Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 2

1. Roslitha Uli Banjarnahor


2. Indah Maria Tioday Lumban Gaol
3. Nisa Indra Yana
4. Ria Nita Fitri
5. Trisa Ayu Sadila
6. Sarah Amelia Pasaribu

PRINSIP UNDERSTANDING BY DESIGN DALAM PERENCANAAN


PEMBELAJARAN DAN ASSESSMEN

Understanding by Design atau UbD merupakan pendekatan perencanaan pendidikan.


UbD adalah contoh desain mundur, praktik melihat hasil untuk merancang unit kurikulum,
penilaian kinerja, dan pengajaran di kelas. UbD fokus mengajar untuk mencapai pemahaman.

Dalam pembelajarannya, Understanding by Design (UbD) menekankan keterlibatan


siswa sebagai partisipan dan pusat pembelajaran (Student center), karena pemahaman menjadi
hal yang sangat penting dan menjadi kunci utama keberhasilan. Hasil yang diharapkan dalam
kerangka Understanding by Design (UbD) adalah memfokuskan pembelajaran pada
pemahaman peserta didik. Untuk dapat meningkatkan keaktifan peserta didik, guru dapat
melakukannya dengan melibatkan peserta didik secara langsung baik secara individual maupun
kelompok. Desain pembelajaran ini berorientasi dari hasil belajar atau cara berpikir tentang
pembelajaran. Peran guru dalam implementasi Understanding by Design (UbD) sangat penting,
guru harus memahami strategi perancangan yang akan digunakan. Dalam backward design
guru harus menentukan ide, tujuan yang akan dicapai, evaluasi yang akan diberikan dan
langkah-langkah pembelajarannya. Selain sebagai perancang, gurupun berperan sebagai
fasilitator. Guru memfasilitasi segala kebutuhan peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan
kebutuhannya.

Mahasiswa yang menyatakan bahwa ilmu yang diperoleh selama pelaksanaan UbD
dapat digunakan dalam kehidupan nyata, bahkan dalam kehidupan bisnis. Seperti Yurtseven
dkk. (2013) menunjukkan, integrasi UbD ke dalam ruang kelas menyediakan lingkungan untuk
interaksi, partisipasi aktif, dan memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh dalam situasi
otentik. Sebagaimana dinyatakan di atas, transfer adalah keterampilan penting yang mengacu
pada pemahaman yang bertahan lama. Keterampilan transfer yang paling mendasar dalam
pembelajaran bahasa asing adalah mampu berkomunikasi dalam lingkungan yang kompleks
dan nyata dengan sukses dengan aksen yang baik dan kecepatan yang dapat dimengerti oleh
semua orang yang tidak mengetahui bahasa ibu penuturnya (Wiggins & McTighe, 2007).
Berkaitan dengan materi tersebut, para mahasiswa menyatakan bahwa pelaksanaan UbD
memiliki banyak kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara
mahasiswa, yang pada awalnya membuat mereka merasa cemas. Nantinya, kegiatan ini
membantu mereka mendapatkan keberanian dan kepercayaan diri.
Implementasi Understanding by Design (UbD) sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran. Di Indonesia Understanding by Design (UbD) sudah mulai diterapkan, yaitu
dalam kurikulum merdeka. Dalam kurikulum merdeka, guru harus membuat asesmen/evaluasi
mengenai kemampuan peserta didik sebelum merencanakan proses belajar mengajar, hal ini
menjadi acuan untuk merencanakan proses belajar mengajar, bahan ajar, bahan evaluasi,
maupun media pembelajaran yang akan digunakan oleh guru. Menggunakan kerangka kerja
Understanding by Design (UbD) dapat membantu memastikan bahwa kurikulum, konten, dan
penilaian selaras dengan hasil spesifik dan keterampilan yang dapat ditransfer guru kepada
peserta didik. Pendekatan Understanding by Design sudah diimplementasikan di Indonesia
dengan menerapkannya dalam proses belajar mengajar di kelas dan dinyatakan efektif untuk
digunakan. Hal ini, dibuktikan melalui artikel-artikel penelitian yang kami analisis. Pada artikel
1 yang dilakukan oleh Wati(2022), berjudul tentang Analisis Pengembangan Rancangan
Pembelajaran dengan Pendekatan Understanding by Design pada Pembelajaran PAI SMP
Negeri 11 Bengkulu.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa respon siswa terkait pertanyaan dalam angket
yang membahas tentang penggunaan UbD dalam pembelajaran yaitu siswa memiliki persepsi
bahwa UbD sudah efektif untuk digunakan, dan dapat meningkatkan motivasi serta aktivitas
belajar siswa Artikel 2, penelitian yang dilakukan oleh (Pertiwi, Sudjito, & Rondonuwu, 2019),
yang berjudul Perancangan Pembelajaran Fisika tentang Rangkaian Seri dan Paralel untuk
Resistor Menggunakan Understanding by Design (UbD), menyatakan bahwa UbD dapat
dijadikan sebagai bahan perbaikan kualitas pembelajaran karena tiga tahapan dalam Backward
Design yang digunakan dalam penelitiansaling terkait dan direkomendasikan dalam
pembelajaran riil. Artikel 3, penelitian yang dilakukan oleh (Almaseid, 2017) berjudul The
Impact of Using Understanding by Design (UbD) Model on 8th-Grade Student’s Achievement
in Science, yang menyatakan yaitu UbD baik untuk digunakan pada proses belajar mengajar,
khususnya pada materi eksak.

Hal ini dibuktikan melalui nilai siswa yang meningkat setelah pemberian postest
menggunakan pendekatan UbD. Artikel 4, penelitian yang dilakukan oleh (Yurtseven& Altun,
2016) berjudul Understanding by Design (UbD) in EEL Teaching: The Investigation of
Student’Foreign Language Learning Motivation and Views. Penelitian ini menyatakan bahwa
nilai siswa meningkat saat diberikan postest menggunakan pendekatan UbD. Artikel 5,
penelitian yang dilakukan oleh (Alfiyah, 2018) berjudul Implementasi Metode Pembelajaran
Understanding by Design di Sekolah Alam Depok Terhadap Kesadaran Mentadaburri Ayat-
Ayat Alquran. Penelitian ini menyatakan bahwa implementasi UbD memberikan hasil yang
efektif dalam pembelajaran terkait kesinambungan sistem belajar, pendidik, dan pihak yang
dilibatkan. Artikel 6, penelitian yang dilakukan oleh (Gloria & Sudarmin, 2018) berjudul
Kontribusi Asesmen Formatif dalam Tahapan Understanding by Design terhadap Pemahaman
Mahasiswa Calon Guru Biologi. Penelitian ini menyatakan bahwa asesmen yang berkontribusi
dan sesuai digunakan dalam UbD untuk membentuk pemahaman mahasiswa adalah asesmen
formatif karena asesmen ini mencakup 3 komponen yang terdiri dari penilaian diri, penilaian
teman sejawat, dan umpan balik. Hal ini dibuktikan dengan mendapatkan uji korelasi yang
positif.
Metode perencanaan pembelajaran yang dimulai dengan menetapkan tahapan pada
prinsip UbD yang diawali dengan menentukan tujuan pembelajaran, menentukan asesmen
yang sesuai kemudian menentukan kegiatan pembelajaran.

1. Menentukan Tujuan

Tujuan pembelajaran disusun berdasarkan karakteristik peserta didik dan lingkungan sekolah
masing-masing. Guru harus mengetahui pemetaan kebutuhan belajar dan level kemampuan
peserta didik. Dalam kurikulum merdeka, tujuan pembelajaran disusun berdasarkan Capaian
Pembelajaran (CP). Rumusan tujuan pembelajaran harus mengandung komponen kompetensi
dan konten kemudian disusun menggunakan rumus ABCD (Audience, Behavior, Condition,
Degree).

2. Menentukan Asesmen

Guru dapat mengetahui ketercapaian pembelajaran dengan menggunakan asesmen.

Hasil asesmen digunakan sebagai bahan refleksi dan dasar untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Pembelajaran dan asesmen memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan.
Untuk memastikan bahwa keduanya memberi dampak pada peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap peserta didik, maka diperlukan perencanaan pembelajaran dan
asesmen secara sistematis. Terdapat 3 pendekatan yang harus diterapkan oleh guru dalam
mengukur hasil belajar peserta didik yaitu :

✓ Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan biasanya
digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Asesmen ini
dapat juga disebut sebagai asesmen formatif. Pendidik memberikan umpan balik terhadap
proses belajar peserta didik, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya.
Contoh: Penugasan, presentasi, proyek, termasuk kuis (penilaian untuk proses belajar).

✓Assessment of learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah proses


pembelajaran selesai. Asesmen ini dapat juga disebut dengan asesmen sumatif. Tujuan adanya
asesmen ini adalah untuk judgement atau menentukan nilai akhir dari hasil belajar peserta
didik. Contohnya: UAS

✓Assessment as learning merupakan penilaian yang dilaksanakan selama proses pembelajaran


dan melibatkan peserta didik secara aktif. Peserta didik juga dapat dilibatkan dalam pembuatan
rubrik. Asesmen ini merupakan bagian dari asesmen formatif. Contohnya: Penilaian diri (self
assessment) dan penilaian antar teman.

3. Menentukan kegiatan pembelajaran.

Penentuan kegiatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 disebut dengan rencana


pelaksanaan pembelajaran (RPP) sedangkan pada kurikulum merdeka, modul ajar lebih rinci
dalam menentukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik. Dalam
menentukan kegiatan pembelajaran, hal yang harus diperhatikan adalah karakteristik peserta
didik, karakteristik materi, lingkungan, dan fasilitas yang mendukung pembelajaran. Model
pembelajaran yang digunakan harus berpusat pada peserta didik, misalnya discovery learning,
inquiry learning, problem based learning, dan lain sebagainya. Setelah menentukan model,
maka dilanjutkan untuk menyiapkan LKPD, bahan ajar dan media pembelajaran yang sesuai
dengan model yang digunakan.
KOMPETENSI DAN TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan pembelajaran merupakan tanggung jawab guru yang harus dipilih dan
ditentukan dengan hati-hati untuk menciptakan proses pembelajaran yang bermakna (Isman,
2011: 136). Tujuan pembelajaran minimal dapat memungkinkan seseorang untuk memiliki
kemauan belajar dan meningkatkan keterampilan (Brown & Green, 2016: 7). Tujuan
pembelajaran dalam UbD (Understending by Design) menekankan apa yang diharapkan siswa
ketahui, pahami, dan kuasai setelah mengikuti suatu pembelajaran. Fokus pada pemahaman
mendalam konsep atau ide utama yang ingin dicapai siswa, dengan tujuan untuk mendorong
pemahaman yang lebih dalam dan penerapan pengetahuan.

Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang baik, tahap perencanaan sangat penting
agar tercipta proses pembelajaran yang maksimal (Haynes, 2010: 2). Perancangan konsep
pembelajaran diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia berkualitas dan mampu
bekerja pada bidang tertentu (Saerozi, 2016: 43). Perumusan tujuan pembelajaran yang baik
diantaranya perlu memperhatikan Taksonomi. Tujuan Pembelajaran meliputi tujuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik, dan juga harus memperhatikan analisis
instruksional atau analisis tugas (Task Analysis), Dalam membuat perencanaan
pembelajaran, penting untuk mengetahui keterampilan atau kompetensi apa saja yang
dibutuhkan dalam tugas-tugas yang akan diajarkan atau diberikan (Miyah, 2015). Tujuan
pembelajaran dikembangkan secara spesifik dan jelas dengan menentukan satu perilaku yang
dilakukan oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Dick & Carey,
2015: 6).

Tujuan pembelajaran yang mengembangkan satu perilaku yang spesifik dan jelas dapat
memberikan keuntungan kepada peserta didik untuk mengatur waktu dan pemusatan perhatian
terhadap kompetensi yang akan dikuasai. Pemilihan perangkat pembelajaran seperti media,
alat, dan sumber belajar sangat erat kaitannya dengan perwujudan kondisi pembelajaran yang
diharapkan. Pemilihan perangkat pembelajaran yang tepat guna merupakan cerminan kesiapan
guru dalam menyusun media, alat, dan sumber belajar yang berdampak pada perubahan tingkah
laku peserta didik, sehingga keselarasan antara perangkat pembelajaran yang digunakan
dengan tujuan pembelajaran cenderung diperkuat (Mudlofir & Rusdiyah, 2016: 121-128).
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perumusan tujuan
pembelajaran hendaknya relevan dengan kondisi perangkat pembelajaran yang tersedia di
sekolah dan relevan dengan keadaan peserta didik. Pertimbangan ini sangat penting karena
sarana dan prasana sekolah yang lengkap dapat membantu peserta didik mencapai hasil belajar.

Menurut Spencer (1993) kompetensi merupakan karakteristik mendasar seseorang yang


berhubugan secara timbal balik dengan suatu kriteria efektif kompetensi dan atau kecakapan
terbaik seseorang dalam pekerjaan atau keadaan. Lebih lanjut Spencer (1993) menyebutkan
lima tipe tersebut adalah sebagai berikut.

1. Motif, sesuatu yang dimilki seseorang untuk berpikir secara konsisten atau keinginan
untuk melakukan suatu aksi.
2. Pembawaan, karakteristik fisk yang merespon secara konsisten berbagai situasi atau
informasi.
3. Konsep diri, adalah tingkah laku, nilai, atau citra seseorang.
4. Pengetahuan adalah informasi khusus yang dimilki seseorang.
5. Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan tugas secara fisik dan mental.

Penyajian kompetensi yang baik haruslah dapat menunjukkan kecakapan berpikir,


bekerja, dan prestasi seseorang. Dalam penyusunan kompetensi, perlu adanya perubahan
penekanan pola pikir dan pola tindakan dari ”Apa yang harus dipelajari seorang
pembelajar ke bagaimana membelajari pembelajar?” Selanjutnya, diperlukan persiapan
yang memadai untuk menyusun kompetensi. Untuk menerapkan kompetensi ini ke dalam
pembelajaran, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan oleh seorang guru menurut Janawi
(2012), yaitu: 1. Memahami tujuan pelajaran; 2. Mengenali karakteristik peserta didik 3.
Membuat tujuan pengajaran 4. Mengenali subyek dan isi setiap materi 5. Mengembangkan alat
ukur awal 6. Menyaring kegiatan-kegiatan belajar beserta sumber-sumbernya. 7. Mengerahkan
layanan-layanan yang mampu mendukung (dana, alat, jadwal); dan mengembangkan alat
evaluasi belajar.

Anda mungkin juga menyukai