Anda di halaman 1dari 28

PEMERATAAN PENDIDIKAN “SI KAYA DAN SI

MISKIN”

Azharani A
Dika Dani Septiati
Lucy Sofiatul Ummah
Magfiroh
Siti Imroah

ABSTRAK

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan


negara Indonesia. Pendidikan adalah hal yang penting bagi
kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan jalan yang
dapat menghantarkan manusia pada kesuksesan di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, setiap individu akan berlomba-
lomba untuk mendapatkan pendidikan setinggi mungkin agar
dapat mencapai tujuan kesuksesan di masa yang akan datang.
Pada kenyataannya, manusia tidak telahir dalam konsisi yang
sama. Banyak faktor pembeda antara satu individu dengan
individu yang lain. salah satu faktor yang mencolok adalah
perbedaan status ekonomi. Perbedaan status ekonomi yang terjadi
di masyarakat menimbulkan kesenjangan antara yang memiliki
status ekonomi yang tinggi dengan yang memiliki status ekonomi
yang rendah. Masyarakat menyebutnya dengan kesenjangan
antara “Si Kaya” dan “Si Miskin.” Kesenjangan ini juga terjadi
dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa maka pemerintah melakukan
berbagai upaya agar terjadi pemerataan pendidikan “Si Kaya” dan
“Si Miskin.”

Kata Kunci : Pendidikan, Si Kaya, Si Miskin, Pemerataan


Pendidikan.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perkembangan zaman saat ini, pendidikan
merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar bagi
kehidupan bagi setiap individu. Dikatakan sebagai
kebutuhan yang sangat mendasar karena dalam
pendidikan terdapat proses perubahan kearah yang lebih
baik. Perubahan tersebut bisa dilihat pada sisi kognitif,
sisi afektif maupun sisi psikomotorik pada setiap individu.
Dengan kata lain pendidikan juga diartikan sebagai suatu
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan
aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan
datang.
Pendidikan dipandang sebagai kunci untuk
kehidupan sekarang dan yang akan datang, hal ini
menimbulkan persaingan bagi setiap individu untuk
berlomba-lomba memperoleh pendidikan yang terbaik.
Seseorang dipandang akan sukses jika telah sekolah yang
tinggi, sedangkan seseorang dipandang tidak akan sukses
jika tidak pernah sekolah atau tidak pernah merasakan
pendidikan sama sekali. Namun dalam kenyataannya,
untuk memperoleh pendidikan tidak semudah yang
dipikirkan. Banyak faktor yang membuat pelaksanaan
pendidikan terhambat.
Pernyataan World Development Report bahwa
pendidikan adalah kunci untuk menciptakan, menyerap,
dan menyebarluaskan pengetahuan, namun akses terhadap
pendidikan tidak tersebar secara merata, dan golongan
miskin paling sedikit mendapat bagian, kasus ini dapat
ditemukan di Indonesia yang pendidikannya belum merata
antara masyarakat miskin dan masyarakat menengah ke
atas.  Oleh sebab itu, kami mengangkat judul pada
makalah ini adalah “Pemerataan Pendidikan Antara Si
Kaya dan Si Miskin.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh pendidikan dalam kehidupan?
2. Apa penyebab terjadinya kesenjangan pendidikan
antara Si Kaya dan Si Miskin?
3. Bagaimana penyelesaian agar pendidikan antara Si
Kaya dan Si Miskin menjadi merata?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Teoritis
Untuk mengubah cara pandang masyarakat dalam
memahami arti penting dari pendidikan dalam
kehidupan dengan menerapkan prinsip keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Praktis
Untuk mewujudkan pendidikan yang adil dalam
kehidupan manusia

D. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan pada penulisan
makalah ini adalah Analisis kritis dan Pertukaran
(Exchange). Dalam jurnal yang berjudul Implikasi Teori
Sosial Kritis Terhadap Perkembangan Riset Psikologi
yang ditulis oleh Fathur Rahman mengutip dari Franz
Magnis-Suseno, 1992 bahwa teori kritis pada hakikatnya
mau menjadi Aufklarung atau pencerahan. Aufklarung itu
berarti mau membuat cerah, mau menyingkap segala tabir
yang menutup kenyataan yang tak manusiawi terhadap
kesadaran kita. Teori kritis merupakan bagian dari aliran
Karl Marx yang paling jauh meninggalkan Karl Marx.
Teori kritis lebih menekankan pada pembebasan manusia
dari pemanipulasian teknologi modern.
Adapun pendekatan Analisis Kritis adalah
pendekatan yang tujuannya menghilangkan kesenjangan
sosial dan mendukung emansipasi kaum lemah.
Sedangkan pendekatan Pertukaran (Exchange) adalah
pendekatan yang mendasarkan analisisnya tentang
interaksi sosial pada prinsip-prinsip dasar dalam ekonomi
dan pada prinsip-prinsip psikologi perilaku.

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Pendidikan dalam Kehidupan


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang
yang memiliki barbagai macam budaya dan adat istiadat
yang berbeda. Keanekaragaman tersebut menjadikan
Indonesia terus melakukan perubahan untuk kemajuan
bangsa. Perubahan tersebut diwujudkan dengan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 telah disebutkan
bahwa tujuan dari negara Indonesia diantaranya adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan
bangsa berarti menciptakan generasi muda yang cerdas,
kreatif dan kompeten. Salah satu upaya mewujudkan tujuan
tersebut adalah melalui pendidikan.
Makna dari pendidikan sangatlah luas. Dalam buku
Dasar-dasar Ilmu Pendidikan yang ditulis oleh Hasbullah
mencantumkan beberapa tokoh pendidikan yang
mendefinisikan arti dari pendidikan sebagai berikut :
a) Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa
pendidikan ialah suatu proses bimbingan yang
dilaksanakan secara sadar oleh pendidik terhadap
suatu proses perkembangan jasmani dan rohani
peserta didik, yang tujuannya agar kepribadian
peserta didik terbetuk dengan sangat unggul.
Kepribadian yang dimaksud ini bermakna cukup
dalam yaitu pribadi yang tidak hanya pintar, pandai
secara akademis saja, akan tetapi baik juga secara
karakter.
b) M.J. Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan
merupakan upaya dalam membimbing manusia yang
belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah
suatu usaha dalam menolong anak untuk melakukan
tugas-tugas hidupnya, agar mandiri dan bertanggung
jawab secara susila. Pendidikan juga diartikan sebagai
usaha untuk mencapai penentuan diri dan tanggung
jawab.
c) Ki Hajar Dewantara mengemukakan pendidikan
adalah suatu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak. Maksudnya ialah bahwa pendidikan
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
peserta didik agar sebagai manusia dan anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya.
d) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan
yaitu sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu
untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang
lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik.
Pengetahuan yang diperoleh secara formal tersebut
berakibat pada setiap individu yaitu memiliki pola
pikir, perilaku dan akhlak yang sesuai dengan
pendidikan yang diperolehnya.
e) Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989
bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi
peranannya dimasa yang akan datang (Hasbullah :
2003 hal. 2-4 ).

Dapat dikatakan bahwa pendidikan ialah suatu


perubahan yang mencakup seluruh cara hidup seseorang
dalam kehidupannya. Melalui pendidikan seseorang akan
diarahkan pada proses perkembangan yang diinginkan.
Perkembangan ke arah kedewasaan dan perkembangan ke
arah kematangan merupakan perkembangan yang mutlak
terjadi pada diri setiap individu (Mohamad Surya : 2010 hal.
25).

Pendidikan juga dapat dikatakan sebagai kebutuhan


primer bagi masyarakat suatu bangsa. Dikatakan kebutuhan
primer, berarti pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat
penting karena dengan pendidikan seseorang akan menjadi
generasi muda yang dibanggakan oleh negara.

Adapun tujuan pendidikan nasional menurut


perundang-undangan yang mengalami perubahan sesuai
dengan perubahan dan perkembangan situasi adalah sebagai
berikut:

a) Tujuan Pendidikan Nasional dalam Ketetapan MPR


Nomor II/MPR/1983.
“Pendidikan nasional bertujuan untuk
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan,
mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian
dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta
tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-
manusia pembangunan yang dapat membangun diri,
serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa.”
b) Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
“Pendidikan nasional bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
menusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbdi pkertiluhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.”
c) Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 2
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945.
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab”
(Mohamad Surya : 2010 hal. 31).

Dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan dari suatu


bangsa adalah cita-cita hidup untuk mencapai dan menuju
kepada kepribadian bangsa yang berkualitas dan berakhlak
luhur (Mohamad Surya : 2010 hal. 29). Telah disebutkan
pada paragraf sebelumnya bahwa dangan pendidikan seorang
individu akan di arahkan pada proses perkembangan, baik ke
arah kedewasaan maupun ke arah kematangan yang
diinginkan. Salah satu contohnya ialah pendewasaan diri dan
sikap mandiri. Proses pendewasaan diri dan sikap mandiri
merupakan proses yang sangat penting, karena jika proses ini
ini berhasil maka tujuan pendidikan akan tercapai. Ciri-ciri
dari pendewasaan diri ialah kematangan berfikir, kematangan
emosional, memiliki harga diri, sikap dan tingkah laku yang
dapat diteladani serta kemampuan pengevaluasian diri.
Sedangakan sikap mandiri biasanya ditunjukkan pada
sedikitnya ketergantungan pada orang lain dan selalu
berusaha mencari sesuatu tanpa melihat orang lain.
Sebagian besar orang mengatakan bahwa pendidikan
adalah penentu masa depan seseorang. Hal ini juga telah
dibuktikan dengan fakta-fakta yang terjadi bahwa seseorang
yang berpendidikan tinggi akan memperoleh pekerjaan atau
profesi yang terbaik dibandingkan dengan seseorang yang
tidak mengenyam pendidikan. Dari pekerjaan atau profesi
yang terbaik itulah yang akan menjamin kehidupan
seseorang yang berpendidikan tinggi tersebut.
Pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi
sebagai penunjung pendidikan itu sendiri (Paul : 1999 hal.
19). Motivasi yang tinggi serta didukung dengan semangat
yang tinggi akan membangkitkan gairah dalam belajar
sehingga akan memberikan dampak yang positif. Dampak
positif itulah yang kemudian akan mewujudkan generasi
muda yang cerdas, kretaif dan kompeten yang menjadi
kebanggaan bangsa.

B. Kesenjangan Pendidikan “Si Kaya dan Si Miskin”


Pendidikan menjadi sesuatu yang dibutuhkan oleh
setiap individu. Seiring dengan perkembangan zaman,
pendidikan dipandang menjadi jalan pembuka masa depan.
Seseorang dipandang akan sukses jika telah sekolah yang
tinggi, sedangkan seseorang dipandang tidak akan sukses jika
tidak pernah sekolah atau tidak pernah merasakan pendidikan
sama sekali.
Setiap manusia tidak selalu terlahir dengan kondisi
yang sama, baik itu keadaan fisik, psikologi, sosial termasuk
juga ekonomi. Ada sebagian manusia telahir dalam keluarga
dengan kondisi ekonomi yang serba berkecukupan atau
mungkin berlebih, kebanyakan masyarakat menyebutnya
sebagai “Si Kaya”. Pada lain sisi terdapat sebagian manusia
yang terlahir dalam keluarga dengan kondisi ekonomi yang
kekurangan, kebanyakan masyarakat menyebutnya sebagai
“Si Miskin”.
Kondisi ini membuat segala kebutuhan baik material
maupun psikis yang didapat oleh “Si Kaya” dan “Si Miskin”
akan berbeda. Kebutuhan yang dibutuhkan oleh “Si Kaya”
akan terpenuhi dengan baik. Keluarga dengan status-
ekonomi serba cukup dan kurang mengalami tekanan-
tekanan fundamental seperti dalam memperoleh nafkah
hidupnya yang memadai. Orang tuanya dapat mencurahkan
perhatian yang lebih mendalam kepada pendidikan anaknya
apabila ia tidak disulitkan dengan perkara kebutuhan-
kebutuhan primer kehidupan. (Paul : 1999 hal. 18-19)
Berbeda halnya dengan “Si Miskin”, keluarga ini akan
mengalami tekanan-tekanan untuk memenuhi kebutuhan –
kebutuhan primer. Orang tua dengan status-ekonomi seperti
ini akan mengurangi perhatian terhadap anaknya karena
orang tua akan terfokus pada usaha untuk memenuhi
kebutuhan primernya yang masih dalam keadaan serba
kekurangan. Orang tua akan mengutamakan mencari nafkah
untuk dapat bertahan hidup dan mengesampingkan
kebutuhan lain yang dianggap tidak terlalu penting.
Pada era modern ini, pendidikan menjadi sesuatu yang
penting dan dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan. Namun
kita ketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan,
semakin mahal biaya yang harus dikeluarkan oleh individu.
Biaya tersebut juga dapat diartikan untuk menyewa sarana
dan prasarana yang akan digunakan selama menempuh
pendidikan. Hal ini memiliki arti bahwa sekolah
membutuhkan biaya untuk menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar itu sendiri. Jika suatu individu ingin
merasakan pendidikan yang tinggi maka dia harus memiliki
modal. Modal yang dimaksudkan bukan hanya kesiapan
dalam menempuh pendidikan tetapi juga modal finansial atau
dalam kondisi ekonomi yang cukup.
Kesenjangan ekonomi antara “Si Kaya” dan “Si
Miskin” ini akan membuat cara pandang mereka terhadap
pendidikan tentunya berbeda. “Si Kaya” akan menganggap
bahwa pendidikan adalah sesuatu yang penting. Alasannya
yang pertama yaitu untuk mempertahankan status-ekonomi
tetap kaya, orang dengan status ekonomi kaya tentunya ingin
terus merasakan apa yang mereka rasakan pada saat ini.
Maka melalui pendidikanlah salah satu upaya mereka untuk
mempertahankan kekayaannya. Mereka akan mencurahkan
perhatian kepada anak-anak mereka agar terus melanjutkan
hingga jenjang yang tinggi. Tujuan ini tentunya didukung
dengan kemampuan finasial yang dimiliki “Si Kaya” untuk
mewujudkan kebutuhan akan pendidikan. Hingga mereka
tidak menglami hambatan dalam menjalankan proses
pendidikan.
Sementara “Si Miskin” juga menganggap pendidikan
juga penting untuk merubah status-ekonomi mereka menjadi
lebih baik. Mereka tentunya ingin merubah keadaan mereka
melalui pendidikan. Karena dengan pendidikan yang tinggi
akan membuat “Si Miskin” akan semakin mudah dalam
mencari pekerjaan sehingga dapat merubah nasib mereka
menjadi “Si Kaya”. Namun, kita ketahui bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan, semakin mahal biaya yang harus
dikeluarkan oleh individu. Memenuhi kebutuhan sehari-hari
saja mereka sudah kesulitan mencari nafkah ditambah lagi
untuk biaya pendidikan. Kondisi ini membuat “Si Miskin”
menganggap bahwa banyak yang lebih penting daripada
sekedar membuang-buang uang mereka untuk bersekolah.
Kesenjangan ini pula akan memberikan dampak
kepada “Si Miskin” menjadi kaum yang tersisihkan oleh “Si
Kaya”. Karena mahalnya biaya pendidikan mengakibatkan
pendidikan hanya dapat dirasakan oleh “Si Kaya” yang
memiliki ekonomi yang berkecukupan. Sedangkan “Si
Miskin” hanya dapat merasakan pendidikan yang terbatas,
mungkin hanya sampai pendidikan tingkat dasar saja.
Gambar SMAN 1 Cirebon

Kita ambil sampel sekolah yang berada di kota Cirebon


yang merupakan sekolah favorit yaitu SMAN 1 Cirebon dan
SMAN 2 Cirebon. Kedua sekolah ini merupakan yang
menjadi unggulan diantara sekolah lainnya karena pernah
bergelar RSBI. Namun karena status RSBI itu telah
dihapuskan maka kita kembali lagi menjadi sekolah dengan
standar Nasional. Berikut ini adalah rincian biaya yang harus
dikeluarkan agar dapat bersekolah di SMA favorit ini.

Biaya SMAN 1 Cirebon SMAN 2 Cirebon


Awal Masuk Rp. 5.000.000- Rp. 5.000.000-
Sekolah 8.000.000 6.000.000
SPP Rp. 300.000,- Rp. 300.000
Rp. 180.000 (baju Rp. 200.000 (iuran
Lainnya
muslim) koperasi)
Data ini diperoleh dari citizen.liputan6.com (12/7),
yang mengatakan bahwa pendidikan di Kota Cirebon yang
mahal membuat beberapa orang tua siswa mengeluhkan
tentang biaya yang harus dikeluarkan pada awal ajaran baru.
Selain biaya awal yang harus dikeluarkan masih ada lagi
biaya lainnya yang harus dikeluarkan oleh orang tua siswa.
Sekolah-sekolah dengan predikat favorit ini tentunya sangat
diinginkan oleh orang tua siswa. Orang tua siswa akan
merasa bangga dan senang jika anaknya masuk ke sekolah
favorit ini. Karena sekolah memberikan peraturan biaya
seperti di atas, tentunya orang tua siswa tidak dapat berbuat
banyak.

Bagi “Si Kaya” masalah mahalnya biaya ini bukan


merupakan hambatan untuk melanjutkan pendidikan namun
“Si Miskin” mungkin akan bepikir ulang untuk melanjutkan
pendidikan. Sekolah mungkin telah mengadakan jalur masuk
melalui jalur keluarga miskin (gakin). Namun tentunya
bantuan ini memerlukan proses, tetap saja pada awal masuk
mereka harus membayar secara normal baru kemudian
diganti setelah diproses. Alhasil hanya “Si Kaya” saja yang
dapat memasuki sekolah dengan predikat favorit ini.

Adanya sekolah favorit dan bukan favorit juga


sebenarnya semakin terlihat kesenjangan antara “Si Kaya”
dan “Si Miskin.” Sekolah favorit hanya untuk “Si Kaya.”
Sedangkan “Si Miskin” hanya mampu bersekolah di sekolah
yang biasa. Hal ini tentu terlihat juga pada pemenuhan sarana
dan prasarana yang diberikan oleh sekolah. Sekolah favorit
dengan biaya yang lebih mahal tentunya akan menyediakan
fasilitas yang lebih lengkap. Sedangkan sekolah biasa yang
dengan biaya yang minim hanya mampu menyediakan
fasilitas seadanya.

Gambar SMAN 2 Cirebon

Maka kondisi ekonomi sangat berperan penting dalam


mendukung pendidikan. Jika kondisi ekonomi seseorang itu
baik maka cara hidup dan pemenuhan kebutuhan hidup akan
terpenuhi secara maksimal. Namun jika kondisi ekonomi
seseorang itu tidak baik maka cara hidup dan pemenuhan
kebutuhan hidup tidak akan terpenuhi secara maksimal.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan dan
kondisi ekonomi memiliki tujuan yang sama yakni merubah
cara hidup seseorang.
Jika kita perhatikan secara seksama, kesenjangan
ekonomi ini sebenarnya dapat menjadi intervensi bagi “Si
Miskin”. Intervensi disini bertujuan untuk memperbaiki
keberfungsian sosial antara “Si kaya” dan “Si Miskin”.
Keberfungsian disini maksudnya adalah dimana
dikembalikannya peran seseorang dalam kehidupan sehingga
dapat berperan seperti seharusnya sesuai kodratnya sebagai
manusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri sehingga
dapat timbulnya kemerataan antara “Si Kaya” dan “Si
Miskin”. Hingga akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
“Si Miskin” agar dapat setara dengan “Si Kaya”.

C. Pemerataan Pendidikan “Si Kaya dan Si Miskin”


Masalah kesenjangan pendidikan memang sudah
menjadi permasalahan yang tak kunjung terselesaikan.
Pemerintah sudah melakukan beberapa upaya untuk
melakukan penyetaraan pendidikan agar terjadi
pemerataan pendidikan antara “Si Kaya” dan “Si Miskin”.
Salah satu upayanya adalah dengan pemberian subsidi
pada lembaga pendidikan. Subsidi berwujud bantuan
operasional sekolah atau yang biasa disebut dengan dana
BOS yang diberikan pada tingkat sekolah dasar dan
menengah. Sedangkan subsidi yang diberikan pada
tingkat perguruan tinggi adalah beasiswa bidik misi.
Berikut ini penjelasan mengenai subsidi yang telah
diberikan oleh pemerintah agar terciptanya pemerataan
pendidikan bagi setiap masyarakat.

1. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)


Menurut Peraturan Mendiknas nomor 69 Tahun
2009, standar biaya operasi nonpersonalia adalah
standar biaya yang diperlukan untuk membiayai
kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun
sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar
satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan
pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai
Standar Nasional Pendidikan.
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah
program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk
penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia
bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana
program wajib belajar. Namun demikian, ada
beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia
yang diperbolehkan dibiayai dengan dana
BOS. (Kemendiknas : 2012)
Adapun tujuan dari Dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) secara umum adalah untuk
meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan
pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang
bermutu. Sedangkan tujuan Dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) secara khusus adalah
sebagai berikut
a. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa
SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SMPT
(Terbuka) negeri terhadap biaya operasi sekolah,
kecuali pada rintisan sekolah bertaraf
internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf
internasional (SBI). Sumbangan/pungutan bagi
sekolah RSBI dan SBI harus tetap
mempertimbangkan fungsi pendidikan sebagai
kegiatan nirlaba, sehingga sumbangan/pungutan
tidak boleh berlebih;
b. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin
dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik
di sekolah negeri maupun swasta;
c. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi
siswa di sekolah swasta. (Kemendiknas : 2012)

Selain itu dana Bantuan Operasional Sekolah


berfungsi untuk menurunkan angka putus sekolah
dan angka yang tidak melanjutkan dari jenjang SD ke
SMP. Pelaksanaan program Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) pada jenjang sekolah dasar dan
sekolah menengah sudah berjalan secara efektif.
Salah satu perwujudan dari program Bantuan
Operasional Sekolah ialah dengan pembebasan biaya
SPP. Hal ini tentu sangat membantu bagi “Si
Miskin” untuk tetap dapat bersekolah dan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Selain itu, dana Bantuan Operasional Sekolah juga
digunakan untuk memperbaiki laboratorium dan
membiayai kegiatan ekstra kurikuler.

Dana Bantuan Operasional Sekolah juga bertujuan


untuk meringankan biaya sekolah dan mendukung
pembiayaan peningkatan kualitas bagi seluruh
sekolah dasar dan menengah. Sebelum ada program
Bantuan Dana Sekolah, sekolah meminta kontribusi
dari orang tua murid untuk membiayai pengeluaran
operasional sekolah. Pendidikan berkualitas juga
merupakan faktor penting dalam pemerataan
pendidikan antara “Si Kaya” dan “Si Miskin”.
Program Bantuan Operasional Sekolah telah
menunjang beberapa aspek diantaranya adalah
peningkatan paritisipasi siswa sekolah dasar dan
sekolah menengah yang berasal dari keluarga miskin
dan mengurangi kesenjangan antara kelompok
pendapatan, peningkatan pendanaan sekolah
terutama untuk sekolah-sekolah yang kurang mampu,
serta pegurangan korupsi dan penyalahgunaan dana.
2. Beasiswa Bidik Misi
Beasiswa bidik misi merupakan bantuan
pembiayaan dari pemerintah untuk pendidikan pada
jenjang perguruan tinggi. Bidik misi (beasiswa
pendidikan bagai mahasiswa berprestasi ) adalah
suatu program yang diberikan oleh Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) upaya
untuk membantu meringankan biaya pendidikan bagi
mahasiswa yang memiliki keterbatasan finansial,
namun mampu secara akademis serta aktif dalam
kehidupan kampus. Beasiswa bidikmisi biasanya
diberikan kepada calon mahasiswa yang telah
dinyatakan lulus dan biasanya beasiswa ini aktif
selama 8 semester untuk S1 dan Diploma IV, dan 6
semester untuk Diploma III dengan syarat bahwa
mahasiswa adalah mahasiswa aktif di sebuah
universitas.
Program ini diluncurkan oleh Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) pada tahun 2010,
adanya program ini guna membantu penyelenggaraan
pendidikan dan biaya hidup bagi para penerimanya
yaitu para kalangan yang berasal dari ekonomi
kebawah namun memiliki prestasi akademis yang
membanggakan.
Adapun misi dari program bidik misi ini adalah
memberikan harapan baru bagi calon mahasiswa yang
kurang secara finansial untuk terus melanjutkan
pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi dan
membentuk sumber daya insani yang berupaya
memutuskan mata rantai kemiskinan. Sedangkan
tujuan dari program bidik misi ini adalah sebgai
berikut.
1. Memberikan dan menambah motivasi atau
semangat kepada calon mahasiswa dalam
belajar dan mendapatkan berbagai prestasi,
khususnya mereka yang memiliki kendala
dalam finansial.
2. Memperbanyak akses dan memberikan
kesempatan belajar bagi calon mahasiswa
kurang secara ekonomi namun memiliki potensi
akademis yang membanggakan untuk
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
3. Memberikan jaminan kepada mahasiswa selama
berlangsungnya studi sampai selesai.
4. Menjadikan mahasiswa berprestasi dalam
berbagai bidang, baik itu akademik, ko-
kurikuler maupun ekstra kurikuler
5. Meningkatkan jiwa bersaing secara sehat dalam
berbagai prestasi antara satu mahasiswa dengan
mahasiswa lain.
6. Membentuk lulusan yang mandiri, produktif,
dan memiliki kepedulian sosial agar dapat
berupaya dalam pemutusan mata rantai
kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.
(bidikmisi:2010)
Dengan adanya bidikmisi tentunya sangat
membantu bagi calon mahasiswa yang kurang secara
finansial, mereka dapat belajar dengan tanpa memikirkn
biaya hidup karena salah satu tugas bidikmisi adalah
memberikan para penerima beasiswa uang saku untuk
biaya kuliah dan kelangsungan hidup selama kuliah.
Dengan adanya bidikmisi telah menghapus kesenjangan
antara “Si Kaya” dan “Si Miskin” yang saat ini semakin
melebar. Semua orang dapat belajar dan menuntut ilmu
tanpa harus memikirkan biaya. Hal ini pun mendorong
para penerima beasiswa berlomba-lomba dalam hal
prestasi yang nantinya akan menjadika mereka menjadi
lebih baik dan mengangkat ekonomi diri dan keluarganya.
Bidikmisi telah memberikan kembali hak semua
orang yaitu mengikuti pendidikan dengan atau tanpa
biaya, sebagaimana yang tercantum pada pasal 31 ayat (1)
yang berbunyi “setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan”. Bidik misi juga telah menghilangkan adanya
ketidakseimbangan ekonomi dalam pendidikan, bahwa
semua orang bisa belajar dan berada di sekolah untuk
belajar tanpa membeda-bedakan antara “Si Kaya” dan “Si
Miskin”.
Melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan
Bidikmisi dapat membantu masyarakat yang kurang
mampu dalam segi finansial untuk merasakan pendidikan
yang tinggi. Pemerintah mewujudkan hal ini untuk
menyamaratakan setiap individu agar dapat merasakan
pendidikan yang tinggi. Program ini membuktikan bahwa
merasakan pendidikan dasar hingga jenjang perguruan
tinggi bukanlah sesusatu yang tidak mungkin untuk “Si
Miskin”. Kembali lagi pada cita-cita negara kita adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya
menandakan bahwa seluruh warga negara yang mengaku
berbangsa Indonesia tanpa terkecuali adalah objek
perwujudan cita-cita negara ini. Maka sudah menjadi
tugas pemerintahlah untuk mewujudkan cita-cita ini.
Meskipun upaya yang dilakukan masih mengalami
banyak kendala. Semoga di masa yang akan datang,
pendidikan di negara kita ini dapat mewujudkan cita-cita
negara kita yaitu terwujudnya pemeratan pendidikan tanpa
membedakan status ekonomi.
PENUTUP

Kesimpulan

Salah satu tujuan negara Indonesia adalah


mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan
tujuan negara ialah melalui pendidikan. Pendidikan ialah
suatu perubahan yang mencakup seluruh cara hidup
seseorang dalam kehidupannya. Adapaun tujuan dari
pendidikan suatu bangsa adalah cita-cita hidup untuk
mencapai dan menuju kepada kepribadian bangsa yang
berkualitas dan berakhlak luhur.
Pendidikan dipandang menjadi jalan pembuka masa
depan. Setiap manusia tidak selalu terlahir dengan kondisi
yang sama, baik itu keadaan fisik, psikologi, sosial
termasuk juga ekonomi. Hal ini menyebabkan terjadinya
kesenjangan antara “Si Kaya” dan “Si Miskin.” Cara
pandang keduanya tentang pendidikan adalah relatif sama,
yakni menganggap pendidikan itu penting karena dengan
pendidikan status-ekonomi akan menjadi lebih baik.
Pemerintah sudah melakukan beberapa upaya untuk
melakukan penyetaraan pendidikan agar terjadi
pemerataan pendidikan antara “Si Kaya” dan “Si Miskin”.
Salah satu upayanya adalah dengan pemberian subsidi
pada lembaga pendidikan. Subsidi berwujud bantuan
operasional sekolah atau yang biasa disebut dengan dana
BOS yang diberikan pada tingkat sekolah dasar dan
menengah. Sedangkan subsidi yang diberikan pada
tingkat perguruan tinggi adalah beasiswa bidik misi.
DAFAR PUSTAKA

Hasbullah. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT


Raja Grafindo Persada.
Paul B. Horton & Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi Jilid 2 Edisi
Keenam. Jakarta : Erlangga.
Surya, Mohamad.dkk. 2010. Landasan Pendidikan : Menjadi
Guru yang Baik. Bogor: Ghalia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai