BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
Seorang guru yang bijaksana dan profesional, agar pelajaran yang disampaikan
mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa, maka ia harus mampu menentukan model
yang tepat dalam suatu pembelajaran untuk tercapainya ketuntasan kriteria minimal
(KKM) pembelajaran. Di SMKN 1 Darul Kamal sendiri khususnya pada materi tata
Berdasarkan Observasi dan hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia di
SMKN 1 Darul Kamal hasil ulangan harian siswa masih dibawah tingkat ketuntasan
belajar. terutama pada pelajaran kimia proses pembelajaran masih bersifat konvesional
sehingga guru terlihat lebih aktif dari siswa. Proses pembelajaran akan terlihat pasif dan
menimbulkan persepsi bagi siswa bahwa kimia itu sulit dan membosankan, sehingga
akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Rendahnya prestasi belajar ini disebabkan
oleh beberapa hal, baik yang berasal dari siswa, guru, lingkungan maupun faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa seperti penggunaan sarana
prasarana yang belum optimal dan model pembelajaran yang diterapkan dalam proses
belajar mengajar yang tidak variatif sehingga tingkat prestasi belajar siswa masih
rendah dan cenderung bosan. Selain faktor model pembelajaran, faktor metode dan
1
2
media yang dipakai oleh pendidik (guru) dalam pembelajaran juga menjadi salah satu
penyebab rendahnya minat siswa sehingga prestasi belajar siswa belum maksimal.
Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah tata nama senyawa. Tata nama
senyawa merupakan salah satu pokok bahasan yang dipelajari pada akhir semester
genap di kelas X-Teknik Sepeda Motor Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Darul
lingkungan alam disekitarnya terutama tentang unsur - unsur kimia, guru dapat juga
mewujudkan keteraturan dalam pembelajaran dan berpusat pada siswa sehingga siswa
memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan dapat meraih hasil
Berdasarkan hal tersebut, model Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu
model pembelajaran yang cocok diterapkan dalam pembelajaran tersebut, karena dapat
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, serta mereka dapat
prestasi belajar siswa dirasa cukup efektif karena mampu menumbuh kembangkan
potensi intelektual, social, dan emosional yang ada dalam diri siswa. Maka dari itu
Kelas X-TSM SMKN 1 Darul Kamal pada Materi Tata Nama Senyawa”.
3
belajar siswa Kelas X-TSM SMKN 1 Darul Kamal pada materi tata nama
senyawa ?
model pembelajaran Creative Problem Solving pada materi tata nama senyawa?
Berdasarkan rumusan masalah di atas yang menjadi tujuan dalam penelitian ini
Kelas X-TSM SMKN 1 Darul Kamal pada materi tata nama senyawa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak dalam
rangka menindaklanjuti penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas lagi,
prestasi siswa.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
mengenai terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki (Gie 2002:16). Menurut Putra
(1998:29), efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa baik atau
seberapa jauh sasaran (kuantitas, kualitas, waktu) telah tercapai. Sedangkan menurut
Handayaningrat (2002 ; 16), efektivitas ialah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran
yaitu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelaslah bila sasaran atau tujuan telah
dicapai sesuai dengan direncanakan sebelumnya adalah efektif, sebaliknya bila tujuan
atau sasaran tidak selesai sesuai waktu yang ditentukan, pekerjaan itu tidak efektif.
ialah menghasilkan alternatif yang kreatif, mengerjakan hal-hal yang benar atau kepada
suatu kondisi atau keadaan dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan
sarana atau peralatan yang digunakan, disertai dengan kemampuan yang dimiliki adalah
tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan.
menjalankan atau melakukan pekerjaan yang benar atau juga sebagai kemampuan untuk
5
6
mencapai outcome yang diharapkan. Ketika mengukur efektivitas, kita tahu apakah
Problem Solving (CPS) terhadap prestasi belajar siswa kelas X-TSM SMKN 1 Darul
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Menurut
Akmad Rohani dan Abu Ahmadi (1991:1), pembelajaran merupakan aktivitas yang
pembelajaran tersebut, tidak bersifat terpisah tetapi harus berjalan secara teratur, saling
diartiksn sebagai proses belajar yang memiliki aspek penting yaitu bagaimana siswa
dapat aktif mempelajari materi pelajaran yang disajikan sehingga dapat dikuasai dengan
baik.
Sedangkan mengajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh
siswa sebagai anak didik. Oleh karena itu, setiap guru perlu memahami sebaik-baiknya
tentang proses belajar siswa agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan
lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa-siswi. Pengertian belajar sudah
banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan, mereka mengemukakan definisi belajar
Slameto (2003:2) mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Jadi belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai
belajar merupakan segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara
sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan
pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Oleh sebab
8
itu apabila setelah belajar siswa tidak ada perubahan dalam tingkah laku yang positif
dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak
Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat
menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa mencapai tujuan
instruksional.
Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap, menurut
Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang
Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan
tenang dan repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/
“Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang
siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
Prestasi belajar menurut Lingren ( dalam Sri Widodo, 1997 :33) adalah seluruh
kecakapan dan hasil yang dicapai, melalui proses pembelajaran di sekolah yang
dinyatakan dengan angka-angka atau nilai berdasar hasil tes nilai dari hasil evaluasi
merupakan gambaran prestasi belajar yang telah dicapai siswa dari proses belajar yang
telah dilaksanakan.
pengetahuan, keterampilan dan sikap mental. Secara terperinci dapat dikatakan bahwa
sekolah formal dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai. Hasil yang berupa kecakapan
nyata dapat diukur dengan menggunakan tes prestasi belajar. Penguasaan hal-hal
tersebut di atas di sekolah formal dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai.
10
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu
seseorang. Berdasarkan hal tersebut, maka hasil yang berupa kecakapan nyata dapat
kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Tirtaraharja (Yeni Rizka, 2004)
ialah taraf kemampuan aktual yang bersifat terukur berupa penguasaan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dicapai siswa dari apa yang telah dipelajari
di sekolah”.
Model (method) secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum,
model diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan
pembelajaran merupakan cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi
perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses
belajar mengajar.
pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan,
dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta
tingkat kemampuan siswa. Di samping itu pula, setiap model pembelajaran juga
guru, Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan.
berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat
yang beraneka ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini.
Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2011:142) istilah model pembelajaran
mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Model
pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode
atau prosedur.
1) Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para
dengan kenyataan sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan
mengembangkannya
12
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran
yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa
yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana peserta didik
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil
dalam pelaksanaannya
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang
lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda
kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas.
Model Creative Problem Solving adalah suatu proses, metode, atau sistem untuk
mendekati suatu masalah didalam suatu jalan imaginatif dan menghasilkan tindakan
memberikan kemampuan bagaimana cara memecahkan masalah yang objektif dan tahu
benar apa yang dihadapi. Kesimpulan yang secara mendasar dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Karena sepanjang orang itu hidup, ia akan dihadapkan pada
Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, ketrampilan memecahkan masalah
Problem Solving, terdiri atas klarifikasi masalah, pengungkapan pendapat, evaluasi dan
menekankan pada kreativitas sebagai kemampuan dasar siswa dalam memecahkan suatu
yang baru, berupa gagasan atau karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptidute maupun non
aptidute, maupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada yang relatif berbeda dengan
Karen (dalam Cahyono Nur Adi 2009 : 3) juga menyatakan “model Creative
Problem Solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada
CPS merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik
permasalahan.
imajinatif dan menekankan pada keterampilan dan kreativitas untuk menyelesaikan satu
permasalahan. Suatu pemecahan masalah dikatakan kreatif apabila ide yang dikeluarkan
selama proses pemecahan masalah merupakan asli dan memiliki kesesuaian dengan
permasalahan yang ada. Untuk tujuan itu, maka teknik penyampaian ide yang bervariasi
Menurut Fian Totiana dkk. (2012 : 78) Pembelajaran model Creative Problem
masalah.
2) Kemampuan guru
Problem Solving dalam pembelajaran sebagai hasil gabungan fase Von Oech dan
15
1. Klarifikasi Masalah
2. Pengungkapan Pendapat
Pada tahap ini siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat tentang
bagaimana macam strategi penyelesaian masalah. Dari setiap ide yang diungkapkan,
Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-
4. Implementasi (penguatan)
Pada tahap ini siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk
dari masalah tersebut. Selain itu, pada tahapan implementasi, siswa diberi
dalam mempelajari kimia. Penggunaan model pembelajaran CPS ini diharapkan dapat
menimbulkan minat sekaligus kreativitas dan motivasi siswa dalam mempelajari kimia,
16
sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang maksimal baik dari proses maupun
hasil belajarnya.
Tata nama senyawa merupakan salah satu materi yang diajarkan di Kelas X -
TSM semester genap pada SMKN 1 Darul Kamal, adapun sub materi yang diajarkan
dalam tata nama senyawa adalah materi tentang senyawa poliatomik, dan senyawa
biner. Penguasaan konsep ini tidak hanya menjadi kewajiban siswa, tetapi juga guru.
Guru yang tidak menguasai konsep menyebabkan siswa tidak mempunyai kompetensi
tentang materi tata nama senyawa, sehingga menyebabkan tidak tercapainya tujuan
pembelajaran. Untuk itu guru dituntut untuk meningkatkan kompetensinya. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Fian Totiana dkk. (2012:75)”. Ada banyak faktor yang
kreatif (Creative Problem Solving Models) yang merupakan variasi dari pembelajaran
proses, metode, atau sistem untuk mendekati suatu masalah didalam suatu “.
Pada materi ini siswa hanya dituntut oleh guru untuk sekedar menghafal tanpa
menuntut siswa memahami materi tersebut secara mendalam. Dalam materi tersebut
terdapat konsep-konsep yang memerlukan pemahaman dan hafalan yang cukup dari
siswa dan harus mempelajari lebih luas materinya seperti pengetahuan tentang nama-
nama unsur dan pemahaman tentang tata nama senyawa secara umum. Hal ini dapat
17
SMKN 1 Darul Kamal, guru masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah
dan tanya jawab, dimana guru lebih aktif dalam pembeljaran daripada siswa itu sendiri.
Ini akan membuat siswa merasa jenuh dan bosan, sehingga kurang berminat dalam
mempelajari materi kimia dan cenderung tidak menarik, yang mengakibatkan prestasi
siswa rendah. Berpijak pada pernyataan dan kenyataan tersebut model pembelajaran
yang sesuai digunakan oleh guru pada materi tata nama senyawa adalah model
pembelajaran CPS.
Tata nama senyawa anorganik meliputi senyawa biner dan poliatomik. Rumus
kimia suatu zat adalah khas. Kekhasan itu ditentukan oleh daya ikat dan bilangan
Daya ikat atom adalah kemampuan suatu atom untuk mengikat atom lain
sehingga membentuk suatu molekul atau senyawa. Daya ikat atom juga disebut valensi.
Tiap atom mempunyai daya ikat tertentu. Untuk memahami daya ikat atom, perhatikan
senyawa HCI, H2O, NH3, SO2, SO3, dan CH. Ternyata, Cl mengikat 1 atom H, O
4 atom H. Karena mempunyai daya ikat paling kecil, atom H dijadikan pembanding dan
ditetapkan memiliki valensi 1. Oleh karena itu, valensi atom CI adalah 1, valensi atom
O adalah 2, valensi atom N adalah 3, valensi atom S adalah 4 atau 6, dan valensi atom C
adalah 4.
Bilangan oksidasi (biloks) adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsur
mempunyai biloks (–1), Senyawa hidrida adalah senyawa yang terbentuk jika logam
Senyawa biner adalah senyawa yang terdiri hanya atas dua unsur. Senyawa biner
dapat terdiri atas dua unsur nonlogam atau logam dan logam.
Senyawa biner dari logam dan non logam umumnya adalah senyawa ion. Logam
membentuk ion positif (kation) dan non logam membentuk ion negatif (anion).
Aturan penamaan senyawa biner logam dan non logam adalah sebagai berikut :
1) Nama unsur logam disebutkan lebih dahulu, kemudian diikuti nama unsur bukan
Contoh :
I adalah iodida
Senyawa ionik walaupun tersusun atas ion positif dan negatif, tetapi secara
keseluruhan bersifat netral, sehingga muatan totalnya adalah nol. Ini berarti satu Na +
akan bergabung dengan satu Cl- dalam NaCl dan satu Mg2+ bergabung dengan dua Br-
2) Jika atom logam yang bertindak sebagai kation mempunyai lebih dari satu
Jika senyawa biner terdiri atas unsur bukan logam dan bukan logam, aturan
1) Nama senyawa biner dari dua jenis nonlogam adalah rangkaian nama kedua jenis
Contoh:
lebih dahulu, kemudian diikuti nama unsur bukan logam yang lain dan diakhiri
dengan akhiran –ida. Senyawa yang terbentuk antara unsur bukan logam dan bukan
logam merupakan senyawa yang berikatan kovalen. Jumlah atom yang dimiliki oleh
senyawa biner disebutkan dengan cara memberi awalan bahasa Latin sebagai
berikut:
1 = mono 6 = heksa
2 = di 7 = hepta
3 = tri 8 = okta
4 = tetra 9 = nona
5 = penta 10 = deka
Awalan bahasa Latin mono tidak diletakkan pada nama unsur non logam yang
pertama melainkan pada unsur nonlogam kedua. Awalan bahasa latin dari nama logam
Contoh :
1) Penamaan asam
Untuk asam Tata nama senyawa asam yang terdiri dari tiga jenis unsur
biner (terdiri dari dua jenis unsur), penamaan dimulai dari kata "asam" diikuti
Untuk asam yang terdiri dari tiga jenis unsur, penamaan dimulai dari kata
Table 2.3 Tata Nama Senyawa Asam yang Terdiri Dari Tiga Jenis Unsur
(sumbe
r : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/ca/Wikiyoen3.jpg)
2) Penamaan basa
Jika senyawa Basa adalah zat yang di dalam air dapat menghasilkan ion OH -.
Larutan basa bersifat kaustik, artinya jika terkena kulit terasa licin seperti bersabun dan
berasa pahit. Pada umumnya basa adalah senyawa ion yang terdiri dari kation logam
dan anion OH-. Senyawa basa dibentuk oleh ion logam sebagai kation dan ion OH - atau
ion hidroksida sebagai anion. Penamaan senyawa basa yaitu dengan menuliskan nama
Contoh :
4. Senyawa poliatomik
Senyawa poliatomik umumnya terdiri atas unsur-unsur nonlogam. Berikut ini nama-
Sesuai pendapat Johari (2006:156) Tata nama untuk senyawa yang mengandung
1) Untuk senyawa yang terdiri dari kation logam dan anion poliatom, maka penamaan
dimulai dari nama kation logam diikuti anion poliatom, maka penamaan dimulai
Table 2.5 Senyawa yang Terdiri dari Kation Logam dan Anion Poliatom
Rumus Kimia Kation Anion Nama Senyawa
NaOH Na+ OH- Natrium hidroksida
2) Untuk senyawa yang terdiri dari kation poliatom dan anion monoatom/poliatom,
Contoh :
Jumlah senyawa organik sangat banyak, apalagi yang ada dalam kehidupan
sehari-hari, dan tata nama senyawa organik lebih kompleks karena tidak dapat
ditentukan dari rumus kimianya saja tetapi dari rumus struktur dan gugus fungsinya. Di
sini hanya dibahas tata nama senyawa organik yang sederhana saja, karena nama
24
senyawa organik secara khusus akan dibahas pada materi Hidrokarbon dan Senyawa
Karbon.
BAB III
METODE PENELITIAN
terhadap proses kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari 2 kali pertemuan.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X-TSM SMKN 1 Darul Kamal tahun ajaran
2014-2015. Waktu penelitiannya dilakukan pada tanggal 7 Mei sampai dengan 23 Mei
2015.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-TSM SMKN 1 Darul Kamal
tahun ajaran 2014-2015 yang berjumlah 25 orang yang terdiri dari 22 laki-laki dan 3
perempuan.
pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan lembaran kerja siswa. Siswa akan
siswa akan diberikan tes untuk melihat prestasi belajar dengan menggunakan penerapan
model pembelajaran Creative Problem Solving dan setelah itu siswa diberikan
25
26
a. Observasi
melakukan penelitian dan apakah model CPS sudah digunakan atau belum
disekolah tersebut. Penulis juga mengadakan pendekatan pada guru bidang studi,
b. Tes
c. Angket
Penelitian ini yang penulis laksanakan bersifat deskriptif kualitatif, maka untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen
Materi ajar digunakan sebagai panduan belajar baik dalam proses pembelajaran
maupun belajar mandiri. Bahan ajar memuat pokok bahasan tata nama senyawa yang
diajarkan selama penelitian. Materi yang terdapat pada bahan ajar secara umum meliputi
menyelesaikan soal serta masalah yang ada dalam LKS tersebut dan juga mengarahkan
konsep / prosedur / cara yang berkaitan pada setiap pertemuan yang diberikan kepada
siswa secara berkelas. LKS yang disusun penelitian ini berisi ringkasan materi dan
dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan
skor angka (Margono,S. 2010 : 170). Tes ini berupa soal pilihan ganda yang berjumlah
15 butir soal mengenai materi tata nama senyawa yang diberikan pada pertemuan kedua
dari proses pembelajaran. Tes ini terdiri dari 2 jenis yaitu tes awal (pre-test) tes akhir
(post-test).
Tes awal (pre-test) adalah suatu tes yang diberikan kepada siswa sebelum
memasuki proses pembelajaran yang akan dipelajari yang berfungsi untuk mengetahui
pemahaman awal siswa sebelum mempelajari materi yang akan diajarkan oleh guru.
Sedangkan tes akhir (post-test) adalah suatu tes yang diberikan kepada siswa sebagai
evaluasi akhir untuk dapat mengetahui prestasi belajar siswa dari proses pembelajaran
Angket pada penelitian ini berisikan tentang respon siswa terhadap yang telah
diterapkan model CPS, dimana angket tersebut berisi 8 pertanyaan dan disediakan
28
pertanyaan dalam alternatif jawaban “ya” atau “tidak” juga disertai alasan siswa
dari setiap pertemuan, baik dari segi keaktifan siswa maupun prestasi belajar siswa
1. Tes
Tes ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan penerapan model
F
P= X 100%
N
Nilai yang diperoleh setelah dianalisis dengan rumus tersebut diatas telah
tercapai jika memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk materi tata nama
senyawa yaitu sebesar 75. Nilai ketuntasan ini disesuaikan dengan nilai KKM di SMKN
2. Angket
Angket pada penelitian ini terlampir dilampiran kuisioner respon siswa yaitu :
Efektifitas Model Pembelajaran CPS terhadap prestasi belajar siswa kelas X-TSM
Data respon siswa diperoleh dari angket yang dibagikan kepada siswa,setelah
angket dibagikan masing-masing siswa secara jujur, cermat dan percaya diri menjawab
Secara sistemati persentase dari setiap respon siswa dapat ditulis (dalam
Hifzi,2010:31)
Respon siswa dikatakan efektif jika jawaban siswa terhadap pernyataan untuk
setiap aspek direspon pada setiap komponen pembelajaran diperoleh persentase ≥ 70%.
30
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, E.P. 2008 . Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving
(CPS) dalam Pembelajaran Matematika terhadap Kemampuan Penalaran
Adaptif Matematika Siswa SMA. Skripsi (tidak diterbitkan). Bandung : UPI.
Drucker, P.F. 1964. Managing For Results. New York: Harper & Row,
Gie, The Liang. 2002. Analisis Administrasi Dan Manajemen, Gramedia, Jakarta.
____ 2003, Efisiensi Kerja Bagi Pembangunan Negara. Yogyakarta: UGM Press.
Harnanto A. dan Ruminten. 2009. Kimia 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Khanifah, Siti. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
dan Teams Game Tournament (TGT) Terhadap Kemampuan Pemecahan
MasalahMatematika Pokok Bahasan Perbandingan Trigonometri Sudut- Sudut
Khusus PadaSiswa Kelas X Semester II SMA Negeri 1Pegandon Kabupaten
Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Semarang: IKIP. Tersedia Pada
http://andynuriman.files.wordpress.com/2011/10/siti-khanifaheksperimen.pdf.
Diakses Tanggal 27 februari 2015.
Supardi, K.I. dan Putri, R.I. 2010. Pengaruh penggunaan artikel kimia dari internet
pada model pembelajaran creative problem solving terhadap hasil belajar kimia
31
siswa sma. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 4, No.1, 2010. Semarang :
UNS.
Susilowati, E. dkk. 2013. Kimia untuk Kelas X SMA dan MA Kurikulum 2013. Solo :
PT.Wangsa Jatra Lestari.
Totiana, F. dkk. 2012. Efektivitas model pembelajaran creative problem solving (cps)
yang dilengkapi media pembelajaran laboratorium virtual terhadap prestasi
belajar siswa pada materi pokok koloid kelas xi ipa semester genap sma negeri
1 karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK),
Vol. 1 No. 1 Tahun 2012. Surakarta : UNS.
Wirasani. 2011. Penerapan Model Creative Problem Solving dengan Video Compact
Disk Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa
Kelas IV Semester 1 di SD No. 1 Banjar Bali. Skripsi (tidak diterbitkan).
Singaraja: Undiksha