkungan keluarga yang harmonis mampu memancarkan keteladanan
kepada anak-anaknya, karena dikatakan pendidikan pertama pada bayi atau anak itu
berkenalan dengan lingkungan serta mendapat pembinaan pada keluarga.

 Lingkungan Sekolah
Sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi dan terbatasnya
orangtua dalam kedua hal tersebut, orangtua sangat penting dalam menyiapkan anak-
anak untuk kehidupan mansyarakat. Sekolah memegang peranan penting dalam
pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Karena itu di samping
keluagra sebagai pusat untuk pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai
pusat pendidikan untuk pembentukan kepribadian anak.
Pendidikan di sekolah mencakup pendidikan umum dalam mempersiapkan
peserta didik menguasai kemampuan dasar untuk melanjutkan pendidikan atau
memasuki lapangan kerja. Pendidikan sekolah biasanya disebut sebagai pendidikan
formal karena ia adalah pendidikan yang mempunyai dasar, tujuan, isi, metode, alat-
alatnya yang disusun secara eksplisit, sistematis, dan distandarisasikan. Penjabaran
fungsi sekolah sebagai pusat pendidikan formal, terlihat pada tujuan instruksional,
yaitu tujuan kelembagaan pada masing-masing jenis da tingkatan sekolah.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima fungsi pendidikan
berdasarkan asas-asas tanggungjawab berikut ini.
Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang
ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku yaitu undang-undang
pendidikan.
Tanggungjawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat pendidikan
yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara.

13
Tanggungjawab fungsional ialah tanggungjawab profesional pengelola dan
pelaksana pendidikan.

Sekolah dianggap sebagai suatu lingkungan yang paling bertanggungjawab


terhadap pendidikan murid-muridnya, lebih-lebih bila dikaitkan dengan pengabdian
sumber daya manusia yang berkualitas untuk dapat bersaing secara global. Maka
pembangunan sekolah dianggap sebagai investasi yang prosfektif demi menyongsong
kemajuan bangsa.

 Lingkungan Masyarakat
Pendidikan dalam lingkungan masyarakat tampaknya sudah lebih maju
dibandingankan dengan pendidikan dalam lingkungan keluarga dan lingkungan
sekolah. Karena masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang. Pandangan hidup, cita-cita
bangsa, sosial budaya, dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan
masyarakat tersebut.
Masyarakat turut serta memikul tanggungjawab pendidikan. Pendidika
kemasyarakatan merupakan wahana yang amat besar artinya bagi perkembangan
individu dan masyarakat sebagai gerakan yang memperluas dan mempercepat usaha
mencerdaskan bangsa.
Dalam menjalani pendidikan di lingkungan masyarakat biasanya akan
mengalami kesulitan-kesulitan, antara lain :
 Lingkungan fisik dan nonfisik yang kurang menguntungkan. Lingkungan yang
demikian akan banyak menghambat anak dalam belajar.
 Tugas yang diberikan lembaga terlalu berat/banyak, sehingga anak tidak dapat
menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. Terlalu banyaknya kegiatan yang
diikuti dalam waktu yang terbatas, bisa menjadi penyebab kegiatan tersebut tidak
dilaksanakan dengan baik dan akan mengalami kesulitan, yang akhirnya hasilnya
akan kurang.
 Apabila nilai dikembangkan oleh anak berbeda/bertentangan dengan nilai/adat
yang ada di masyarakat maka akan timbul konflik nilai. Kalau terjadi hal

14
demikian biasanya anak akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dalam
diri terhadap lingkungan tersebut. Keadaan yang demikian biasanya akan
berpengaruh terhadap upaya belajar anak..
Pendidikan dalam pergaulan masyarakat terutama banyak sekali lembaga-
lembaga pendidikan seperti masjid, surau atau langgar, musholla, madrasah, pondok
pesantren, pengajian, kursus, dan badan-badan pembinaan rohani.

2.4. Peranan Lingkungan Pendidikan


Dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak, lingkungan
pendidikan sangat berperan penting dalam memberikan penraguh tersebut. Diantara
peranan lingkungan pendidikan adalah sebagai berikut.
 Peranan Lingkungan Keluarga
Sangat besar peranan kelurga dalam pendidikan, karena keluarga adalah
lingkungan pertama yang memberikan pendidikan kepada anak. Peranan keluarga
tersebut diantaranya adalah :
a) Sebagai pembentuk pola pikir anak, karena di dalam keluarga, anak pertama kali
berkenalan dengan nilai dan norma.
b) Sebagai pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak, pengalaman ini merupakan
factor yang sangat penting bagi perkembangan berikutnya, khususnya dalam
perkembangan pribadinya.
c) Sebagai lingkungan pendidikan yang memberikan keteladanan, karena
keteladanan orangtua akan menjadi tolat ukur dan menjadi wahana pendidikan
moral.
d) Sebagai lingkungan pendidikan yang berperan dalam meletakkan dasar-dasar
pendidikan agama.
 Peranan Lingkungan Sekolah
Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk kehidupan
masyarakat. Maka dari itu, sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan.
Karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak dan sekolah pun berperan dalam
pembentukan kepribadian anak. Diantara peranan sekolah dalam pendidikan adalah
sebagai berikut.

15
a) Sebagai pendidikan formal yang menumbuhkembangkan dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik agar anak mampu menolong dirinya sendiri dalam
hidup sebagai makhluk individu dan makhluk sosial melalui pembekalan dalam
semua bidang studi.
b) Sebagai lingkungan pendidikan yang perlu memberikan pemahaman tentang
pendidikan pancasila, agama, dan pembinaan watak sesuai dengan nilai dan
norma yang hidup dan berkembang di masyarakat.
c) Sebagai lingkungan pendidikan yang haru mewujudkan cita-cita bangsa dalam hal
mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Peranan Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat mempunyai andil yang besar dalam upaya mencapai
tujuan pendidikan nasional, dalam peranannya antara lain :
a) Pendidikan manusia sebagai makhluk individu, lingkungan masyarakat berperan
dalam membantu pembentukan manusia yang cerdas, sesuai dengan kondisi dan
fungsi dari masing-masing pendidikan tersebut.
b) Pendidikan manusia sebagai makhluk susila (kemasyarakatan), yang berkaitan
dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila sebagai falsafah hidup
bangsa, dan pancasila sebagai dasar negara.
c) Pendidikan manusia sebagai makhluk sosial, lingkungan masyarakat baik secara
langsung maupun tidak langsung memang ditumbuhkembangkan sebagai
makhluk individu dan susila, yang secara bersama-sama mampu menciptakan
kehidupan bersama secara bertanggungjawab, untuk mencapai kesejahteraan
sosial yang dinamis dengan sikap makaryanya.
d) Pendidikan manusia sebagai makhluk religious, maka lingkungan masyarakat
banyak memberikan andil dalam pembekalan yang berhubungan dengan masalah
keagamaan.

2.5. Dampak Positif dan Negatif Lingkungan Pendidikan


 Dampak Positif Lingkungan Pendidikan

16
a) Dampak positif bagi siswa : Seorang siswa akan mengalami kemajuan yang
pesat dalam hasil belajarnya, jika semua lingkungan pendidikan saling
mendukung satu sama lainnya, umpamanya : Kesibukan belajarnya di sekolah
diikuti dengan berpartisipasi dalam kelompok ilmiah remaja, di luar
sekolahnya, dan didorong dengan motivasi dan fasilitas dari keluarganya,
sehingga siswa dapat mengaplikasikan semua pengetahuannya secara nyata.
b) Dampak positif bagi masyarakat : Dengan banyaknya kelompok ilmiah
remaja, dan kelompok lainnya yang melaksanakan kegiatan yang bersifat
positif dan konstruktif, maka diprediksi angka kenakalan remaja akan
menurun, bukan saja masyarakat akan lebih tenang, tapi juga akan muncul
calon tokoh masyarakat di masa depan dari remaja-remaja yang berprestasi.
 Dampak Negatif Lingkungan Pendidikan
a) Dampak negatif bagi siswa : Seorang siswa akan mengalami kesulitan
belajar, jika semua lingkungannya tidak saling mendukung satu sama
lainnya, umpamanya : keluarganya pecah/broken home dan urakan,
lingkungan pergaulannya rusak dengan narkoba dan dekadensi moral, dan
pelajarannya dianggap kurang sesuai dengan tuntutan suasana kerja, dan
lain-lain. Jika pihak orang tua mengharapkan segalanya dari pendidikan
formal/sekolah adalah harapan yang kurang tepat, dan kemungkinan
akan mengalami kekecewaan, karena semua lingkungan pendidikan
yang tidak saling mendukung, akan menghambat hasil belajar yang
maksimal dari setiap anak didik.
b) Dampak negatif bagi masyarakat : Masa remaja yang sedang mecari
identitas diri, jika salah pergaulan dalam lingkungannya, akan
menyusahkan masyarakat. Jika mereka bergaul dengan kelompok
pencandu narkoba, mereka akan menjadi pecandu narkoba. Jika bergaul
dengan kelompok teroris, mereka akan menjadi teroris, dan lain-lain.
Sedangkan mereka belum mampu berfikir kritis, dan belum mampu
untuk menolak ajakan/rayuan/jebakan dari kelompok-kelompok tersebut.
Tidak adanya kepedulian serta sikap tidak mau tahu, dan acuh dari anggota

17
masyarakat, terhadap kegiatan kelompok remaja, akan memperburuk situasi.
Sikap menyalahkan remaja juga bukan sikap yang bijaksana, tetapi akhirnya
tetap saja masyarakat sendiri yang akan menanggung resiko yang mahal.

BAB III
TRIPUSAT PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

3.1. Pengertian Tripusat Pendidikan

18
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di
dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki
Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang
pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati
orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak
agar tumbuh adn berkembang dengan baik.
Pendidikan keluarga berfungsi:
• Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
• Menjamin kehidupan emosional anak
• Menanamkan dasar pendidikan moral
• Memberikan dasar pendidikan sosial
• Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.

2. Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan.
Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah.
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan
kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap
pendidikan, diantaranya sebagai berikut:
• Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta
menanamkan budi pekerti yang baik.
• Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang
sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
• Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya
mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.

19
• Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar
atau salah, dan sebagainya.

3. Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan
keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai
ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada
di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan
tersebut tampaknya lebih luas.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat
banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan,
pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun
pembentukan kesusilaan dan keagamaan.

3.2. Pengaruh Timbal Balik antara Tripusat Pendidikan Terhadap


Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan peserta didik, seperti juga tumbuh-kembang anak pada
umumnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni hereditas, lingkungan, proses
perkembangan, dan anugerah. Khusus untuk faktor lingkungan, peranan tripusat
pendidikan itulah yang paling menentukan, baik secara sendiri-sendiri ataupun secara
bersama-sama.
 Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar
dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
1. pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya
2. pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
3. pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.
Kontribusi itu akan berada bukan hanya antar individu, tetapi juga faktor
pusat pendidikan itu sendiri yang bervariasi di seluruh wilayah Nusantara. Namun
kecenderungan umum, utamanya pada masyarakat modern, kontribusi keluarga pada
aspek penguasaan pengetahuan dan pemahiran keterampilan makin mengecil
dibandingkan dengan kontribusi sekolah dan masyarakat.

20
 Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar
dalam tiga kegiatan pendididkan yakni:
1. Pembinaan dalam upaya pematapan pribadi yang berbudaya
2. Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan
3. Pengajaran dalam upaya penguasan pengetahuan

Setiap pusat pendidikan perlu ditingkatkan kontribusinya terhadap


perkembangan peserta didik, keserasian antara kotribusi itu, serta kejasama yang erat
dan harmonis antar tripusat tersebut. Dengan kontribusi pusat pendidikan yang saling
memperkuat dan melengkapi itu akan member perluang mewujudkan sumber
manusia terdidik yang bermutu.

BAB IV
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

21
4.1. Aliran klasik dalam pendidikan
Aliran ini merupakan pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang telah
dimulai pada zaman Yunani kuno, dan dengan kontribusi berbagai bagian dunia
lainnya, akhirnya berkembang dengan pesat di Eropa dan Amerika Serikat. Aliran-
aliran klasik meliputi aliran, nativisme, naturalisme, empirisme dan konvergensi
merupakan benang merah yang menghubungkan pemikiran-pemikran poendidikan
masa lalu, kini, dan mungkin yang akan datang.
a. Aliran Nativisme
Nativisme adalah suatu doktrin filosofis yang berpengaruh besar dalam
pemikiran psikologis. Tokoh utamanya Arthur Schopenhaur (1788-1860) seorang
filosuf berkebangsaan Jerman. Aliran ini berpandangan bahwa yang mempengaruhi
perkembangan manusia adalah faktor keturunan dan pembawaan atau sifat-sifat yang
dibawanya sejak lahir. Pendidikan dan pengalaman hidup lainnya tidak dapat
mengubah sifat-sifat keturunan/pembawaaan manusia.
Usaha-usaha mendidik dalam pandangan aliran ini merupakan usaha yang sia-
sia. Karena pandangan pesimis ini, maka aliran ini dalam dunia pendidikan disebut
“Pesimesme pedagogis.” Secara singkat keturunan diartikan semua sifat-sifat atau
cirri-ciri yang melekat pada seorang anak yang merupakan regenerasi dari orang
tuanya. Sedangkan pembawaan adalah seluruh kemungkinan atau potensi-potensi
yang terdapat pada seseorang yang selama perkembangannya bisa direalisasikan atau
pengertian ini bisa disamakan dengan bakat (anleg). Omar Muihammad Al-Toumi
Al-Syaibani menyebutkan keturunan/pembawaan sebagai cirri dan sifat-sifat yang
diwarisi dari orang tuanya. Sifat-sifat tersebut dibagi tiga macam.
1. Sifat-sifat tubuh (Jasmani), seperti warna kulit, warna mata, ukuran tubuh,
bentuk kepala, wajah, rambat dan lain-lain.
2. Sifat-sifat akal, seperti cerdas, pandai, bebal, bodoh dan lain-lain.
3. Sifat-sifat akhlak atau moral, seperti prilaku baik, prilaku jahat, pemberani,
pemarah, pemaaf, penyabar, penolong, beriman dan bertaqwa, dan lain-lain.

b. Naturalisme

22
Hampir sama dengan aliran nativsime adalah aliran naturalisme. Nature
artinya alam atau apa yang dibawa sejak lahir. Aliran ini berpendapat bahwa pada
dasarnya semua anak (manusia) adalah baik. Meskipun aliran ini percaya dengan
kebaikan awal manusia, aliran ini tidak menafikan peranan dan pengaruh lingkungan
atau pendidikan. Pendidikkan yang baik akan mengantarkan terciptanya manusia
yang baik. Sebaliknya pendidikan dan lingkungan yang jelek akan berakibat manusia
menadi jelek juga.
J. Rooseau sebagai tokoh aliran ini mengatakan, “semua anak adalah baik
pada dilahirkan, tetapi menjadi rusak di tangan manusia”. Oleh karena itu dia
mengajukan pendapat agar pendidikan anak menggunakan sistem “pendidikan alam”.
Artinya anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang menurut alamnya.
Manusia dan masyarakat jangan terlalu ikut mencampurinya.
Dalam konteks pembentukan moral siswa, maka menurut aliran nativisme,
moral seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri sesuai dengan sifat-sifat pembawaan
yang ada sejak manusia lahir, dan pendidikan tidak mempunyai peran dalam
membentuk moral siswa.

c. Aliran Emperisme
Aliran emperisme berlawanan dengan aliran nativisme. Kalau dalam
nativisme pembawaan atau keturunan menjadi faktor penentu yang mempengaruhi
perkembangan manusia, maka dalam emperisme yang mempengaruhi perkembangan
manusia adalah lingkungan dan pengalaman pendidikannya.
Tokoh utama aliran ini adalah Jhon Locke (1632-1704) dengan gagasan
awalnya mendirikan “The school of british empiricism” (aliran emperisme Inggris).
Sekalilpun aliran ini bermarkas di Inggris tetapi pengaruhnya sampai ke Amerika
Serikat sehingga melahirkan aliran “environmental psychology” (Psikologi
lingkungan, 1988).
Sartain (Seorang ahli psikologi Amerika) menyebutkan bahwa yang dimaksud
lingkungan adalah semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu
mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia. Kemudian
dia membagi lingkungan menjadi tiga bagian; lingkungan alam/luar (external

23
environment), lingkungan dalam (internal environment) dan lingkungan sosial (social
environment).
Aliran ini juga mendapat dukungan dari kaum behavioris, salah satu tokoh
tulen behavioris Waston berkata : “Berilah saya sejumlah anak yang baik keadaan
badannya dan situasi yang saya butuhkan, dan dari setiap orang anak, entah yang
mana dapat saya jadikan dokter, seorang pedagang, seorang ahli hokum, atau jika
memang dikehendaki, menjadi seorang pengemis atau seorang pencuri”.
Secara eksplisit aliran emperisme menekankan betapa peran lingkungan dan
pengalaman pendidikan sangat besar dalam mengubah atau mengembangkan manusia
dan setiap anak bisa dibentuk sesuai dengan kepentingan dan arahan lingkungan.
Pendapat kaum emperis yang optimis ini, di dalam dunia pendidikan dikenal
dengan “optimisme pedagogis”.
Doktrin mendasar yang masyhur dalam aliran emperisme adalah teori “tabula
rasa”, sebuah istilah latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank
slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman,
lingkungan dan pendidikan. Dalam arti perkembangan manusia tergantung pada
lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak
lahir dianggap tidak ada pengaruhnya.
Dalam hal ini, para penganut emperisme menganggap setiap anak lahir seperti
tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa.
Hendak menjadi apa anak kelak tergantung pada pengalaman/lingkungan yang
mendidiknya.
Nabi Muhammad SAW : bersabda :
“Semua anak dilahirkan dalam keadaan suci, ibu dan bapaknya yang akan
menentukan apakah anak tersebut akan menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi”
(HR. Bukhari).
Bagi aliran ini, pembentukan moral dan prilaku manusia akan sangat
tergantung pada kondisi lingkungannya. Lingkungan yang baik (bermoral) tempat di
mana anak-anak melakukan interaksi akan terpengaruh pada terciptana anak-anak

24
yang berprilaku dan bermoral baik. Demikian pula lingkungan yang tidak baik akan
menciptakan anak-anak yang bermoral tidak baik.

d. Aliran Konvergensi
Munculnya aliran konvergensi merupakan respon terhadap pertentangan
antara dua aliran ekstrim nativisme dan emperisme. Konvergensi berusaha untuk
mengkompromikan arti penting aspek keturunan pada satu sisi dan aspek lingkungan
di sisi yang lain sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia. Tokoh
aliran ini, Louis William Sterm, seorang psikolog Jerman (1871-1938).
Dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi manusia, aliran ini tidak hanya
berpegang pada lingkungan, pengalaman/pendidikan saja, tetapi juga mempercayai
faktor keturunan. Konvergensi memposisikan pembawaan dan lingkungan dalam
posisi yang sama-sama penting. Pembawaan tidak mempunyai arti apa-apa terhadap
perkembangan manusia jika tidak didukung oleh kondisi lingkungan yang memadai.
Demikian pula lingkungan dan pengalaman tanpa adanya bakat pembawaan tidak
akan mampu mengembangkan manusia sesuai dengan harapan. Bagi aliran
konvengensi, keturunan dan lingkungan sama-sama mempunyai peran dan andil
dalam perkembangan manusia.
Keterkaitan peran antara keturunan dan lingkungan dapat diumpamakan
dengan menyemai benih tanaman yang bagus, jika ingin menghasilkan tanaman yang
bagus, maka harus disemai di lahan yang subur. Seandainya benih tersebut disemai di
tanah yang tidak cocok atau tandus, maka hasilnya tidak akan sesuai harapan.
Demikian pula sebaliknya sesubur apapun tanahnya, jika benih yang ditanam tidak
bagus maka hasilnya pun tentu kurang bagus.
Dalam hal ini yang berbeda mungkin tingkat dominasi tingkat pengaruh
keturunan dan lingkungan terhadap pertumbuhan manusia. Pengaruh kedua faktor ini
juga berbeda melihat umur dan fase pertumbuhan yang dilalui. Faktor keturunan
umumnya lebih kuat pengaruhnya pada tingkat bayi. Faktor keturunan berkembang
sebelum terjadinya interaksi sosial serta adanya pengalaman-pengalaman baru.
Sebaliknya faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya apabila manusia meningkat

25
dewasa. Karena waktu itu ruang gerak untuk melakukan interaksi dengan lingkungan
sosial dan pengalaman-pengalaman hidup semakin luas terbuka.
Di samping itu faktor pembawaan (tabi’at) yang diwarisi sejak manusia lahir
juga menentukan tingkat penerimaan dalam perubahan moral. Perbedaan penerimaan
perubahan ini dapat kita saksikan khususnya pada anak-anak. Anak-anak biasanya
tidak menutup-nutupi dengan sengaja dan sadar karakter yang dimilikinya. Kita dapat
menyaksikan bagaimana tingkat penerimaan mereka terhadap perbaikan karakter,
Ada sebagian anak yang dengan mudah menerima proses perubahan atau perbaikan
tetapi sering kita saksikan pula banyak anak yang enggan menerima perbaikan
karakter itu. Sikap mereka ada yang keras dan ada yang malu-malu”

4.2. Gerakan baru pendidikan dan pengaruhnya terhadap pelaksanaan di


Indonesia
a. Pengajaran alam sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah
gerakan pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini antara lain: Fr. A.
Fingerb(1808-1888). Dengan pengajajaran alam sekitar guru dapat meragakan secara
langsung. Pengajaran ini memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak
aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar dan catat saja.
b. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran ini dirintis oleh Ovideminat Decroly (1871-1932) dari Belgia.
Dalam pengajaran ini harus dididik untuk dapat hidup dalam masyarakat dan
dipersiapkan dalam masyarakat, anak harus diarahkan kepada pembentukan individu
dan anggota masyarakat. Oleh karena itu, anak harus mempunyai pengetahuan
terhadap diri sendiri (tentang hasrat dan cita-citanya) dan pengetahuan tentang
dunianya (lingkungan tempat hidup dihari depannya).
c. Sekolah kerja
Menurut J.A Comenius (1592-1670) gerakan sekolah kerja menekankan agar
pendidikan mengembangkan fikiran, ingatan, bahasa, dan tangan (keterampilan kerja
tangan). Selain itu menurut J.H Pestalozzi (1746-1827) mengajarkan bermacam-
macam mata pelajaran pertukaran disekolahnya.

26
d. Pengajaran Proyek
Menurut John Dewey (1859-1952) mengemukakan bahwa pendidikan adalah
suatu proses kehidupan itu sendiri dan bukannya penyiapan untuk kehidupan masa
depan. Dalam pengajaran ini, anak bebas menentukan pilihannya (terhadap
pekerjaan), merancang serta memimpinnya.

4.3. Aliran pokok pendidikan di Indonesia


Yang dimaksud aliran pokok di Indonesia adalah Perguruan Kebangsaan
Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini dipandang
sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia. Secara historis,
pendidikan yang melembaga telah dikenal sebelum Belanda menjajah Indonesia.
1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara, ( Lahir
2 Mei 1889 dengan nama Suwardi Suryaningrat ) pada tanggal 3 Juli 1932 di
Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai didirikan taman Indira (
Taman kanak-kanak ) dan Kursus Guru, selanjutnya Taman muda ( SD ), disusul
Taman Dewasa merangkap Taman Guru ( Mulo-Kweekschool ). Sekarang ini telah
dikembangkan sehingga meliputi pula taman Madya, Prasarjana, dan Sarjana sarjana
Wiyata. Dengan demikian Taman Siswa telah meliputi semua jenjang persekolahan.

a. Asas dan Tujuan Taman Siswa


Perguruan Kebangsaan taman Siswa mempunyai tujuh asas perjuangan untuk
menghadapi pemerintah colonial Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan
kelangsungan hidup bersifat nasional, dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut dikenal
dengan “asas 1922” , sebagai berikut :
1) Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri ( Zelf
Besschikkingsrecht ) dengan mengingat terbitnya persatuan dalam peri kehidupan
umum.
2) Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti
lahir dan batin dapat memerdekakan diri
3) Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.

27
4) Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh
rakyat.
5) Hidup dengan kekuatan sendiri
6) Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan ( Zelfbegrotings-system ).
7) Berhamba pada anak didik

Dalam perkembangan selanjutnya Taman siswa melengkapi “ Asas 1922”


tersebut dengan “ Dasar-dasar 1947 “ yang disebut pula “ Panca Dharma “ yaitu :
1. Asas Kemerdekaan
2. Asas Kodrat Alam
3. Asas Kebudayaan
4. Asas Kebangsaan
5. Asas Kemanusiaan

Tujuan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa adalah :


Sebagai Badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan
damai.
Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, luhur akal
budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan
bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.

b. Upaya-upaya pendidikan yang dilakukan Taman siswa


Di lingkungan perguruan, untuk mencapai tujuannya Taman Siswa berusaha
dengan jalan sebagai berkut :
Menyelenggarakan tugas pendidikan dalam bentuk perguruan dari tingkat dasar
sampai tingkat tinggi.
Mengikuti dan mempelajari perkembangan dunia di luar Taman Siswa.
Menumbuhkan lingkungan hidup keluraga Taman Siswa, sehingga dapat tampak
wujud masyarakat Taman Siswa yang dicita-citakan.
Meluaskan kehidupan ke Taman Siswa-an di luar lingkungan masyarakat perguruan.

28
Menjalankan kerja pendidikan untuk masyarakat umum dengan dasar-dasar dan hidup
Taman Siswa
Menyelenggarakan usaha-usaha kemasyarakatan dalam masyarakat dalam bentuk-
bentuk badan social, Usaha-usaha pembentukan kesatuan hidup kekeluargaan sebagai
pola masyarakat baru Indonesia, usaha pendidikan kader pembangunan.
Mengusahakan terbentuknya pusat – pusat kegiatan kemasyarakatan dalam berbagai
bidang kehidupan dan penghidupan masyarakat.

c. Hasil-hasil yang dicapai


Berbagai hal seperti pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga – lembaga
pendidikan dari Taman Indria sampai dengan Sarjana Wiyata, dan sejumlah besar
alumni perguruan. Ketiga pencapaian itu merupakan pencapaian sebagai suatu
yayasan pendidikan.
2. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang pendidik INS ( Indonesia Nederlandsche School ) didirikan oleh
Mohammad Sjafei ( lahir di Matan, Kalbar tahun 1895 ) pada tanggal 31 Oktober
1926 di Kayu Tanam ( Sumatera barat ).
a. Asas dan tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mempunyai asas-asas
sebagai berikut :
1) Berpikir logis dan rasional
2) Keaktifan atau kegiatan
3) Pendidikan masyarakat
4) Memperhatikan pembawaan anak
5) Menentang intelektualisme
Setelah kemerdekaan Indonesia, Moh. Sjafei mengembangkan asas-asas pendidikan
INS menjadi dasar-dasar pendidikan Republik Indonesia, menjadi sebagai berikut :
Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan, Kerakyatan, Kebangsaan, Kebangsaan,
Gabungan antara pendidikan ilmu umum dan kejuruan, Percaya pada diri sendiri juga
pada Tuhan, Berakhlak ( bersusila ) setinggi mungkin, Bertanggung jawab akan
keselamatan nusa dan bangsa, Berjiwa aktif positif, Mempunyai daya cipta, Cerdas,

29
logis dan rasional, Berperasaan tajam, halus dan estetis,Gigih atau ulet yang
sehat,Correct atau tepat,Emosional atau terharu,Jasmani sehat dan kuat,Cakap
berbahasa,Sanggup hidup sederhana, Sanggup mengerjakan sesuatu pekerjaan,
Sebanyak mungkin memakai kebuyaan nasional, Waktu mengajar para guru menjadi
objek dan murid sebagai subjek, Para guru mencontohkan pelajaran-pelajarannya,
Diusahakan agar pelajar mempunyai darah ksatria, Mempunyai jiwa konsentrasi,
Pemeliharaan(perawatan) sesuatu usaha, Menepati janji, Sebelum pekerjaan dimulai
dibiasakan menimbangnya dulu sebaik- baiknya, Kewajiban harus dipenuhi,
Hemat.
Tujuan Ruang Pendidik INS kayu Tanam adalah :
1. Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
2. Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
4. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab
5. Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan

b. Usaha – usaha Ruang Pendidik INS Kayu Tanam


 Memantapkan dan menyebarluaskan gagasan – gagasannya tentang pendidikan
nasional
 Menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan dan program khusus untuk
menjadi guru
 Penerbitan Majalah anak –anak (Sendi), buku bacaan dalam rangka
pemberantasan buta huruf dan angka, mencetak buku – buku pelajaran.

c. Hasil yang dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam


Mengupayakan gagasan – gagasan tentang pendidikan nasional (terutama
pendidikan keterampilan / kerajinan), beberapa ruang pendidikan ( jenjang
persekolahan ), dan sejumlah alumni.

30
BAB V
KONSEP PEMBANGUNAN SEBAGAI USAHA PERUBAHAN YANG
TERENCANA

5.1. Perbedaan Istilah Pertumbuhan Dan Perkembangan


Pertumbuhan pembangunan adalah kemampuan suatu region adalah usaha
yang dilakukan untuk menumbuhkembangkan dengan sengaja oleh suatu dirinya
sendiri baik karena region untuk memprbaiki pengaruh dari dalam region kondisi
kehidupan masyarakat (internal) maupun karena dengan cara perencanaan pengaruh
dari luar region dalam segala aspek (eksternal) kehidupan masyarakat.

a. Pengertian Pembangunan
Pada hakekatnya , pengertian pembangunan secara umum adalah proses
perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasrkan
norma-norma tertentu. Mengenai pengertian pembangunan para ahli memberikan
defenisi yang bermacam-macam seprti halnya perencanaan.Namun secara umum
ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan
perubahan (Riyadi dan Deddy Bratakusumah,2005). Siagian (1994) memberikan
pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha
pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh
suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modrenitas dalam rangka
pembinaan bangsa (nation building). Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994)
memberika pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses
perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakuan secara
terencana”.

Sedangkan dalam pengertian ekonomi murni, pembangunan adalah suatu


usaha proses yang menyebabkan pendapatan perkapita masyarakat meningkat
dalam jangka panjang. (Sukirno, 1995:13).

Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan


masyaraat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro

31
(nasional) dan mikro. Makna penting dari pembangunan adalah adanya
kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi.

b. Pengetian Pertumbuhan
Pertumbuhan berkaitan dengan pertumbuhan fisik secara kuantatif yang
menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah
perubahan secara fisiologis sebagai hasil proses pematangan fungsi dalam
perjalan waktu tertentu. Perubahan dapat pula diartikan sebagai proes
transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) ke
dalam bentuk proses aktif berkesinambungan.

5.2. Konsep-Konsep Paradigma Pembangunan


Paradigma berupa kumpulan konsep, nilai, persepsi, dan praktik yang dimiliki
bersama oleh suatu komunitas yang membentuk satu visi realitas yang menjadi
landasan bagaimana komunitas itu mengatur dirinya sendiri. Paradigma
Pembangunan adalah kumpulan konsep konsep, nilai, persepsi, dan praktik yang
dimiliki bersama oleh suatu komunitas yang membentuk suatu visi realitas yang
menjadi landasan untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakatnya. Di
Indonesia yang menjadi paradigma pembangunan adalah Pancasila. Pancasila sebagai
paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka
acuan, dan tolak ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di
Indonesia.

Konsep-konsep Pardigma Pembangunan berdasarkan Pancasila adalah :

1. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik


2. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi
3. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya
4. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Pertahanan Keamanan

Pengertian paradigma secara komperhensif yaitu merupakan kesamaan


pandang keilmuan yang didalamnya tercakup asumsi-saumsi, prosedur-prosedur dan

32
penemuan-penemuan yan diterima oleh sekelompok ilmuan dan secra bersamaan
menetukan corak/pola kegiatan ilmiah yang tetap. Selain itu, paradigma juga
diartikan sebagai keseluruhan kumpulan (konstelasi) kepercayaan, nilai-nilai, cara-
cara (teknik) dan sebagainya yang dianut warga suatu komunitas tertentu.

5.3. Perbedaan Prinsip Dasar Indikator Yang Terencana


a. Pengertian Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubaha
perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran,
satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yag
terukur dan/atau dapat diobservasi. Dalam mengembangkan indikator perlu
mempertimbangan :

1) Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan
dalam KD;
2) Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
3) Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/daerah.

b. Fungsi Indikaor
1) Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran.
Pengembangan materi pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang
dikembangkan. Indikator yangdirumuskan secara cermat dapat memberikan arah
dalam pengembangan materi pembelajaran yag efektif sesuai dengan karakteristik
mata pelajaran, poteni dan kebutuhan peserta didik, sekolah, serta lingkungan.
2) Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran.
Desain pembelajaran perlu dirancang secara efektif agar kompetensi dapat
dicapai secara maksimal. Pengembangan desain pembelajaran hendaknya sesuai
dengan indikator yang dikembangkan, karena indikator dapat memberikan gambaran
kegiatan pembelajaran yang efektif untuk mencapai kompetensi.

33
3) Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar.
Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang pencapaian
kompetensi peserta didik. Pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai tuntutan
indikator sehingga dapat meningkatka pencapaian kompetensi secara maksimal.

4) Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar.


Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan, serta
mengevaluasi hasil belajar.

c. Manfaat Indikator Penilaian

Indikator penilaian bermanfaat bagi :

1) Guru dalam kisi-kisi penilaian yang dilskuksn melalui tes (tes tertulis
seperti:ulangan harian, ulangan tengah semester,ulangan akhir
semester, tes praktik) maupun non-tes.
2) Peserta didik dalam mempersiapkan diri mengikuti penilaian tes
maupun non-tes.
3) Pompinan sekolah dalam memantau dan mengevaluasi keterlaksanaan
pembelajaran dan penilain di kelas.
4) Orangtua dan masyarakat dalam upaya mendorong pencapaian
kompetensi siswa lebih maksimal.

5.4. Konsep Pembagunan Sebagai Usaha Dalam Perubahan Yang Terencana


Dalam GBHN, hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia
dan masyarakat Indonesia, yamg diakukan secara berkelanjutan, berdasarkan
kemampuan nasional, dengan memanfaatkan ilmu pengetahun dan teknologi serta
memperhatikan tantangan global.
Pembanguna yang dilaksanakan harus bertujuan dan bertolak dari
manusianya, pembangunan yang berakar dari peningkatan kualitas masyarakat
Indonesia, maka posisi manusia jelas sebagai objek dan subjek dalam pembangunan.

34
Manusia sebagai objek pembangunan sasarannya harus terarah pada pembangunan
manusia itu sendiri (rohani) seperti : kemampuan penalaran, sikap diri, sosial pada
lingkungan dam kemampuamn berusaha.Fuad Hasan dalam Umar Tirtahadjja
dkk.,menyatakan “Manusia adalah makhluk yang terentang antara potensi dan
aktualisasi”. Manusis sebagai objek pembangunan diarahkan kepda kemampuan
untuk mengelola dan memanfaatkan lingkungan secara dinamis, kreatif dan
manusawi, usaha inilah yang disebut pembangunan.

5.5. Peranan Manusia Dalam Pembangunan


Setiap pembangunan yang diaktualisaikan melaui pendidikan selalu berurusan
dengan manusa, karena manusia yang dapat di didik dan membangun.Immanuel Kant
“Bayi bisa menjadi manusia bila berada di tengah-tengah manusia”. Oleha karena itu,
pemabgunan harus diarahkan pada pembangunan manusianya sebagai satu-satunya
makhlik di bumi ini yang diakruniai potensi untuk menyempurnakan diri walaupun
tidak akan pernah tercapai.
Dr. Emil Salim (1987) menyatakan bahwa pemabnguna harus didasarkan atas
prinsip moral dan memuat poko-pokok sebagai berikut :

1) Pembangun adalah ibadah kepada Allah SWT sehingga perkembangan


setiap pemngelihatan dan perilaku harus bersumber pada pengabdian
diri kepada Allah SWT.
2) Pemabangunan memuat kegiatan mengejar kemajuan lahiriah seperti :
pendidikan, kebebasandan keadilan.
3) Dalam melaksanakan pembanguna manusi memiliki tanggung jawab
selaku pengelola di muka bumi, sehingga perbuatannya dapat
diperhiyungkan.
4) Pembangunan tertuju pada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
yang membuat ciri keselarasan hubungan antara manusoa dengan
masyarakat lingkungannya.
5) Pembangunhan adalah pembebasan diri manusia sebagai hambatan
perbuatan manusia seperti : kemiskinan, ketidaktahuan,

35
ketidakbebasan dan ketimpangan sosial agar tercapai kualitas dan
martabat manusia setinggi-tingginya.

36
BAB VI
HAKIKAT MANUSIA DAN DIMENSI

6.1. Pengertian Hakikat


Kata hakikat (Haqiqat) merupakan kata benda yang berasal dari bahasa Arab
yaitu dari kata “Al-Haqq”, dalam bahasa indonesia menjadi kata pokok yaitu kata
“hak“ yang berarti milik (ke-punyaan), kebenaran, atau yang benar-benar ada,
sedangkan secara etimologi Hakikat berarti inti sesuatu, puncak atau sumber dari
segala sesuatu.
Sifat hakikat manusia menajadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat
antropologi. Hal ini menjadi keharusan karena pendidikan bukanlah sekedar soal
praktek melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan
tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normative.
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara
prinsipiil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan . Meskipun
antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi
biologinya.
Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru,
mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara gradual.Wujud sifat
hakikat manusia, pada bagian ini akan di paparkan wujud sifat hakikat manusia (yang
tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensi dengan maksud
menjadi masukan membenahi konsep pendidikan, yaitu,
 Kemampuan menyadari diri.
 Kemampuan bereksistensi.
 Pemilikan kata hati.
 Moral
 Tanggung jawab.
 Rasa kebebasan(kemerdekaan).
 Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak
 Kemampuan menghayati kebahagian.

37
1. Kemampuan Menyadari Diri.
Kaum rasionalis menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada
adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya
kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia itu, maka manusia menyadari
bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini pa
menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan Aku-Aku yang lain (ia,
mereka) dan dengan non Aku (lingkungan fisik) disekitarnya. Bahkan bukan hanya
membedakan, lebih dari itu manusia dapat membuat jarak (distansi) dengan
lingkungannya. Baik yang berupa pribadi maupun non pribadi/benda. Orang lain
merupakan pribadi-pribadi disekitar, adapun pohon, batu, cuaca, dll merupakan
lingkungan non pribadi.
Kemampuan membuat jarak dengan lingkungannya berarah ganda, yaitu arah keluar
dan kedalam
2. Kemampuan Bereksistensi.
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan individu menempatkan diri dan
menerobos serta mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya, yaitu
kemampuan yang berkaitan dengan soal ruang dan waktu. Dengan demikian manusia
tidak terbelunggu oleh tempat atau ruang ini (disini) dan waktu ini (sekarang), tapi
dapat menembus ke “sana” dan ke”masa depan” “ataupun masa lampau”
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar
agar belajar dari pengalamannya, belajar mengantisipasi sesuatu keadaan dan
peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dari sesuatu, serta mengembanagkan
daya imajinasi kratif sejak dari masa kanak-kanak.
3. Pemilikan Kata Hati
Kata hati atau conscience of man juga sering disebut dengan istilah hati
nurani, lubuk hati. Conscience ialah “pengertian yang ikut serta” atau “pengertian
yang mengikuti perbuatan”. Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang apa
yang akan sedang dan telah dibuatnya, bahkan mengerti juga akibatnya (baik atau
buruk) bagi manusia sebagai manusia.

38
Dengan sebutan pelita hati atau hati nurani menunjukkan bahwa kata hati itu
adalah kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik
buruknya perbuatannya sebagai manusia. Dapat disimpulkan bahwa kata hati itu
adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang
buruk/salah bagi manusia sebagai manusia.
4. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan,
maka yang dimaksud dengan moral (yang sering juga disebut etika) adalah perbuatan
itu sendiri. Moral yang sinkron dengan kata hati yang tajam yaitu yang benar-benar
baik bagi manusia sebagai amnusia merupakan moral yang baik atau moral yang
tinggi (luhur). Sebaliknya, perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam
ataupun merupakan realisasi dari kata hati yang tumpul disebut moral yang buruk
atau moral yang rendah (asor) atau lazim dikatakan tidak bermoral.
Seseorang dikatakan bermoral tinggi karena ia menyatukan diri dengan nilai-
nilai yang tinggi, serta segenap perbuatannya merupakan peragaan dari nilai-nilai
yang tinggi tersebut.
5. Tanggung Jawab
Tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa
sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena
itu perbuatan tersebut dilakukan sehingga sanksi apapun yang dituntutkan (oleh kata
hati , oleh masyarakat, oleh norma-norma agama), diterima dengan penuh kesadaran
dan kerelaan. Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang
menuntut jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab.
6. Rasa Kebebasan(Kemerdekaan)
Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu) tetapi yang
sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.
Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan.
Artinya, bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia.

39
7. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak.
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi
dari manusia sebagai makhluk sosial. Yang satu ada hanya oleh karena adanya yang
lain. Tak ada hak tanpa kewajiban. Jika seseorang mempunyai hak untuk menuntut
sesuatu maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut
(yang pada saat itu belum dipenuhi). Sebaliknya, kewajiban ada oleh karena ada
pihak lain yang harus dipenuhi haknya.
Pada dasarnya hak itu adalah sesuatu yang masih kosong, artinya meskipun hak
tentang sesuatu itu ada, belum tentu seseorang mengetahuinya (misalnya hak
memperoleh perlindungan hukum). Dan meskipun sudah diketahui, belum tentu
orang mau mempergunakannya (misalnya hak cuti tahunan). Namun terlepas dari
persoalan apakah hak itu diketahui atau tidak, dibalik itu tetap ada pihak yang
berkewajiban untuk bersiap sedia memenuhinya.

8. Kemampuan Menghayati Kebahagian


Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia.
Penghayatan hiup yang disebut “kebahagiaan” ini meskipun tidak mudah untuk
dijabarkan tetapi sulit untuk dirasakan. Dapat diduga, bahwa hampir setiap orang
pernah mengalami rasa bahagia.
Sebagian orang mungkin menganggap bahwa seseorang yang mengalami rasa
senang atau gembira itulah sedang mengalami kebahagiaan
Sebahagian lagi menganggap bahwa rasa senang hanya merupakan aspek dari
kebahagiaan, sebab kebahagiaan sifatnya lebih permanen dari pada perasaan senang
yang sifatnya lebih temporer. Dengan kata lain, kebahagiaan lebih merupakan
integrasi atau rentetan dari sejumlah kesenangan.
Malah mungkin ada yang lebih jauh lagi berpendapat bahwa kebahagiaan
tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan dari pengalaman-pengalaman
yang menyenangkan saja, tetapi lebih dari itu, merupakan integrasi dari segenap
kesenangan, kegembiraan, kepuasan dan lain-lain sejenisnya dengan pengalaman-
pengalaman pahit dan penderitaan. Proses integrasi dari kesemuanya itu (yang

40
menyenangkan maupun yang pahit) menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup
yang disebut “bahagia” .

6.2. Hakikat Manusia Dengan Dimensi-Dimensinya


Pada pembahasan telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini sifat
hakikat tersebut akan di bahas lagi dimensi-dimensinya atau di tilik dari sisi lain. Ada
empat macam dimensi yang akan di bahas, yaitu :
1. Dimensi keindividualan.
2. Dimensi kesosialan.
3. Dimensi kesusilaan.
4. Dimensi keberagamaan.

1) Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan
suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu
diartikan sebagai pribadi . Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki
kehendak, perasaan, cita-cita, kecendrungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang
sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana
di gambarkan di atas secara potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh
kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina,
melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang
memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk
semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai
milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk
membentuk kepripadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Pola pendidikan
yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan
berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang
menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter) dalam
hubungan ini disebut pendidikan yang patologis.

41
2) Dimensi kesosialan
Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang
dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk
saling memberi dan menerima.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada
dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang ingin
bertemu dengan sesamanya.
Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di
dalam interaksi dengan sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang
lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya,
serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan
sesamanya, dalam saling menerima dan memberi, seseorang menyadari dan
menghayati kemanusiaanya.

3) Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi.
Akan tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang
pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan
terselubung. Karena itu maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering
digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket
(persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Kesusilaan
diartikan mencakup etika dan etiket.
Persoaalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada
hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta
melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.

4) Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan
kebutuhan manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan
tempat bertopang.

42
Manusia memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan
bahwa agama menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama
melalui proses pendidikan agama. Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran
agama yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif
harus di utamakan. Di samping itu mengembangkan kerukunan hidup di antara
sesama umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
perlu mendapat perhatian.

6.3. Pengembangan Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia


Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya
pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun
pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bisa
terjadi kesalahan-kesalahannya yang lazimnya di sebut salah didik. Sehubungan
dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu
1. Pengembangan yang utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh
dua factor, yaitu kulaitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan
kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas
perkembangannya.
Selanjutnya pengembangan Keutuhan yang utuh dapat dilihat dari berbagai
segi yaitu, wujud dan arahnya.
a. Dari wujud dimensinya
Terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan,
kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan, antara aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Pengembangan aspek jasmaniah dan rohaniah dikatakan utuh jika
keduanya mendapat pelayanan secara seimbang. Pengembangan dimensi
keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman dikatakan utuh jika semua
dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap
salah satunya. Pengembangan domain kognitif, afektif dan psikomotor dikatakan utuh
jika ketiga-tiganya mendapat pelayanan yang berimbang

43
b. Dari Arah Pengembangan
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan kepada
pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman
secara terpadu. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia
yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia
sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Perkembangan di maksud
mencakup yang bersifat horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan yang
bersifat vertical (yang menciptakan ketinggian martabat manusia). Dengan demikian
totalitas membentuk manusia yang utuh.

2. Pengembangan yang tidak utuh


Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan
terjadi di dalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang
terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh
pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh
pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh
pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical ada domain tingkah
laku terabaikan penanganannya.
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang
pincang dan tidak mantap. Pengembangan semacam ini merupakan pengembangan
yang patologis.

44
BAB VII
PERANAN PENDIDIKAN DALAM PENDIDIKAN NASIONAL

7.1 Peran Pendidikan Dalam Pembangunan


1. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan negara.
Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di
Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur,
pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan Nasional
RepubliK Indonesia.(Kemdiknas), dahulu bernama Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia (Depdikbud). Di Indonesia, semua penduduk wajib
mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama sembilan tahun, enam
tahun di sekolah dasar/madrasaH ibtidaiyah dan tiga tahun di sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah.

2. Pembangunan Nasional
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup
seluruh sistem sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan
dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994).
Pembangunan nasioanal adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang sekaligus merupakan
prosespembangunan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan
tujuan nasional.

3. Contoh Peranan Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional


Saat ini, pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

45
Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal,
dan informal. Pendidikan juga dibagike dalam empat jenjang, yaitu Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi.

7.2 Pendidikan Dan Pembangunan


1. Proses Pendidikan Dalam PembangunanNasional
Secara singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat. Pendidikan
tidak lain merupakan proses tranmisi pengetahuan , sikap, kepercayaan, ketrampilan
dan aspek perilaku-perilaku lainnya kepada generasi kegenerasi. Dengan pengertian
tersebut, sebenarnya upaya diatas sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-
kekuatan masyarakat. Hampir segala sesuatu yang kita pelajari adalah hasil dari
hubungan kita dengan orang lain, baik dirumah, sekolah, tempat bermain, pekerjaan
dan lainnya. Dengan kata lain dimanapun kita berada kita pasti akan belajar dan
mendapatkan ilmu pengetahuan.
Bagi suatu masyarakat, hakikat pendidikan diharapkan mampu berfungsi
menunjang kelangsungan kemajuan hidupnya, agar masyarakat itu dapat melanjutkan
eksistensinya, maka diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, ketrampilan dan bentuk tata
perilaku lainnya bagi generasi muda. Tiap masyarakat selalu berupaya meneruskan
kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai coraknya masing-masing
periode zamannya kepada generasi muda melalui pendidikan atau secara khusu
melalui interaksi social. Dengan demikian fungsi pendidikan tidak lain adalah sebagai
proses sosialisai {Nasution : 1999}.
Dalam pengertian sosialisasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktifitas
pendidikan sebenarnya sudah dimulai sejak ia dilahirkan kedunia yaitu keluarga.
Didalam keluargalah anak pertama menerima pendidikan dan pendidikan yang
diperoleh dalam keluarga ini merupakan pendidikan utama atau terpenting terhadap
perkembangan pribadi anak. Pada didalam kehidupan keluarga memberi corak pola
kepribadian anak yang hidup di dalam keluarga. Alam keluarga adalah pusat
pendidikan yang pertama sejak timbulnya adapt kemanusiaan hingga sekarang, hidup

46
keluarga itu selalu mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti dari tiap-tiap manusia {
Dewantara dalam Suwarno, 1972 : 72}.
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata masyarakat dunia secara
global telah ikut mempengaruhi iklim pendidikan. Oleh karena itu aktualisasi
partisipasi masyarakat dalam pengembangan pendidikan sangat
diperlukan.Sebagaimana diamanatkan oleh UU Sisdiknas 2003 bahwa pemerintah
dan pemerintah daerah juga berhak mengarahkan, membimbing, membantu dan
mengawasi penyelenggaraan pendidikan serta berkewajiban memberikan layanan dan
kemudahan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara
tanpa diskriminasi.
Pemerintah dan pemerinmtahan daerah juga wajib menjamin tersedianya dana
guna terselenggaranya pendidikan bagi setaip warga Negara dari usia 7-15 tahun.
Lebih dari itu, sebenarnya peluang bagi orang tua / warga dan kelompok masyarakat
masih sangatlah luas.

2. Aplikasi Peranan Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional


Pengaruh modernisasi di berbagai sektor kehidupan telah melahirkan karakter
pendidikan yang hampir sama di seluruh dunia, memiliki mempunyai ciri khas
tertentu di tiap- tiap Negara. Dalam masyarakat yang sudah maju, proses pendidikan
sebagian dilaksanakan dalam lembaga pendidikan yang disebut sekolah dan
pendidikan dalam lembaga tersebut merupakan suatu kegiatan yang lebih teratur dan
terdeferensiasi. Inilah pendidikan formal yang biasa dikenal oleh masyarakat
sebagai’’Schooling ‘’{ Tilaar : 2003 }.
Perkembangan teknologi dan informasi menyebabkan peranan sekolah
sebagai lembaga pendidikan akan mulai tergeser. Sekolah tidak lagi menjadi satu-
satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi terbatasi oleh ruang dan
waktu. Peran guru tidak akan menjadi satu-satunya sumber belajar karena banyak
sumber belajar dan informasi yang mampu memfasilitasi orang untuk belajar. Oleh
karena itu aktualisasi partisipasi masyarakat dalam pengembangan pendidikan sangat
diperlukan.

47
Sebagaimana diamanatkan oleh UU Sisdiknas 2003 bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah juga berhak mengarahkan, membimbing, membantu dan
mengawasi penyelenggaraan pendidikan serta berkewajiban memberikan layanan dan
kemudahan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara
tanpa diskriminasi. Pemerintah dan pemerinmtahan daerah juga wajib menjamin
tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setaip warga Negara dari
usia 7-15 tahun. Lebih dari itu, sebenarnya peluang bagi orang tua / warga dan
kelompok masyarakat masih sangatlah luas.

Untuk itu, maka dalam kondisi kualitas layanan dan output pendidikan sedang
banyak dipertanyakan mutu dan relevansinya, maka pemerintah seharusnya
memberikan peluang yang luas bagi partisipasi masyarakat. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Suryadi Prawirosentono { 2002 : 12 } bahwa ada 6 hal yang bisa
mempengaruhi produk dan salah satunya adalah SDM. SDM kita ibaratkan sebagai
kelompok masyarakat, yang mana bisa membawa pengaruh pendidikan yang ada
dalam sebuah Negara. Lebih dari itu, pemerintah perlu menyusun mekanisme
sehingga orang tua dan kelompok-kelompok masyarakat dapat berpartisipasi secara
optimal dalam pengembangan pendidikan di Indonesia.

7.3 Peran Pendidikan Dalam Pembangunan


John C. Bock, dalam Education and Development: A Conflict Meaning
(1992), mengindentifikasi peran pendidikan tersebut sebagai : a) masyarakat ideologi
dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa, b) mempersiapkan tenaga kerja untuk
memerangi kemiskinan, kebodohan, dan pedorong perubahan sosial , dan c) untuk
meratakan kesepakatan dan pendapatan. Peran yang pertama merupakan Fungsi
politik pendidikan dan dua peran yang lain merupakan fungsi ekonomi.
Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam pembangunan nasional muncul
dua paradigma yang menjadi kiblat bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan
kebijakan pendidikan: Paradigma Fungsional dan paradigma Sosialisasi. Paradigma
Fungsional melihat bahwa keterbelakangan dan kemiskinan dikarenakan negara tidak
mempunyai cukup penduduk yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan sikap

48
modern. Menurut pengalaman masyarakat di Barat, lembaga pendidikan formal
sistem persekolahan merupakan lembaga utama mengembangkan pengetahuan
malatih, kemampuan dan keahlian serta menanamkan sikap modern para individu
yang diperlukan dalam proses pembangunan. Bukti-bukti menunjukan adanya kaitan
yang erat antara pendidikan formal seseorang dan partisipasinya dalam
pembangunan. Perkembangan lebih lanjut muncul, tesis Human Investment, yang
menyatakan bahwa investasi dalam diri manusia lebih menguntungkan, memiliki
economic rate of return yang lebih tinggi di bandingkan dengan investasi dalam
bidang fisik.
Sejalan dengan paradigma Fungsional, paradigma sosialisasi melihat peranan
pendidikan dalam pembangunan adalah: a) mengembangkan kompetensi individu, b)
kompetensi yang lebih tinggi tersebut diperlukan untuk meningkatkan produktivitas,
dan c) secara umum, meningkatkan kemampuan warga masyarakat dan semakin
banyaknya warga masyarakat yang memiliki kemampuan akan meningkakan
kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, berdasarkan paradigma
sosialisasi ini, pendidikan harus di perluas secara besar-besaran dan menyeluruh,
kalau suatu bangsa menginginkan kemajuan.
Paradigma Fungsional dan paradigma Sosialisasi telah melahirkan pengaruh
besar dalam dunia pendidikan paling tidak dalam dua hal. Pertama, telah melahirkan
paradigma pendidikan yang bersifat analisis-mekanistis dengan mendasarkan pada
doktrin reduksionisme dan mekanistis. Reduksionisme melihat pendidikan sebagai
barang yang dapat dipecah-pecah dipisah-pisah satu dengan yang lain. Mekanis
melihat bahwa pecahan-pecahan atau bagian-bagian tersebut memiliki keterkaitan
linier fungsional, satu bagian menentukan bagian yang lain secara langsung.
Akibatnya, pendidikan telah direduksi sedemikian rupa kedalam serpihan-serpihan
kecil yang satu dengan yang lain menjadi terpisah tiada hubungan, seperti, kurikulum
kredit SKS, pokok bahasan, program pengayaan, seragam, pekerjaan rumah dan
latihan-latihan. Suatu sistem penilaian telah dikembangkan untuk menyesuaikan
dengan serpihan-serpihan tersebut: nilai, indeks prestasi, ranking, rata-rata nilai,
kepatuhan dan ijasah.

49
Paradigma pendidikan Input-Proses-Output, telah menjadikan sekolah sebagai
proses produksi. Murid diperlakukan bagaikan row-input dalam suatu pabrik. Guru,
kurikulum, dan fasilitas diperlukan sebagai instrumental input. Dan jika ini baik maka
akan menghasilkan proses yang baik dan akhirnya baik pula produk yang dihasilkan.
Kelemahan paradigma pendidikan tersebut nampak jelas, yakni dunia pendidikan
dilihat sebagai sistem yang bersifat mekanik yang perbaikannya bisa bersifat partial,
bagian mana yang dianggap tidak baik maka itu saja yang harus diperbaiki. Sudah
barang tentu asumsi tersebut jauh dari realitas dan salah. Implikasinya, sistem dan
praktek pendidikan yang mendasarkan pada paradigma pendidikan yang keliru
cenderung tidak akan sesuai dengan realitas. Paradigma pendidikan tersebut di atas
tidak pernah melihat pendidikan sebagai suatu proses yang utuh dan bersifat organik
yang merupakan bagian dari proses kehidupan masyarakat secara totalitas.
Kedua, para pengambil kebijakan pemerintah menjadikan pendidikan sebagai
engine of growth, penggerak dan loko pembangunan. Sebagai penggerak
pembangunan maka pendidikan harus mampu menghasilkan invention dan
innovation, yang merupakan inti kekuatan pembangunan. Agar berhasil
melaksanakan fungsinya, maka pendidikan harus diorganisir dalam suatu lembaga
pendidikan formal sistem persekolahan, yang bersifat terpisah dan berada diatas dunia
yang lain, khususnya dunia ekonomi. Bahkan pendidikan harus menjadi panutan dan
penentu perkembangan dunia yang lain, khususnya, dan bukan sebaliknya
perkembangan okonomi menentukan perkembangan pendidikan. Dalam lembaga
pendidikan formal inilah berbagai ide dan gagasan akan dikaji, berbagai teori akan
diuji, berbagai teknik dan metode akan dikembangkan, dan tenaga kerja dengan
berbagai jenis kemampuan akan dilatih.Sesuai dengan peran pendidikan sebagai
engine of growth, dan penentu bagi perkembangan masyarakat, maka bentuk sistem
pendidikan yang paling tepat adalah single track dan diorganisir secara terpusat
sehingga mudah diarahkan untuk kepentingan pembangunan nasional. Lewat jalur
tunggal inilah lembaga pendidikan akan mampu menghasilkan berbagai tenaga kerja
yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Agar proses pendidikan efisien dan efektif,

50
pendidikan harus disusun dalam struktur yang bersifat rigid, manajemen (bersifat
sentralistis, kurikulum penuh dengan pengetahuan dan teori-teori (text bookish).
Namun pengalaman selam ini menunjukan, pendidikan nasional sistem
persekolahan tidak bisa berperan sebagai penggerak dan loko pembangunan, bahkan
gass (1984) lewat tulisannya berjudul Education versus Qualifications menyatakan
pendidikan telah menjadi penghambat pembangunan okonomi dan teknologi, dengan
munculnya berbagai kesenjangan: kultural, sosial, dan khususnya kesenjangan
vokasional dalm bentuk melimpahnya pengangguran terdidik.

7.4 Dampak Peranan Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional


Berbagai problem pendidikan yang muncul tersebut di atas bersumber pada
kelemahan pendidikan nasional sistem persekolahan yang sangat mendasar, sehingga
tidak mungkin disempurnakan hanya lewat pembaharuan yang bersifat tambal sulam
(Erratic). Pembaharuan pendidikan nasional sistem persekolahan yang mendasar dan
menyeluruh harus dimulai dari mencari penjelasan baru atas paradigma peran
pendidikan dalam pembangunan.
Penjelasan paradigma peranan pendidikan dalam pembangunan yang diikuti
oleh para penentu kebijakan kita dewasa ini memiliki kelemahan, baik teoritis
maupun metodologis. Pertama, tidak dapat diketemukan secara tepat dan pasti
bagaimana proses pendidikan menyumbang pada peningkatan kemampuan individu.
Memang secara mudah dapat dikatakan bahwa pendidikan formal akan
mengembangkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki sistem teknologi
produksi yang semakin kompleks. Tetapi, dalam kenyataannya, kemampuan
teknologi yang diterima dari lembaga pendidikan formal tidak sesuai dengan
kebutuhan yang ada. Disamping itu, adanya perubahan di bidang teknologi yang
cepat, justru melahirkan apa yang disebut dengan de-skilleed process, yakni dunia
industri memerlukan tenaga kerja dengan keahlian yang lebih sederhana dengan
jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit.
Kedua, paradigma fungsional dan sosialisasi memiliki asumsi bahwa
pendidikan sebagai penyebab dan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat. Investasi di
bidang pendidikan formal sistem persekolah akan menentukan pembangunan

51
ekonomi di masa mendatang. Tetapi realitas menunjukan sebaliknya. Bukannya
pendidikan muncul terlebih dahulu, kemudian akan muncul pembangunan ekonomi,
melainkan bisa sebaliknya, tuntutan perluasan pendidikan terjadi sebagai akibat
adanya pembangunan ekonomi dan politik. Dengan kata lain, pendidikan sistem
persekolahan bukannya engine of growth, melainkan gerbong dalam pembangunan.
Perkembangan pendidikan tergantung pada perkembangan ekonomi. Sebagai bukti,
karena hasil pembangunan ekonomi tidak bisa dibagi secara merata, maka
konsekuesinya kesempampatan untuk mendapatkan pendidikan tidak juga bisa sama
diantara berbagai kelompok masyarakat, sebagai mana menjadi dewasa ini.
Ketiga, paradigma fungsional dan sosialisasi juga memiliki asumsi bahwa
pendapatan individu mencerminta produktivitas yang bersangkutan. Secara makro
upah tenaga kerja erat kaitannya dengan produktivitas. Dalam realitas asumsi ini
tidak pernah terbukti. Upah dan produktivitas tidak selalu sering. Amplikasinya
adalah bahwa kesimpulan kajian selama ini yang selalu menunjukan bahwa economic
rate of return dari pendidikan di negara kita adalah sangat tinggi, jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan investasi dibidang lain, adalah tidak tepat, sehingga perlu dikaji
kembali.
Keempat, paradigma sosialisasi hanya berhasil menjelaskan bahwa
pendidikan memiliki peran pengembangan kopetensi individual, tetapi gagal
menjelaskan bagaimana pendidikan dapat meningkatkan kompetensi yang lebih
tinggi untuk meningkatkan produtivitas. Secara riil pendidikan formal berhasil
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individual yang diperlukan untuk
berpartisipasi dalam kehidupan ekonomi modern. Semakin lama waktu bersekolah
semakin tinggi pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki namun, Randal Collins
lawat karyanya The Credential Society: An Historical Sosiology of Education and
Stratification (1979) menentang tesis ini. Berbagai bukti tidak mendukung tesis atas
tuntutan pendidikan untuk memegang suatu pekerjaan-pekerjaan tersebut. Pekerja
dengan pendidikan formal yang lebih tinggi tidak harus diartikan memiliki
productivitas lebih tinggi dibandingkan denga pekerja yang memiliki pendidikan
yang rendah. Banyak keterampilang dan keahlian yang justru dapat banyak diperoleh

52
sambil menjalankan pekerjaan di dunia kerja formal. Dengan kata lain, tempat
bekerja bisa berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang lebih canggih.

7.5 Fungsi dan Tujuan Pendidikan


Secara umum, fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan,
membentuk watak, kepribadian, agar peserta didik menjadi pribadi yang bermartabat.
Secara umum, tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan dan
mengembangkan potensi di dalam diri para peserta didik. Dengan pertumbuhan
kecerdasan dan potensi diri maka setiap anak bisa memiliki ilmu pengetahuan,
kreativitas, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang baik, mandiri, dan menjadi
anggota masyarakat yang bertanggungjawab.
Tujuan pendidikan juga disebutkan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia,
diantaranya:
1) UU No. 2 Tahun 1985
Tujuan pendidikan menurut UU No. 2 Tahun 1985 adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya,
yaitu bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan, sehat jasmani
dan rohani, memiliki budi pekerti luhur, mandiri, kepribadian yang mantap, dan
bertanggungjawab terhadap bangsa.

2) UU. No. 20 Tahun 2003


Menurut UU. No.20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

3) MPRS No. 2 Tahun 1960


Menurut MPRS No. 2 Tahun 1960, tujuan pendidikan adalah membentuk
manusia yang berjiwa Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 945.

53
BAB VIII
PENGELOLAAN PENDIDIKAN

8.1.Pengertian Pengelolaan (Manajemen Administrasi)


Istilah pengelolaan sering diidentikan dengan istilah manajemen. Manajemen
adalah suatu kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan
baik bersama orang lain, atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. )
Hersey dan Blanchard menurut Stoner dalam Sudjana memberi arti pengelolaan
sebagai berikut “Management as working with and through individuals and groups to
accomplish organizational goals” (pengelolaan merupakan kegiatan yang dilakukan
bersama dan melalui orang-orang sertakelompok dengan maksud untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi). Sumijo dan soebedjo dalam Sudjana mengemukakan
bahwa :”Management is the process of planning, organizing, leading and controlling
the efforts of organizing members and of using all other organizational resources to
achieve stated organizational goals” Kalau kita kaji dari kedua pengertian tersebut di
atas, ternyata implementasi dari pengertian tersebut adalah : manajemen merupakan
serangkaian kegiatan merencanakan , mengorganisasikan , menggerakkan ,
mengendalikan dan mengembangkan secara inovatif terhadap segala upaya dalam
mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan

8.2. Prinsip Dasar dan Fungsi Pengelolaan Pendidikan


a. Pengambilan Keputusan
Membuat putusan merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari baik,
secara individu atau pun secara kelompok dalam suatuorganisasi. Sutisna (1983:
149) mengemukakan bahwa “suatu putusan sesungguhnyanya proses memilih
tindakan tertentu antara sejumlah tindakan alternatif yang mungkin”. Pembuatan
putusan merupakan salah satu fungsi administrasi yang mesti dilakukan oleh para
administrator yang akan membawa dampak terhadap seluruh organisasi, prilakunya
dan hasil-hasil dari putusan itu. Sebab proses pembuatan putusan merupakan suatu

54
usaha untuk mencapai tujuan-tujuan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya.
Urutan langkah-langkah pembuatan putusan adalah:
Menentukan masalah
Menganalisa situasi yang ada;
Mengembangkan alternatif-alternatif kemungkinan;
Menganalisa alternatif-alternatif kemungkinan; dan
Memilih altenatif yang paling mungkin.

b. Perencanaan
Merencanakan adalah kegiatan persiapan untuk mengantisipasi tindakan-
tindakan apa yang akan dilaksanakan. Perencanaan adalah juga dapat merumuskan
tujuan-tujuan dan teknik-teknik untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut.

c. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan suatu gerak langkah menuju ke arah
pelaksanaan rencana yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan fungsi
pengorganisasian ini harus dapat menghasilkan suatu organisasi yang dapat bergerak
dengan suatu kesatuan yang bulat. Pengorganisasian juga merupakan suatu fungsi
administrasi kedua setelah fungsi perencanaan. Dalam suatu organisasi yang baik
semua bagiannya semestinya dapat bekerja dalam suatu keselarasan dari bagian-
bagian yang terpisah menuju kepada suatu kesatuan yang tak terpisahkan disebabkan
adanya unsur-unsur yang mempersatukan.

d. Komunikasi
Mengkomunikasikan berarti menyalurkan informasi, ide, penjelasan,
perasaan, pertanyaan dari orang yang satu kepada orang yang lain atau dari
kelompok yang satu kepada kelompok yang lain. Mengkomunikasikan dalam
suatu organisasi adalah dimaksudkan untuk dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
para anggota organisasi secara sendiri-sendiri atau secara berkelompok.

e. Koordinasi

55
Mengkoordinasikan adalah serangkaian kegiatan untuk mempersatukan
sumbangan dan saran dari para anggota organisasi, bahan dan sumber- sumber lain
yang terdapat dalam organisasi itu ke arah pencapaian tujuan- tujuan yang telah
disepakati bersama. Dengan kata lain tanpa koordinasi yang baik dalam organisasi
akan sulit untuk dapat mengharapkan tercapai keteraturan kegiatan dengan tertib
dalam upaya untuk mengejar tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi tersebut.
Dengan koordinasi unit-unit yang terpisah dalam organisasi diupayakan untuk
saling dihubungkan dengan unit-unit yang lainnya itu sehingga unit-unit yang
terpisah tadi saling mempengaruhi unit-unit lain menjadi satu kesatuan yang
terintegrasi dan harmonis. Fungsi koordinasi adalah mempersatukan unit-unit dan
menciptakan setiap unit itu untuk saling melengkapi dan mendukung unit yang
lainnya.

f. Pengawasan
Pengertian pengawasan adalah sebagai suatu proses fungsi dan prinsip
administrasi untuk melihat apa yang terjadi sesuai dengan apa yang semestinya
terjadi. Apabila tidak sesuai dengan semestinya maka perlu adanya penyesuaian yang
mesti dilakukan. Dengan kata lain pengawasan adalah fungsi administratif untuk
memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
sebelumnya.

g. Evaluasi
Penilaian sebagai seperangkat kegiatan yang dapat menentukan baik tidaknya
program-program atau kegiatan-kegiatan organisasi yang sedang dijalankan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Dengan menerapkan proses penilaian
terhadap suatu program atau kegiatan yang sedang dijalankan organisasi kekuatan
dan kelemahan dari program atau kegiatan tersebut dapat diketahui untuk dapat terus
dipertahankan kekuatannya dan sedikit demi sedikit dikurangi untuk dihilangkan
kelemahannya dalam menjalankan program atau kegiatan organisasi berikutnya.

8.3. Pendekatan dalam Pengelolaan Pendidikan


a. Pendekatan Organisasi Klasik

56
Pendekatan organisasi klasik ini sering disebut juga dengan gerakan
manajemen ilmiah yang dipelopori Frederick Taylor, seorang yang memiliki latar
belakang dan pengalaman sebagai buruh, juru ketik, mekanik, dan akhirnya
berpengalaman sebagai kepala teknik (1856-1915). Gerakan ini mencari upaya untuk
dapat menggunakan orang secara efektif dalam organisasi industri. Konsep dari
gerakan ini adalah orang dapat juga bekerja layaknya sebagai mesin. Frederick Taylor
dan teman-temannya berkeyakinan bahwa para pekerja yang didorong motivasi
ekonomi dan keinginan psikologis yang terbatas yang memerlukan arahan-arahan
tetap.

b. Pendekatan Hubungan Manusia


Pendekatan hubungan manusia adalah gerakan yang lahir dan berkembang
sebagai reaksi terhadap pendekatan organisasi klasik. Mary Follet juga banyak
menulis yang berkenaan dengan sisi manusia dalam administrasi. Mary Follet percaya
bahwa masalah yang mendasar dalam semua organisasi adalah mengembangkan dan
mempertahankan hubungan dinamis dan harmonis. Walaupun terjadi konflik,
menurut pemikiran Mary Follet, konflik tersebut merupakan suatu proses yang
normal bagi pengembangan hal yang mengakibatkan terjadinya konflik itu.

c. Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku dalam administrasi adalah menggabungkan antara
hubungan sosial dengan struktur formal dan menambahkannya dengan proposisi yang
diambil dari psikologi, sosiologi, ilmu politik dan ekonomi.5 Barnard adalah seorang
kepala eksekutif pada perusahaan Bell Telepone di New Jersey yang menulis buku
dengan judul "Functions of the Executive" (1938). Dalam buku ini Barnard mengulas
secara lengkap teori perilaku yang kooperatif dalam organisasi formal. Barnard
menyimpulkan bahwa kontribusi kerjanya berkenaan dengan konsep struktur dan
dinamis. Konsep-konsep struktur yang dianggap penting adalah individu, sistem
kerja sama, organisasi formal, organisasi formal yang komplek, dan juga organisasi
informal. Konsep- konsep dinamis yang penting, menurut Barnard, adalah kerelaan,
kerjasama, komunikasi, otoritas, proses keputusan, dan keseimbangan dinamik.

57
8.4. Contoh Pengelolaan Pendidikan
1) Pemetaan dan Perencanaan Pendidikan PENGANTAR Salah satu faktor yang
menentukan pembangunan bidang pendidikan akan menca- pai sasarannya
adalah perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik tentunya mensyaratkan
tersedianya dukungan data yang benar-benar mencerminkan keadaan yang
sebenarnya (akurat) dan mutakhir. Syarat lain yang tidak kalah pentingnya
adalah proses penyusunan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan kemampuan daerah, melibatkan seluruh stakeholder
pendidikan, dan akuntabel.

2) Pemetaan dan perencanaan pendidikan perencanaan pendidikan berbasis data di


kabupaten kebumen jawa tengah latar belakang penyelenggara pendidikan di
kabupaten kebumen merasa perlu mempunyai suatu dokumen perencanaan
jangka panjang yang dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan program-program
pendidikan. Perencanaan tersebut diharapkan dapat memudahkan seluruh
jajaran dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten kebumen dalam mencapai
tujuan dengan cara menyusun program dan kegiatan secara terpadu, terarah, dan
terukur.

3) Pemetaan dan Perencanaan Pendidikan pendidikan termasuk yang berada di


luar tupoksi Dinas Pendidikan. Jangka waktu Renstra Pendidikan adalah lima
tahun sementara RIPP setidaknya berlaku sepuluh tahun. Karena cakupannya
lebih luas dan waktu berlakunya RIPP lebih lama daripada Renstra Pendidikan,
maka RIPP kemudian dijadikan acuan dalam penyusunan Renstra, Renja dan
program-program insidental yang datang dari Pemerintah Pusat maupun
Provinsi.

8.5 Dampak Positif dan Negatif Pengelolaan Pendidikan

58
Pembahasan berikut ini, kita akan membahas mengenai pendidikan secara
umum ditinjau dari kepentingan masyarakat, yang meliputi :1) Pendidikan formal
dan informal; 2) Lingkungan pendidikan; 3) Keteladanan (Panutan).
1. Pendidikan Formal Dan Informal
a. Dampak positifnya:
1. Dampak positif bagi alumni : Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi
terampil serta menjadi lulusan siap kerja dan siap berprestasi yang dibutuhkan
oleh masyarakat.
b. Dampak negatifnya :
1. Dampak negatif bagi alumni : Alumni yang mendapat pekerjaan dan karir, yang
karena keberhasilannya, dapat mencapai jabatan yang lebih tinggi dari gurunya,
berakibat tidak lagi menghargai/ menghormati gurunya, atau bahkan menjadi
bersikap sombong, angkuh dan menganggap remeh semua orang disekitarnya.
(mudah-mudahan tidak semua alumni demikian)

2. Lingkungan Pendidikan
a. Dampak Positifnya :
1. Dampak positif bagi siswa : Seorang siswa akan mengalami kemajuan yang pesat
dalam hasil belajarnya, jika semua lingkungan pendidikan saling mendukung
satu sama lainnya, umpamanya : Kesibukan belajarnya di sekolah diikuti dengan
berpartisipasi dalam kelompok ilmiah remaja, di luar sekolahnya, dan didorong
dengan motivasi dan fasilitas dari keluarganya, sehingga siswa dapat
mengaplikasikan semua pengetahuannya secara nyata.
b. Dampak negatifnya :
2. Dampak negatif bagi siswa : Seorang siswa akan mengalami kesulitan belajar,
jika semua lingkungannya tidak saling mendukung satu sama lainnya,
umpamanya : keluarganya pecah/broken home dan urakan, lingkungan
pergaulannya rusak dengan narkoba dan dekadensi moral, dan pelajarannya
dianggap kurang sesuai dengan tuntutan suasana kerja, dan lain-lain. Jika pihak
orang tua mengharapkan segalanya dari pendidikan formal/sekolah adalah

59
harapan yang kurang tepat, dan kemungkinan akan mengalami kekecewaan,
karena semua lingkungan pendidikan yang tidak saling mendukung, akan
menghambat hasil belajar yang maksimal dari setiap anak didik.

3. Keteladanan (Panutan)
a. Dampak positifnya :
1. Dampak positif bagi alumni : Teladan yang baik dalam tingkah laku sehari-hari
dari kedua orangtua, para guru, para tokoh, para pemimpin, membuat para
alumni merasa pasti dan yakin akan masa depannya, dan tidak ragu untuk
mengambil keputusan yang tepat, karena pelajaran dan teori yang mereka terima
ada kesesuaian dengan kenyataannya.
b. Dampak negatifnya :
1. Dampak negatif bagi alumni : Siswa akan mengalami pertentangan batin jika
yang dipelajarinya tidak sesuai dengan kenyataan, tidak adanya teladan yang
dijadikan panutan akan membuat siswa ragu-ragu untuk berkiprah dalam
menghadapi kehidupannya. Umpama : pengembangan ilmu pengetahuan
menuntut suasana berdiskusi yang sehat dengan kritis dan rasional, tapi orang tua
jaman dulu melarang berdiskusi dalam bentuk apapun dengan tujuan hanya untuk
menghindari pertengkaran dan permusuhan. Siswa menjadi serba salah, jika
berada dalam situasi ini. Kalau pertentangan batin berlangsung lama dan tidak
terselesaikan, maka akan berdampak banyaknya alumni yang kurang mampu
untuk bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya ketika menjadi alumni/setelah
lulus.

60
BAB IX
MASYARAKAT MASA DEPAN

9.1. Pengertian Masyarakat Masa Depan


Pendidikan adalah masa kini tetapi, pendidikan harus juga memperkirakan masa
depan, berorientasi ke masa depan, karena didik masa kini adalah orang-orang pada
masa depan. Bagaimana memperkirakan masa depan dengan mempertimbangkan
kecenderungan globalisasi, perkembangan iptek, arus komunikasi yang semakin cepat
dan padat, dan peningkatan pelayanan semakin professional. Selain itu dibicarakan
tuntuan bagi manusia masa depan (manusia modern) dan bagaimana mengantisipasi
masa depan terutama perubahan dalam nilai dan sikap. Melalui pendidikan
diharapkan dapat di tumbuhkan kemampuan untuk menghadapi tuntutan masa kini
dari dalam maupun tuntutan karena pengaruh dari luar masyarakat yang
bersangkutan.

9.2. Estimasi Masyarakat Masa Depan


Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
(sisdiknas) pasal 1 telah di tetapkan antara lain bahwa “pendidikan” adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengedalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyrakat, bangsa, dan negara.Perubahan yang cepat dalam
kehidupan bermasyarakat mempunyai krakteristik umum yang dapat dijadikan
petunjuk sebagai ciri masyarakat dimasa depan

1. Kecenderungan globalisasi yang makin kuat.Istilah globalisasi (asal kata


global yang bearti secara umumnya utuhnya, kebulatanya) bermakna bumi
sebagai suatu satu keutuhan seakan-akan tanpa batas administrasi negara,
dunia menjadi amat transparan, serta saling ketergantungan antar bangsa di
dunia semakin besar, dengan kata lain menjadikan dunia sebagai satu ketuhan,

61
satu kesatuan.Menurut Emil Salim (1990) terdapat empat bidang kekuatan
gelombang globalisasi yang paling kuat dan menonjol yaitu :
a. Bidang-bidang IPTEK
b. Bidang Ekonomi
c. Bidang Lingkungan Hidup
d. Bidang pendidikan

Perkembangan IPTEK yang makin cepat.Bangsa yang maju ditandai dengan


penguasaan teknologi. Perlunya pendidikan dalam teknologi, yaitu untuk
mempersiapkan individu yang memiliki skill sebagai faktor produksi suatu teknologi.
Globalisasi perkembangan IPTEK dapat berdampak positif atau negative, tergantung
kesiapan bangsa serta kondisi sosial budayanya untuk menerima limpahan informasi /
teknologi itu. Dampak positifnya antara lain memudahkan untuk mengikuti
perkembangan IPTEK yang terjadi di dunia, menguasai dan menerapkannya untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan. Sedangkan segi negative akan timbul apabila
kondisi sosial budaya belum siap menerima limpahan tersebut.Percepatan
perkembangan IPTEK tersebut terkait dengan :
a. Landasan OntologisYaitu obyek telaahan berupa pengalaman atau segenap
wujud yang dijangkau lewat indra telah mengalami perkembangan yang pesat
karena didapatkannya peranti yang membantu alat indra tersebut.
b. Landasan EpistomologisYaitu cara yang dipakai untuk memperoleh
pengetahuan yang disebut ilmu pengetahuan tersebut telah mengalami
perkembangan yang pesat, jadi kebenaran suatu fakta harus ditentukan oleh
pengamatan.
c. Landasan AxiologisYaitu landasan yang mendasari untuk apa IPTEK itu
dipergunakan, yang mempersoalkan tentang penggunaan IPTEK tersebut
secara moral tertuju kemashlatan manusia. Ada 4 kegiatan pengembangan dan
pemanfaatan IPTEK :
 Penelitian dasar.
 Penelitian terapan.

62
 Pengembangan teknologi.
 Penerapan teknologi.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapakan peserta didik melalui


kegiatan bimbingan, pengajaran , dan latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang. Rumusan ini secara tersurat berorientasi pada perubahan tingkah laku
manusia. Ada empat jenis perkembangan masyarakat melalui gelombang ;
 Gelombang industri.Terjadinya suatu konfrontasi antara manusia dan
dunianya
 Gelombang informasi.Manusia dan dunia berhubungan secara fungsional.
 Gelombang agraris.Hubungan manusia dan dunia di gelombang pertama
adalah manusia dan dunianya.
 Gelombang IPTEK.Mempunyai era yang semakin intensifnya pemanfaatan
teknologi komputer, dan semakin canggihnya perangkat teknologi informasi.

2. Perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat.Salah satu


perkembangan IPTEK yang luar biasa adalah yang berkaitan dengan
informasi dan komunikasi utamanya satelit komunikasi, computer dan
sebagainya.

Pengertian dan Proses KomunikasiPada umumnya bentuk komunikasi


langsung dikenal sebagai komunikasi antar pribadi, baik komunikasi antar dua orang
maupun komunikasi dalam kelompok kecil dengan ciri bentuk komunikasi yang
bercirikan monolog adalah komunikasi public, yang di bedakan atas komunikasi
pembicaraan – pendengar seperti rapat umum dan komunikasi masa seperti surat
kabar.Proses komunikasi memiliki beberapa unsur:
 Sumber pesan
 Penyajian
 Transmisi peran
 Saluran

63
 Pembuka sandian
 Reaksi internal
 Gangguan / hambatan
3. Dampak perkembangan komunikasiPerkembangan komunikasi dengan arus
informasi yang makin padat dan akan dipercepat di masa depan, mencangkup
keseluruhan unsur-unsur dalam proses komunikasi tersebut. Hal itu mau tidak
mau telah memaksa kita mempunyai konsep baru tentang berita, yakni bukan
apa yang telah terjadi tetapi apa yang sedang terjadi

4. Peningkatan Layanan ProfesionalMenurut Undang-Undang No. 20 Tahun


2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (sisdiknas) dalam penjelasan pasal
15 ditegaskan bahwa pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi sistem
program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan
dengan persyaratan keahlian khusus. Profesi pada hakikatnya adalah suatu
jabatan pekerjaan yang menuntut keahlian dari para anggotanya.Profesi bearti
kedudukan pekerjaan yang juga bearti badan perkumpulan dari orang – orang
yang menekuni suatu pekerjaan atau kedudukan tertentu. Profesional adalah
kata sifat dari profesi bearti keahlian yang dimiliki oleh anggota suatu profesi,
sedangkan profesionalisme mengacu kepada tingkah laku, keterampilan dari
suatu profesi. Guru sebagai profesi merupakan bagian dari tenaga
kependidikan yang profesional. Dalam U.U No.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional ditegaskan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan. Pendidik adalah tenaga pendidikan yang
berkualifikasi sebagai; guru, dosen, konselor, tutor, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan. Jadi profesi adalah suatu kedudukan dengan seperangkat norma
yang berakar dari peranan yang khusus di dalam masyarakat.

64
BAB X
PERMASALAHAN PENDIDIKAN

9.1 Pengertian Permasalahan Pendidikan


Permasalahan pendidikan merupakan suatu kendala yang menghalangi
tercapainya tujuan pendidikan. Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang
merupakan permasalahan pendidikan di Indonesia. Adapun permasalahan tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Pemerataan Pendidikan
2. Mutu dan Relevansi Pendidikan
3. Efisiensi dan Efektifitas Pendidikan
Berikut ini adalah penjelasan-penjelasan mengenai 3 poin permasalahan
pendidikan di atas.
 pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan perbuatan melakukan
pemerataan terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan masyarakat
dapat merasakan pelaksanaan pendidikan.
 Mutu sama halnya dengan memiliki kualitas dan bobot. Jadi pendidikan yang
bermutu yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghsilkan tenaga profesional
sesuai dengan kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Sedangkan relevan berarti
bersangkut paut, kait mangait, dan berguna secara langsung.
 Permasalahan efisiensi pendidikan dipandang dari segi internal pendidikan. Maksud
efisiensi adalah apabila sasaran dalam bidang pendidikan dapat dicapai secara efisien
atau berdaya guna. Artinya pendidikan akan dapat memberikan hasil yang baik
dengan tidak menghamburkan sumberdaya yang ada, seperti uang, waktu, tenaga dan
sebagainya.

65
9.2 Penanggulangan Permasalahan Pendidikan
 Solusi Masalah Pemerataan Pendidikan
Banyak macam pemecahan masalah yang telah dan sedang dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, langkah-langkah ditempuh melalui cara konvesional dan cara inovatif.
 Cara konvesional antara lain:
Membangun gedung sekolah seperti SD inpres dan atau ruangan belajar.
Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan
sore).
Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk pendidikan
dasar ialah membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat yang kurang mampu
agar mau menyekolahkan anaknya.
 Cara Inovatif antara lain:
Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru) atau inpact
sistem, sistem tersebut dirintis di solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
SD kecil pada daerah terpencil
Sistem guru kunjung
SMP terbuka
Kejar paket A dan b
Belajar jarak jauh, seperti di universitas terbuka.

 Solusi Masalah Mutu Pendidikan


Meskipun untuk tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-masing
memiliki kekhususan, namun pada dasarnya pemecahan masalah mutu pendiidkan
bersasaran pada perbaikkan kualitas komponen pendidikan serta mobilitas
komponen-komponen tersebut. Upaya tersebut pada gilirannya diharapkan dapat
meningkatkan kualitas proses pendidikan dan pengalaman belajar peserta didik, dan
menghasilkan hasil pendidikan.

66
Upaya pemecahan masalah masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya
meliputi hal-hal yang bersifat sebagai fisik dan lunak, personalia, dan manajemen.
Sebagai berikut:
 Seleksi yanglebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA
dan PT.
 Pengembanagn kemanpuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut.
 Penyempurnaaan kurikulum.
 Pengembanagan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram
untuk belajar.
 Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran.

 Solusi Malasah Kurikulum


Pada kenyataannya, karena adanya perbedaan kemampuan dan pengetahuan
guru, belum semua guru mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang dapat
memfasilitasi siswa untuk mengamati fenomena yang terjadi yang berhubungan
dengan materi pelajarannya. Hal inilah salah satunya yang menjadi hambatan dalam
pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu, sangat perlu bagi masing-masing sekolah
mengadakan kegiatan lesson study ataupun workshop yang membahasa cara
mengajarkan kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan dalam kurikulum.
Menurut Sudrajat (2008) lesson study merupakan satu upaya meningkatkan
proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan
oleh sekelompok guru. dengan berkolaborasi guru mampu mengembangkan
bagaimana siswa belajar dan bagaimana membelajarkan siswa. Selain itu melalui
lesson study guru dapat memperoleh pengetahuan dari guru lainnya atau narasumber.
Hal ini diperoleh melalui adanya umpan balik dari anggota lesson study. Sehingga
kemampuan guru semakin hari semakin bertambah baik dengan melakukan contoh
kemudian dikritisi ataupun dari memperhatikan contoh kemudian mengkritisi.

67
 Solusi Masalah Efisiensi Pendidikan
Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah masalah efisiensi dalam
pendidikan diantaranya:
1. Pendidikan efektif perlu ditingkatkan secara terprogram
2. Pengadaan dan pendistribusian sarana pembelajaran harus dibarengi dengan
pembekalan kemampuan, sikap, dan keterampilan calon pemakai, serta harus
dilandasi dengan konsep yang jelas.
3. Melakukan penyusunan yang mantap terhadap potensi siswa melalui keragaman jenis
program studi.
4. Memberi perhatian terhadap tenaga kependidikan(prajabatan dan jabatan).

9.3 Peranan Permasalahan Pendidikan


 Peranan keluarga Sekolah dan Masyarakat dalam Pembentukan Karakter Bangsa
melalui Pendidikan Pendidikan yang akan membentuk dengan tingkah laku tertentu
dalam keadaan tertentu pula, tergantung dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan
seorang pengajar. Pendidikan keluarga memegang peran yang sangat penting dalam
mengajarkan pengalaman-pengalaman hidup yang berharga bagi masa depan
anaknya. Bahkan bisa dikatakan bahwa tanpa keluarga, nilai-nilai pengetahuan yang
didapatkan di sarana ataupun lembaga pendidikan tidak akan ada artinya sama sekali.
“Seorang anak merupakan sebuah cermin bagi orang tuanya,” yang berarti apabila
orang tua menjalankan peranannya secara totalitas untuk mendidik anaknya, maka
anak tersebut akan memiliki kepribadian yang luhur, begitupun sebaliknya. Keluarga
merupakan tempat pertama bagi pembentukan sebuah karakter pada anak. Didalam
keluarga tercermin kasih dan cinta, darah dan kekerabatan yang kuat sangat
mendominasi. Oleh karena itu, setiap keluarga.

 Peranan pendidikan bagi kemajuan bangsa indonesia, antara lain: a. Mencerdaskan


kehidupan bangsa Sesuai UUD 1945 alinea 4, tujuan utama dari pendidikan ialah
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa indonesia agar bisa berfikir positif dalam
segala aspek kehidupan, karena dengan pikiran positif, jernih dan bebas dari pikiran

68
yang hanya menuruti hawa nafsu yang akan menyelesaikan masalah tanpa membawa
masalah lain. b. Membentuk akhlak dan pribadi bangsa Akhlak dan pribadi bangsa
tergantung dari bagaimana sistem pendidikannya.

9.4 Contoh Permasalahan Pendidikan


 Miskinnya program studi yang menyalurkan bakat siswa. Kejadian ini tak hanya
ditemukan di kampung-kampung terpencil. Justru di kota-kota besar yang seharusnya
menjadi contoh pendidikan pun masih terlalu monoton jurusan dan penyaluran bakat.
Akibatnya, seluruh waktu siswa terbuang hanya untuk mendalami kecerdasan
kognitif semata sehingga kesempatan untuk mengasah bakatnya seakan dilenyapkan
oleh sekolah. Sekolah yang seharusnya menjadi ajang untuk mencari dan mengasah
bakat kini berubah fungsinya hanya menjadi tempat menghafal yang tidak
mengembangkan kreatifitas pemikirannya. Ditambah lagi, sekolah yang menerapkan
sistem fullday school jelas akan sangat berbahaya karena kesempatan mengasah bakat
yang biasanya para siswa selipkan setelah pulang sekolah kini tak bisa lagi mereka
lakukan.
 Kedua, konsep hafalan yang terlalu mendominasi sehingga pengembangan pemikiran
cenderung rendah. Ujian merupakan sesuatu yang menakutkan bagi peserta didik di
Indonesia, terutama ketika Ujian Nasional yang hanya berlangsung sekian jam
dianggap mampu menjadi penentu proses belajar siswa sekian tahun. Biasanya,
seorang siswa akan dianggap pintar ketika dia mampu menjawab soal ujian sesuai
dengan apa yang tertera di buku pelajaran. Pandangan seperti ini harus diubah dengan
segera. Benar hafalan memang penting, tetapi bukan berarti pengembangan pemikiran
harus dipinggirkan begitu saja karena kelak yang akan menentukan kesuksesan siswa
bukan hanya hafalannya tetapi kemampuan dia untuk menyelasaikan suatu
permasalahan berdasarkan kemampuan berfikirnya.

9.5 Dampak Positif dan Negatif Permasalahan Pendidikan


Dampak positif Permasalahan Pendidikan , yaitu :
1. Dapat menimbulkan kerja sama dalam memecahkan masalah tersebut,
2. Memperbanyak pengalaman,

69
3. Dapat mengetahui kekurangan dari program mengajar
Dampak negatif permasalahan pendidikan , yaitu :
1. Uang sekolah yang mahal , dapat membuat siswa putus sekolah
2. Siswa / siswi yang nakal dapat membawa keburukan pada teman disekitarnya
3. Banyak terjadinya hal negative , baik itu pemerkosaan terhadap teman sekolahnya,

9.6 Jenis Permasalahan Pendidikan


1. Kualitas Pendidikan
Penduduk Indonesia yang pada tahun1990 berjumlah 184 juta, dengan
komposisi 72 % tamat SD kebawah dan 4% bekerja disektor primer (dimana sekitar
29 % menganggur tak kentara) jelas menjadi beban dari pada menjadi modal
pembangunan.pada pembangunan jangka panjang tahap II ini pendidikan menjadi
sarana utama dan pertama dalam mendukung keberhasilan pembangunan.
Kualitas pendidikan yang mampu menyumbang nilai tambah, sehingga
mampu memacu pertumbuhan ekonomi. Sungguh sulit untuk menetepkan
karakteristik yang digunakan untuk mengukur kualitas pendidikan, namun beberapa
ondikator dapat digunakan sebagai rambu rambu untuk mengukur kualitas pendidikan
kita.
Beberapa Indikator yang dimaksud meliputi :
1. Mutu guru yang masih rendah ada di semua jenjang pendidikan
2. Alat proses bantu mengajar seperti uku teks , peralatan labortorium , bengkel kerja
yang belum memadai
3. Tidak meratanya kualitas lulusan yang dihasilkan untuk semua jenjang pendidikan
Hal ini tergantung pula pada besarnya dukungan anggaran yang diperuntukan
bagi pendidikann per unit maupun alokasi dana bagipendidikan dari APBN yang ada.

2. Relevasi Pendidikan
Untuk mengejar kemampuan unggul atau “Comperative Advantages” fungsi
pendidikan dalam pembangunan ini perlu dialihkan dari fungsi kesejahteraan rakyat
menjadi pemberian beban untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat agar

70
memberi nilai tambah yang unggul komperatif, artinya produk tenaga kerja Indonesia
mampu bersaing di pasar kerja, baik dalam makna ekonomic, kultural maupun idiil.
(Noeng Muhadjir 1900:27)
Wardiman Djojonegoro ia menyatakan bahwa dunia pendidikan indonesia
sampai sekarang masih mengalami krisis yang berkisar pada relevansi pendidikan dan
mutu pendidikan. Kritik yang dilontarkan adalah bahwa lembaga pendidikan di
indonesia dinilai tidak dapat mencetak luluasan yang siap pakai,tidak adanya
kesesuaian antara output pendidikan dengan tuntunan perkembangan ekonomi akan
mengakibatkan kesenjangan okupasional.

9.6 Manfaat Permasalahan Pendidikan


Manfaat Permasalahan Pendidikan ,antara lain :
1. Karna adanya permasalahan , kita jadi mengetahui kekurangan pada sekolah
,baik itu program didiknya , sosialisasinya , dan lain lain .
2. Dengan permasalahan pendidikan tersebut menyebabkan banyak pengalaman
.
3. Karna permasalahan pendidikan dapat menimbulkan kerja sama untuk
memecahkan masalah tersebut

71
BAB X
SISTEM PENDIDIKAN

10.1 Pengetian Sistem Pendidikan


Sistem berasal dari bahasa Yunani,yakni systema yang berarti sehimpunan
bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu
keseluruhan.Istilah system merupakan suatu konsep yang bersifat abstrak.Sistem
dapat diartikan sebagai seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling
berinteraksi untuk mencapai satu tujuan
 Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem
Kata pendidikan berasal dari kata”Pedagogi”,kata tersebut berasal dari bahasa
yunani kuno,yang jika dieja menjadi dua kata yaitu”Paid”yang artinya anak dan
“Agagos”yang artinya membimbing.Dengan demikian pendidikan bisa di artikan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran dan
suasana belajar agar para pelajar di didik secara aktif dalam mengembangkan potensi
dirinya yang diperlukan untuk dirinya dan masyarakat.
Jadi, bisa di simpulkan bahwa pendidikan sebagai suatu sistem adalah suatu
komponen yang saling berhubungan secara teratur dalam proses belajar mengajar
untuk mencapai tujuan agar para pelajar tersebut dapat secara aktif mengembangkan
potensi di dalam dirinya yang diperlukan untuk dirinya sendiri dan masyarakat.
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan. Suatu
usaha pendidikan menyangkut tiga unsur pokok, yaitu unsur masukan, unsur proses
usaha itu sendiri, dan unsur hasil usaha. Hubungan ketiga unsur itu dapat
digambarkan sebagai berikut Proses Pendidikan Sebagai Suatu Sistem.
Masukan usaha pendidikan ialah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri yang ada
pada diri peserta didik itu (antara lain bakat, minat, kemampuan, keadaan
jasmani,).Dalam proses pendidikan terkait berbagai hal, seperti pendidik, kurikulum,
gedung sekolah, buku, metode mengajar,dan lain-lain, sedangkan hasil pendidikan
dapat meliputi hasil belajar (yang berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan)
setelah selesainya suatu proses belajar mengajar tertentu. Dalam rangka yang lebih
besar, hasil proses pendidikan dapat berupa lulusan dari lembaga pendidikan

72
(sekolah) tertentu.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan pula
bahwa, “Pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur
tujuan/sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur/jenjang.

10.2 Ciri-Ciri Pendidikan Di Indonesia


Cara melaksanakan pendidikan di Indonesia sudah tentu tidak terlepas dari
tujuan Pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan Indonesia yang dimaksud di sini
ialah pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk kepentingan bangsa
Indonesia.
Pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di sekolah-sekolah atau
perguruan-perguruan tinggi melalui bidang studi-bidang studi yang mereka pelajari.
Pikiran para siswa/mahasiswa diasah melalui pemecahan soal-soal, pemecahan
berbagai masalah, menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya.

10.3 Penyebab Rendahnya Pendidikan Di Indonesia


 Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta
didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan
sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur,
dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar
pembelajaran tersebut dapat berguna.
 Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan
proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita
memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang
baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia.
Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar
hasil yang telah disepakati.
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya
pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan
banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia.

73
Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang
lebih baik.
 Standardisasi Pendidikan Di Indonesia
Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara
tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses
untuk menentukan standar yang akan diambil.
Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan
formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi.
Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi,
demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan
standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional
Pendidikan (BSNP).
 Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita
yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku
perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian
teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah
yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki
laboratorium dan sebagainya.
 Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru
belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya
sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan
pengabdian masyarakat.
 Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya
kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen
Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji

74
bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan
sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-
rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru
terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain,
memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang
buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005).
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen
(PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup.
Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang
pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada
gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang
berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah
khusus juga berhak atas rumah dinas.
 Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan
kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia
internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study
(TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara
dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi
sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura
sebagai negara tetangga yang terdekat.
 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah
Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal
Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni
(APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa).
Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di
SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan
usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu

75
akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh
karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk
mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
 Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data
BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka
pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0
sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama
pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan
yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap
tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup
sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian
antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang
materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta
didik memasuki dunia kerja.
 Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk
menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam
bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK)
hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan
lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.
Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan
pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di
Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi
dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS
selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha.
Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya,
setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai
keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak
transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah

76
orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya
menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi
legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan
rakyatnya.

10.3 Solusi Permasalahan Pendidikan Di Indonesia


1) Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan
sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan
di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi
kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain
meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik,
termasuk pendanaan pendidikan.
2) Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait
langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan
masalah kualitas guru dan prestasi siswa.

10.4 Sistem Pendidikan Saat Ini Di Indonesia


Indonesia sekarang menganut sistem pendidikan nasional. Namun, sistem
pendidikan nasional masih belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ada
beberapa sistem di Indonesia yang telah dilaksanakan, di antaranya:
 Sistem Pendidikan Indonesia yang berorientasi pada nilai.
Sistem pendidikan ini telah diterapkan sejak sekolah dasar. Disini peserta didik diberi
pengajaran kejujuran, tenggang rasa, kedisiplinan, dsb. Nilai ini disampaikan melalui
pelajaran Pkn, bahkan nilai ini juga disampaikan di tingkat pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi.
 Indonesia menganut sistem pendidikan terbuka.
Menurut sistem pendidikan ini, peserta didik di tuntut untuk dapat bersaing dengan
teman, berfikir kreatif dan inovatif

 Sistem pendidikan beragam.

77
Di Indonesia terdiri dari beragam suku, bahasa, daerah, budaya, dll. Serta pendidikan
Indonesia yang terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan informal.

 Sistem pendidikan yang efisien dalam pengelolaan waktu.


Di dalam KBM, waktu di atur sedemikian rupa agar peserta didik tidak merasa
terbebani dengan materi pelajaran yang disampaikan karena waktunya terlalu singkat
atau sebaliknya.

 Sistem pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan zaman.


Dalam sistem ini, bangsa Indonesia harus menyesuaikan kurikulum dengan keadaan
saat ini. Oleh karena itu, kurikulum di Indonesia sering mengalami perubahan /
pergantian dari waktu ke waktu, hingga sekarang Indonesia menggunakan kurikulum
KTSP.

78
DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah. 2009, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.


Soyomukti, Nurani. (2010). Pengantar Sosiologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Haryanto, 2012. Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli, Jakarta : PT Rineka
Cipta
Suradi, 2012. Defenisi Proses Pendidikan. Jakarta : Perinasia.
Syaiful Bahri Djamarah, 2002. Psikologi Belajar, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Mohamad Surya, 2014. Psikologi Guru, Konsep Dan Aplikasinya, Bandung:
ALFABETA CV.
Dimyati dan Mudjiono, 1999. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta :PT Rineka Cipta..
Hasbullah. 2003, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
M. Suyudi. 2005, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah,2005
Sukirno, 1995:13
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989: Balai Pustaka.
Suwarno, 1992 . Pengantar Umum Pendidikan. Surabaya.: IKIP.
Hersey dan Blanchard menurut Stoner dalam Sudjana (2000:17)
Sumijo dan soebedjo dalam Sudjana (2000:17)
Sutisna (1983: 149)
Mary Parker Follett (1868-1933)
Chester I. Barnard (1886-1961)
Barnard “Functions of the Executive” (1938).
Amirin, Tatang M., 1992, Pokok-pokok Teori Sistem, Jakarta: Rajawali Pers.
Idris, Zahara dan Lisma Jamal. 1992. PengantarPendidikan, Jakarta: PT Gramedia
WidiaSarana.

79
Immegart, Glenn L dan Francis J. Pilecki, 1972, An Intoduction to Systems for to
Educational Administrator, California: Addison Wesley Publishing Company.
Mc. Ashan, H.H., 1983, Comprehensive Planning for School Administrations, USA:
Advocate Publishing Group.
Tirtarahardja, Umar dan. S.L. La Sulo, 2005. “PengantarPendidikan”, Penerbit
Rineksa Cipta Jakarta.
Prof.Dr.Umar Tirtahardja Drs.S.L.La Sulo,2012”Pengantar Pendidikan”Penerbit PT
Rineka Cipta,Jakarta.

80

Anda mungkin juga menyukai