Anda di halaman 1dari 11

EFEKTIFITAS, EFISIENSI DAN KEMENARIKAN PEMBELAJARAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Teori Pembelajaran
Yang diampu oleh Bapak Dr. Agus Wedi, M.Pd

Disusun Oleh
Rinjani Ratnasari Afianto 160121600221

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
S1 TEKNOLOGI PENDIDIKAN
APRIL 2017
KEFEKTIFAN PEMBELAJARAN
Reigeluth dan Merrill (1979) mengemukakan bahwa pengukuran keefektifan pengajaran
harus selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan pengajaran. Empat indikator penting yang dapat
dipakai untuk menetapkan keefektifan pengajran yang dikemukakan Reigeluth dan Merrill
(1979), ditambah lagi 3 indikator lainnya dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan yaitu :
1. Kecermatan penguasaaan perilaku
Kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari, juga sering disebut dengan tingkat
kesalahan unjuk kerja, dapat dipakai sebagai indikator untuk menetapkan keefektifan
pengajaran. Makin cermat siswa menguasai perilaku yang dipelajari, makin efektif
pengajaran yang telah dijalankan. Kesulitan segera muncul adalah ketika penentuan kriteria
tingkat kecermatan. Indeks keefektifan mengungkapkan 2 hal pokok, yaitu:
a. Tingkat presentase siswa yang mencapai tingkat penguasaan tujuan
b. Presentase rata-rata penguasaan tujuan oleh semua siswa
2. Kecepatan unjuk kerja
Kecepatan unjuk kerja dikaitkan dengan jumlah waktu yang diperlukan dalam
menampilkan unjuk kerja itu. Makin cepat seorang siswa menampilkan unjuk kerja,
semakin efektif pengajaran. Kecepatan hasil unjuk kerja juga dapat ditaksir dari jumlah
pengulangan hal yang sama yang dilakukan siswa ketika menampilkan unjuk kerja
3. Kesesuaian dengan prosedur
Pengajaran dikatakan efektif apabila siswa dapat menampilkan unjuk kerja yang di sesuai
dengan prosedur baku yang telah ditetapkan. Indikator ini penting sekali khususnya untuk
kerja tipe isi prosedural, baik tipe isi prosedural yang menunjukkan hubungan prasyarat,
maupun tipe isi prosedural yang menunjukkan hubungan putusan. Untuk isi prosedural
hubungan prasyarat, setiap bagianprosedur yang menjadi prasyarat harus diselesaikan lebih
dulu sebelum menampilkan unjuk kerja bagian prosedur berikutnya. Untuk tipe isi
prosedural hubungan putusan, penyelesaian suatu bagian prosedur membawa pada pilihan-
pilihan bagian prosedur berikutnya
4. Kuantitas unjuk kerja
Kuantitas unjuk kerja mengacu kepada banyaknya unjuk kerja yang mampu ditampilkan
oleh siswa dalam waktu tertentu yang telah ditetapkan. Makin banyak tujuan yang tercapai
berarti makin efektif pengajaran
5. Kualitas hasil akhir
Kadang-kadang keefektitfan suatu pengajaran sukar diukur dengan cara-cara sebelumnya,
seperti pengajaran dalam bidang ketrampilan atau seni. Cara yang paling mungkin untuk ini
adalah mengamati kualitas hasil unjuk kerja
6. Tingkat alih belajar
Kemampuan siswa dalam melakukan alih belajar dari apa yang telah dikuasainya ke hal lain
yang serupa, juga merupakan indikator penting untuk menetapkan keefektifan pengajaran.
Semakin tinggi kualitas hasil yang diperlihatkan siswa, semakin besar peluang keberhasilan
dalam melakukan alih belajar pada hasil unjuk kerja yang sejenis
7. Tingkat retensi
Tingkat retensi yaitu jumlah unjuk kerja yang masih mampu ditampilkan siswa setelah
selang periode waktu tertentu atau dengan menggunakan konsepsi memory theoritists,
jumlah informasi yang masih mampu diingat atau diungkapkan kembali oleh si belajar
setelah selang waktu teretntu. Jadi, makin tinggi retensi berarti semakin efektif pengajaran
itu.
Slavin (1994:310) menyatakan bahwa keefektifan pembelajaran ditentukan empat indikator yaitu
(1) kualitas pembelajaran, (2) kesesuaian tingkat pembelajaran, (3) insentif, dan (4) waktu.

Penjelasan ke-empat indikator tersebut sebagai berikut :

1. Kualitas pembelajaran yaitu seberapa besar kadar informasi yang disajikan sehingga
siswa dengan mudah dapat mempelajarinya dengan mudah atau makin kecil tingkat
kesalahannya. Semakin kecil tingkat kesalahan yang dilakukan berarti semakin efektif
pembelajaran.

2. Kesesuain tingkat pembelajaran, yaitu sejauh mana guru memastikan tingkat kesiapan
siswa untuk mempelajari materi baru.

3. Insentif yaitu seberapa besar usaha guru memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas-
tugas dan mempelajari materi yang diberikan. Makin besar motivasi yang diberikan,
makin besar pula keaktifan siswa.

4. Waktu yaitu lamanya waktu yang diberikan kepada siswa untuk mempelajari materi yang
diberikan. Pembelajaran efektif bila siswa dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
waktu yang ditentukan

Eggen dan Kauchak (1998:1) mengemukakan bahwa efektifitas pembelajaran ditandai dengan
keaktifan siswa dalam pembelajaran, khususnya dalam pengorganisasian dan penemuan
informasi. Oleh karena itu semakin aktif siswa dalam proses pembelajaran, semakin efektif pula
pembelajaran yang dilaksanakan.

Menurut Kemp (Mudhofir, 1987:164) cara mengukur keefektifan pembelajaran adalah diawali
dengan mengajukan pertanyaan apa yang telah dicapai siswa ? Untuk menjawab pertanyaan
ini harus diketahui berapa banyak jumlah siswa yang berhasil mencapai tujuan belajar dalam
waktu yang telah ditentukan. Cara ini sejalan dengan indikator keefektivan pembelajaran yang
dikemukakan Slavin yaitu indikator kualitas pembelajaran.

Sedangkan Diamond (Mudhofir, 1987:164) keefektifan dapat diukur dengan melihat minat siswa
terhadap pembelajaran. Minat mempengaruhi proses belajar siswa, jika siswa tidak berminat
untuk mempelajari sesuatu maka tidak dapat diharapkan ia akan berhasil dalam mempelajari
sesuatu tersebut. Namun jika siswa belajar sesuai minatnya maka dapat diharapkan hasilnya akan
lebih baik.

Berdasarkan aspek penekanannya dalam memandang keefektifan pembelajaran oleh beberapa


ahli di atas, maka keefektifan pembelajaran meliputi pencapaian efektivitas aktivitas guru dan
siswa, pencapaian efektivitas kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif,
pencapaian efektivitas keterampilan kooperatif siswa, pencapaian ketuntasan belajar siswa dan
respon siswa terhadap pembelajaran.
EFISIENSI PENGAJARAN
Dalam mengukur efisiensi pengajaran, indikator utamanya diacu pada waktu, personalia,
dan sumber belajar yang terpakai
1. Waktu
Efisiensi hanya dapat diukur apabila setiap siswa dapat belajar sesuai dengan jumlah waktu
yang dibutuhkannya. Program pengajaran biasanya dirancang sesuai dengan alokasi waktu
belajar yang disediakan : per semester, kuartal, atau interval waktu tertentu, seperti
mingguan, bulanan, dan seterusnya. Pengukuran efisiensi dalam kondisi waktu ketat
biasanya dilakukan dengan membandingkan pelaksanaan beberapa program yang berbeda
dalam umlah waktu yang sama, kemudian pencapaian tujuan tiap-tiap program
dibandingkan. Efisiensi penting sekali dikur bila program pengajaran menekankan pada
kegiatan perserorangan atau kegiatan belajar yang diorganisasi sesuai dengan kemajuan
belajar siswa
2. Personalia
Jumlah personalia yang dilibatkan dalam perancangan, pelaksanaan, dan penilaian
pengajaran, juga dapat dipakai untuk mempreskripsikan efisiensi. Suatu pengajaran
melibatkan 2 orang guru dengan 48 orang siswa, maka rasio guru-murid menjadi 2:48 atau
1:24. Apabila suatu sekolah menetapkan rasio standar 1:20, maka pengajaran yang
dijalankan dengan rasio guru-siswa 1:24 dan dapat mencapai tujuan yang sama, dikatakan
lebih efisien
3. Sumber belajar
Penggunaan sumber belajar lain, selain guru, juga dapat dijadikan ukuran tingkat efisiensi
pengajaran, seperti : berapa ruang yang dipakai, apakah melibatkan penggunaan lab,
komputer, junlah buku teks, penyampaian buku kerja, atau sumber-sumber lain yang ada
kaitannya dengan biasa pengajaran. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk media sekali
pakai, seperti: kapur tulis, transparasi, serta media sekali pakai lainnya. Rinciannya dari
penggunaan media ini, serta biaya yang dikeluarkan, dapat menggembarkan tingkat
efisiensi suatu pengajaran. Cara lain untuk efisiensi dari sudut penggunaaan sumber belajar
adalah membandingkan jumlah siswa yang memanfaatkan suatu media dalam kurun waktu
tertentu
Efisien, menurut Freemont E. Kast, adalah optimasi sumber daya, yaitu yang termudah cara
mengerjakannya, termurah biayanya, tersingkat waktunya, teringan bebannya, dan terpendek
jaraknya. Bila dalam suatu usaha mencapai tujuan tertentu dianggarkan 100 juta, tetapi dengan
metode baru dapat dikerjakan dengan 80 juta, maka terdapat efisiensi sebesar 20 juta
Namun bagi peserta didik, efisiensi dapat dimaknai menjadi dua macam efisiensi, yaitu
efisiensi usaha belajar dan efisiensi hasil belajar.
1. Efisiensi Usaha Belajar
Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisien kalau prestasi yang diinginkan dapat
dicapai dengan usaha seminimal mungkin.
2. Efisiensi Hasil Belajar
Sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatakan efisien apabila dengan usaha belajar tertentu
memberikan prestasi belajar tinggi. Mengenai faktor penunjang efisiensi belajar ini,
paling tidak terdapat tiga faktor yang dapat menjadi penunjang efisiensi dalam proses
pembelajaran, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan materi pelajaran serta
pendekatan belajar.
a. Faktor internal (faktor dari dalam), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta
didik; faktor-faktro internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
Faktor fisiologis, yakni yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor
ini juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Keadaan tonus jasmani, yakni keadaan sakit tidaknya kondisi fisik.
Keadaan fungsi jasmani. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi
fisiologi pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama
fungsi pancaindra, seperti:pendengaran, penglihatan dan sebagainya.
Faktor psikologis, yakni yang berkaitan dengan keadaan psikologis seseorang
yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor yang mempengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan peserta didik, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan di sekitar
peserta didik. Selain karakteristik peserta didik atau faktor-faktor internal, proses
belajar juga dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu faktor lingkungan sosial
dan faktor lingkungan non-sosial.
Lingkungan Sosial, meliputi:
Lingkungan sosial sekolah; seperti guru, administrasi, teman-teman sekelas.
Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi peserta
didik untuk belajar lebih baik di sekolah.
Lingkungan sosial masyarakat. Lingkungan yang kumuh, banyak
pengangguran, dan anak telantar tentunya sedikit banyak akan berpengaruh
pada aktivitas belajar peserta didik.
Lingkungan sosial keluarga. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, serta
pengelolaan keluarga akan dapat memberi dampak pada aktivitas peserta
didik.
Lingkungan non-sosial masyarakat, meliputi:
Lingkungan alamiah. Kondisi udara segar, tidak panas, dan suasana yang
sejuk dan tenang tentunya akan berpengaruh pada aktivitas belajar peserta
didik.
Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar. Termasuk dalam kategori ini
adalah gedung sekolah, fasilitas belajar, kurikulum sekolah, peraturan
sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke peserta didik). Faktor ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan peserta didik, begitu juga dengan metode
mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan peserta didik. Karena itu,
agar terjadi efisiensi dalam proses belajar, maka guru harus menguasai materi
pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi
peserta didik.
DAYA TARIK
Kecenderungan siswa untuk tetap terus belajar bisa terjadi karena daya tarik bidang studi itu
sendiri, atau bisa juga karena kualitas pengajarannya, atau keduanya. Untuk mempreskripsikan
daya tarik sebagai hasil pengajaran, maka tekanan diletakkan pada kualitas pengajaran, bukan
pada daya tarik yang dari bidang studi.
A. Daya tarik bidang studi
Strategi pengorganisasian pengajaran dan penyampaian pengajaran memegang peranan yang
amat penting untuk mempertahankan dan sekaligus menunjukkan daya tarik bidang studi
B. Kualitas pengajaran
Kualitas pengajaran selalu terkait dengan penggunaan metode pengajaran yang optimal untuk
mencapai kualitas pengajaran yang tinggi, bidang studi harus diorganisasi dengan strategi
pengorganisasian yang tepat, dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan strategi
penyampaian yang tepat pula
C. Indikator daya tarik
Variabel penting yang dapat digunakan sebagai indikator daya tarik pengajaran dan
penghargaan dan keinginan lebih (lebih banyak atau lebih lama) yang diperlihatkan oleh
siswa. Maka titik awal pwngukuran daya tarik, sebagai hasil pengajaran, haruslah diletakkan,
pada variabel metode pengajaran : strategi pengorganisasian, penyampaian, dan pengelolaan
pengajaran
Bangsa yang maju adalah bangsa yang pendidikannya tinggi dan mampu merealisasikannya
dalam kehidupan. Pendidikan merupakan indikator utama dari kesejahteraan suatu bangsa.
Kemajuan IPTEK, perekonomian yang terkendali, kebudayaan yang penuh dengan nilai adi
luhung, politik bersih, dan pemerintahan yang bermoral juga rakyatnya sejahtera. Kesemuannya
akan tercipta jika pendidikan secara universal bisa diaplikasikan dalam kehidupan. Ada
kecenderungan pemerosotan daya tarik sekolah dalam kalangan pelajar. Semoga saja pandangan
ini tidak terlalu mengada-ada. Banyak fakta-fakta umum yang dapat menyokong pendapat ini
seperti makin banyaknya anak-anak sekolah yang berkeliaran dimana-mana pada jam belajar
efektif, pelaksanaan disiplin yang macet, rendahnya perhatian masyarakat untuk menyerbu
fasilitas pendidikan dibandingkan dengan fasilitas hiburan dan masih senangnya hampir sebagian
besar orang bersikap bermalas-malasan. Kemerosotan daya tarik sekolah penyebabnya dapat
ditinjau dari beberapa segi, seperti dari segi sekolah, rumah, masyarakat dan lain-lain. Walau
bagaimana setiap segi ini saling mempengaruhi dan memberikan dampak negatif.
Meskipun telah banyak orang membahas tentang berbagai kritikan termasuk kritikan tentang
metode mengajar namun belum tampak reaksi positif secara menyeluruh. Sampai saat sekarang
metode mengajar lama masih cukup banyak digandrungi oleh guru-guru meskipun mereka telah
puluhan kali mengikuti penataran-penataran dan hampir tiap saat disuguhi teori-teori. Bagaimana
keadaan metode mengajar gaya lama? Yaitu metode yang membuat murid cenderung menghafal
teks demi teks catatan yang diberikan oleh guru, terserah apakah mereka memahami atau tidak.
Pelaksanaan metode lama ini telah berlangsung cukup lama. Mengajar dengan metode yang
demikian cenderung bersifat dogmatik dan otoriter. Inilah penyebabnya kenapa sekarang murid-
murid, malah juga sampai kepada mahasiswa cenderung membisu dan suka sebagai penonton
dalam dinamika kehidupan. Bukankah hal ini yang sering kita jumpai dikelas, siswa yang
pendiam, tidak kreatif dan responsif, padahal tentu kita akan merasa bangsa jika siswa kita tidak
segan untuk bertanya dan bersikap kritis atau tertarik dalam belajar mandiri di luar sekolah.
Daya tarik, sebagai hasil pembelajaran, erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi.
Namun demikian, daya tarik bidang studi, dalam penyampaiannya, akan banyak tergantung pada
kualitas pembelajarannya. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pengukuran daya tarik
pembelajaran dapat dilakukan dengan mengamati apakah siswa ingin terus belajar atau tidak.
Jadi, kecenderungan siswa untuk tetap terus belajar bisa terjadi karena daya tarik bidang studi itu
sendiri, atau bisa juga karena kualitas pembelajarannya, atau keduanya. Untuk
mempreskripsikan daya tarik sebagai hasil pembelajaran, maka tekanan diletakkan pada kualitas
pembelajaran, bukan pada daya tarik yang berasal dari bidang studi.
Daya Tarik Pembelajaran Vs Minat Siswa
Pada dasarnya, setiap bidang studi memiliki daya tarik tersendiri, meskipun daya tarik ini
amat tergantung pada karakteristik siswa, seperti: bakat, kebutuhan, minat, serta kecenderungan-
kecenderungan atau pilihan-pilihan per-seorangan lainnya. Suatu bidang studi memiliki daya
tarik tinggi bisa karena sesuai dengan bakat siswa, atau dibutuhkan secara pribadi oleh siswa,
atau karena sekedar minat. Daya tarik inilah yang menyebabkan siswa ingin mempelajari bidang
studi itu. Namun kecenderungan ini, bagaimanapun juga, dipengaruhi oleh bagaimana bidang
studi itu diorganisasi dan disampaikan kepada siswa. Jadi, strategi pengorganisasian
pembelajaran dan penyampaian pembelajaran memegang peranan yang amat peting untuk
mempertahankan dan sekaligus menunjukkan daya tarik bidang studi. Meskipun demikian,
strategi pengelolaan, yang berfungsi untuk menata penggunaan kedua strategi pembelajaran itu,
peranannya tak dapat diabaikan.
Adalah tugas pembelajaran untuk menunjukkan daya tarik suatu bidang studi kepada
siswa. Pembelajaran dapat mengubah semuanya. Suatu bidang studi bisa kehilangan daya
tariknya karena kualitas pembelajaran yang rendah. Kualitas pembelajaran selalu terkait dengan
penggunaan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran, di bawah
kondisi pembelajaran tertentu. Ini berarti, bahwa untuk mencapai kualitas pembelajaran
yang tinggi, bidang studi harus diorganisasi dengan strategi pengorganisasian yang tepat, dan
selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan strategi penyampaian yang tepat pula.
Sebagai hasil pembelajaran, kecenderungan siswa untuk tetap belajar, adalah
tanggungjawab pembelajaran, bukan tanggungjawab bidang studi. Pembelajaran lah yang harus
mampu membuat bidang studi itu menarik, dan tidak sebaliknya. Bukan karena daya tarik bidang
studi, kemudian pembelajaran menjadi menarik. Agar dapat mempreskripsikan strategi
pembelajaran yang optimal, maka hubungan antara bidang studi dan pembelajaran, lebih tepat
diungkapkan dengan hubungan sebab-akibat. Di sini, pembelajaran sebagai sebab dan daya tarik
bidang studi sebagai akibat.
TIPE ISI BIDANG STUDI DAN KEEFEKTIFAN PENGAJARAN
Cara lain juga dapat ditempuh untuk keperluan yang sama, yaitu dengan mengaitkan
keefektifan pada tipe isi bidang studi yang dipelajari (fakta, konsep, prosedur, atau prinsip), dan
tingkat unjuk kerja dalam taksonomi isi (mengingat, menggunakan, atau menemukan).
Tipe isi bidang studi
Bloom (1956) telah mengklasifikasikan hasil pemgajaran menjadi 3, yaitu :
1. Kognitif
Ranah yang menaruh perhatian pada pengembangan kapabilitas dan ketrampilan
intelektual. Keenam klasifikasi ranah kognitif Bloom adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan
Klasifikasi yang menekankan pad mengingat, apakan dengan mengungkapkan atau
mengenal kembali sesuatu yang telah pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan
b. Pemahaman
Klasifikasi ini menekankan pada pengubahan informasi ke bentuk yang lebih mudah
dipahami
c. Penerapan
Menggunakan abstraksi pada situasi tertentu dan konkrit
d. Analisis
Memilah informasi ke dalam satuan-satuan bagian yang lebih rinci sehingga dapat
dikenali fungsinya, kaitannya dengan bagian yang lebih besar, serta organisasi
keseluruhan bagian
e. Sintesis
Penyatuan bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan yang baru dan unik
f. Penilaian
Pertimbangan-pertimbangan tentang nilai dari sesuatu untuk tujuan tertentu
Gagne (1977;1985) mengklasifikasikan ranah kognitif menjadi 3 yaitu :
a. Ketrampilan intelektual
Diskriminasi
Konsep konkrit
Konsep abstrak
Kaidah
Kaidah tingkat tinggi
b. Informasi verbal
c. Strategi kognitif
Merrill (1983) mengklasifikasikan hanya diterapkan dalam belajar ranah kognitif.
Dimensi tingkat unjuk kerja dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Mengingat
b. Menggunakan
c. Menemukan
Tipe isi pengajaran dibedakan menjadi 4, yaitu :
a. Fakta
b. Konsep
c. Prosedur
d. Prinsip
2. Sikap
Ranah yang berkaitan pengembangan perasaan, sikap, nilai, dan emosi. Ranah sikap
dikembangkan oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia (1964). Kelima klasifikasi utama
mereka adalah :
a. Menerima
Ranah ini berkaitan dengan keinginan siswa untuk terbuka (atau, peka) pada
perangsang atau pesan-pesan yang berasal dari lingkungannya
b. Merespon
Pada tingkatan ini muncul keinginan untuk melakukan tindakan sebagai respon pada
perangsang
c. Menghargai
Penerytaan rasa puas dan nikmat ketika melakukan respon pada perangsang,
menyebabkan individu ingin secara konsisten menampilkan tindakan itu dalam situasi
yang serupa
d. Mengorganisasi
Individu yang sudah secara konsisten dan berhasil menampilkan suatu nilai, pada
suatu saat akan menghadapi situasi dimana lebih dari satu nilai yang bisa ditampilkan
e. Bertindak konsisten
Sesuai dengan nilai yang dimilikinya. Ini adalah tingkatan tertinggi ranah sikap .
3. Psikomotorik
Ranah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatf atau ketrampilan motorik.
Simpson (1966) mengembangkan klasifikasi ranah psikomotorik sebagai berikut :
a. Presepsi
Proses munculnya kesadaran tentang adanya objek dan karakteristik-karakteristiknya
melalui indra
b. Kesiapan
Pada tingkat ini, siswa siap melakukan suatu tindakan, baik secara mental, fisik,
ataupun emosional
c. Respon terbimbing
Siswa melakukan tindakan dengan mengikuti suatu model
d. Mekanisme
Pada tingkat ini siswa telah mencapai tingkat kepercayaan tertentu dalam
menampilkan ketrampilan yang dipelajari
e. Respon terpola
Pada tingkat ini siswa telah mencapai tingkat ketrampilan yang tinggi
f. Penyesuaian dan keaslian
Tingkat ini masih dipersoalkan oleh Simpson, perlu dimasukkan atau tidak
Keefektifan pengajaran berdasarkan perolehan isi bidang studi
Model Gagne dan Briggs (1979) lebih jelas lagi meskripsikan bahwa suatu hasil belajar
memerlukan kondisi belajar internal dan kondisi eksternal yang berbeda. Reigeluth dan Stein
(1983) secara tega mepreskripsikan penggunaan struktur isi (epitome) yang berbeda untuk tipe
isi yang berbeda. Jadi, keefektifan suatu pengajaran selalu dapat dikaitkan dengan tipe isi bidang
studi yang dipelajari. Bila tipe isi yang dipelajari termasuk ranah kognitif, hirarki unjuk kerja,
kalau memakai klasifikasi Bloom (1956), bermula dari pengetahuan, ke pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan akhirnya evaluasi. Gagne dan Briggs (1979) juga mempreskripsikan
hirarkhi hasil belajar, khusus untuk ketrampilan intelektual. Matrik dua dimensi Merril (1983) :
unjuk kerja dan tipe isi, jelas sekali perannanya untuk pengukuran keefektifan pengajaran. Dari
lima tingkatan ketrampilan motorik, yang dikemukakan Simpson (1966), presepsi adalah tingkat
yang terendah. Tingkatan penguasaan ketrampilan seperti yang diklasifikasi oleh Simpson (1966)
ini, juga dapat digunakan sebagai indikator tingkat keefektifan pengajaran.
DAFTAR RUJUKAN
1. Degeng, I N.S. 1989. Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variabel. Jakarta: Depdikbud Ditjen
Dikti P2LPTK.
2. Muaddab, Hafis. DAYA TARIK PEMBELAJARAN. 19 April 2017.
http://www.kompasiana.com/hafismuaddab/daya-tarik-
pembelajaran_5500bd38a333118d7351191a
3. Buku Tembaga. KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MENURUT PARA AHLI. 19
April 2017. http://bukutembaga.blogspot.co.id/2016/04/keefektifan-pembelajaran-
menurut-para.html
4. Zainudin, Muhammad. EFISIENSI BELAJAR : PENGERTIAN DAN FAKTOR
PENUNJANG. 19 April 2017. http://banyubeningku.blogspot.co.id/2011/04/efisiensi-
belajar-pengertian-dan-faktor.html

Anda mungkin juga menyukai