MANFAAT PENDIDIKAN
Sejak kecil seseorang pasti sudah merasakan yang namanya pendidikan, karena
pendidikan sendiri merupakan suatu hal yang sangat amat luas. Pada dasarnya jenis
pendidikan terbagi dalam tiga aspek yaitu: 1.pendidikan formal, 2.pendidikan noformal,
dan 3.pendidikan informal. Adapun dalam pendidikan formal seseorang akan
mengambil pendidikan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
dengan tingkatannya masing masing. Diantaranya TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan
Tinggi, dimana setiap tingkatan tersebut memiliki ciri khasnya tersendiri, salah satunya
adalah pendidikan formal merupakan agenda yang dibuat oleh pemerintah. Pada
pendidikan nonformal, seseorang bisa mendapatkan ilmu pengetahuan walaupun iya
tidak dapat merasakan pendidikan formal karena beberapa alasan, hanya saja dalam
pendidikan nonformal ini ilmu pengetahuan yang diajarkan lebih menuntut agar
seseorang mempunyai keterampilan tertentu. Pada pendidikan informal pengetahuan
terdapat di dalam lingkungan keluarga, karena mereka merupakan pengaruh terbesar
terkait dengan pembentukan karakter atau pribadi seseorang. Pendidikan sendiri
dilakukan terhadap semua orang dengan tujuan agar ia dapat mengembangkan dan
meningkatkan kualitas diri demi mencapai kehidupan yang bahagia.
Dalam hal ini, pendidikan formal menjadi suatu hal yang paling berperan dalam
meningkatkan kualitas hidup, karena dalam lingkup tingkat pendidikan yang semakin
tinggi, maka ia akan semakin mengetahui pula potensi yang di milikinya sehingga dapat
semakin berkembang. Pada umumnya pendidikan formal dirasakan oleh masyarakat,
[1]
EKONOMI PENDIDIKAN
walaupun dengan tingkatan yang berbeda-beda misalnya, ada yang cuma lulusan SD,
SMP, SMA atau bahkan lulusan Perguruan tinggi baik itu S1, S2 maupun S3. Namun
pada kenyataannya ketika seseorang dapat memperoleh pendidikan di beberapa
tingkatan yang sudah disebutkan diatas, manfaat atau perubahan apa yang bisa
dirasakan setelah selesai melaksanakan pendidikan tersebut. Padahal apabila seseorang
yang berinvestasi dalam pendidikan maka akan ada banyak hal yang harus diberikan
baik itu bersifat materi ataupun nonmateri. Jika semuanya telah diberikan namun tidak
menghasilkan manfaat, maka semua yang telah dilakukan itu menjadi sebuah kerugian.
Oleh karena itu dalam makalah ini kami mengulas mengenai manfaat pendidikan.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Ekonomi Pendidikan
Ekonomi pendidikan merupakan paduan dua konsep yang sudah mapan, yaitu
ekonomi dan pendidikan. Ekonomi sebagai ilmu telah mengkaji berbagai langkah
manusia dalam mencukupi segala keinginannya dengan sumber daya yang terbatas.
Prinsip- prinsip dalam kajian ekonomi adalah efesiensi, sehingga apapun jenis aktivitas
yang diikuti dengan pengeluaran dana harus mempunyai manfaat yang besar. Dengan
demikian, kajian ekonomi berorientasi pada kesejahteraan, derajat hidup masyarakat
yang tinggi sepanjang hidupnya. Mengingat orientasi kajiannya masyarakat, maka yang
mendapatkan kesejahteraan dan derajat hidup tinggi tidak kaum usahawan saja, tetapi
juga kaum konsumen (pengguna hasil produksi). Kelompok pemakai hasil produksi
merupakan sumber utama para produsen dalam berusaha meningkatkan usahanya,
sehingga kelompok ini dipertahankan keberadaannya (kemampuan membelinya). Jika
kemampuan membeli masyarakat tidak ada, maka akan terjadi imbas balik yang
negative terhadap dunia usaha (gulung tikar).1
Ilmu ekonomi pendidikan tumbuh dan berkembang oleh pandangan investasi
sumber daya manusia (human capital). Teori human capital menganggap bahwa tenaga
kerja merupakan pemegang capital (capital holder) yang tergambar dalam keterampilan,
pengetahuan, dan produktivitas kerjanya. Jika tenaga kerja merupakan pemegang
1
Agus Irianto, Pendidikan Sebagai Investasi dalam Pembangunan Suatu Bangsa, (Jakarta:
KENCANA, 2011), h. 2-3.
[2]
EKONOMI PENDIDIKAN
capital, orang dapat melakukan investasi untuk dirinya dalam rangka memilih profesi
yang dapat meningkatkan kesejahteraan.
Menurut Elchnan Cohn (1979) “Ekonomi pendidikan adalah Suatu pembelajaran
yang membahas tentang bagaimana manusia,baik secara perorangan maupun di dalam
kelompok masyarakatnya agar membuat keputusan dalam mengelola sumber daya yang
terbatas agar dapat dihasilkan berbagai bentuk pendidikan dan latihan, pengembangan
ilmu penghetahuan dan keterampilan, pendapat, sikap, dan nilai-nilai khususnya melalui
pendidikan formal, dan bagaimana mendiskusikannya secara merata dan adil diantara
berbagai kelompok tersebut”.2
Theodore Schultz menulis bahwa nilai ekonomi pendidikan terletak pada alasan
bahwa masyarakat meningkatkan kemampuannya sebagai produsen dan konsumen
dengan berinvestasi sendiri, dan pendidikan merupakan investasi terbesar dalam
pengembangan modal manusia. Alasan ini menyatakan bahwa kebanyakan kemampuan
ekonomi masyarakat tidak ditetapkan pada saat lahir atau pada saat kanak-kanak ketika
hendak memasuki sekolah. Kemampuan yang diperoleh melalui jalur pendidikan ini
merupakan segala sesuatu yang sangat penting, namun disepelekan.3
Invetasi dalam bidang SDM memiliki prinsip yang sama dengan konsep
investasi namun bisa juga dianggap sebagai suatu bahan yang nilainya bisa berkembang
dikemudian hari melalui suatu proses pengembangan nilai seperti peningkatan sikap,
perilaku, wawasan, keahlian, dan keterampilan manusia dengan nilai-nilai itu
merupakan subjek dari konsepsi SDM atau human Capital. Pengembangan SDM dapat
dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan berbagai macam dan jalur, dan SDM ini
bernilai jika keterampilan dan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan
hidup dan sektor pembangunan yang memberikan keuntungan, baik kepada individu
maupun kepada masyarakat (F.Harbison C. And Meyer,1964).
Yang menjadi pusat perhatian konsep ekonomi ini adalah bagaimana cara
mendayagunakan sumber-sumber yang terbatas untuk mencapai yang beraneka ragam
dan tak terhitung jumlahnya. Skala prioritas adalah pertumbuhan ekonomi dan keadilan
2
Mohammad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung: PT. IMTIMA, 2009), h. 286.
3
Ibid, h.4.
[3]
EKONOMI PENDIDIKAN
yang biasanya merupakan prioritas tertinggi khususnya yang berada di negara yang
berkembangan. Bank dunia sejak tahun 1960-an menentukan empat kriteria untuk
investasi SDM dalam memberikan bantuan kepada Negara-negara dunia ketiga yaitu
Asia, Afrika, dan Amerika Latin dalam pengembangan SDM, diantaranya (1)
Kebutuhan tenaga kerja yang terampil dalam lapangan kejuruan dan teknologi, (2)
Perluasan pendidikan dasar dan ini dinilai memiliki tingkat baik yang lebih tinggi
sehubungan dengan rendahnya biaya, (3)Pengembangan sektor pedesaan sehingga
melibatkan peranan pendidikan masssal yang meningkatkan produktivitas sektor
pedesaan, (4)Keadilan dan pemerataan yang menunjukkan pentingnya distribusi
kesempatan pendidikan dan bentuk-bentuk pengembangan SDM lainnya, baik secara
geografis, social maupun secara ekonomis. (Wardiman Djojonegoro dan Ace Sureyadi,
1995)
Di Indonesia tahun 1978, dilakukan penghapusan SPP untuk SD dalam
menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dasar, namun investasi didalam
pemerataan pendidikan sebagai investasi SDM terdapat beberapa aspek yang
diperhitungkan sebagai kriteria keberhasilan, diantaranya (1) nilai baik ekonomis
langsung dari suatu investasi , yaitu pertimbangan antara biaya kesempatan dan
keuntungan masa depan yang diharapkan melalui peningkatan produktivitas tenaga
kerja, (2) nilai baik ekonomis tidak langsung, yaitu keuntungan dari luar yang
mempengaruhi pendapatan anggota-anggota masyarakat lain, (3) Keuntungan fiscal,
yaitu peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak yang di akibatkan oleh
meningkatnya penghasilan tenaga kerja terdidik, (4) Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja
terampil dan terlatih, (5) Permintaan masyarakat akan pendidikan, (6) diluar dari
lembaga pendidikan itu sendiri, yaitu hubungan antara input dan output yang diukur
dengan indikator-indikator pemborosan, pengulangan, putus sekolah, dan biaya, (7)
Terciptanya distribusi kesempatan pendidikan yang semakin merata untuk semua
penduduk usia sekolah, (8) Dampak positif dari pemerataan kesempatan pendidikan
terhadap pendapatan adalah kontribusi pendidikan terhadap pengurangan angka
kemiskinan, (9) Kaitan antara investasi di sektor pendidikan dan investasi di sektor lain,
diantara kesehatan, industri, dan pertanian.
[4]
EKONOMI PENDIDIKAN
Investasi SDM diperkuat oleh beberapa hasil penelitian yang telah membuktikan
pentingnya pendidikan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Sumbangan
pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi semakin kuat setelah memperhitungkan
efek interaksi antara pendidikan dengan bentuk investasi lainnya.4 (T.W.Schultz, 1961:
Harbison, 1964; Hicks,1980, Psacharopoulos, 1984)
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa ekonomi pendidikan yaitu
suatu usaha yang bertanggung jawab, menyeluruh, strategis, untuk meningkatkan
kemampuan manusia dalam menghadapi masa depan yang efisien. Adapun jalur
pendidikan terbagi menjadi pendidikan formal dan pendidikan nonformal yang
mempunyai jenis dan tingkat tersendiri yang perlu dikaji dari sudut efisiensi dalam
pengembangan sumber daya manusia.5
[5]
EKONOMI PENDIDIKAN
berpendidikan dan juga saat memperoleh pendidikan yang lebih tinggi maka akan ada
perubahan individu yang terjadi. Tujuan utama dari suatu pendidikan tidaklah
sesederhana menghasilkan output pendidikan yang berjangka pendek dan nilai
plus,melainkan menghasilkan manfaat yang berjangka panjang dari output (benefits)
tersebut. Bentuk-bentuk manfaat pendidikan itu berbeda-beda, yaitu benefit ekonomis
dan nonekomonis, serta benefit individual dan benefit sosial. Sebagai contohnya yaitu
seorang yang melakukan pendidikan akan memperoleh benefit individual dengan
mendapatkan suatu pekerjaan yang lebih baik, pendapatan yang lebih tinggi serta
masyarakat mendapatkan manfaat dari orang yang melakukan pendidikan tersebut
dengan meningkatnya produktivitas kerja yang tinggi dan dapat menyediakan pemimpin
di tiap level.7 Mengutip dari Dana Mitra Ph.D. dalam jurnal “Pennsylvania’s Best
Investment: The Social and Economic Benefits of Public Education”,(2009-2010)
“The cumulative impact of these educational benefits helps individuals to
have more options for and to make better decisions about their lives. Improved
options and decision-making includes better choices about work, better risk
assessment concerning deviant or criminal behavior, and better personal health
choices. Thus, the cognitive-intellectual gains that children and youthmake in
school contribute to the social and economic benefits derived from education for
all members of society.”8
Menurut Dana Mitra Ph.D.(2009-2010) mengatakan bahwa dampak kumulatif
dari manfaat pendidikan yaitu membantu individu untuk memiliki lebih banyak pilihan
dan mampu membuat keputusan yang lebih baik bagi kehidupan mereka. Pilihan dan
pengambilan keputusan yang ditingkatkan mencakup berbagai macam bidang, yaitu
pekerjaan, penilaian tentang resiko perilaku menyimpang atau kriminal, dan pilihan
kesehatan pribadi yang lebih baik. Dengan demikian, perolehan kognitif-intelektual
yang dihasilkan oleh anak-anak dan remaja di sekolah berkontribusi pada manfaat sosial
dan ekonomi yang diperoleh dari pendidikan untuk semua anggota masyarakat.
7
Nanang Fatah, Standar Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA,
2012) h. 32.
8
Dana Mitra, Pennsylvania’s Best Investment:The Social and Economic Benefits of Public
Education, Pennsylvania Public Education Costs PA Dept. of Education, 2009-2010, h. 7
[6]
EKONOMI PENDIDIKAN
Orang yang pertama kali akan mendapatkan manfaat dalam pendidikan pasti
adalah siswa. Setiap pasti orang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, maka oleh
sebab itu semuanya harus bisa dipahami agar dapat merasakan manfaat pendidikan.
Manfaat yang didapatkan sangat mudah untuk bisa diketahui, misalnya seseorang yang
bisa membaca lebih baik dari pada mereka yang tidak bisa membaca. Dalam ilmu
ekonomi sendiri ini disebut “manfaat pribadi” para ekonom membedakan manfaat
pribadi dengan sosial. Manfaat sosial adalah sesuatu yang dapat mengembangkan orang
selain pendidikan. Masyarakat dapat dikatakan lebih baik karen pendidikan mereka.
Perubahan yang terjadi karena pendidikan secara metodologis ini menjelaskan bahwa
pengukuran pretest dan post-test pada individu, agar dapat mengetahui perubahan
tersebut. Hal ini dikenal dengan “pendekatan penambahan nilai”.
Ada lima cara untuk bisa melakukan fakulasi (penghitungan) dan
mengaplikasikan metode pendidikan, pada pendidikan yang lebih tinggi. Petama,
melihat perubahan individu, dari segala yang ia berikan untuk pendidikan adalah ukuran
perubahannya. Kedua, melihat reaksi yang timbul setelah menerima pendidikan. Ketiga,
mempertimbangkan kemajuan yang diperoleh dari manusia yang merupakan hasil dari
pendidikan yang lebih tinggi. Keempat, melihat seberapa besar peran dan tanggung
jawab dari pendidikan yang lebih tinggi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
individu. Kelima, dalam memperkirakan nilai pendidikan yang ada di universitas
dengan melihat seberapa besar pengembalian investasi pada pendidikan tersebut.9
Pendidikan sangat berperan penting bagi seseorang dalam melaksanakan suatu
pekerjaan. Dengan adanya pendidikan, seseorang lebih mudah melaksanakan tugasnya.
Pendidikan juga digambarkan dapat menjamin ketersediaannya tenaga kerja dalam
perusahaan yang mempunyai keahlian tertentu. Selain itu, orang yang berpendidikan
dapat mempergunakan fikirannya secara kritis.
[7]
EKONOMI PENDIDIKAN
dan loyalitas seseorang. Para pegawai akan berkembang lebih cepat dan lebih baik serta
bekerja lebih efisien karena mereka sudah mendapatkan pendidikan secara sistematis. 10
Semakin tinggi pendidikan dan pengalaman kerja yang lama, maka tingkat gaji
akan semakin besar pula, itu dikarenakan keahlian serta keterampilan yang dimiliki
lebih baik. Sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan dan pengalaman kerja yang
kurang, maka tingkat gajinya juga kecil.11
10
M. Manullang, Manajemen Personalia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2001)
h.67.
11
Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000)
h.129.
[8]
EKONOMI PENDIDIKAN
penghasilan seseorang seumur hidup dimulai dengan penghasilan yang rendah ketika
usia muda,kemudian akan meningkat pada masa berikutnya, dan akan menurun ketika
usia lanjut. Untuk mendapatkan pola penghasilan seumur hidup ini dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu cross sectional, dan longitudinal.12 Adapun penjelasannya yaitu
sebagai berikut:
1. Cros Sectional, yaitu dengan mengukur penghasilan dalam waktu yang
bersamaan kepada sejumlah orang yang berbeda-beda pada umumnya, kemudian
cari rata-rata penghasilan dari orang-orang yang usianya sama.
2. Longitudinal, yaitu dengan cara mengikuti sejumlah orang yang memiliki usia
yang sama, kemudian penghasilannya diukur pada setiap tingkat usianya.
12
Mohammad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung: PT. IMTIMA, 2009) h. 292.
[9]
EKONOMI PENDIDIKAN
[10]
EKONOMI PENDIDIKAN
14
Agus Irianto, Pendidikan sebagai Investasi dalam pembangunan Suatu Bangsa, (Jakarta:
KENCANA Prenada Media Group, 2011) h. 9-11.
[11]
EKONOMI PENDIDIKAN
Ketiga, Sebagai individu yang berpendidikan dan selaku kelompok kerja yang
memiliki pemikiran yang maju kedepan, mereka mengharapkan terjadinya peningkatan
imbalan yang bersifat ekstrinsik yaitu, imbalan finansial langsung, imbalan finansial
tidak langsung dan imbalan nonfinansial dan bersifat intrinsik yaitu, imbalan berupa
penghargaan atas kinerja yang luar biasa, kesediaan memikul tanggung jawab yang
lebih besar, kerelaan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, dan penampilan
perilaku positif lainnya.
Tingkat pendidikan yang makin tinggi juga akan berpengaruh pada peningkatan
kemampuan karyawan untuk menunaikan kewajibannya. Peningkatan kemampuan
karyawan berupa penampilan kinerja yang memuaskan, dedikasi dan oyalitas yang
tinggi, produktivitas yang sesuai dengan tuntutan tugas dan harapan manajemen,
kemampuan meredam keinginan pindah, serta kepuasan kerja yang terlihat dari rasa
memiliki perusahaan yang mendalam dan kesediaan membuat komitmen demi
keberhasilan perusahaan.15
15
Sondang P. Siagian, Manajemen Abad 21, (Jakarta: BUMI AKSARA, 1998) h. 66.
[12]
EKONOMI PENDIDIKAN
dibandingkan dengan orang yang memiliki karakter berbeda yang hanya dimiliki oleh
sebagian orang saja. Misalnya, orang di AS tidak tertarik dengan gaji tinggi hanya
karena ia bisa berbahasa inggris, karena keterampilan tersebut umunya sudah diperoleh
pada tingkat pendidikan dasar. Namun, jika seseorang memiliki keterampilan dalam IT,
dimana keterampilan tersebut hanya dimiliki oleh sebagian orang yang kuliah di
perguruan tinggi, maka ia mampu mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih besar.
Pendidikan pastinya juga akan bermanfaat bagi manusia agar dapat menajadikannya
lebih berilmu mereka pergi kesekolah sebagai orang yang belum mengetahui apa-apa.
Setelah selesai sekolah, mereka menjadi orang yang berilmu, berwawasan luas, cerdas,
bermutu dan berkualitas serta produktif. Di sekolah mereka diberikan teori yang tidak
mereka dapatkan dirumah. Dengan pengetahuan tersebut maka mereka dapat meraih
cita-citanya. Selain itu juga, pendidikan mengajarkan akhlak dan budi pekerti sehingga
mereka tidak hanya berilmu pengetahuan yang luas namun mereka juga memiliki
akhlak mulia.16
16
Hamid Darmidi, Ibid, h. 261-262.
[13]
EKONOMI PENDIDIKAN
C. PENUTUP
Ekonomi sebagai ilmu telah mengkaji berbagai langkah manusia dalam
mencukupi segala keinginannya dengan sumber daya yang terbatas. Prinsip- prinsip
dalam kajian ekonomi adalah efesiensi, sehingga apapun jenis aktivitas yang diikuti
dengan pengeluaran dana harus mempunyai manfaat yang besar.
Orang yang berpendidikan tinggi berbeda dengan orang yang kurang
berpendidikan dan juga saat memperoleh pendidikan yang lebih tinggi maka akan ada
perubahan individu yang terjadi. Tujuan utama dari suatu pendidikan tidaklah
sesederhana menghasilkan output pendidikan yang berjangka pendek dan nilai
plus,melainkan menghasilkan manfaat yang berjangka panjang dari output (benefits)
tersebut. Bentuk-bentuk manfaat pendidikan itu berbeda-beda, yaitu benefit ekonomis
dan nonekomonis, serta benefit individual dan benefit sosial.
Setiap pasti orang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, maka oleh sebab
itu semuanya harus bisa dipahami agar dapat merasakan manfaat pendidikan. manfaat
dari proses suatu pendidikan tidak selalu harus/ dapat diukur dengan standar nilai
ekonomi atau menggunakan uang. Selain nilai ekonomi, manfaat pendidikan juga
mempunyai nilai sosial. Dampak pendidikan yang dilihat dari keuntungan ekonomi atau
pendapatan seseorang dari hasil kerja yang dia miliki memerlukan perhitungan/
perkiraan. Perkiraan-perkiraan bahwa produktivitas merupakan fungsi dari kompetensi,
keahlian, dan keterampilan yang didapatkan seseorang dari proses pendidikan.
Fungsi dari memahami manfaat pendidikan adalah untuk mengetahui manfaat
yang lebih luas dari pendidikan tersebut sehingga bisa lebih bijak dalam menempatkan
sumber, agar dapat seimbang antara pendidikan dan juga program sosial.
[14]
EKONOMI PENDIDIKAN
DAFTAR PUSTAKA
[15]