Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sumber daya manusia sebagai salah satu faktor produksi selain sumber daya
alam, modal, entrepreneur untuk menghasilkan output. Semakin tinggi kualitas sumber
days manuals, maka semakin meningkat pula efisiensi dan produktivitas suatu negara.
Sejarah mencatat bahwa negara yang menerapkan paradigma pembangunan berdimensi
manusia telah mampu berkembang meskipun tidak memiliki kekayaan sumber daya alam
yang berlimpah. Penekanan pada investasi manusia diyakini merupakan basis dalam
meningkatkan produktivitas faktor produksi secara total. Tanah, tenaga kerja, modal fisik
bisa saja mengalami diminishing return, namun ilmu pengetahuan tidak. Robert M.
Solow menekankan kepada peranan ilmu pengetahuan dan investasi modal sumber daya
manusia dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
Telah diketahui bahwa peningkatan mutu modal manusia tidak dapat dilakukan
dalam tempo yang singkat, namun memerlukan waktu yang panjang. Investasi modal
manusia sebenamya sama dengan investasi faktor produksi lainnya. Dalam hal ini juga
diperhitungkan rate of return (manfaatnya) dari investasi pada modal manusia. Bila
seseorang akan melakukan investasi, maka ia harus melakukan analisa biaya manfaat
(cost benefit analysis). Biayanya adalah berupa biaya yang dikeluarkan untuk bersekolah
dan opportunity cost dari bersekolah adalah penghasilan yang diterimanya bila ia tidak
bersekolah. Sedangkan manfaatnya adalah penghasilan (return) yang akan diterima di
masa depan setelah masa sekolah selesai. Diharapkan dari investasi ini manfaat yang
diperoleh jauh lebih besar daripada biayanya.
1.2. Rumusan Masalah
1) Apa pentingnya investasi SDM?
2) Bagaimana menyikapi indsutrialisasi dan transformasi teknologi?
3) Bagaimana strategi penguasaan iptek?
4) Bagaimana membangun profesionalisme dan keunggulan?
1.3. Tujuan
1) Memahami pentingnya investasi SDM
2) Dapat menyikapi indsutrialisasi dan transformasi teknologi
3) Memahami strategi penguasaan iptek
4) Memahami membangun profesionalisme dan keunggulan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya investasi Sumber daya manusia


Investasi dapat dilakukan bukan saja pada fisik, tetapi juga pada bidang non fisik.
Investasi fisik meliputi bangunan pabrik dan perumahan karyawan, mesin-mesin dan
peralatan, serta persediaan (bahan mentah, barang setengah jadi, dan barang jadi).
Investasi non fisik meliputi pendidikati, pelatihan, migrasi, pemeliharaan kesehatan dan
lapangan kerja. Investasi non fisik lebih atau lebih dikenal dengan investasi sumber daya
manusia adalah sejumlah dana yang dikeluarkan dan kesempatan memperoleh
penghasilan selama proses investasi. Penghasilan selama proses investasi ini sebagai
imbalannya dan diharapkan memperoleh tingkat penghasilan yang lebih tinggi untuk
mampu mencapai tingkat konsumsi yang lebih tinggi pula. Investasi yang demikian
disebut dengan human .capital (Payaman J. Simanjuntak, 1985). Istilah modal manusia
(human capital) ini dikenal sejak tiga puluh tahun lalu ketika Gary S. Becker, seorang
penerima Nobel di bidang ekonomi membuat sebuah buku yang berjudul Human Capital
(Becker, 1964 dalam Agus Iman Solihin, 1995). Setelah Theodore W. Schult dan
ekonom lain mulai membahas dampak investasi sumber daya manusia bagipertumbuhan
ekonomi barulah hal ini diperhatikan. Pembahasan mengenai masalah ini, hubungan
investasi sumber daya manusia dengan produktivitas mulai santer terutama setelah
munculnya Gary S. Becker dengan analisisnya mengenai Human Capital tersebut
(Warsito Jati, 2002).
Dad teori Solow ini kemudian dikembangkan teori baru pertumbuhan ekonomi
yang dikenal sebagai The New Growth Theory. (H. A. R. Tilaar, 2000) Beberapa faktor
yang menyebabkan perlunya mengembangkan tingkat pendidikan di dalam usaha untuk
membangun suatu perekonomian, adalah
1) Pendidikan yang lebih tinggi memperluas pengetahuan masyarakat dan
mempertinggi rasionalitas pemikiran mereka. Hal ini memungkinkan masyarakat
mengambil langkah yang lebih rasional dalam bertindak atau mengambil
keputusan.
2) Pendidikan memungldnkan masyarakat mempelajari pengetahuan-pengetahuan
teknis yang diperlukan untuk memimpin dan menjalankan perusahaan-perusahaan
modern dan kegiatan-kegiatan modern lainnya.

2
3) Pengetahuan yang lebih baik yang diperoleh dari pendidikan menjadi perangsang
untuk menciptakan pembaharuan-pembaharuan dalam bidang teknik, ekonomi
dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat lainnya. Dengan demikian
tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan dapat menjamin perbaikan yang terus
berlangsung dalam tingkat teknologi yang digunakan masyarakat. Menyadari
pentingnya peran pendidikan, maka dam tulisan ini akan dibahas mengenai
investasi sumber daya manusia melalui pendidikan.
Asumsi dasar teori Human Capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan
penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun sekolah
berarti, di satu pihak, meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan
seseorang, tetapi, di pihak lain, menunda penerimaan penghasilan selama satu tahun
dalam mengikuti sekolah tersebut. Di samping penundaan menerima penghasilan
tersebut, orang yang melanjutkan sekolah harus membayar biaya secara langsung. Maka
jumlah penghasilan yang diterimanya seumur hidupnya, dihitung dalam nilai sekarang
atau Net Present Value. Present Value ini dibedakan dalam dua hal, yaitu apabila
pendidikannya hanya sampai SMA atau melanjutkan kuliah di perguruan tinggi sebelum
bekerja (Bruce E. Kaufman dan Julie L. Hotchkiss, 1999).
Jadi seorang tamatan SMA akan memperoleh pendapatan dengan segera pada usia
18 atau pada usia 22 tahun sedangkan bagi tamatan perguruan tinggi, akan memilih
kuliah terlebih dahulu baik D3 atau S1 dengan harapan pada masa yang akan datang
memperoleh penghasilan yang lebih tinggi (opportunity cost).
A. Keputusan Berinvestasi
Biaya yang dikeluarkan untuk kuliah di perguruan tinggi ada dua tipe. Pertama,
biaya langsung yang dikeluarkan, meliputi biaya SPP, biaya untuk pembelian buku dan
biaya-biaya lain (termasuk biaya hidup apabila melanjutkan kuliah di luar kota atau di
luar negeri). Dari gambar tersebut biaya langsung ada di area b . Jumlah biaya langsung
tergantung pada banyak faktor misalnya apakah kuliah di universitas negeri atau swasta,
apakah memperoleh beasiswa atau tidak dan sebagainya. Tipe kedua adalah opportunity
cost jika melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Yaitu pendapatan yang hilang karena
melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Opportunity cost ini digambarkan di area a.
Jumlah pendapatan yang hilang ini tergantung apakah . bekerja secara paruh waktu (part
time) atau penuh (full time). Keuntungan yang diperoleh apabila melanjutkan kuliah di
perguruan tinggi adalah pendapatan yang tinggi di kemudian hari sesuai dengan tingkat
pendidikan yang diperolehnya. Jadi di sini ada gap pendapatan antara lulusan SMA dan

3
lulusan perguruan tinggi, dari gambar ditunjukkan oleh kurva SMA yang semakin
menurun dan berada dibawah kurva perguruan tinge. Sedangkan kurva perguruan tinggi
semakin meningkat.
B. Fungsi Investasi dalam Bidang Pendidikan
Investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis
ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya dan fungsi
kependidikan. Dalam fungsi teknis ekonomis, pendidikan dikaitkan dengan pertumbuhan
ekonomi (teori modal manusia). Orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi,
diukur dengan lamanya waktu untuk sekolah akan memiliki pekerjaan dan upah yang
lebih baik dibandingkan dengan orang yang pendidikannya lebih rendah. Apabila upah
mencerminkan produktivitas, maka semakin banyak orang yang memiliki pendidikan
tinggi, semakin tinggi produktivitas dan hasil ekonomi nasionalnya akan tumbuh lebih
tinggi (Elwin Tobing, 2005). Investasi pendidikan dalam fungsi sosial-kemanusiaan
merujuk pada kontribusi pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan
sosial pada berbagai tingkat sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual
pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan dirinya secara psikologis, sosial,
fisik dan membantu siswa mengembangkan potensinya semaksimal mungkin (Yin
Cheong Cheng dalam Nurkolis, 2002). Fungsi politis merujuk pada sumbangan
pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan sosial yang berbeda. Misalnya
pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan sikap dan
keterampilan kewarganegaraan yang positif untuk melatih warganegara yang benar dan
bertanggung jawab. Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mengerti hak dan
kewajibannya sehingga wawasan dan perilakunya semakin demokratis. Selain itu, orang
yang berpendidikan diharapkan memilikikesadaran dan tanggungjawab terhadap bangsa
dan negara lebih balk dibandinglcan dengan yang kurang berpendidikan. Fungsi budaya
merujuk pada sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya pada
tingkatan sosial yang berbeda. Pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa
untuk mengembangkan kreativitasnya, kesadaran estetis serta untuk bersosialisasi dengan
norma-norma, nilai-nilai dan keyakinan sosial yang baik. Orang yang berpendidikan
diharapkan lebih mampu menghargai atau menghormati perbedaan dan pluralitas budaya
sehingga memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap keanekaragaman budaya. Dengan
demikian semakin banyak orang yang berpendidikan diharapkan akan lebih mudah
terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya akan terjadi integrasi budaya nasional atau
regional. Fungsi kependidikan merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap

4
perkembangan dan pemeliharaan pendidikan pada tingkat sosial yang berbeda. Pada
tingkat individual pendidikan membantu siswa belajar cara belajar dan membantu guru
cara mengajar. Orang yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran untuk belajar
sepanjang hayat (life long learning), selalu merasa ketinggalan informasi, ilmu
pengetahuan serta teknologi sehingga terus terdorong untuk maju dan terus belajar.
2.2 Industrialisasi dan transformasi teknologi
Teknologi memiliki fase perkembangan dari mula hadirnya teknologi yang
membantu dalam pekerjaan manusia yang sering disebut revolusi industri. Revolusi
industri sampai saat ini terdapat empat tahap revolusi, yaitu revolusi industri ke-1 hingga
ke-4.
Pada era revolusi industri ke-1 merupakan perkembangan dengan fasilitas
produksi menggunakan tenaga air dan uap berupa alat tenun mekanis pada abad ke-18.
Awal abad ke-20 munculnya pengenalan produksi massal. Produksi massal ini
berdasarkan pembagian kerja dengan contoh lini produksi pertama di rumah potong
hewan.
Era revolusi industri ke-3 terdapat pengontrol logika terprogram pertama (PLC).
Hal ini menunjukkan penggunaan elektronik dan teknologi industri untuk otomatisasi
produksi di awal tahun 1970. Pada saat ini, ketiga era tersebut sudah jauh ditinggalkan
karena sudah memasuki revolusi industri ke-4 atau sering disebutkan Industry 4.0.
Era Industry 4.0 ini memunculkan sistem cyber-physical yang merupakan
konektivitas antara manusia, mesin dan data secara bersamaan. Menurut keterangan dari
Menperin (2018) bahwa revolusi industri ke-4 merupakan upaya transformasi dalam
intergrasi antara dunia online dengan lini produksi di industri, dimana proses produksi
berjalan dengan internet sebagai penopang utama. Revolusi industri ke4 atau Industry 4.0
ini memiliki cakupan luas dalam pengembangannya.
Menurut Liu, Yongkui dan Xu, Xun (2017) Industry 4.0 adalah istilah singkatan
dari revolusi industri keempat dengan melihat seluruh aliran siklus suatu produk, dalam
ekosistem industry 4.0 mencakup Cloud Computing, Internet of Thing (IoT), media
sosial dan lainnya. Hal ini menghubungkan orang, benda, dan sistem dalam satu jaringan
yang dinamis, terorganisasi sendiri, dalam lintas organisasi, dan waktu yang digunakan
dilakukan secara optimal (biaya, ketersediaan, dan konsumsi sumber daya). Sehingga
munculnya Cloud Manufacturing yang merupakan perkembangan dari industry 4.0
karena teknologi manufaktur dan mengikuti tingkat lanjut yang ada saat ini. Fokus
perkembangan yang ada pada di Cloud Manufacturing adalah produksi dan layanan.

5
Pada tahap perkembangan sebelum revolusi industri ke-4 yaitu revolusi ke-3
bahwa terjadi kekurangan pada model dan teknologi yang tidak dapat memenuhi dalam
kolaborasi yang meningkat dari perusahaan manufaktur. Hal ini mengakibatkan adanya
kombinasi ide dan metode Cloud dengan manufaktur yang memunculkan paradigma
manufaktur awan. Teknologi informasi adalah salah satu manfaat yang digunakan dalam
Industry 4.0 dan Cloud Manufacturing.
Menurut penelitian Liu, Yongkui dan Xu, Xun (2017) bahwa dalam
mentranformasikan industri manufaktur di masa depan memiliki potensi besar. Saat ini,
pemerintah Indonesia sedang meningkatkan perekonomian Negara dengan adanya
program yang bernama Making Indonesia 4.0. Making Indonesia 4.0 ditujukan untuk
meningkatkan keadaan perekonomian dan meningkatkan sistem yang lebih mudah
digunakan secara kolaborasi.
Ada lima sektor utama untuk memajukan perekonomian di Indonesia, yaitu
makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, elektronik dan kimia. Langkah-
langkah untuk aspirasi jangka panjang untuk kelima sektor tersebut adalah insentif
teknologi, investor road show, pendidikan vokasi, pusat inovasi, dan dukungan untuk
UMKM. Jika dukungan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) diperlukan dalam
tahapan program Making Indonesia 4.0, hal ini dapat dijangkau dalam melihat salah satu
kelima sektor tersebut yaitu tekstil dan busana. Saat ini pun, berbagai ide kreatif
konsumen yang hanya tertuang dalam pikiran maupun gambar mampu diwujudkan tanpa
kesulitan mencari tempat produksi. Revolusi industri 4.0 merupakan generasi keempat
dalam sistem digital. Menurut Liu dan Xu (2016) Cloud Manufacturing adalah sebuah
jaringan baru berupa paradigma manufaktur yang mengatur sumber daya manufaktur
melalui jaringan sesuai dengan kebutuhan dan syarat-syarat konsumen untuk
menyediakan berbagai layanan manufaktur sesuai permintaan melalui jaringan dan
platform layanan manufaktur awan. Pada saat ini, beberapa usaha mikro, kecil dan
menengah sudah melakukan pencapaian dalam meningkatkan produksinya. Salah satu
capaiannya adalah melakukan upaya dalam masuk dan mengikuti perkembangan zaman,
yaitu pada zaman era digital. Mengikuti arus zaman tidaklah mudah bagi usaha kecil dan
menengah. Hal ini dikarenakan persaingan semakin tinggi untuk memperluas usahanya.
Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan salah satu faktor yang memiliki peran
dalam perkembangan ekonomi di Indonesia.

6
2.3 Strategi penguasaan IPTEK melalui pembangunan pendidikan dan
kebudayaan.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam jangka panjang
diarahkan pada:
1. Peningkatan kualitas dan kemanfaatan iptek nasional dalam rangka mendukung
peningkatan daya saing secara global melalui peningkatan kualitas dan kuantitas
SDM lptek,
2. Reformasi kelembagaan penelitian dan pengembangan yang didukung oleh
reformasi di dalam fleksibilitas pembiayaan litbang,
3. Penguatan sistem pengakuan atas hasil temuan (royalty system, paten, HKI) dan
kualitas produk (SNI, ISO),
4. Penerapan standar mutu yang mengacu pada sistem Measurement
Standardization Testing and Quality (MSTQ), penerapan teknologi yang tepat
dalam sistem produksi, serta penerapan Total Quality Management (TQM), dan
5. Pengembangan keterkaitan fungsional sistem inovasi untuk mendorong
pelembagaannya sebagai bagian yang integral di dalam pengembangan kegiatan
usahanya.
Pengembangan iptek untuk pembangunan diarahkan pada peningkatan kualitas dan
kemanfaatan iptek nasional dalam rangka mendukung daya saing secara global. Hal itu
dilakukan melalui:
1) Peningkatan, penguasaan, dan penerapan iptek secara luas dalam sistem
produksi barang/jasa,
2) Pembangunan pusat-pusat keunggulan iptek,
3) Pengembangan lembaga penelitian yang handal,
4) Perwujudan sistem pengakuan terhadap hasil pertemuan dan hak atas kekayaan
intelektual,
5) Pengembangan dan penerapan standar mutu,
6) Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM iptek,
7) Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana iptek.
Pengembangan iptek untuk pendidikan dilakukan melalui:
1) Pembibitan talenta peneliti dan ilmuwan bidang strategi
2) Peningkatan jumlah peneliti/perekayasa di BUMN/Swasta
3) Mobilisasi SDM peneliti/perekayasa.
4) Kelembagaan, daya dukung, dan jejaring penelitian

7
5) Pengembangan kerjasama dengan lembaga Iptek International
6) Penyediaan sarana fisik (lab, peralatan, dan sarana penunjang lainnya)
7) Dukungan Kebijakan Iptek
8) Kontribusi Ilmu Sosial dalam pembangunan Iptek
2.4 Membangun profesionalisme dan keunggulan
Secara umum Profesionalisme kerja mengandung arti komitmen para profesional
terhadap profesinya. Komitmen tersebut ditunjukan dengan kebanggaan dirinya sebagai
tenaga profesional, usaha terus-menerus untuk mengembangkan kemampuan profesinya.
Perilaku utama sebagai cerminan dari penerapan nilai profesionalisme terdiri dari dua
butir indikasi positip. Butir pertama dari indikasi positip adalah “Mempunyai
pengetahuan dan keahlian yang luas”. Panduan perilaku utama untuk butir pertama ini
adalah sebagai berikut:
a. Senantiasa meningkatkan kompetensi diri
b. Bekerja sesuai dengan tugas/fungsi dan profesi/jabatannya
c. Menyelesaikan pekerjaan dengan efektif dan efisien
d. Bekerja berorientasi pada outcome (dampak) bukan hanya output (keluaran)
Butir kedua dari indikasi positip adalah “Bekerja dengan hati”. Panduan perilaku utama
untuk butir kedua ini adalah sebagai berikut:
1. Terbuka atas pendapat atau masukan dari pihak lain
2. Senantiasa menujukkan antusiasme dan semangat bekerja yang tinggi
3. Berpikir, bertindak positif serta tulus ikhlas dalam menyelesaikan pekerjaan
Adapun indikasi negatip dari nilai profesionalisme adalah:
1. Melakukan pekerjaan tanpa perencanaan yang matang
2. Melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan tugas dan fungsi
3. Malas dalam bekerja
4. Melakukan pekerjaan dengan hasil yang tidak sesuai dengan standar

8
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Investasi dapat dilakukan bukan saja pada fisik, tetapi juga pada bidang non fisik.
seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Setiap
tambahan satu tahun sekolah berarti, di satu pihak, meningkatkan kemampuan kerja dan
tingkat penghasilan seseorang.
Revolusi industri sampai saat ini terdapat empat tahap revolusi, yaitu revolusi
industri ke-1 hingga ke-4. Era Industry 4.0 ini memunculkan sistem cyber-physical yang
merupakan konektivitas antara manusia, mesin dan data secara bersamaan.
Pengembangan iptek untuk pembangunan diarahkan pada peningkatan kualitas
dan kemanfaatan iptek nasional dalam rangka mendukung daya saing secara global.
Profesionalisme kerja mengandung arti komitmen para profesional terhadap
profesinya. Komitmen tersebut ditunjukan dengan kebanggaan dirinya sebagai tenaga
profesional, usaha terus-menerus untuk mengembangkan kemampuan profesinya.
3.2. Saran
Makalah sederhana ini disusun untuk menyiapkan calon guru yang berkompeten
dan profesional di bidangnya. Oleh karena itu, kita harus membaca dan mempelajarinya
dari berbagai sumber dan salah satu sumber dari makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agus Iman Solihin. 1995. Investasi Modal Manusia Melalui Pendidikan : Pentingnya
Peran Pemerintah. Mini Economica 23, Jakarta, Him. : 6 — 20

http://kopertis3.or.id/v5/wp-content/uploads/Pembangunan-Iptek-dan-Pendidikan-
Tinggi.pdf

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/14899/MEMBANGUN-BUDAYA-
PROFESIONALISME.html

1.

10

Anda mungkin juga menyukai