Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ANALISIS EKONOMI PENDIDIKAN

MATERI KE II

Dosen Pengampu : Dr. Iwan Purwanto


Dibuat Oleh : Nurkhasanah (Magister Mnj. Pend. 2 B)

Pada pertemuan kedua di google classroom, materi ekonomi pendidikan sebagai


barang/jasa publik dan barang/jasa swasta diambil dari referensi buku Prof. Dr. H. Agus Irianto.

Pendidikan sebagai Barang/Jasa Publik atau Barang/Jasa Swasta

Dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan barang publik (public goods) atau barang
swasta (private goods), juga berdasarkan sifat pokok dari barang public adalah pendidikan tak
ubahnya sebagai kebutuhan masyarakat mulai dari tingkat RA, PAUD, TK, Pendidikan Dasar,
dan SLTA. Sedangkan barang swasta seperti tingkat pendidikan yang tidak diwajibkan untuk
belajar yaitu SMA/SMK dan perguruan tinggi, pada tingkat ini pengadaan pendidikan, bukan
hanya didorong oleh motivasi yang bersifat keagamaan, kebangsaan, tetapi juga didorong oleh
pertimbangan-pertimbangan bisnis, sehingga ada atau tidaknya atau sedikitnya produksi
pendidikan dipengaruhi oleh banyak sedikitnya permintaan dan pendapatan yang mungkin
diterima oleh penyelenggara/ pengelola dimasa yang akan datang. (Agus Irianto, 2017: 53) Hal
ini mepertimbangan pihak dunia usaha dan dunia industri (Du/Di), karenanya perlu ada
sinkroninasi paska pendidikan berupa pekerjaan atau kompetensi yang bisa berkompetisi.

Barang swasta secara tipikal adalah barang yang diperoleh melalui mekanisme pasar,
dimana titik temu antara produsen dan konsumen adalah mekanisme harga. Oleh karena itu,
kepemilikan barang privat biasanya dapat teridentifikasi dengan baik. Maka bisa dikatakan
bahwa barang swasta

Mengingat masyarakat Indonesia sudah mulai terbuka tentang tujuan dan manfaat dari
pendidikan, baik itu membentuk pola pikir, personalitas, hingga timbal balik berupa peningkatan
perekonomian dan persaingan antar masyarakat, maka warga negara Indonesia menganggap
pendidikan itu sesuatu yang hakiki.

Sehingga sesuai dengan sifatnya non arrival consumption dan non excluxive, pendidikan
tidak memiliki persaingan artinya dimanapun bidang pendidikan itu didirikan disitu pula
pendidikan diincar masyarakat.
Berdasarkan teori barang public oleh teori Bowen

dA dan dB menunjukan kurva permintaan individu A dan B akan barang publik dA dan dB.
Jumlah barang yang disediakan pemerintah sebesar OQ1, yaitu pada titik perpotongan kurva
penawaran dengan kurva permintaan d(A+B)

Kelemahan teori ini adalah karena Bowen menggunakan permintaan permintaan dan penawaran.
Yang menjadi masalah adalah karena pada barang publik tidak ada prinsip pengecualian
sehingga masyarakat tidak mau mengemukakan kesenangan mereka akan barang tersebut
sehingga permintaan kurva permintaan menjadi tidak ada.

Pendidikan sebagai Konsumsi dan Investasi

Mikro ekonomi pendidikan mempelajari unsur permintaan, penawaran dan harga dari
produk/jasa. Pada unsur permintaan dipelajari tentang bagaimana calon siswa/mahasiswa
memaksimumkan pendapatan neto seumur hidup yang diharapkan. Pada unsur penawaran
dipelajari tentang bagaimana mengkombinasikan input agar dapat memperoleh biaya total
terendah, oleh sebab itu dalam konsep ini pendidikan sebagai industry.

Dimaksudkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia maupun dunia membutuhkan adanya


pendidikan sebagai konsumsi atau investasi atau bahkan kedunya (konsumsi dan investasi), dan
keduanya saling melengkapi (komplementer). Barang konsumsi artinya pendidikan sebagai
sebuah kebutuhan pokok manusia (hak dasar) sehingga sampai pada level tertentu, pengadaan
harus diberikan oleh pemerintah dan ini bukan hanya hak tetapi kewajiban bagi setiap warga
negara pada tingkat umur tertentu (di Indonesia antara usia 6-15 tahun).

Memiliki kesamaan jika dilihat dari kebutuhannya maka pendidikan sebagai barang
public, kemudian dilihat dari motivasinya pendidikan dipandang sebagai barang konsumsi yang
dapat memuaskan kebutuhan akan pengembangan kepribadian, kebutuhan social, kebutuhan
akan pengetahuan, dan pemahaman. Permintaan pendidikan pada tingkat ini dipengaruhi oleh
besar kecilnya dispossible.

Pendidikan sebagai investasi bertujuan untuk memperoleh pendapatan neto atau rate of
return yang lebih besar dimasa yang akan datang. Biaya pendidikan dalam jenis pendidikan ini,
dipandang sebagai sejumlah uang yang diberikan untuk memperoleh atau ditanamkan dalam
sejumlah modal manusia (human capital) yang dapat memperbesar kemampuan ekonomi di masa
yang akan datang. Pendidikan sebagai investasi didasarkan atas anggapan bahwa manusia
merupakan suatu bentuk kapital (modal) sebagaimana bentuk-bentuk capital lainnya yang sangat
menentukan terhadap pertumbuhan produktivitas suatu bangsa. Melalui investasi dirinya
seseorang dapat memperluas alternative kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan hidupnya di masa yang akan datang.

Tugas :

Pendidikan sebagai sebuah Investasi

Pengertian

Pemikiran ilmiah ini baru mengambil tonggak penting pada tahun 1960-an ketika
Theodore Schultz, yang merupakan peletak dasar teori human capital modern, berpidato dengan
judul “Investment in Humman Capital” di hadapan The American Economic Association. Pesan
utama dari pidato tersebut sederhananya adalah bahwa proses perolehan pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi semata-mata, akan
tetapi juga merupakan suatu investasi. (Kaswul Anwar, 2017: 4)

Schultz (1961) dan Deninson (1962) kemudian memperlihatkan bahwa pembangunan


sektor pendidikan dengan manusia sebagai fokus intinya telah memberikan kontribusi langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan
produksi dari tenaga kerja. Cara pandang ini telah mendorong ketertarikan sejumlah ahli untuk
meneliti mengenai nilai ekonomi dari pendidikan.

Penelitian Hick (1980), Wheeler (1980), dan beberapa peneliti neoklasik lain, telah dapat
meyakinkan kembali secara ilmiah akan pentingnya manusia yang terdidik menunjang
pertumbuhan ekonomi secara langsung bahkan seluruh sektor pembangunan makro lainnya. Atas
dasar keyakinan ilmiah itulah akhirnya Bank Dunia kembali merealisasikan program bantuan
internasionalnya ke berbagai negara. Kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ini menjadi
semakin kuat setelah memperhitungkan efek interaksi antara pendidikan dan investasi fisik
lainnya. Artinya, investasi modal fisik akan berlifat ganda nilai tambahnya di kemudian hari jika
pada saat yang sama dilakukan juga investasi SDM, yang secara langsung akan menjadi pelaku
dan pengguna dalam investasi fisik tersebut. (Nurulfalik, 2004 :12).
Tujuan

Tentunya selain menghasilkan balikan secara ekonomi, investasi pendidikan memberikan


kepuasan pada sector lain. Misalnya pada tingkat sederhana memberikan citra baik bangsa di
mata global, memberikan kepuasan kepada sector industry bahkan memberikan kemampuan atas
potensinya selama menempuh jenjang pendidikan, yang saat ini berkat pendidikan, SDM unggul
memiliki kreatifitas dan menciptakan inovasi seperti start up yang secara langsung bisa dirasakan
masyarakat luas.

Factor yang mempengaruhi investasi pendidikan

Dalam sebuah investasi, pendidikan salah satunya memiliki factor pendukung yang
mempengaruhi besarnya investasi yang didapat setelah melampui jenjang yang terdapat dalam
pendidikan.

1. Faktor Demografi
Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah
penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis
kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang
didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.
Jadi bisa dikatakan factor demografi dapat mempengaruhi adanya investasi sebuah
pendidikan.
2. Faktor Geologis
Dapat diartikan bahwa cabang pengetahuan seseorang pada libngkungan tertentu akan
mempengaruhi bagaimana konsumen memilih pendidikan sebagai investasi bukan hanya
sekadar konsumsi.

Referensi

Irianto, Agus. 2017. Pendidikan sebagai Investasi dalam Pembangunan Suatu Bangsa.
Jakarta: Kencana
Anwar, Kaswul. 2017. Investasi Pendidikan (Suatu Fungsi untuk Pendidikan yang
Bermutu). Artikel
Sumara, I Ketut Anom. 2005. Investasi Pendidikan. Surat Pembaca BALI POST Edisi 17
April 2005
Nurulfalik, I. 2004. Pendidikan dan Investasi. TEROPONG Suplemen PIKIRAN
RAKYA. Bandung: Edisi 05 April 2004.

Anda mungkin juga menyukai