Anda di halaman 1dari 8

JISE 6 (1) (2017)

Journal of Innovative Science Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise

Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran IPA Terpadu Serta


Implikasinya di SMP

Ribka Putri Agustami, Wiyanto, Siti Alimah

Prodi Pendidikan IPA, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Diterima Januari 2017 Penerapan pembelajaran IPA Terpadu di SMP menimbulkan persepsi guru yang berbeda. Hal ini
Disetujui Maret 2017 dikarenakan guru harus menguasai ketiga bidang ilmu sekaligus (Fisika, Kimia, dan Biologi).
Penerapan Pembelajaran IPA di dalam kelas oleh guru akan membentuk persepsi siswa terhadap
Dipublikasikan Agustus
pembelajaran IPA Terpadu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1. Menganalisis persepsi guru
2017
dan siswa terhadap pembelajaran IPA Terpadu, 2. Mengajukan suatu desain pembelajaran IPA
________________ Terpadu sesuai dengan analisis persepsi yang valid, praktis, dan efektif. Metode yang digunakan
Keywords: pada penelitian ini adalah mixed method diawali penelitian kualitatif untuk mendapatkan data
Critical Thinking, persepsi guru dan siswa dilanjutkan dengan penelitian kuantitatif berupa pengujian desain
Environmental Awareness, pembelajaran yang diajukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut persepsi guru
Scaffolding. penerapan pembelajaran IPA Terpadu belum mendapatkan dukungan yang memadai, diantaranya
____________________ bahan ajar yang belum sepenuhnya terpadu, guru yang belum menguasai materi ketiga bidang
ilmu, serta keterbatasan waktu. Di sisi lain, siswa mempersepsikan pembelajaran IPA Terpadu
sudah cukup baik. Berdasarkan persepsi tersebut, diajukan desain pembelajaran Discovery
Learning. Berdasarkan analisis secara kuantitatif, hasil uji coba desain pembelajaran tersebut
menunjukkan valid, praktis, dan efektif.

Abstract
___________________________________________________________________
Application of integrated science teaching in junior high school caused teacher raises a different
perception. It is associated with having mastered the three disciplines as well (Physics, Chemistry,
and Biology) by teachers. As well as the application of learning in the classroom by the teacher will
shape students' perceptions.The objectives of this research are to 1. analyze the perceptions of
teachers and students, toward the integrated science learning, 2. develop the design of integrated
science learning as the implication of the perceptions of teachers and students. The method that is
used in this research is mixed method, which is started with a qualitative research, and then
followed by a quantitative research. The result of teachers perceptions is has not been any well
integrated teaching material that connect two or three subjects in science. Teachers still find
difficult to deliver the integrated materials and also the limitation of time in delivering integrated
science material. In other to, the students' perception toward the integrated science learning has
already been good. Whereas the suggested learning design is discovery learning. The results of
trials of the learning design show its validity, practicality, and effectiveness.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6412
E-mail: aribkaputri@yahoo.com
e-ISSN 2502-4523
Ribka Putri Agustami, dkk. / Journal of Innovative Science Education 6 (1) (2017)

PENDAHULUAN

Kurikulum merupakan alat untuk untuk siswa, namun penilaian pada Kurikulum
mencapai tujuan pembelajaran, sekaligus sebagai 2013 masih membingungkan sehingga mereka
pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. belum mampu menerapkan penilaian sesuai yang
Kurikulum harus dapat mengantisipasi diahrapkan oleh kurikulum 2013.
perubahan global, sebab pendidikan adalah cara Persepsi merupakan kata yang berkaitan
yang dianggap paling strategis untuk erat dengan psikologi manusia. Menurut
mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan pendapat Sugihartono (2007) persepsi adalah
teknologi tersebut. Perubahan kurikulum yang perilaku manusia diawali dengan adanya
terjadi hingga saat ini ditujukan untuk penginderaan atau sensasi. Penginderaan atau
meningkatkan mutu pembelajaran, salah satunya sensasi adalah proses masuknya stimulus ke
adalah pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA dalam alat indera manusia. Setelah stimulus
yang sebelumnya terpisah setiap bidangnya saat masuk ke dalam alat indera manusia, maka otak
ini ketiga bidang tersebut dipadukan dalam satu akan menerjemahkan stimulus tersebut.
mata pelajaran yang dikenal dengan pelajaran Kemampuan otak dalam menerjemahkan
IPA Terpadu. Kurikulum yang saat ini sedang stimulus disebut dengan persepsi. Walgito (2003)
diterapkan adalah Kurikulum 2013. Namun, menyatakan persepsi adalah merupakan proses
dengan adanya perubahan kurikulum dari tahun pengorganisasian, penginterprestasian terhadap
ke tahun telah membentuk persepsi guru tentang stimulus yang diterima oleh organisme atau
proses pembelajaran dalam hal ini dalam proses individu sehingga merupakan sesuatu yang
penyampaian materi, cara penilaian dan evaluasi berarti dan merupakan aktivitas yang integrated
hasil belajar siswa. Persepsi guru yang terbentuk dalam individu. Menurut Walgito (2003),
berpengaruh terhadap kinerja dan berdampak persepsi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor
pada proses pembelajaran yang secara tidak internal dan faktor eksternal.
langsung berdampak juga pada siswa, sehingga Kinerja guru dalam menyampaikan
siswa memiliki persepsi terhadap proses materi pada saat proses pembelajaran berdampak
pembelajaran IPA Terpadu. pada siswa. Proses pembelajaran yang diterapkan
Hasil penelitian sebelumnya yang guru mengawali pembentukan persepsi siswa.
dilakukan oleh Wiyani (2015) tentang persepsi Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian yang
guru, mengatakan bahwa bagi guru-guru yang telah dilakukan oleh Pujiastuti et al. (2012)
belum menerapkan Kurikulum 2013, masih bahwa kompetensi profesional guru IPA
merasa belum paham tentang empat elemen mempunyai kontribusi terhadap persepsi siswa
dalam Kurikulum 2013 yaitu Standar tentang pembelajaran IPA serta penelitian yang
Kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dilakukan oleh Suryadi & Siswandoko (2013)
dan standar penilaian, sedangkan bagi guru-guru bahwa mutu guru dalam menyampaikan materi
yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 berpengaruh terhadap persepsi siswa.
memiliki tanggapan bahwa pembelajaran dengan Berdasarkan uraian latar belakang yang
menerapkan Kurikulum 2013 menarik dan bagus telah dijelaskan, maka perlu dilakukan

97
Ribka Putri Agustami, dkk. / Journal of Innovative Science Education 6 (1) (2017)

penelitian untuk melihat bagaimana persepsi dengan menggunakan Kurikulum 2013. Data
guru dan siswa terhadap pembelajaran IPA kualitatif disajikan secara deskriptif berupa
Terpadu? Bagaimana desain pembelajaran IPA kesimpulan dari hasil wawancara guru dan
Terpadu di SMP sebagai implikasi persepsi guru pengisian angket siswa. Analisis data kuantitatif
dan siswa? Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan untuk menguji kevalidan, kepraktisan
adalah untuk menganalisis persepsi guru dan dan keefektifan. Adapun indikator kevalidan
siswa terhadap pembelajaran IPA Terpadu serta suatu desain pembelajaran adalah kesesuaian
mengajukan desain pembelajaran IPA Terpadu desain pembelajaran dengan tujuan pembelajaran
sebagai implikasi persepsi guru dan siswa, serta dalam Kurikulum 2013 dan kesesuain desain
menguji kevalidan, keefektifan, dan kepraktisan pembelajaran dengan materi pembelajaran.
desain yang diajukan. Indikator kepraktisan meliputi kepraktisan siswa
dalam memahami materi pembelajaran dan
METODE
kepraktisan dalam meningkatkan ketertarikan
siswa terhadap pelajaran. Indikator keefektifan
Desain penelitian ini merupakan
pada penelitian ini meliputi tercapainya tujuan
penelitian mixed method dengan jenis exploratory
pembelajaran yang dianalisis berdasarkan hasil
design. Pengambilan data awal adalah data
pretest dan postest. Penentuan kategori valid dan
kualitatif, kemudian dilanjutkan dengan
praktis dengan menggunakan konversi dari
pengambilan data secara kuantitatif.
angka skala 5 menjadi konversi nilai A-E,
Pengambilan data kualitatif dengan cara
sedangkan untuk uji keefektifan menggunakan
wawancara untuk mendapatkan data persepsi
uji beda antara nilai pretest dan postest serta uji
guru, terdapat 8 indikator untuk menggali
gain score dari nilai rata-rat postest dan rata-rata
persepsi guru terhadap pembelajaran IPA
pretest.
Terpadu dan pengisian angket untuk
mendapatkan data persepsi siswa, angket
HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat 4 indikator. Pengambilan data
Data persepsi guru IPA terhadap
kuantitatif adalah pada saat menerapkan desain
pembelajaran IPA Terpadu didapatkan melalui
pembelajaran, yaitu dengan model pra-
proses wawancara terhadap 6 guru IPA dari 3
eksperimen atau model one grup, hanya terdapat
sekolah yang berbeda. Adapun indikator untuk
satu kelas ekperimen tanpa adanya kelas kontrol
mendapatkan persepsi guru terhadap
dengan jumlah siswa 25 siswa. Perangkat
pembelajaran IPA Terpadu yaitu latar belakang
pembelajaran dilakukan uji kevalidan, penerapan
pendidikan guru IPA, persepsi tentang
desain pembelajaran dilakukan uji kepraktisan,
pengertian IPA, persepsi tentang pengertian IPA
dan setelah penerapan desain pembelajaran
Terpadu, persepsi tentang pembelajaran IPA
dilakukan uji keefektifan yaitu dilakukan pretest
Terpadu, persepsi tentang pentingnya IPA
dan post test. Pada penelitian ini, sumber data
dibelajarkan secara terpadu, persepsi tentang
diperoleh dari guru-guru yang dalam proses
idealnya sebuah pembelajaran dalam
pembelajarannya menerapkan Kurikulum 2013,
membelajarkan IPA, persepsi tentang model IPA
siswa yang mendapatkan proses pembelajaran
Terpadu saat ini, persepsi tentang kendala yang

98
Ribka Putri Agustami, dkk. / Journal of Innovative Science Education 6 (1) (2017)

dihadapi saat membelajarkan IPA secara diungkapkan oleh ibu Fr bahwa “pembelajaran
terpadu. IPA disampaikan secara terpadu sangat penting
Latar belakang pendidikan guru yang bagi siswa, sebagai bekal dalam menyelesaikan
diwawancarai adalah 33% berasal dari latar problem yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
belakang pendidikan Fisika, 33% berasal dari hari.”
latar belakang Pendidikan Biologi, 17% berasal Pada umumnya, guru menyatakan
dari latar belakang Kimia, dan 17% berasal dari bahwa idealnya sebuah pembelajaran IPA
latar belakang Pendidikan IPA. Secara umum Terpadu adalah sebelum disampaikan,
persepsi guru tentang pengertian IPA adalah hendaknya memilih materi yang nantinya akan
sebuah ilmu yang mempelajari tentang alam, dikaitkan satu dengan yang lain, kemudian
seperti yang disampaikan oleh ibu Sd, bahwa dalam proses pembelajarannya diawali oleh
“IPA adalah ilmu pengetahuan yang permasalahan faktual, sehingga siswa terlibat
mempelajari tentang alam dan seisinya serta secara aktif untuk menyelesaikan permasalahan
interaksi yang terjadi di dalamnya”. Adapun tersebut, seperti yang telah diungkapkan oleh ibu
persepsi guru tentang Pengertian IPA Terpadu Fr: “idealnya sebuah pembelajaran IPA Terpadu
secara umum adalah sebuah ilmu yang adalah dengan pembelajaran saintifik, pemberian
memadukan atau mengkaitkan ketiga materi masalah faktual di awal pembelajaran.” Adapun
yang terdapat di dalam IPA, yaitu materi Kimia, model pembelajaran yang diterapkan saat ini,
Fisika, dan Biologi, seperti yang telah menurut persepsi guru sudah cukup baik untuk
diungkapkan oleh ibu Fr bahwa “IPA Terpadu membelajarkan IPA secara terpadu, hanya perlu
adalah materi pelajaran yang disajikan secara adanya pengemasan tema, sehingga model
terpadu dari bidang fisika, kimia, dan biologi.” pembelajaran yang digunakan sesuai. Contoh
Secara umum persepsi guru tentang seperti yang disampaikan oleh ibu Fr bahwa
pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu saat ini “model pembelajaran IPA Terpadu saat ini
adalah belum sepenuhnya dilaksanakan dengan sudah cukup baik untuk membelajarkan IPA
baik, masih terdapat beberapa kendala dan secara terpadu, hanya perlu adanya pengemasan
kesulitan dalam menerapkan pembelajaran IPA tema terlebih dahulu sehingga model
secara terpadu, seperti yang telah diungkapkan pembelajaran yang digunakan sesuai.” Kendala
oleh ibu Sd bahwa “pembelajaran IPA Terpadu yang dihadapi oleh beberapa guru yang
belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik, diwawancarai saat membelajarkan IPA secara
nyatanya di lapangan masih merasa kesulitan terpadu secara umum adalah menurunnya
terkait dengan sumber materi dan buku referensi tingkat rasa percaya diri karena belum
yang digunakan belum terpadu juga SDM dari sepenuhnya menguasai materi yang di luar
guru yang basic ilmunya berbeda-beda.” Namun bidang keahliannya. Selain itu terdapat kendala
demikian, penyampaian IPA secara terpadu dalam hal waktu dalam menyampaikan IPA
sangatlah penting karena siswa akan secara terpadu., seperti yang disampaikan oleh
mendapatkan materi atau konsep secara utuh ibu Sd bahwa “kendala dalam mengajarkan IPA
dan menyeluruh sehingga dapat diterapkan di secara terpadu adalah kurang percaya diri karena
kehidupan sehari-hari, seperti yang telah belum sepenuhnya menguasai materi IPA

99
Ribka Putri Agustami, dkk. / Journal of Innovative Science Education 6 (1) (2017)

lainnya karena hanya memiliki satu basic ilmu Data persepsi siswa terhadap
saja sehingga pembahasan dalam materi belum pembelajaran IPA Terpadu didapatkan melalui
utuh dan menyeluruh”, dan Ibu An mengatakan hasil angket yang diisi oleh 81 siswa dari 3
bahwa “kendala dalam mengajarkan IPA secara sekolah. Analisis angket persepsi disajikan dalam
terpadu adalah waktu yang dirasa tidak dua data, yaitu data persentase dan data
mencukupi untuk menyampaikan IPA secara keterangan persepsi siswa terhadap pembelajaran
terpadu dan harus disesuaikan dengan kalender IPA Terpadu. Data persepsi siswa untuk masing-
akademik”. masing indikator ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil Uji Coba Keterbacaan Bahan Ajar

Pembedaan Indikator Persepsi siswa terhadap Pembelajaran IPA Terpadu Rata-Rata


I II III IV
Persentase (%) 73,8 79,4 76,7 76,4 76,5
Kategori Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik

Keterangan:
- Indikator I: Persepsi siswa tentang pengertian IPA.
- Indikator II: Persepsi siswa tentang proses pembelajaran IPA.
- Indikator III: Persepsi siswa tentang manfaat dan kegunaan IPA.
- Indikator IV: Persepsi terhadap minat dan perhatian terhadap pembelajaran IPA.

Desain pembelajaran yang diajukan didapatkan hasil bahwa desain pembelajaran


dilakukan pengujian kevalidan, kepraktisan, dan yang diajukan masuk dalam kategori baik
keefektifan. Data kevalidan desain pembelajaran dengan skor rata-rata 81. Data keefektifan desain
IPA Terpadu didapatkan dari hasil validasi yang pembelajaran IPA Terpadu didapatkan dari nilai
dilakukan oleh dosen ahli dan guru. Berdasarkan pretest dan postest yang kemudian dilakukan
penilaian dari 2 ahli menunjukkan bahwa desain perhitungan nilai gain score. Berdasarkan hasil
pembelajaran masuk dalam kategori valid perhitungan dari nilai gain score, desain
dengan skor rata-rata 9. Sedangkan data pembelajaran masuk dalam kategori tingkat
kepraktisan desain pembelajaran IPA Terpadu keefektifan sedang. Data kevalidan, kepraktisan,
didapatkan dari hasil angket yang diisi oleh dan keefektifan ditunjukkan pada Tabel 2.
siswa. Berdasarkan hasil pengisian angket

Tabel 2 Data Kevalidan, Kepraktisan, dan Keefektifan Desain Pembelajaran

Uji Desain Hasil Skor Rata-Rata Kategori


- Kevalidan (Pertimbangan 2 ahli) 9,0 Baik
- Kepraktisan (Respon Siswa) 81,0 Baik
- Keefektifan (Uji Gain Hasil Belajar) 0,4 Sedang

Adapun persepsi guru mengenai berasal dari latar belakang Pendidikan IPA,
pembelajaran IPA Terpadu secara kompleks dari melainkan dari berbagai macam ilmu dalam IPA
hasil wawancara adalah guru merasa terbebani seperti halnya Fisika, Kimia, dan Biologi.
ketika harus mengajarkan IPA secara terpadu. Mengajarkan IPA secara terpadu juga
Hal ini dikarenakan tidak semua guru IPA menyebabkan guru mengalami penurunan rasa

100
Ribka Putri Agustami, dkk. / Journal of Innovative Science Education 6 (1) (2017)

percaya diri ketika menyampaikan materi di luar keprofesionalan merupakan aspek penting dan
bidangnya karena khawatir ada materi yang sangat diperlukan dalam kinerja guru.
disampaikan ternyata salah konsep sehingga Keprofesionalan seorang guru IPA dapat dicapai
dalam proses pembelajaran tidak maksimal. jika guru tersebut berkemauan untuk
Persepsi guru yang muncul tentang pembelajaran mengembangkan kompetensi dari guru tersebut,
IPA Terpadu ini merupakan persepsi yang seperti hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
dipengaruhi dari dalam atau merupakan faktor Bhargava (2011) yaitu keprofesionalan guru
internal, seperti yang disampaikan Walgito dalam mengajar secara signifikan dapat
(2003), faktor internal yang mempengaruhi mengembangkan kompetensi dari guru tersebut.
persepsi seseorang adalah faktor yang berasal Kompetensi dan kinerja guru dalam proses
dari kemampuan diri seseorang. Namun, untuk belajar mengajar dapat dilihat dari penggunaan
mengatasi hal-hal negatif yang berkaitan dengan model pembelajaran, hasil lain yang didapatkan
proses pembelajaran IPA Terpadu, para guru dari penelitian yang dilakukan oleh Suparwoto
melakukan diskusi dengan rekan guru lainnya et al. (2011) adalah orientasi pembelajaran IPA
atau biasanya dikenal dengan istilah MGMP belum ditujukan kepada peran siswa untuk
untuk saling berbagi ilmu, dan mencari informasi belajar sebagai subjek, tetapi masih sebagai
lewat internet dan media lainnya. objek dalam hal ini menandakan guru masih
Faktor lain yang menyebabkan berperan aktif dalam proses pembelajaran.
pembelajaran IPA Terpadu belum berjalan Kinerja guru dalam menyampaikan
maksimal adalah bahan ajar yang ada saat ini materi pada saat proses pembelajaran
belum sepenuhnya terpadu, terkesan berdampak pada siswa. Proses pembelajaran
memaksakan untuk dipadukan dan materi yang yang diterapkan oleh guru mengawali
dipadukan belum seharusnya diterima oleh siswa pembentukan persepsi siswa terhadap pelajaran
SMP karena membutuhkan pemahaman yang IPA Terpadu. Hal ini dibuktikan oleh hasil
kompleks seperti contohnya materi metabolisme penelitian yang telah dilakukan oleh Pujiastuti et
dalam tubuh dikaitkan dengan materi fisika yaitu al. (2012) bahwa kompetensi profesional guru
materi energi, yang dikaitkan adalah IPA mempunyai kontribusi terhadap persepsi
transformasi energi di dalam tubuh (proses siswa tentang pembelajaran IPA dan penelitian
anabolisme dan katabolisme nutrisi seperti yang dilakukan oleh Suryadi & Siswandoko
lemak, karbohidrat, dan protein) dengan (2013) bahwa mutu guru dalam menyampaikan
perubahan energi (energi potensial dan energi materi berpengaruh terhadap persepsi siswa
kinetik). tentang pembelajaran IPA serta penelitian yang
Persepsi guru tentang pembelajaran IPA dilakukan oleh Wiyanto & Widiyatmoko (2016)
Terpadu juga dilihat dari segi penerapan model bahwa keberhasilan sebuah pembelajaran
pembelajaran yang diterapkan. Model ditentukan oleh guru dalam menentukan model
pembelajaran yang diterapkan masih pembelajaran yang akan digunakan dalam
berdasarkan materi yang terkait dalam proses pembelajaran untuk membantu
kurikulum, sehingga memaksakan materi satu membentuk konsep pengetahuan awal siswa.
dengan materi lain untuk dipadukan. Penerapan Namun, pada penelitian kali ini, hasil persepsi
pembelajaran IPA Terpadu berdampak pada siswa terhadap pelajaran IPA Terpadu adalah
siswa, khususnya pandangan atau persepsi siswa cukup baik. Hal ini menandakan ada upaya
tentang IPA. yang baik dari para guru untuk menciptakan
Kendala-kendala yang dialami oleh situasi kelas yang menyenangkan, sehingga
guru IPA dalam mengajarkan IPA Terpadu siswa memiliki ketertarikan dan minat dalam
akan membentuk persepsi guru terhadap mengikuti pelajaran IPA. Selain itu, persepsi
pembelajaran IPA Terpadu yang secara tidak yang muncul pada siswa dikarenakan adanya
langsung mempengaruhi kinerja guru dalam faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari
proses pembelajaran. Hal ini dibuktikan oleh dalam diri siswa. Siswa memiliki kemampuan di
penelitian yang dilakukan oleh Suparwoto et al. bidang science, sehingga siswa memiliki
(2011) yang mengatakan bahwa kompetensi ketertarikan terhadap mata pelajaran IPA.

101
Ribka Putri Agustami, dkk. / Journal of Innovative Science Education 6 (1) (2017)

Berdasarkan hasil wawancara guru, IPA Desain pembelajaran yang dihasilkan


sangatlah penting disampaikan secara terpadu, sebagai solusi dari persepsi guru dan siswa
agar siswa mendapatkan suatu informasi dari dilakukan pengujian kevalidan, kepraktisan, dan
suatu materi secara utuh dan menyeluruh. keefektifan. berdasarkan hasil pengujian, desain
Proses pembelajaran yang ideal untuk pembelajaran yang diajukan valid dan praktis.
membelajarkan IPA Terpadu adalah melibatkan Selanjutnya dilakukan pengujian keefektifan
siswa secara langsung, siswa secara aktif desain pembelajaran. Pengujian keefektifan
berperan serta dalam proses pembelajaran, dilakukan dengan pengujian gain score,
sehingga dapat meningkatkan persepsi siswa pengujian gain score dihitung dengan
terhadap pembelajaran IPA Terpadu. Proses menggunakan nilai rata-rata pretest dan postest.
pembelajaran dapat disajikan dalam bentuk Pada penelitian kali ini, penerapan desain
tema atau permasalahan yang muncul di dalam pembelajaran Discovery Learning berada pada
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan kendala- tingkat keefektifan sedang. Berdasarkan hasil
kendala yang dialami guru dalam mengajarkan pengujian keefektifan, maka dapat disimpulkan
IPA Terpadu seperti waktu dalam penyampaian desain pembelajaran Discovery Learning
materi yang terbatas, terbatasnya bahan ajar membantu siswa untuk mencapai tujuan
yang benar-benar terpadu, latar belakang pembelajaran dikarenakan siswa terlibat aktif
pendidikan guru sehingga mengurangi rasa dalam proses pembelajaran, siswa menemukan
percaya diri guru, maka diajukanlah desain sendiri setiap konsep dan solusi dari setiap
pembelajaran yang mampu membantu permasalahan yang diajukan. Namun, desain
mengurangi kendala dalam membelajarkan IPA. pembelajaran yang diajukan belum sepenuhnya
Desain pembelajaran yang diajukan efektif karena hanya berada dalam kategori
adalah desain pembelajaran yang menerapkan sedang, berbeda dengan hasil penelitian
proses penemuan atau pengamatan yaitu sebelumnya. Hal ini dikarenakan, untuk
Discovery Learning (Wiyanto, 2008). Desain melakukan suatu pembelajaran dengan desain
pembelajaran dengan cara penemuan ini akan pembelajaran yang berbeda dari biasanya perlu
membantu guru dalam menjelaskan materi, dan dilakukan pengenalan secara bertahap terhadap
mengajak siswa untuk lebih aktif dan peserta didik, seperti penelitian yang dilakukan
mengembangkan keterampilan berpikir siswa, oleh Yasin (2012) bahwa untuk mencapai hasil
seperti keterampilan menanya (Wiyanto et al., yang efektif, dalam proses pembelajaran perlu
2017). Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian memperhatikan beberapa hal, diantaranya
yang dilakukan oleh Balim (2009) dan kesiapan subjek belajar, dalam hal ini adalah
Widiadnyana (2014) yang menunjukkan bahwa siswa, berada pada suasana psikologis yang
model pembelajaran Discovery Learning mampu mantap dan tidak dalam keadaan labil, bahan
meningkatkan keaktifan, pemahaman, dan ajar yang akan dipelajari benar-benar
keterampilan siswa. Selain itu, desain mempunyai tingkatan yang diutamakan
pembelajaran berbasis penemuan mampu sehingga tertuju segala perhatian dan
meningkatkan keterampilan berpikir siswa konsentrasi siswa, alat bantu yang memadai,
sehingga hasil belajar siswa mengalami penggunaan waktu belajar yang efesien, tingkat
peningkatan. Hal ini dibuktikan oleh penelitian kepuasan jiwa dalam menghadapi perubahan
yang dilakukan oleh Uqba & Wiyanto (2015) yang cukup berarti. Dari penjelasan tersebut,
bahwa desain pembelajaran berbasis penemuan maka perlu dilakukan secara teratur penggunaan
mampu meningkatkan hasil belajar siswa dilihat desain pembelajaran tersebut sehingga dapat
dari nilai rata-rata pretest dan postest meningkatkan keefektifan desain pembelajaran.

SIMPULAN

Menurut persepsi guru, pembelajaran kendala dalam pelaksanaannya diantaranya


IPA Terpadu belum maksimal dalam latar belakang pendidikan guru yang tidak
pelaksanaannya, masih terdapat beberapa semua berasal dari pendidikan IPA,

102
Ribka Putri Agustami, dkk. / Journal of Innovative Science Education 6 (1) (2017)

ketersediaan bahan ajar yang benar-benar memerlukan alokasi waktu yang relatif singkat.
terpadu belum memadai, dan juga keterbatasan Hasil uji coba desain pembelajaran tersebut
waktu dalam penyampaian materi secara menunjukkan valid, praktis, dan efektif.
terpadu. Di sisi lain, menurut persepsi siswa Guru hendaknya sudah mulai mencari
pembelajaran IPA Terpadu sudah cukup baik. informasi dan mengidentifikasi materi IPA yang
Berdasarkan persepsi guru dan siswa tersebut, dapat dipadukan, sehingga dapat menentukan
maka dihasilkan sebuah desain pembelajaran desain pembelajaran yang sesuai untuk
dengan karakteristik mengemas materi IPA menjelaskan IPA secara terpadu. Bagi peneliti
Terpadu secara sederhana tetapi mudah selanjutnya dapat dikembangkan bahan ajar
dipahami siswa dan dipahami guru, serta lainnya yang dikemas secara terpadu yang
mampu meningkatkan ketertarikan siswa mampu membantu melancarkan proses
terhadap pelajaran IPA Terpadu, dan pembelajaran IPA secara terpadu.

DAFTAR PUSTAKA

Balim, A. G. (2009). The Effects of Discovery Walgito, B. (2003). Pengantar Psikologi Umum.
Learning on Students’ Success and Yogyakarta: Andi Offset.
Inquiry Learning Skills. Eurasian Journal Widiadnyana, I W. (2014). Pengaruh Model
of Educational Research, (35), 1-20. Discovery Learning Terhadap
Bhargava, A. (2011). Perception of Student Pemahaman Konsep IPA dan Sikap
Teachers about Teaching Ilmiah Siswa SMP. Jurnal Penelitian
Competencies. American International Pascasarjana Undiksha, 4(1).
Journal of Contemporary Research, 1(1), 1- Wiyani, R. (2015). Persepsi Guru MI
5. Muhammadiyah Serangrejo Terhadap
Pujiastuti, E., Raharjo, T.J., & Widodo, A.T. Pembelajaran Tematik Terpadu. Skripsi.
(2012). Kompetensi Profesional, Yogyakarta: Progam Studi Guru
Pedagogik Guru IPA, Persepsi Siswa Madrasah Ibtidayah.
Tentang Proses Pembelajaran, dan Wiyanto. (2008). Menyiapkan Guru Sains
Kontribusinya Terhadap Hasil Belajar Mengembangkan Kompetensi
IPA di SMP/Mts Kota Banjarbaru. Laboratorium. Semarang: Unnes Press.
Innovative Journal of Curriculum and Wiyanto & Widiyatmoko, A. (2016).
Preparation Model of Student Teacher
Educational Technology, 1(1), 22-28.
Candidate in Developing Integrative
Sugihartono. (2007). Psikologi Pendidikan. Science Learning. Journal of Education
Yogyakarta: UNY Press. and Human Development, 5(2), 169-177.
Suparwoto, Prasetyo, Z. K., Mundilarto, Wiyanto, Nugroho, S.E., & Hartono. (2017).
Sukardjo, & Projosantoso, A. K. (2011). The Scientific Approach Learning: How
“Evaluasi Kinerja Guru IPA prospective science teachers understand
Pascasertifikasi”. Jurnal Kependidikan, about questioning. Journal of Physics:
41(1): 54 – 68. Conference Series, 824(1), 012015.
Suryadi, A. & Siswandoko, T. (2013). Yasin, S. (2012). Metode Belajar Dan
“Kompetensi, Sertifikasi Guru, dan Pembelajaran Yang Efektif. Jurnal
Kualitas Belajar Siswa Sekolah Dasar. Adabiyah, (1), 5-6.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 19(3),
305-314.
Uqba, N. Z. & Wiyanto. (2015). “Pengembangan
Alat Peraga Tema Penglihatan Berbasis
Guided Inquiry Guna Meningkatkan
Hasil Belajar dan Berpikir Logis Siswa”.
Unnes Science Education Journal, 4(2), 858-
864.

103

Anda mungkin juga menyukai