Yang Dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Tri Atmaji S., M.Pd.
Oleh :
S1 PTE 16 OFF A
FAKULTAS TEKNIK
MARET 2018
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang ditandai
dengan gencarnya inovasi teknologi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem
pendidikan yang selaras dengan tuntutan dunia kerja. Pendidikan harus mencerminkan
proses memanusiakan manusia dalam arti mengaktualisasikan semua potensi yang
dimilikinya menjadi kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat luas. Hari Sudrajat (2003) mengemukakan bahwa: “Muara dari suatu proses
pendidikan, apakah itu pendidikan yang bersifat akademik ataupun pendidikan kejuruan
adalah dunia kerja, baik sektor formal maupun sektor non formal”. Tingkat keberhasilan
pembangunan nasional Indonesia di segala bidang akan sangat bergantung pada sumber
daya manusia sebagai aset bangsa dalam mengoptimalkan dan memaksimalkan
perkembangan seluruh sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya tersebut dapat
dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun
jalur pendidikan non formal. Salah satu lembaga pada jalur pendidikan formal yang
menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja, diantaranya melalui
jalur pendidikan kejuruan.
Dari uraian latar belakang di atas, ada beberapa rumusan masalah yang akan di bahas pada
bab selanjutnya, yaitu :
1.3. Tujuan
PEMBAHASAN
Pendidikan kejuruan dipengaruhi oleh beberapa aliran filsafat. Putu Sudira (2016:
26-28) menyatakan bahwa filosofi pragmatisme adalah filosofi yang palingsesuai
diterapkan dalam TVET masa depan (Miller & Gregson, 1999; Rojewski: 2009). Filosofi
pragmatisme mendudukan TVET sebagai pendidikan yang bertujuan memenuhi kebutuhan
individu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam kehidupan modern TVET tidak
sekadar memenuhi kebutuhan ekonomi, tetapi kebutuhan bersosialisasi, mengekspresikan
diri dan kebahagiaan spriritual juga harus dipenuhi. Pembelajaran dalam filosofi
pragmatisme dikonstruksi berdasarkan pengetahuan sebelumnya. Pengalaman yang telah
dimiliki digunakan untuk merespon dan mengantisipasi isu-isu perubahan dunia kerja.
Karakteristik dasarnya adalah menekankan pada kemampuan pemecahan masalah dan
berpikir orde tinggi.Pragmatisme bersifat antisipasif terhadap perubahan-perubahan
pendidikan abad 21.
Filosofi esensialisme memiliki keterkaitan dengan pendidikan teknologi dan
kejuruan. Filosofi esensialisme mengarahkan tujuan pokok TVET untuk memenuhi
kebutuhan pasar tenaga kerja. Filosofi esensialisme mendudukan TVET dalam kaitannya
dengan efisiensi sosial. Kurikulum dan pembelajaran dikembangkan berdasarkan
kebutuhan bisnis dunia usaha dan industri. Teori Human Capital meneguhkan manusia
sebagai modal utama pembangunan sehingga harus dididik dan dilatih agar mampu
berkompetisi dalam pasar kerja. TVET dianggap berhasil bila nilai baliknya melebihi nilai
investasi yang dikeluarkan, jika tidak maka dianggap gagal. Aliran esensialisme
memisahkan antara sistem pendidikan akademik dan vokasional. Di Indonesia KKNI
memisahkan pendidikan akademik dan vokasional (Putu Sudira, 2016: 28).
Terkaitdenganlandasansosiologisini, garapanpendidikansecaranyatamerupakan
proses sosialisasiantarwargamelaluiinteraksiinsanimenujumasyarakat yang berbudaya.
Dalamkonteksinilahpesertadidikdihadapkandenganbudayamanusia.
Iadibinadandikembangkansesuaidengannilaibudaya yang dianutnya,
sertadipupukdandikembangkansesuaidengankemampuandirinya agar
menjadisosokmanusia yang berbudayasesuaidenganacuan format budayabangsa yang
dianutnya.
Sebagai makhluk Tuhan, manusia mendapatkan anugrah yang baik dengan cara
berpikirnya melalui otak yang dimiliki. Neuroscience adalah pembelajaran yang
berlandaskan pada kemampuan otak manusia yang didesain secara alamiah untuk dapat
belajar hal-hal yang baik bagi otak, selain itu manusia juga dapat membedakan hal-hal
mana yang dianggap baik dan tidak. Otak dibagi menjadi dua bagian yaitu otak kanan dan
otak kiri, kedua bagian ini mempunyai fungsi masing-masing.
Penggunaan Fungsi Otak dan Gaya Pemikiran yang distimulasikan:
Kiri Kanan
Logis Konseptual
Analistis Idialitas
Realitas Visionari
Faktual Emosional
Prosedural Humanistis
Praktis Intuitif
Organisatoris Spiritual
Seperti pada biasanya, pada setiap dasar atau landasan pendidikan mempunyai
kelebihan dan kelemahan, begitu juga dengan landasan neuroscience. Kelebihan yang
dimiliki oleh landasan neuroscience adalah teori ini mendukung siswa mencapai apa yang
akan ia inginkan sesuai pada kemampuan kerja otaknya tetapi juga didampingi oleh guru
sebagai pengubah keberhasilan siswa, karena guru akan memberikan dorongan supaya
memberikan suatu pemikiran baru untuk otak dapat bekerja dengan baik.sedangkan untuk
kelemahannya yaitu sebagian besar pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada aspek
kognitif atau intelektualnya saja dan yang berkembang hanya otak bagian kiri saja
sehingga untuk dapat mengembangkan kemampuan otak bagian kanan masih kurang,
selain itu guru juga tidak semuanya sepaham dengan teori-teori yang dipelajari dan
diinginkan oleh siswa, sehingga terkadang susah untuk siswa mencapai tujuan yang ingin
dicapai. Kemudian yang perlu untuk lebih dipahami lagi adalah, setiap manusia
mempunyai kemampuan otak yang berbeda-beda tergantung bagaimana ia berusaha untuk
lebih baik yaitu dengan belajar.
2.3 LANDASAN TEKNOLOGIS
Merupakanpembelajaran yang
menggunakanberbagaikemampuanberpikirdaripesertadidiksecaraindividumaupunkelompok
sertalingkungannyatauntukmengatasipermasalahansehinggabermakna,
relevan,dankontekstual (Tan Onn Seng, 2000).
Tujuan PBL adalahuntukmeningkatkankemampuandalammenerapkankonsep-konseppadapermasalah
a. Sintak model Problem Based Learningdari Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley,
2003:3) terdiriatas:
1) Mengidentifikasimasalah;
2) Menetapkanmasalahmelaluiberpikirtentangmasalahdanmenyeleksiinformasi-informasi
yang relevan;
3) Mengembangkansolusimelaluipengidentifikasianalternatif-alternatif, tukar-
pikirandanmengecekperbedaanpandang;
4) Melakukantindakanstrategis, dan
5) Melihatulangdanmengevaluasipengaruh-pengaruhdarisolusi yang dilakukan.
Pendidikan kejuruan merupakan salah satu lembaga pembentuk sumber daya manusia.
Adanya arus industri berbasis pengetahuan berdampak pada pemenuhan tenaga kerja yang
memiliki skill motorik dan kemampuan berpikir tinggat tinggi. Tuntutan essential skill
abad 21 akibat dampak dari perkembangan industri berbasis pengetahuan berimplikasi
pada perubahan strategi / program pembelajaran pendidikan kejuruan. Pendidikan
kejuruan bertanggungjawab langsung pada pemenuhan kebutuhan tenaga kerja
industri. Oleh karena itu, pendidikan kejuruan harus menyiapkan skill peserta didik
sesuai tuntutan industri.Beberapa alternatif Program pembelajaran yang dapat
digunakan dijabarkan berikut ini :
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR RUJUKAN
Putu Sudira (2012). Filosofi dan teori pendidikan vokasi dan kejuruan. Yogyakarta:
UNYPress.
Putu Sudira. (2006). Pembelajaran di SMK. Jakarta: Depdiknas.