Anda di halaman 1dari 11

BAB I

MOTIVASI

A. Hakekat dan Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Slavin (2011,99) secara sederhana mengartikan bahwa motivasi adalah


sesuatu yang menyebabkan Anda melangkah, membuat Anada tetap melangkah, dan
menentukan kemana Anda mencoba melangkah. Dengan kata lain motivasi adalah proses
internal yang mengaktifkan, menuntun dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu.

Motivasi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah dorongan yang timbul
pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu;

Menurut santrock (2015:510) motivasi adalah proses yang memberi semangat , arah
dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh
energi, terarah dan bertahan lama.

Sementara berdasarkan Kompri (2016:3) motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan


(energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam
melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam individu itu sendiri (motivasi
instrik) dan motivasi dari luar individu (motivasi ekstrinsik). .

Ada banyak hal yang memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu di dalam
hidupnya. Namun, secara umum ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik

1. Motif ekstrinsik
Santrock (2015:514) mendefinisikan motif ekstrinsik sebagai segala sesuatu untuk
mendapatkan sesuatu yang lain. Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif
eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar keras
menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Perpektif behavioral menekankan
arti penting dari motivasi ekstrinsik dalam prestasi ini.

1
2. Motif intrinsik
Pendekatan kognitif dan humanistis lebih menekankan pada arti penting motivasi
instrinsik dalam prestasi. Santrock (2015:514) menyatakan bahwa motivasi intrinsic
adalah omtivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu
sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada
mata pelajaran yang diujikan itu.

B. Teori Motivasi
Karena motivasi merupakan kekuatan yang memberi energi, dorongan dan mengarahkan
perilaku ke tujuan, maka perlu diperhatikan teori-teori di dalam belajar yang melatari sebuah
motivasi. Karena belajar dan motivasi adalah saling terkait di mana seseorang tidak dapat
benar-benar memahami pelajaran tanpa mempertimbangkan motivasi.

1. Teori Behaviorial
Berdasarkan perspektif behavioral terhadap motivasi menurut Santrock (2015:511)
menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi
murid. Slavin (2011) menyatakan bahwa konsep motivasi berkaitan erat dengan prinsip
bahwa perilaku yang telah dikuatkan pada masa lalu lebih mungkin diulangi daripada
perilaku yang belum dikuatkan atau yang telah dihukum. Namun salah satu alasan
mengapa sejarah penguatan merupakan penjelasan yang tidak memadai tentang motivasi
ialah bahwa motivasi manusia adalah sesuatu yang sangat rumit dan terikat pada konteks.
Dalam binatang misalnya, dalam kondisi sangat lapar kita dapat memprediksi bahwa
makanan akan menjadi sarana penguatan efektif. Sementara manusia, bahkan orang lapar
pun, kita tidak dapat yakin apa yang menjadi sarana penguatan dan apa yang tidak,
karena nilai yang memperkuat kebanyakan potensi sarana penguatan sebagian besar
ditentukan oleh faktor pribadi atau situasi. Hal ini berkaitan dengan penentuan nilai
insentif, dimana insentif menurut Santrock (2015:511) adalah peristiwa atau stimuli
positif atau negative yang dapat memotivasi perilaku murid. Nilai motivasi suatu insentif
tidak dapat diasumsikan, karena hal itu dapat bergantung pada banyak factor.insentif
yang dipakai guru di kelas antara lain nilai yang baik, yang memberikan indikasi tentang

2
kualitas pekerjaan murid, dan tanda bintang atau pujian jika mereka menyelesaikan suatu
tugas yang baik.

2. Teori Humanistik
Sementara behavior lebih menekankan imbalan, untuk humanistis sendiri lebih kepada
kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib
mereka serta kualitas positif yang berarti peka terhadap orang lain. Slavin (2011:102)
menyatakan bahwa motivasi dapat dianggap sebagai dorongan untuk memuaska
kebutuhan, seperti kebutuhan akan pangan, perumahan, cinta, dan pemeliharaan harga
diri yang positif. Maslow dalam Slavin (2011) mengusulkan hierarki kebutuhan seperti
diilustrasikan berikut ini.

Gambar. Hierarki Maslow


Salah satu konsep penting yang diperkenalkan Maslow ialah perbedaan antara kebutuhan
defisiensi (deficiency needs) dan kebutuhan pertumbuhan (growth needs). Dalam
kebutuhan defisiensi yang berupa fisiologi, keselamatan, cinta, dan harga diri merupakan
kebutuhan yang penting bagi kesejahteraan fisik dan psikologis; kebutuhan ini harus
dipuaskan, tetapi begitu sudah terpuaskan, motivasi orang untuk memuaskannya hilang.
Sebaliknya, kebutuhan pertumbuhan, seperti kebutuhan untuk mengetahui dan
memahami sesuatu, menghargai keindahan, atau bertumbuh dan berkembang dengan

3
dihargai orang lain, tidak pernah dapat terpuaskan seluruhnya. Bahkan, makin sanggup
orang memenuhi kebutuhan mereka untuk mengetahui dan memahami dunia di sekeliling
mereka, motivasi mereka mungkin akan menajdi makin besar untuk memelajari lebih
banyak lagi.
Dalam hierarki Maslow, aktualisasi diri (self-actualization) merupakan kebutuhan
tertinggi dan sulit karena menurut Maslow dalam Slavin (2011:103) didefinisikan sebagai
“keinginan menjadi apa pun yang sanggup diraih seseorang”. Aktualisasi diri dicirikan
oleh penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain, spontanitas, keterbukaan, hubungan
yang relative mendalam tetapi demokratis dengan orang lain, kreativitas, humor, dan
kebebasan pada dasarnya (kesehatan psikologis).

3. Teori Kognitif
Behavior lebih menekankan kepada motivasi sementara berdasarkan perspektif kognitif
menyatakan bahwa pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Dimana dalam
persepktif kognitif merekomendasikan agar murid diberi lebih banyak kesempatan dan
tanggung jawab untuk mengontrol hasil prestasi mereka sendiri. R.W.White dalam
Santrock menyatakan bahwa perspektif kognitif dalam motivasi yakni ide bahwa orang
termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia
mereka, dan memproses informasi secara efisien inilah yang dikenal sebagai konsep
motivasi kompetensi.

C. Cara atau Strategi dalam membangkitkan motivasi dan implementasinya terhadap


dunia pendidikan/pembelajaran.

Pada motivasi intrinsik diketahui ternyata dengan meningkatnya motivasi ini selalu
membantu bagi pembelajaran, tanpa peduli apakah insentif ekstrinsik juga digunakan atau
tidak ini berdasarkan Covington, dkk dalam Slavin (2011:124). Insentif sendiri memiliki
pengertian, dimana sebenarnya ada tujuan tersendiri yang memotivasi perilaku sebab ciri
yang dimiliki, objek tujuan akan mendorong perilaku ke arah dari tujuan tersebut dan ada
hubungan perilaku dengan sikap. Menurut Hariandja dikutip oleh Nia Lisniawati dalam
jurnalnya Pengaruh Pemberian Harapan dan Insentif Terhadap Motivasi Belajar Siswa
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia menyatakan bahwa yang dimaksud dengan insentif

4
adalah salah satu jenis penghargaan yang dikaitkan dengan prestasi belajar. semakin tinggi
prestasi belajar semakin besar pula insentif yang diterima. Beberapa objek tujuan yang
kemudian memotivasi perilaku dan ini disebut dengan insentif. Insentif sendiri tidaklah
terukur atau terwujud yang juga digunakan dengan insentif instrinsik. Sedangkan untuk
insentif terukur atau berwujud disebut dengan insentif ekstrinsik. Terkadang satu jenis
insentif ekstrinsik bisa digantikan dengan insentif instrinsik. Contohnya, pertimbangan
sesorang yang ingin menjadi dokter dimana awalnya seseorang ingin menjadi dokter
mungkin dilakukan karena ia senang menolog orang lain yakni motivasi instrinsik.
Sedangkan alasan lain menjadi dokter mungkin akan berubah menjadi udang yakni motivasi
ekstrinsik. Hal ini mengartikan bahwa siswa harus dapat dibuat menarik terhadap materi
yang sedang di ajarkan. Berdasarkan hal tersebut beberapa hal sebagai berikut diperlukan
dalam peningkatan motivasi intrinsik ini.

1. Membangkitkan Ketertarikan
Menurut Bergin dan Tomlinson dalam Slavin (2011:124) menyatakan bahwa penting
meyakinkan siswa tentang pentingnya dan kadar daya tarik bahan yang akan disajikan,
untuk memperlihatkan betapa pengetahuan yang akan diperoleh akan bermanfaat bagi
siswa. Pengenalan pelajaran dengan contoh yang menghubungkan bahan ajar ke budaya
siswa dapat sangat efektif. Cara lain menigkatkan daya tarik intrinsik siswa menurut
Cordova Lepper dan Stipek dalam Slavin (2011:124) ialah memberi mereka pilihan
tentang apa yang akan mereka pelajari atau cara mereka mempelajarinya. Pilihan tidak
perlu tidak terbatas untuk membangkitkan motivasi. Misalnya, siswa dapat diberi pilihan
menulis tentang Athena atau Sparta kuno, atau pilihan bekerja sendiri atau berpasangan.

2. Mempertahankan Keingintahuan
Botge dalam Slavin (2011:125) menyatakan bahwa dengan kurang dramatis,
mengejutkan, atau menantang siswa yang menghadapi masalah yang tidak dapat mereka
selesaikan dengan pengetahuan mereka saat ini dapat timbul keingintahuannya dank
arena itu juga motivasi intrinsik. Penggiringan siswa ke pola yang sudah dikenal dan
kemudian mendobrak pola tersebut menggairahkan dan melibatkan seluruh kelas, yang
membuat mereka mempertanyakan pertanyaan mereka jauh lebih efektif daripada yang
mungkin terjadi dengan hanya mengajarkan materi sejak awal. Unsur kejutan, yang

5
menantang pemahaman siswa saat ini, membuat mereka sangat ingin tahu tentang
persoalan yang tidak pernah mereka pertimbangkan sebelumnya.

3. Menggunakan Berbagai Cara Penyajian Yang Menarik


Slavin (2011:125) menyatakan bahwa salah satu sarana yang sangat baik untuk
meningkatkan ketertarikan terhadap suatu mata pelajaran ialah menggunakan permainan
atau simulasi. Keunggulan simulasi bahwa hal itu dapat memungkinkan siswa belajar
tentang suatu pokok persoalan dari dalam. Meskipun menurut VanSickel melakukan
simulasi tidak lebih efektif dari pengajaran secara tradisional, namun menurut Dukes and
Seidner dalam Slavin (2011:126) menemukan bahwa ternyata simulasi mampu
meningkatkan ketertarikan. Motivasi, dan pembelajaran afeksi siswa. Permainan non
simulasi juga dapat meningkatkan motivasi untuk memelajari pokok persoalan
tertentu.perlombaan mengeja adalah perlombaan non simulasi yang paling terkenal.

4. Membantu Siswa Menentukan Sasaran Mereka Sendiri


Ryan dan Deci dalam Slavin (2011:126) menyatakan bahwa sal satu prinsip mendasar
motivasi adalah bahwa orang bekerja lebih keras demi sasaran yang mereka tentukan
sendiri daripada sasaran yang ditentukan orang lain bagi mereka. Strategi penentuan
sasaran semacam ini telah terbukti meningkatkan kinerja akademis dan daya hasil pribadi
siswa berdasarkan penelitian pagevoth & Graham serta Shih & Alexander dalam Slavin
(2011:127).

Sementara terdapat kenyataan bahwa tidak semua mata pelajaran menarik secara
instrinsik bagi semua siswa, dan siswa harus termotivasi untuk melakukan kerja keras yang
diperlukan untuk menguasai mata pelajaran yang sulit. Dalam hal ini perlu diperhatikan
insentif ekstrinsik untuk belajar. dalam jurnalnya Nia Lisniawati menemukan bahwa
keberadaan guru atau pengajar merupakan salah satu hal yang memberikan pengaruh
terhadap motivasi belajar siswa. Dalam jurnal tersebut dikemukakan bahwa dalam pelajaran
bahasa Indonesia di kelas X MAN Cijantung Ciamis siswa terlihat pasif dan kurang nyaman
dalam menerima pelajaran, ternayat hal tersebut dikarenakan keberadaan guru yang
mendominasi kegiatan pembelajaran dan seringnya siswa menerima hukuman. Padahal ada
salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memotivasi belajar siswa yaitu dengan

6
pemberian harapan dan insentif dari guru kepada siswa. Dalam hal ini Wina Sanjaya (
2006:163) menyatakan bahwa keterampilan dalam memberikan harapan dan insentif dalam
memberikan harapan dan insentif adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan
informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responnyayang diberikan sebagai
suatu dorongan atau koreksi.

Berikut akan dibahas berbagai insentif yang dapat membantu memotivasi siswa untuk
memelajarai bahan akademis:

1. Mengungkapkan Harapan yang jelas


Anderson, Brukaber, Alleman Brooks & Duffy, serta Brophy dalam Slavin (2011:127)
menyatakan seringnya kegagalan siswa dalam tugas tertentu berasal dari kebingungan
tentang apa yang diminta untuk mereka lakukan. Siswa perlu mengetahui dengan tepat
apa permintaan yang perlu mereka lakukan, bagaimana mereka dievaluasi dan apa saja
nanti konsekuensi keberhasilannya.

2. Memberikan Umpan Balik yang jelas


Umpan balik dapat berperan sebagai insentif, hal ini senada dengan pendapat Gibbons,
Duffin, Robertson, dan Thompson dalam Slavin (2011:128) mengenai riset tentang
umpan balik menemukan bahwa pemberian informasi tentang hasil tindakan seseorang
dapat menjadi imbalan yang memadai dalam beberapa keadaan. Kulhavy & Stock dalam
Slavin (2011:128) menyatakan bahwa umpan balik yang spesifik akan sarat dengan
informasi maupun motivasi. Karena dengan umpan balik tersebut memberitahukan
kepada siswa apa yang mereka harus kerjakan dengan benar, sehingga mereka akan tahu
apa yang harus mereka kerjakan pada masa mendatang, dan membantu memberi mereka
atribusi keberhasilan yang berbasis upaya (“Anda Berhasil karena Anda bekerja keras”).
Sebaliknya, jika siswa dipuji atau memperoleh nilai yang baik tanpa penjelasan apapun,
mereka tidak mungkin memelajari dari umpan balik tersebut apa yang harus dikerjakan
lain kali agar berhasil dan dapat saja membentuk atribusi kemampuan (saya berhasil
karena saya cerdas”) atau atribusi eksternal (“saya pasti berhasil karena guru menyukai
saya,tugas tersebut mudah, atau saya bernasib baik”).

7
3. Memberikan Umpan Balik segera
Dalam hal ini jika siswa menyelesaikan proyek pada hari Senin dan tidak menerima
sedikit pun umpan balik tentang hal itu hingga hari Jumat, nilai informasi dan motivasi
umpan balik tersebut akan berkurang. Bisa saja sepanjang minggu mereka melakukan
kesalahan serupa tentang bahan terkait yang dapat saja telah terhindarkan oleh umpan
balik tentang kinerja tersebut. Kemudian penundaan yang lama antara perilaku dan
konsekuensi membingungkan hubungan antara keduanya.

4. Memberikan Umpan Balik dengan sering


Slavin (2011:129) dalam riset tradisi teori pembelajaran perilaku telah membuktikan
bahwa, tidak peduli seberapa ampuh suatu imbalan, hal itu mungkin saja hanya
mempunyai sedikit dampak pada perilaku jika hal itu tidak sering diberikan; imbalan
kecil yang sering diberikan merupan insentif yang lebih efektif daripada imbalan besar
yang tidak sering diberikan.

5. Meningkatkan Nilai dan Ketersediaan Sarana Motivasi Ekstrinsik


Wigfield & Eccles dalam Slavin (2011:129) menyatakan bahwa motivasi adalah produk
dari nilai yang dilekatkan seseorang ke keberhasilan dan perkiraan seseorang tentang
kemungkinan berhasil. Implikasinya salah satunya menunjukkan bahwa siswa harus
menghargai insentif yang digunakan untuk memotivasi mereka. Beberapa siswa sangat
tidak tertarik dengan pujian guru atau nilai tetapi mungkin menghargai catatan yang
dikirimkan ke rumah orang tua mereka, sedikit waktu istirahat tambahan, atau hak
istimewa di ruang kelas.

6. Menggunakan Pujian dengan Efektif


Brophy dan Evans dalam Slavi (2011:132) menyatakan bahwa secara keseluruhan, sering
menggunakan pujian adalah gagasan yang baik, khususnya terhadap anak yang masih
muda dan di ruang kelas yang mempunyai banyak siswa yang berpencapaian rendah.
Namun, yang lebih penting daripada jumlah pujian yang diberikan ialah bagaimana cara
memberikan pujian tersebut. Pujian bersyarat (contingent praise) bergantung pada kinerja
iswa dalam perilaku yang telah ditetapkan dengan baik. Misalnya, jika guru mengatakan,

8
“Saya ingin Anda semua membuka buku Anda pada halaman sembilanpuluh Sembilan
dan mengerjakan soal satu hingga sepuluh”, pujian hanya akan diberikan kepada siswa
yang mengikuti pengarahan. Pujian hendaknya diberikan hanya atas jawaban yang benar
dan perilaku yang tepat.

7. Mengajari Siswa Memuji Diri Sendiri


Dengan siswa belajar dalam pikiran dengan memberikan sugesti kepada diri sendiri
melalui tepukan di punggung ketika mereka menyelesaikan suatu tugas atau berhenti
pada selang waktu yang teratur untuk memperhatikan beberapa banyak soal yang telah
mereka kerjakan menunjukkan bukti bahwa siswa dapat belajar memuji diri sendiri dan
hal itu dapat meningkatkan keberhasilan akademis mereka.

9
BAB II

GLOSSARY

Perspektif : konteks sistem dan persepsi visual adalah cara bagaimana objek terlihat pada
mata manusia berdasarkan sifat spasial, atau dimensinya dan posisi mata
relative terhadap objek

Afeksi : kasih sayang atau affection secara harfiah merupakan semacam status kejiwaan
yang disebabkan oleh pengaruh eksternal.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://kbbi.web.id/motivasi

Santrock, John W. (2015). Psikologi Pendidikan, terjemahan Tri Wibowo B.S. Jakarta: Penerbit
Kencana.

Slavin, Rober E (2011). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, terjemahan Drs Marianto
Samosir, S.H. Jakarta: Permata Puri Media

Wina, Sanjaya (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Lisniawati, Nia. (2017). Pengaruh Pemberian Harapan dan Insentif Terhadap Motivasi Belajar
Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. E-jurnal literasi volume I Nomor I April
2017. https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/literasi/article/download/83/78 (Diakses 14 Mei
2019)

11

Anda mungkin juga menyukai