Anda di halaman 1dari 7

UTS EKONOMI PENDIDIKAN

OLEH NURKHASANAH – MMPI 2 B

1. Jelaskan makna Ekonomi, pendidikan dan ekonomi pendidikan


a. Makna Ekonomi
1) Ekonomi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah ilmu mengenai
asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan
(seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan).
2) Arti kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yakni ‘oikos’ yang berarti keluarga
rumah tangga serta ‘nomos’ yang berarti peraturan, aturan dan hukum. Sehingga
arti ekonomi menurut istilah katanya adalah aturan rumah tangga atau manajemen
rumah tangga.
3) Ekonomi adalah suatu bidang keilmuan yang dapat menyelesaikan permasalahan
kehidupan manusia lewat penggemblengan seluruh sumber ekonomi yang tersedia
berdasarkan pada teori dan prinsip dalam suatu sistem ekonomi yang memang
dianggap efisien dan efektif. (Abraham Maslow)
4) Definisi ekonomi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan dalam mempelajari
mengenai kesejahteraan manusia yang dicapai dengan mengorganisir segala
sumber daya yang ada di bumi atas partisipasi dan kerjasama. (M. Akram Khan)
5) Definisi ekonomi merupakan suatu studi yang membahas mengenai aktivitas
masyarakat dalam upaya untuk mencapai segala kemakmuran dimana
kemakmuran tersebut suatu keadaan dimana manusia dapat memenuhi segala
kebutuhannya, baik berupa barang atau jasa. (M. Manullang)
b. Makna Pendidikan
1) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU No. 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS)
2) Menurutnya pendidikan merupakan suatu proses pengalaman. Karena kehidupan
merupakan pertumbuhan, maka pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin
manusia tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan adalah proses penyesuaian
pada setiap fase dan menambah kecakapan dalam perkembangan seseorang
melalui pendidikan. (Prof. Dr. John Dewey)
3) “education is now engaged is preparinment for a tife Society which does not yet
exist” atau bahwa pendidikan itu sekarang adalah untuk mempersiapkan manusia
bagi suatu tipe masyarakat yang masih belum ada. Konsep system pendidikan
mungkin saja berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan pengalihan
nilai-nilai kebudayaan (transfer of culture value). Konsep pendidikan saat ini
tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang harus sesuai dengan tuntutan
kebutuhan pendidikan masa lalu,sekarang,dan masa datang. (UNESCO)
4) Menurutnya pendidikan adalah suatu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-
anak. Maksudnya ialah bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang
ada pada peserta didik agar sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya. (Ki Hajar
Dewantara)
5) Pendidikan atau pembelajaran berkaitan dengan seluruh aspek yang ada pada diri
manusia, mulai dari fisik, mental ataupun moral. Pendidikan dilarang
mengabaikan perkembangan fisik dan apapun yang memiliki pengaruh terhadap
perkembangan fisik seperti olahraga, meinuman, makanan, kebersihan dan tidur.
Jadi pendidikan tidak hanya memperhatikan aspek moralnya saja namun juga
membentuk individu yang menyeluruh termasuk jiwa, karakter dan fikiran. (Ibnu
Sina)
c. Makna Ekonomi Pendidikan
1) Ekonomi pendidikan adalah suatu studi tentang bagaimana manusia, baik secara
perorangan maupun di dalam kelompok masyarakatnya membuat keputusan
dalam rangka mendayagunakan sumber-sumber daya yang terbatas agar dapat
menghasilkan berbagai bentuk pendidikan dan latihan, pengembangan ilmu
pengetahuan dan keterampilan, pendapat, sikap dan nilai-nilai khususnya melalui
pendidikan formal, serta bagaimana mendiskusikannya secara merata (equal) dan
adil (equality) di antara berbagai kelompok masyarakat. (Elchnan Cohn)
2) Ekonomi Pendidikan merupakan kajian tentang bagaimana orang dan
masyarakat, baik dengan atau tanpa menggunakan uang, mendayagunakan
sumberdaya produktif yang langka untuk memproduksi berbagai ragam
pelatihan, pengembangan pengetahuan, keterampilan, pemikiran, karakter dan
sejenisnya, khususnya melalui sekolah formal dalam waktu tertentu dan
mendistribusikan produksi tersebut, untuk saat ini dan di masa mendatang, di
antara berbagai orang dan kelompok dalam masyarakat". (Webster's New World
Dictionary)

2. Makna Ekonomi Pendidikan sebagai barang/jasa publik dan swasta


Dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan barang publik (public goods) atau
barang swasta (private goods), juga berdasarkan sifat pokok dari barang public adalah
pendidikan tak ubahnya sebagai kebutuhan masyarakat mulai dari tingkat RA, PAUD,
TK, Pendidikan Dasar, dan SLTA. Sedangkan barang swasta seperti tingkat pendidikan
yang tidak diwajibkan untuk belajar yaitu SMA/SMK dan perguruan tinggi, pada tingkat
ini pengadaan pendidikan, bukan hanya didorong oleh motivasi yang bersifat keagamaan,
kebangsaan, tetapi juga didorong oleh pertimbangan-pertimbangan bisnis, sehingga ada
atau tidaknya atau sedikitnya produksi pendidikan dipengaruhi oleh banyak sedikitnya
permintaan dan pendapatan yang mungkin diterima oleh penyelenggara/ pengelola
dimasa yang akan datang. (Agus Irianto, 2017: 53) Hal ini mepertimbangan pihak dunia
usaha dan dunia industri (Du/Di), karenanya perlu ada sinkroninasi paska pendidikan
berupa pekerjaan atau kompetensi yang bisa berkompetisi.
Barang swasta secara tipikal adalah barang yang diperoleh melalui mekanisme
pasar, dimana titik temu antara produsen dan konsumen adalah mekanisme harga. Oleh
karena itu, kepemilikan barang privat biasanya dapat teridentifikasi dengan baik. Maka
bisa dikatakan bahwa barang swasta
Mengingat masyarakat Indonesia sudah mulai terbuka tentang tujuan dan manfaat
dari pendidikan, baik itu membentuk pola pikir, personalitas, hingga timbal balik berupa
peningkatan perekonomian dan persaingan antar masyarakat, maka warga negara
Indonesia menganggap pendidikan itu sesuatu yang hakiki.
Sehingga sesuai dengan sifatnya non arrival consumption dan non excluxive,
pendidikan tidak memiliki persaingan artinya dimanapun bidang pendidikan itu didirikan
disitu pula pendidikan diincar masyarakat.

3. Alasan bahwa investasi SDM lebih tinggi dan lebih lama benefitnya dibandingkan
dengan investasi yang lainnya
Hasil penelitian memperlihatkan investasi pada sumber daya manusia, berdampak
besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Data dari berbagai negara menunjukkan investasi
pendidikan menunjukan tingkat keuntungan ekonomi cukup tinggi, ialah rata-rata 18,4%,
13,1?n 10,9% (social rate of return) serta 29,1%, 18,1?n 20,3% (private rate of return)
masing-masing untuk pendidikan dasar, menengah dan tinggi (Pascharopoulus, 1993).
Pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar
pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima
fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga
tataran global fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk
perkembangan ekonomi. Misalnya pendidikan dapat membantu siswa untuk
mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk hidup dan
berkompetensi dalam ekonomi yang kompetitif.
Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat
pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang
berpendidikan lebih produktif bila dibandingakan dengan yang tidak berpendidikan.
Produktivitas seseorang disebabkan karenakan dimilikinya keterampilan teknis yang
diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu salah satu tujuan yang harus dicapai oleh
pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup. Inilah sebenarnya arah
kurikulum berbasis kompetensi, pendidikan life skill dan broad based education yang
dikembangkan di Indonesia. Misalnya rata-rata antara pedesaan dan perkotaan.
Pendapatan per tahun lulusan universitas 3,5 juta rupiah, akademi 3 juta rupiah, SLTA
1,9 juta rupiah dan SLTP atau SD 1,1 juta rupiah.
Para penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai
investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter maupun nonmoneter.
Manfaat nonmoneter dari pendidikan adalah diperolehnya kondisi kerja yang lebih baik,
kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan menikmati masa pensiun dan manfaat hidup
lebih lama karena peningkatan gizi dan kesehatan. Manfaat moneter adalah manfaat
ekonomis yaitu berupa tambahan pendapatan seseorang yang telah menyelesaikan tingkat
pendidikan tertentu dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan dibawahnya
(Walter, 1982: 121).
Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama
pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang
yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk
membangun bangsanya. Hal ini disebabkan telah dikuasainya ketrampilan, ilmu
pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya manusia sehingga pemerintah lebih
udah dalam menggerakkan pembangunan nasional

Fungsi Non Ekonomi

Investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis
ekonomis yaitu fungsi sosial, fungsi kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan
fungsi kependidikan. Fungsi sosial kemanusiaan merujuk pada kontribusi pendidikan
terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial
yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual pendidikan membantu siswa untuk
mengembangkan dirinya secara psikologis, sosial, fisik dan membantu siswa
mengembangkan potensinya semaksimal mungkin (Cheng, 1996: 7). Fungsi politis
merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan
sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa
untuk mengembangkan sikap dan keterampilan kewarganegaraan yang positif untuk
melatih warganegara yang benar dan bertanggung jawab. Orang yang berpendidikan
diharapkan lebih mengerti hak dan kewajibannya sehingga wawasan dan perilakunya
semakin demokratis. Selain itu orang yang berpendidikan diharapkan memiliki
kesadaran dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara lebih baik dibandingkan
dengan yang kurang berpendidikan.
Fungsi Budaya

Sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya ditingkatan


sosial yang berbeda. Pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa untuk
mengembangkan krativitas, kesadaran estetis serta untuk bersosialisasi dengan norma-
norma , nilai-nilai dan keyakinan sosial yang baik. Orang yang berpendidikan diharapkan
lebih mampu menghargai atau menghormati perbedaan dan pluralitas budaya sehingga
memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap keanekaragaman budaya. Dengan demikian
semakin banyak orang yang berpendidikan diharapkan akan lebih mudah terjadinya
akulturasi budaya dan selanjutnya akan terjadi integrasi budaya nasional dan regional.
Fungsi kependidikan merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan dan
pemeliharaan pendidikan pada tingkat sosial yang berbeda. Pada tingkat individual
pendidikan membantu siswa belajar cara belajar dan membantu guru cara mengajar.
Orang yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran untuk belajar sepanjang hayat
(life long learning), selalu merasa ketinggalan informasi, ilmu pengetahuan serta
teknologi serta terdorong untuk maju dan terus belajar. Di kalangan masyarakat luas juga
berlaku pendapat umum bahwa semakin berpendidikan maka makin baik status sosial
seseorang dan penghormatan masyarakat terhadap orang yang berpendidikan lebih baik
dari pada yang kurang berpendidikan. Orang yang berpendidikan diharapkan bisa
menggunakan pemikirannya yang berorientasi pada kepentingan jangka panjang. Orang
yang berpendidika diharapkan tidak memiliki kecenderungan orientasi materi/uang
apalagi untuk memperkaya diri sendiri.

4. Analisis Permintaan dan Penawaran Pendidikan (Kasus pada sekolah sekitar


penulis)
Contoh di PKPPS (Pendidikan Kesetaraan Pondok Pesantren Salafi)
Minhajurrosyidin, Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Bahwa lingkungan pondok pesantren berjumlah + 2.000 santri yang didominasi
santri dengan lulusan hanya SD saja atau SMP saja karena prioritas yayasan adalah
faham islam secara kaffah dan menghasilkan hafidz/ah. Jadi, pesantren tersebut tidak
membantu menyelsaikan masalah pendidikan berupa penuntasan wajar 12 tahun.
Dengan adanya program dari pemerintah yaitu Kemenag RI berupa program
pendidikan nonformal berupa PKPPS dengan jenjang Ula setingkat SD, Wustho setingkat
SMP dan Ulya setingkat SMA, maka penuntasan wajar 12 tahun terlaksana dan
peminatan santri melanjutkan sekolah menjadi tinggi. Hingga kini PKPPS mendapatkan
akreditasi A.

5. Analisis Cost Benefit analysis (Kasus pada sekolah sekitar penulis)


Contoh kasus di Sulthon Aulia Boarding School (SABS), Pondok Geder, Bekasi,
Jawa Barat.
Investasi untuk pembangunan sekolah ini Rp 1.000.000.000. Setiap tahun SABS
menerima 300 siswa. Biaya sekolah pertahun dibebankan kepada siswa sebesar Rp
20.000.000/tahun. Maka pemasukan sekolah sebesar Rp 6.000.000.000, sedangkan biaya
operasional per tahun Rp 5.000.000.000, dengan demikian kelebihan biaya Rp
1.000.000.000 per tahun. Dan benefitnya digunakan untuk membuat aset bergerak seperti
koperasi siswa, membeli aset berupa tanah sebagai bentuk perluasan bangunan untuk
menambah jumlah fasilitas dan meningkatkan penerimaan siswa masuk, serta membuka
bank mini untuk mengelola keuangan operasional.

Anda mungkin juga menyukai