Anda di halaman 1dari 8

STEP BY STEP PROCEDURE SOLUSI PEMBELAJARAN HOTS

PADA MATERI VOLUME BANGUN RUANG


DI SD KECAMATAN TAWANGSARI

Sahido Umargani
SD Negeri Tangkisan 03

ABSTRAK
Step by Step Procedure merupakan solusi untuk pelaksanaan pembelajaran
HOTS pada materi volume bangun ruang dan memudahkan guru dalam
memberikan contoh/demonstrasi pelaksanaan mengukur bangun ruang secara
procedural dan sisematis serta peserta didik dapat meniru dengan mudah.
Peserta didik antusias mengikuti pembelajaran dengan sistem ini, serta mayoritas
hasil pengukuran volume bangun ruang dari peserta didik termasuk dalam
kategori baik. Salah satu elemen transformasi kurikulum 2013 di tingkat Sekolah
Dasar adalah penguatan proses pembelajaran dan penerapan dengan
menggunakan pendekatan saintifik dan mengakrabkan pengembangan
keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) bagi siswa. yang meliputi: (1)
Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan), (2) Problem Statement
(Pernyataan/Identifikasi Masalah), (3) Data Collection (Pengumpulan Data), (4)
Data Processing (Pengolahan Data), (5) Verification (Pembuktian), dan (5)
Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi). Hasil kegiatan yang terbatas
menunjukkan bahwa dengan step by step procedure didapat hasil belajar di atas
KKM (92,3%) dalam pembelajaran Matematika materi Volume Bangun Ruang
Sekolah Dasar.
Kata Kunci: Keterampilan HOTS; Step by Step Prosedure; Volume Bangun
Ruang,

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran adalah hal yang esensial untuk dipecahkan dan dikembangkan
secara maksimal secara sistematis dan procedural. Langkah nyata yang perlu dilakukan guru
dan siswa di kelas adaalah berkolaborasi dalam menyelesaikan persoalan. Pemerintah
mengharapkan para peserta didik mencapai berbagai kompetensi dengan penerapan HOTS
atau Keterampilan Bepikir Tingkat Tinggi. Kompetensi tersebut yaitu berpikir kritis (criticial
thinking), kreatif dan inovasi (creative and innovative), kemampuan berkomunikasi
(communication skill), kemampuan bekerja sama (collaboration) dan kepercayaan diri
(confidence). Lima hal yang disampaikan pemerintah yang menjadi target karakter peserta
didik itu melekat pada sistem evaluasi kita dalam ujian nasional dan merupakan kecakapan
abad 21.

Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena itu
Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang

11
Step By Step Procedure Solusi Pembelajaran HOTS
(Sahido Umargani)

memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive
reasoning) yang memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik
simpulan secara keseluruhan. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas
suatu fenomena/gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan
pengetahuan sebelumnya.

Peningkatan kualitas peserta didik salah satunya dilakukan oleh guru yang berfokus
pada peningkatan kualitas pembelajaran di kelas dengan berorientasi pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi melalui step by step procedur. Desain peningkatan kualitas
pembelajaran ini merupakan upaya peningkatan kualitas peserta didik. Untuk itu, dalam
upaya memperbaiki pembelajaran matematika siswa dan memperbaiki KBM di kelas lebih
berkualitas dan bermakna, maka dalam penulisan karya Best Practice ini berjudul “Step By
Step Procedure solusi Pembelajaran HOTS pada Materi Volume Bangun Ruang di SD
Kecamatan Tawangsari.”

Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
Bagaimanakah proses dan hasil pembelajaran dengan Step By Step Procedure solusi
Pembelajaran HOTS pada Materi Volume Bangun Ruang di SD Kecamatan Tawangsari?

Tujuan

Tujuan penulisan Best Practice ini adalah untuk: Mendeskripsikan proses


pembelajaran dan hasil belajar dengan Step By Step Procedure solusi Pembelajaran HOTS
pada Materi Volume Bangun Ruang di SD Kecamatan Tawangsari.

TINJAUAN PUSTAKA

Implementasi

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone


dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan implementasi sebagai
evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling
menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2002). Adapun
Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah
sistem rekayasa.”

Pembelajaran

Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta
dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip
dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda

12
LENTERA KARYA: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Sejarah, dan Humaniora
Vol. 6, No. 3, Juli 2022

Konsep pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2011: 61) adalah suatu proses
dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.

Komponen pembelajaran

Interaksi merupakan ciri utama dari kegiatan pembelajaran, baik antara yang belajar
dengan lingkungan belajarnya, baik itu guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran,
atau sumber-sumber belajar yang lain. Ciri lain dari pembelajaran adalah yang berhubungan
dengan komponen-komponen pembelajaran. Sumiati dan Asra (2009: 3) mengelompokkan
komponen-komponen pembelajaran dalam tiga kategori utama, yaitu: guru, isi atau materi
pembelajaran, dan siswa. Interaksi antara tiga komponen utama melibatkan metode
pembelajaran, media pembelajaran, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga
tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan terciptanya tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya.

Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu apa nyang


diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Robert F. Meager (Sumiati dan Asra, 2009: 10)
memberi batasan yang lebih jelas tentang tujuan pembelajaran, yaitu maksud yang
dikomunikasikan melalui pernyataan yang menggambarkan tentang perubahan yang
diharapkan dari siswa. B. Suryosubroto (1990: 23) menegaskan bahwa tujuan pembelajaran
adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sesudah ia
melewati kegiatan pembelajaran yang bersangkutan dengan berhasil. Tujuan pembelajaran
memang perlu dirumuskan dengan jelas, karena perumusan tujuan yang jelas dapat
digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dari proses pembelajaran itu sendiri. Syarat
tujuan pembelajaran:Spesifik, dan Operasional.

Media pembelajaran

Pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan siswa dan guru dengan


menggunakan berbagai sumber belajar baik dalam situasi kelas maupun di luar kelas. Dalam
arti media yang digunakan untuk pembelajaran tidak terlalu identik dengan situasi kelas
dalam pola pengajaran konvensional namun proses belajar tanpa kehadiran guru dan lebih
mengandalkan media termasuk dalam kegiatan pembelajaran. Rudi Susilana dan Cepi
Riyana (2009: 179) mengklasifikasikan penggunaan media berdasarkan tempat
penggunaannya, yaitu:

Penggunaan media di kelas

Pada teknik ini media dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu
dan penggunaannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas. Dalam
merencanakan pemanfaatan media tersebut guru harus melihat tujuan yang akan dicapai,
materi pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan tersebut, serta strategi belajar
mengajar yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut.

Penggunaan media di luar kelas

Media tidak secara langsung dikendalikan oleh guru, namun digunakan oleh siswa
sendiri tanpa instruksi guru atau melalui pengontrolan oleh orang tua siswa. Penggunaan

13
Step By Step Procedure Solusi Pembelajaran HOTS
(Sahido Umargani)

media di luar kelas dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu penggunaan media
tidak terprogram dan penggunaan media secara terprogram.

Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran disusun secara sistematis dengan mengikuti prinsip psikologi.


Agar materi pembelajaran itu dapat mencerminkan target yang jelas dari perilaku siswa
setelah mengalami proses belajar mengajar. Materi pembelajaran harus mempunyai lingkup
dan urutan yang jelas. Lingkup dan urutan itu dibuat bertolak dari tujuan yang dirumuskan.

Evaluasi pembelajaran

Evaluasi yang diberikan oleh guru mempunyai banyak kegunaan bagi siswa, guru,
maupun bagi guru itu sendiri. Menurut Sumiati dan Asra (2009: 200) hasil tes yang
diselenggarakan oleh guru mempunyai kegunaan bagi siswa, Tujuan evaluasi pembelajaran
adalah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan mengukur sampai dimana tingkat
kemampuan dan pemahaman peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Pendidik/guru

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (Martinis Yamin dan Maisah, 2009: 100) secara
keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga,
dalam masyarakat maupun di sekolah. Guru dilihat sebagai sosok yang kharismatik, karena
jasanya yang banyak mendidik umat manusia dari dulu hingga sekarang.

Peserta didik/siswa

Siswa merupakan salah satu komponen inti dari pembelajaran, karena inti dari
proses pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan. Menurut
Kimble dan Garmezy (dalam Sumiati dan Asra 2009: 38) sifat dan perubahan perilaku dalam
belajar relatif permanen.

Lingkungan tempat belajar

Lingkungan merupakan segala situasi yang ada di sekitar kita. Suciati, dkk (2007: 5)
menjelaskan bahwa lingkungan belajar adalah situasi yang ada di sekitar siswa pada saat
belajar. Situasi ini dapat mempengaruhi proses belajar siswa.

Pengelolaan Proses Pembelajaran

Menurut Sumiati dan Asra (2009: 4) peran guru dalam pembelajaran yang dapat
membangkitkan aktivitas siswa setidak-tidaknya menjalankan tugas utama, berikut ini:
Merencanakan pembelajaran, Pelaksanaan pengajaran, Mengevaluasi pembelajaran,
Memberikan umpan balik menurut Stone dan Nielson (Sumiati dan Asra, 2009: 7)

Step By Step Procedure


Belakangan ini penggunaaan kata-kata dalam ucapan dan keterangan makin luas
dan banyak menggunakan kata-kata yang jarang digunakan. Sehingga membuat kita
kadang tidak tahu maksud dari kata-kata tersebut. Seperti penggunaan kata step by step.
Penggunaan kata-kata tersebut bisa saja dilihat di dunia nyata maupun di dunia maya
seperti di sosial media Instagram, Facebook, Twitter atau di aplikasi berbasis chat seperti
Line, BBM, WhatsApp dan lain sebagainya. Namun apakah diketahui arti kata step by step
yang sebenarnya supaya dipahami dalam membaca kalimat yang mengandung kata

14
LENTERA KARYA: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Sejarah, dan Humaniora
Vol. 6, No. 3, Juli 2022

tersebut. Berikut ini adalah penjelasan dari arti kata step by step berdasarkan Kamus Bahasa
Inggris – Indonesia Online adalah: Arti kata step by step dalam Kamus Bahasa Inggris –
Indonesia adalah secara bertahap, satu demi satu. Dengan mengetahui banyak kosakata
dapat memudahkan dalam berkomunikasi maupun dalam menyampaikan pendapat yang
ingin disampaikan kepada orang tertentu. Seperti itu penjelasan mengenai arti kata step by
step procedure. Semoga dengan ada penjelasan di atas dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai kosakata tersebut.

Higher Order Thinking Skill (HOTS)


Konsep berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill) berasal dari Taksonomi
Bloom. Taksonomi ini mengidentifikasi keterampilan dalam perkembangan yang hierarkis
dari tingkat yang mudah sampai yang sulit. Tingkat Taksonomi Bloom, dari terendah ke
tertinggi adalah Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi, Analisis, Sintesis, dan Evaluasi. Adapun
Brookhart (2010) membagi keterampilan berpikir tingkat tinggi menjadi 3 aspek yakni, (1)
HOTS sebagai transfer of knowledges, (2) HOTS sebagai critical-creative thinking, dan (3)
HOTS sebagai problem solving.

Aspek Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Transfer of Knowledge

Keterampilan berpikir tingkat tinggi erat kaitannya dengan keterampilan berpikir


sesuai dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang menjadi satu kesatuan dalam
proses pembelajaran.

PROSES KOGNITIF DEFINISI


C1 Mengingat Mengambil pengetahuan yang relevan dari ingatan
L
Membangun arti dari proses pembelajaran, termasuk
C2 O Memahami
komunikasi lisan, tertulis, dan gambar
T
Menerapkan/ Melakukan atau menggunakan prosedur di
C3 S
Mengaplikasikan dalam situasi yang tidak biasa
Memecah materi ke dalam bagian-bagiannya dan
menentukan bagaimana bagian-bagian itu
C4 Menganalisis
terhubungkan antar bagian dan ke struktur atau
H tujuan keseluruhan
O Menilai/ Membuat pertimbangan berdasarkan kriteria atau
C5
T Mengevaluasi standar
S Menempatkan unsur-unsur secara bersama-sama
Mengkreasi/ untuk membentuk keseluruhan secara koheren atau
C6
Mencipta fungsional; menyusun kembali unsur-unsur ke dalam
pola atau struktur baru
Proses Kognitif sesuai dengan level kognitif Bloom

15
Step By Step Procedure Solusi Pembelajaran HOTS
(Sahido Umargani)

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Critical and Creative Thinking

Berpikir kritis secara esensial sebagai sebuah proses aktif, dimana seseorang
berpikir segala hal secara mendalam, mengajukan berbagai pertanyaan, menemukan
informasi yang relevan daripada menunggu informasi secara pasif (Fisher, 2009).

PELAKSANAAN KEGIATAN

Tujuan dan Sasaran

Tujuan kegiatan ini untuk menerapkan HOTS dengan step by step di SD Negeri
Kecamatan Tawangsari Pada Materi Volume Bangun Ruang. Sasaran: Siswa kelas SD Negeri
Kecamatan Tawangsari Tahun Pelajaran 2019/2020.

Materi Kegiatan

Pembelajaran Matematika pada materi Volume Bangun Ruang

Treatment

Untuk mengatasi atau memecahkan masalah laporan ini, dilakukan langkah-langkah


sebagai berikut:

Perencanaan pembelajaran

Analisis Standar Kelulusan (SKL) dan Kompetensi Inti (KI)

Analisis Standar Kelulusan (SKL) dan Kompetensi Inti (KI) dilakukan sebelum
melaksanakan proses pembelajaran. Dasar dalam melakukan analisis adalah Permendikbud
No. 20 Tahun 2016 tentang SKL dan Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar
Karakteristik soal HOTS antara lain, (1) mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, (2)
berbasis permasalahan kontekstual, (3) menggunakan bentuk soal beragam, dan (4)
mengukur level kognitif C-4 (menganalisis), C-5 (mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi).
Adapun langkah-langkah penyusunan soal HOTS.

Pelaksanaan pembelajaran dengan step by step procedure

a. Pendahuluan; Orientasi, Motivasi, Apersepsi, Pemberian Acuan

b. Inti; Pemberian rangsangan (Stimulation), Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem


Statement), Pengumpulan Data (Data Collection), Pengolahan Data (Data Processing),
Pembuktian (Verification), Menarik Kesimpulan/Generalisasi (Generalization) dilakukan
dengan Step By Step Prosedure.

c. Penutup: Peserta didik Membuat rangkuman/simpulan pelajaran tentang point-point


penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan. Melakukan
refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. (HOTS: Reflektif).

Alat/Instrumen

a. Sumber Belajar; Gemar Matematika: untuk kelas V SD/MI/Y.D. Sumanto, Heny


Kusumawati, Nur Aksin; editor Muklis. — Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008

b. Matematika untuk SD/MI: Yogi Anggraena Erik Valentino

16
LENTERA KARYA: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Sejarah, dan Humaniora
Vol. 6, No. 3, Juli 2022

Media Pembelajaran; Benda yang ada di sekeliling siswa yang berbentuk bangun
ruang, seperti buku, pensil, penghapus, dan lainnya yang berbentuk bangun ruang.

Waktu dan Tenpat Kegiatan

Kegiatan dilaksanakan di ruang kelas SD Negeri Tangkisan 03,

HASIL KEGIATAN

Hasil Belajar

1. Kebutuhan siswa yang masih senang berkelompok, membuat siswa merasa lebih
nyaman belajar. Dengan penggunaan benda asli (kubus satuan) membuat siswa
merasa senang dengan step by step procesdur.

2. Kuantitatif Secara kualitatif, hasil belajar siswa menunjukkan hasil yang memuaskan.

Kendala yang Muncul

Alokasi waktu

Pada kegiatan apa siswa melaksanakan secara klasikal, kelompok, berpasangan,


atau individu. Bila tidak memungkinkan semua kelompok untuk mempresentasikan hasil
kerja mereka di depan kelas, cukup beberapa kelompok (2-3 kelompok) saja yang
mempresentasikannya, atau tergantung sisa waktu yang tersedia. Hasil kerja sisa kelompok
yang lain bisa dikumpulkan sebagai tugas dan mendapat giliran tampil di pertemuan
selanjutnya

Pembagian kelompok.

Pembagian kelompok sangat berpengaruh dalam suatu diskusi agar tidak tumpang
tindih antara siswa kelompok tinggi dan siswa kelompok rendah. Kelompok siswa sebaiknya
dibentuk secara heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 siswa berkemampuan
tinggi, 3 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan rendah. Pembagian
kelompok dilakukan sebelum pembelajaran

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Simpulan

Berdasarkan analisis selama kegiatan dan hasil penilaian dapat disimpulkan bahwa:
Pembelajaran Berorientasi pada HOTS dengan menggunakan step by step procedure dapat
diimplentasikan dan berhasil dengan baik di SD Kecamatan Tawangsari pada pembelajaran
Matematika dengan materi Volume Bangun Ruang.

Rekomendasi

Guru tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan buku guru serta
jaring-jaring tema yang telah disediakan, tetapi dapat melakukan inovasi pembelajaran
tematik yang kontekstual sesuai dengan latar belakang siswa, situasi dan kondisi
sekolahnya. Guru selalu dinamis dan inocatif. Siswa menerapkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi dalam belajar, Kepala sekolah dapat mendorong guru untuk ikut
melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS.

17
Step By Step Procedure Solusi Pembelajaran HOTS
(Sahido Umargani)

DAFTAR PUSTAKA

B. Suryosubroto. 1990. Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kepemimpinan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Bloom, Benjamin S., etc. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: The Classification
of Educational Goals, Handbook I Cognitive Domain. New York: Longmans,
Green and Co

Brookhart, S. M. 2010. How to Assess High Order Thinking Skills in Your Classroom.
Virginia: ASCD

Martinis Yamin dan Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas: Strategi


Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada.

Mulyasa, E. 2014. Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya

Nurdin Usman. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: Grasindo

Rudi Susilana dan Cepi Riyana. 2009. Media Pembelajaran: Hakikat Pengembangan,
Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV Wacana Prima.

Suciati, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka

Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Syaiful Bahri Djamarah, dkk. 2006. Strategi Belajar–Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Syaiful Sagala. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

18

Anda mungkin juga menyukai