Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN MOTIF DAN MOTIVASI

Motif merupakan pendorong internal dalam seseorang untuk melakukan aktivitas


tertentu guna mencapai tujuan khusus. Seperti yang dijelaskan oleh Sartain, motif
adalah sebuah pernyataan kompleks dalam diri suatu organisme yang mengarahkan
perilaku ke arah tujuan atau rangsangan tertentu. Dalam konteks motif dan motivasi,
diperlukan indikator-indikator sebagai petunjuk untuk mengukur motivasi dan motif.
Abin Syamsuddin mengidentifikasi beberapa indikator motif sebagai berikut:

a. Penggunaan waktu dalam suatu kegiatan.


b. Frekuensi pelaksanaan kegiatan.
c. Ketetapan pada tujuan kegiatan.
d. Pengabdian dan pengorbanan dalam mencapai tujuan.
e. Ketabahan dan tekad dalam mengatasi rintangan.
f. Tingkatan aspirasi yang ingin dicapai melalui kegiatan.
g. Kualifikasi dari prestasi, produk, atau output kegiatan.
h. Sikap terhadap sasaran kegiatan.

Terkait dengan pengertian motivasi, motivasi berasal dari kata Inggris "motivation,"
yang merujuk pada dorongan, pengalasan, dan merangsang. Kata kerjanya, "to
motivate," berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Oleh karena itu,
motivasi adalah dorongan internal dalam diri seseorang untuk memperbaiki perilaku
dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Santrock menyebutkan bahwa motivasi
adalah proses yang memberikan semangat, arahan, dan ketekunan pada perilaku.
Dengan kata lain, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh semangat,
terarah, dan berkesinambungan.

Dalam kesesuaian dengan konsep tersebut, Ormrod menyatakan bahwa motivasi


adalah sesuatu yang memberikan tenaga, mengarahkan, dan mempertahankan
perilaku. Mc. Donald, yang dikutip oleh Sardirman, menggambarkan motivasi sebagai
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh timbulnya perasaan
(feeling) dan didahului oleh tanggapan terhadap tujuan yang ada. Konsep yang
dikemukakan oleh Mc. Donald ini mencakup tiga aspek kunci:

1. Motivasi merupakan awal dari perubahan energi pada individu.


2. Motivasi ditandai oleh munculnya perasaan atau afeksi individu, yang relevan
dengan aspek-aspek psikologis seperti emosi dan kejiwaan yang mempengaruhi
perilaku.
3. Motivasi dipicu oleh adanya tujuan sebagai respons terhadap suatu tindakan.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah upaya yang
disadari untuk memotivasi, mengarahkan, dan menjaga perilaku seseorang agar
mereka termotivasi untuk bertindak guna mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Motivasi merupakan proses psikologis yang mencerminkan sikap, kebutuhan,
persepsi, dan keputusan yang ada dalam diri seseorang. Motivasi bisa bersifat
intrinsik, yaitu timbul dari dalam individu tanpa rangsangan eksternal, atau bersifat
ekstrinsik, yaitu dipicu oleh faktor-faktor eksternal. Faktor intrinsik lebih kuat
daripada faktor ekstrinsik, sehingga pendidikan harus berusaha membangkitkan
motivasi intrinsik dengan mengembangkan minat individu terhadap bidang studi
yang relevan. Sebagai contoh, memberikan sasaran yang jelas pada awal
pembelajaran dapat memotivasi individu untuk mencapai kesuksesan dalam
mencapai tujuan tersebut, yang akhirnya dapat membentuk teori motivasi dalam
konteks pembelajaran.

2.2 MACAM-MACAM MOTIF


Motif dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis utama:

1. Motif biogenetis, yang berhubungan dengan kebutuhan dasar organisme untuk


kelangsungan hidup, seperti makanan, minuman, istirahat, pernapasan, dan
seksualitas.

2. Motif sosiogenetis, yang berkembang dari pengaruh lingkungan kebudayaan


tempat individu tersebut tinggal. Motif ini tidak muncul secara alami tetapi
dipengaruhi oleh budaya setempat, seperti minat dalam musik atau makanan
tertentu.

3. Motif teologis, yang melibatkan hubungan antara manusia dan kepercayaannya


kepada Tuhan. Ini mencakup tindakan ibadah sehari-hari dan upaya untuk mematuhi
norma-norma agama.

Dalam konteks sumber dan proses perkembangan motif, sering kali digunakan
berbagai istilah yang dapat membingungkan. Untuk keperluan studi psikologis, istilah-
istilah ini telah dikelompokkan sebagai berikut:

● Motif primer atau motif dasar mengacu pada motif yang tidak dipelajari dan sering
disebut sebagai "dorongan." Motif ini dibagi lagi menjadi:
a. Dorongan fisiologis, yang berasal dari kebutuhan organik seperti makanan,
minuman, pernapasan, seks, kegiatan, dan istirahat, yang harus dipenuhi untuk
menjaga keseimbangan fisik.
b. Dorongan umum dan motif darurat, yang termasuk rasa takut, kasih sayang,
keinginan untuk beraktivitas, kekaguman, dan rasa ingin tahu dalam respons
terhadap rangsangan eksternal. Ini melibatkan dorongan untuk melarikan diri,
berperang, berusaha, dan mengejar dalam upaya mempertahankan diri.
Motif-motif yang termasuk dalam kategori primer cenderung terjadi secara alami dan
instinktif.
● Motif sekunder adalah motif-motif yang berkembang dalam diri individu sebagai
akibat pengalaman dan pembelajaran, seperti ketakutan yang dipelajari, keinginan
untuk diterima dan dihargai, konformitas, afiliasi, persetujuan, status, rasa aman,
eksplorasi, manipulasi, minat, maksud, aspirasi, dan motivasi untuk berprestasi.

2.3 TEORI MOTIVASI


●Teori motivasi abraham maslow (1943-1970)
Sementara itu, dalam teori motivasi Abraham Maslow, ia mengemukakan bahwa
semua manusia memiliki kebutuhan dasar yang terdiri dari lima tingkatan yang
membentuk piramida. Individu dimulai dengan memenuhi kebutuhan di tingkatan
terbawah sebelum bergerak ke tingkatan yang lebih tinggi. Ini dikenal sebagai Hirarki
Kebutuhan Maslow, yang dimulai dari kebutuhan biologis dasar dan hanya setelah
kebutuhan-kebutuhan ini terpenuhi, motif-motif psikologis yang lebih kompleks
menjadi penting. Kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi biasanya hanya muncul
setelah sebagian kebutuhan di tingkat yang lebih rendah telah terpenuhi.

Abraham Maslow mengidentifikasi lima tingkat kebutuhan yang membentuk


tingkatan prioritas dalam kehidupan manusia:
a. Kebutuhan fisiologis, seperti rasa lapar dan haus.
b. Kebutuhan rasa aman, yang melibatkan perasaan aman dan terlindung dari
bahaya.
c. Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, termasuk keinginan untuk memiliki
hubungan dan diterima oleh orang lain.
d. Kebutuhan akan penghargaan, seperti mencapai prestasi, merasa kompeten, dan
mendapatkan dukungan serta pengakuan.
e. Kebutuhan aktualisasi diri, yang mencakup kepuasan dalam pemahaman,
eksplorasi, estetika, dan pemahaman potensi diri.

Pemenuhan kebutuhan dasar, seperti makanan dan rasa aman, akan menjadi
prioritas utama jika sulit diperoleh. Hal ini akan mengesampingkan motif-motif yang
lebih tinggi. Hanya saat kebutuhan dasar terpenuhi dengan baik, individu akan
memiliki waktu dan energi untuk mengejar minat estetika dan intelektual.

● Teori Motivasi Douglas McGregor mengajukan dua perspektif tentang manusia,


yakni Teori X (negatif) dan Teori Y (positif). Berdasarkan Teori X, terdapat empat
asumsi yang menjadi pandangan manajer:
a. Karyawan pada dasarnya tidak memiliki minat terhadap pekerjaan.
b. Untuk mencapai tujuan, karyawan perlu diawasi atau diancam dengan hukuman
jika mereka tidak menyukai pekerjaan.
c. Karyawan akan cenderung menghindari tanggung jawab.
d. Bagi sebagian besar karyawan, keamanan dalam pekerjaan lebih penting daripada
faktor-faktor lain yang terkait dengan pekerjaan.

Dalam kontrast dengan pandangan negatif ini tentang sifat manusia, terdapat empat
prinsip Teori Y:
a. Karyawan dapat menganggap pekerjaan sebagai sesuatu yang alami seperti
istirahat atau bermain.
b. Individu akan melakukan pengawasan diri dan mengarahkan diri mereka sendiri
jika mereka berkomitmen pada tujuan tertentu.
c. Secara umum, orang akan menerima tanggung jawab.
d. Mereka memiliki kemampuan untuk membuat keputusan inovatif.

2.4 MOTIVASI BELAJAR


Terminologi "Motivasi Belajar" memiliki beberapa definisi yang berbeda, termasuk
yang berikut ini:

1. Menurut Hilgard and Bower, belajar berkaitan dengan perubahan dalam tingkah
laku seseorang dalam situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman berulang
dalam situasi tersebut. Perubahan ini tidak dapat dijelaskan oleh kecenderungan
bawaan, kematangan, atau faktor-faktor lainnya.

2. Cronbach mengartikan belajar sebagai perubahan dalam tingkah laku seseorang


pada saat tertentu.

3. Menurut Witheringthon, belajar adalah perubahan dalam kepribadian yang


mengekspresikan dirinya dalam bentuk pola baru dari reaksi, seperti keterampilan,
sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan pemahaman.

Menggabungkan ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar selalu


berhubungan dengan perubahan dalam tingkah laku atau penampilan seseorang
yang muncul sebagai hasil dari pengalaman. Dari sini, kita dapat mengartikan
motivasi belajar sebagai dorongan internal dalam diri individu yang mendorong
mereka untuk melakukan tindakan belajar yang terarah menuju pencapaian tujuan
tertentu. Motivasi adalah faktor penting dalam proses pengajaran dan pembelajaran,
karena siswa yang kurang termotivasi mungkin tidak akan berusaha keras untuk
belajar, sementara siswa yang memiliki motivasi tinggi akan memiliki energi lebih
untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Secara keseluruhan, motivasi belajar adalah kekuatan psikologis dalam diri individu
yang memacu mereka untuk terlibat dalam aktivitas belajar yang memiliki tujuan
tertentu.

2.5. DIMENSI MOTIVASI BELAJAR


Dalam proses pembelajaran, tingkat motivasi yang tinggi tercermin melalui
ketekunan yang tidak mudah tergoyahkan, bahkan ketika menghadapi kesulitan.
Motivasi yang kuat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam belajar dan
meningkatkan keyakinan dalam mengatasi setiap hambatan yang muncul. Untuk
mengukur motivasi siswa, ada beberapa dimensi yang perlu dipertimbangkan,
sebagaimana dijelaskan oleh Aritonang:

1. Ketekunan dalam belajar mengacu pada tingkat keseriusan individu dalam


mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2. Ketahanan dalam menghadapi kesulitan merujuk pada kemampuan siswa untuk


mengatasi masalah yang timbul selama proses belajar.

3. Minat dan konsentrasi tinggi dalam belajar mengindikasikan bahwa siswa memiliki
minat yang kuat dan fokus dalam meraih tujuan belajarnya.

4. Prestasi belajar yang baik mencerminkan hasil belajar yang tinggi, yang dapat
dicapai oleh siswa dengan motivasi belajar yang kuat.

5. Kemandirian dalam belajar adalah kemampuan siswa untuk belajar secara mandiri
tanpa terlalu bergantung pada bantuan orang lain.

Sebagai indikator yang dapat digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa,
terdapat beberapa faktor penting, yaitu:

1. Keinginan yang kuat untuk berhasil, yang mencerminkan dorongan kuat siswa
untuk menguasai materi dan mencapai prestasi yang tinggi dalam pembelajaran.

2. Dorongan dan kebutuhan dalam belajar, menggambarkan bahwa siswa merasa


senang dan merasa membutuhkan proses belajar.

3. Harapan dan cita-cita di masa depan yang terkait dengan materi yang dipelajari.

4. Penghargaan sebagai motivator, yang dapat berupa hadiah atau penghargaan dari
guru atau orang lain yang mendorong siswa untuk meraih keberhasilan dalam belajar.

5. Ketertarikan dalam kegiatan pembelajaran, menunjukkan bahwa siswa merasa


tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
6. Kondisi lingkungan belajar yang mendukung, sehingga siswa merasa nyaman dan
termotivasi untuk belajar.

Dengan demikian, motivasi belajar adalah dorongan internal yang mendorong


individu untuk terlibat dalam aktivitas belajar yang terarah menuju pencapaian
tujuan pembelajaran.

2.6 FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI BELAJAR

Motivasi dalam belajar dapat muncul dari sumber internal, seperti keinginan untuk
mencapai kesuksesan dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan belajar serta
aspirasi mencapai tujuan yang diimpikan. Di sisi lain, faktor eksternal terkait dengan
hadirnya penghargaan, lingkungan belajar yang mendukung, dan metode
pembelajaran yang menarik. Harus diingat bahwa keduanya dapat dipicu oleh
rangsangan tertentu, yang membuat seseorang lebih termotivasi untuk aktif dalam
proses pembelajaran.

Menurut Yusuf (2009:23), ada dua faktor yang memengaruhi motivasi belajar, yaitu
faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Penjelasannya sebagai berikut:
● Faktor Intrinsik (yang berasal dari diri siswa sendiri)
1. Aspek Fisik
Aspek fisik ini melibatkan nutrisi, kesehatan, dan fungsi fisik, terutama panca indera.
Kekurangan gizi atau asupan makanan yang cukup dapat mengakibatkan kelelahan,
kantuk, dan kelesuan, yang semuanya dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
belajar. Kondisi fisik yang tidak optimal dapat memengaruhi proses pembelajaran di
sekolah. Fungsi panca indera, seperti mata dan telinga, juga dianggap sebagai faktor
yang memengaruhi proses belajar. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan
memudahkan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah.

2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis berkaitan dengan elemen-elemen yang memacu atau menghambat
aktivitas pembelajaran pada siswa. Menurut Arden N. Frandsen (Farozin, 2011:48),
faktor-faktor yang memacu aktivitas pembelajaran meliputi hal-hal berikut ini:
a. Minat dan keinginan untuk mengeksplorasi dunia (lingkungan) yang lebih luas.
b. Bakat kreatif dan semangat untuk terus berkembang.
c. Harapan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.
d. Motivasi untuk mengatasi kegagalan dengan usaha baru.
e. Kepuasan dalam meraih keamanan ketika memahami pelajaran.
f. Penghargaan atau hukuman sebagai hasil dari proses pembelajaran.

Sementara itu, faktor psikologis yang menghambat termasuk:


a. Keterbatasan tingkat kecerdasan.
b. Gangguan emosional, seperti perasaan tidak aman, kecemasan, ketakutan, dan
kegelisahan.
c. Sikap dan kebiasaan belajar yang negatif, seperti ketidaksukaan terhadap mata
pelajaran tertentu, keengganan untuk belajar, kurangnya jadwal belajar yang teratur,
dan kurangnya kebiasaan membaca buku pelajaran. Kedua kelompok faktor yang
telah dijelaskan ini merupakan faktor-faktor internal dalam diri siswa yang berpotensi
memengaruhi motivasi belajar mereka.

● Faktor Ekstrinsik (yang berasal dari lingkungan)


1. Faktor Non-Sosial
Faktor non-sosial yang dimaksud, seperti : keadaan udara (cuaca
panas atau dingin), waktu (pagi, siang, malam), tempat (sepi, bising, atau
kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan prasarana atau fasilitas belajar.
Ketika semua faktor dapat saling mendukung maka proses belajar akan
berjalan dengan baik.
2. Faktor Sosial
Faktor sosial adalah faktor manusia (guru, konselor, dan orang tua),
baik yang hadir secara langsung maupun tidak langsung (foto atau suara).
Proses belajar akan berlangsung dengan baik, apabila guru mengajar dengan
cara yang menyenangkan, seperti bersikap ramah, memberi perhatian pada
semua siswa, serta selalu membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Pada saat di rumah siswa tetap mendapat perhatian dari orang tua, baik
perhatian material dengan menyediakan sarana dan prasarana belajar guna
membantu dan mempermudah siswa belajar di rumah.
● Faktor Ekstrinsik (yang Bersumber dari Lingkungan)
1. Faktor Non-Sosial
Faktor non-sosial mencakup hal-hal seperti kondisi cuaca (panas atau dingin), waktu
(pagi, siang, malam), lingkungan fisik (sepi, bising, atau kualitas fasilitas belajar di
sekolah). Ketika semua faktor ini saling mendukung, proses pembelajaran akan
berjalan dengan lancar.

2. Faktor Sosial
Faktor sosial melibatkan interaksi dengan individu, termasuk guru, konselor, dan
orang tua, baik secara langsung maupun melalui representasi seperti foto atau suara.
Proses pembelajaran akan sukses jika guru mengajar dengan pendekatan yang
menyenangkan, seperti sikap ramah, memberikan perhatian kepada seluruh siswa,
dan memberikan bantuan kepada siswa yang menghadapi kesulitan belajar. Di
rumah, orang tua juga berperan penting dengan memberikan perhatian, baik dalam
bentuk dukungan materi maupun menyediakan fasilitas pembelajaran yang
membantu siswa belajar dengan baik.
2.7 STRATEGI PEMBELAJARAN YANG MEMOTIVASI PESERTA DIDIK

Berikut adalah beberapa strategi pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik:

a. Memberikan penghargaan verbal atas perilaku positif atau hasil belajar siswa,
seperti memberikan pujian seperti "Bagus sekali" atau "Hebat," yang tidak hanya
menyenangkan tetapi juga menciptakan interaksi positif antara siswa dan guru.

b. Menggunakan nilai ulangan sebagai insentif untuk meraih keberhasilan belajar.

c. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa dengan menciptakan situasi yang menarik,
menantang, atau mengejutkan, yang dapat mendorong mereka untuk mencari
jawaban.

d. Menciptakan momen kejutan atau tantangan dalam pembelajaran untuk


menumbuhkan rasa ingin tahu siswa.

e. Memberikan penghargaan pada tahap awal pembelajaran untuk mendorong


semangat belajar siswa.

f. Menggunakan materi yang sudah dikenal siswa sebagai dasar untuk menjelaskan
konsep baru.

g. Menggunakan pendekatan yang unik dan tak terduga untuk menjelaskan konsep
yang sulit, agar siswa lebih mudah mengingatnya.

h. Mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan sebelumnya dalam proses


belajar, sehingga mereka dapat memperkuat pemahaman mereka.

i. Menggunakan simulasi dan permainan sebagai alat pembelajaran yang menarik dan
berarti secara emosional bagi siswa.

j. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memamerkan kemampuan mereka di


depan umum, yang dapat meningkatkan rasa bangga dan motivasi belajar mereka.

k. Mengurangi dampak negatif dalam pembelajaran dan meningkatkan keterlibatan


siswa.

l. Memahami iklim sosial di sekolah untuk membantu siswa merasa lebih nyaman dan
mendapatkan dukungan yang tepat.

m. Menggunakan kewibawaan guru secara tepat, baik dalam memberikan


penghargaan, mengelola perilaku siswa, atau sebagai contoh dalam keahlian.

n. Menggabungkan motif-motif yang kuat, seperti berprestasi, penghargaan, atau


dorongan pribadi, untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

o. Menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas agar siswa memahami apa yang
akan dicapai dengan usaha mereka dalam belajar.

p. Merinci tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran seringkali merupakan sasaran


besar yang sulit dicapai. Untuk mengarahkan usaha pembelajaran secara lebih efektif,
sebaiknya tujuan-tujuan pembelajaran yang umum dipecah menjadi tujuan
sementara yang lebih spesifik dan dapat dicapai dengan lebih mudah.

q. Memberikan umpan balik tentang hasil kinerja yang telah dicapai. Dalam konteks
pembelajaran, ini bisa dilakukan dengan memberikan umpan balik berupa nilai ujian
atau tugas. Dengan mengetahui pencapaian mereka, motivasi belajar siswa dapat
ditingkatkan, baik untuk mempertahankan hasil yang baik maupun untuk
memperbaiki hasil yang kurang memuaskan.

r. Menciptakan atmosfer persaingan yang sehat di antara siswa. Menciptakan situasi


persaingan yang sehat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengukur
kemampuan mereka dengan yang lain. Selain itu, belajar melalui persaingan dapat
mendorong usaha belajar yang lebih serius, karena siswa memiliki dorongan untuk
menjadi yang terbaik di antara teman-temannya.

s. Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri. Persaingan semacam ini


melibatkan memberikan tugas-tugas yang harus diselesaikan sendiri. Dengan cara ini,
siswa dapat menilai perkembangan mereka sendiri dalam menyelesaikan tugas-tugas
tersebut.

t. Menyajikan contoh positif. Sebagian guru mungkin memberikan tugas tanpa


memberikan bimbingan yang cukup. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa,
bukan hanya memberikan tugas, tetapi juga perlu melakukan pengawasan dan
bimbingan selama siswa mengerjakan tugas. Selain itu, guru sebaiknya memberikan
contoh yang baik saat mengontrol dan membimbing siswa dalam menyelesaikan
tugas.

DAFTAR PUSTAKA
Makmun, A.S. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Uno, H.B. (2006). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wikipedia. (2015).
Motivasi.
[Online]. Diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi. [18 November 2015].

Anda mungkin juga menyukai