Anda di halaman 1dari 12

PRINSIP UNDERSTANDING BY DESIGN DALAM PERENCANAAN

PEMBELAJARAN DAN ASESMEN

Disusun Oleh Kelompok 1:


Cikitta Arisfina H. R. 202310631011242
Dian Wahyu A. 202310631011276
Fitria Setyowati 202310631011107
Ihak Silvia 202310631011026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023
PENDAHULUAN

Pembelajaran sebagai proses penyampaian ilmu pengetahuan yang terjadi di dalam


kelas. Pembelajaran merupakan perubahan perilaku yang menyangkut aspek pengetahuan,
sikap dan keterampilan dari tidak mengetahui menjadi memahami (Firmansyah, 2017). Proses
pembelajaran sebagai interaksi pada lingkungan sebagai upaya untuk dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan yang dihapadi oleh peserta didik. Sebelum melakukan pembelajaran guru
harus menyusun perencanaan pembelajaran. Tugas pokok seorang guru adalah mengajar.
Mengajar adalah membuat belajar terlaksana (teaching as making learning possible). Hal ini
dapat diwujudkan jika ada usaha yang memanfaatkan berbagai strategi, metode, dan teknik
guna memungkinkan tercapainya kompetensi/hasil belajar tertentu, dalam arti ada perubahan
dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mampu menjadi mampu (Pertiwi dkk., 2019).
Mengajar adalah tanggung jawab utama seorang guru. Membuat pembelajaran layak
adalah apa yang guru lakukan ketika mereka mendidik (Munthe, 2014). Ini dimungkinkan jika
inisiatif dibuat untuk menggunakan berbagai taktik, metode, dan pendekatan untuk
memungkinkan pencapaian kompetensi/tujuan pembelajaran tertentu, yang akan menghasilkan
pergeseran dari ketidakmampuan menjadi kemampuan (Sari, 2016). Tujuan instruksional
menentukan keterampilan dan pengetahuan yang harus diperoleh siswa (Prawiradilaga, 2015).
Dengan membuat siswa merasa nyaman dan terinspirasi, seorang desainer pembelajaran dapat
membantu mereka mencapai tujuan mereka. Ini merupakan bagian krusial dari pekerjaan
seorang guru (Pratiwi dkk., 2015). Namun sering dijumpai bahwa evaluasi pembelajaran dan
kegiatan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tidak sesuai dengan tujuan
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai secara optimal. Dalam beberapa
kasus, bahkan ada guru yang tidak mengikuti RPP yang telah disiapkan dan malah terkesan
mengajar seadanya, tanpa persiapan. Rencana untuk proses pembelajaran seringkali hanya
dilihat sebagai tambahan administrasi.
Kegiatan pokok guru dalam mengajar adalah pekerjaan mengajar berdasarkan
pemahaman yang mendalam tentang materi pelajaran dan peran yang dipersiapkan secara
profesional untuk memediasi pembelajaran dalam menanggapi kebutuhan peserta didik di
ruang kelas. Guru membuat persiapan dan perencanaan pembelajaran menjadi bagian penting
untuk membangun generasi yang berkualitas dan dapat meningkatkan kemampuan intelektual
peserta didik. Fakta bahwa menerapkan Understanding by Design (UbD) di lembaga
pendidikan memungkinkan pengajarnya menjadi anggota aktif pengembangan kurikulum
disebutkan dalam banyak penelitian.
PEMBAHASAN

A. Prinsip Understanding by Design dalam perencanaam pembelajaran dan asesmen


Konsep Desain Mundur dimulai pada tahun 1949 sebagai ide inovatif Ralph W.
Tyler, seorang pendidik kritis yang mengabdikan karirnya untuk membantu orang
meningkatkan keterampilan pemecahan masalah mereka untuk menangani situasi sulit dan
kompleks (Behar-Horenstein, 2010) Meskipun dia tidak menggunakan terminologi khusus
Desain Mundur, alasannya dipertimbangkan sebagai proses bertahap yang dimulai dengan
“mengidentifikasi tujuan, memilih, mengorganisasikan dan mengevaluasi pengalaman”
(Behar-Horenstein, 2010). Kemudian ide serupa tentang desain mundur diperkenalkan, dan
istilahnya “Understanding by Design (UbD)” diciptakan oleh Jay McTighe dan Grant
Wiggins pada tahun 1998. (Wiggins & McTighe, 2011), menjelaskan “Understanding by
Design didasarkan pada gagasan bahwa perolehan prestasi jangka panjang lebih mungkin
terjadi ketika guru mengajar untuk memahami konsep dan proses yang dapat diberikan
dengan memberikan kesempatan kepada pelajar untuk menerapkannya belajar dalam
konteks yang bermakna”. (Pradan Joshi, 2021)
"Understanding by Design in Secondary Science Classrooms" adalah studi oleh
McTighe, Wiggins, dan Cranton yang diterbitkan dalam Journal of Science Education and
Technology pada tahun 2002. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi implementasi dan
efektivitas Understanding by Design (UbD) kerangka kerja di kelas sains sekunder. Kajian
dilakukan dengan mengamati dan mewawancarai guru yang menggunakan kerangka kerja
UbD di kelas IPA mereka dan dengan mengumpulkan data hasil belajar siswa. Studi ini
menemukan bahwa guru yang menggunakan kerangka kerja UbD mampu merancang
instruksi yang berfokus pada pemahaman siswa dan mampu menggunakan penilaian dan
umpan balik untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Studi ini juga menemukan bahwa
siswa yang diajar menggunakan kerangka kerja UbD memiliki skor pencapaian yang lebih
tinggi dalam penilaian sains dan menunjukkan pemahaman konsep sains yang lebih dalam.
Understanding by Design (UbD) adalah kerangka kurikulum desain mundur yang
mendukung guru dan pemimpin kurikulum dalam merancang kurikulum, pengajaran, dan
penilaian dengan tujuan meningkatkan pemahaman dan kinerja peserta didik.
Understanding by design menekankan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
(Davila dkk., 2017). Istilah Understanding by Design (UbD) sama halnya dengan Backward
Design atau desain mundur. Dalam pendekatan Understanding by Design (UbD), Backward
Design lebih fokus pada pembelajaran dan pemahaman peserta didik. Dalam UbD
perancangan dimulai dari tujuan pembelajaran, kemudian menyusun evaluasi pembelajaran
dan kemudian baru merencanakan langkah pembelajaran.
Jadi Understanding by Design (UbD) adalah sebuah proses merancang ulang
pembelajaran tetapi dari akhir atau dari hasil, dimana biasanya merancang pembelajaran
dimulai dari aktivitas kemudian asesmen, hingga menemukan hasil akhir atau forward
design berbeda dengan UbD yang menggunakan backward design. Backward design
dimulai dari menentukan hasil, kemudian bukti dan asesmen, hingga menentukan strategi
apa yang akan digunakan agar tujuan pembelajaran bisa tercapai.
Berikut gambar mengenai tiga tahap dalam Understanding by Design (UbD) atau
backward design.

Figure 1. Three stages of Understanding by Design (McTighe & Wiggins, 2012)


Ada tiga tahapan dalam Understanding by Design yakni mengidentifikasi hasil, menentukan
bukti dan assesmen ynag kuat, dan merancang strategi pembelajaran.

B. Kompetensi dan tujuan pembelajaran


Pembelajaran di kelas memiliki suatu tujuan agar peserta didik mampu menerima,
memahami, dan mengetahui materi yang diajarkan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa
guru harus lebih kreatif dan efektif dalam memilih metode, strategi, dan pendekatan sesuai
dengan kondisi peserta didik. Pemilihan tersebut agar materi yang diajarkan dapat
tersampaikan dengan baik dan lancar. Pernyataan ini didukung (Mustakim, 2020) bahwa
keefektifan dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan mengurangi tugas, mangingatkan
peserta didik jika ada tugas dan masih banyak hal lainnya. Pendekatan juga sangat
mempengaruhi proses pembelajaran. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah
Understanding by Design (Ubd). Sebelumnya sudah dibahas tentang prinsipnya, berikut
akan dipaparkan kompetensi dan tujuan pembelajaran pendekatan Understanding by Design
(UbD):
Kompetensi dalam pendekatan UbD berpusat pada pemahaman, desain
pembelajaran, fokus pada assesmen dan penggunaan pertanyaan penring. Pada dasarnya
tujuan akhir yang diinginkan dalan pendekatan ini. Cara menentukan tujuan
pembelajarannya (Pertiwi dkk., 2019):
1. Menentukan hasil yang diinginkan
Dalam tahap ini, guru akan menentukan hasil belajar yang ingin d icapai oleh siswa.
Tujuan pembelajaran harus sesuai dengan standar kompetensi yang telah di tetapkan.
2. Menentukan infikator keberhasilan
Pada tahap ini, guru akan menentukan indikator keberhasilan yang dapat mengukur
kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Indikator ini harus spesifik,
terukur, dan dapat di observasi.
3. Membuat rencana pembelajaran
Pada tahap ini, guru akan merancang rencana pembelajaran dengan mempertimbangkan
metode dan strategi yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran dan indikator
keberhasilan yang telah di tetapkan.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan UbD guru mampu menentukan ide atau
pokok-pokok yang ingin diketahui (dipelajari). Istilah lainnya guru memiliki keingintahuan
yang harus dicapai. Kemudian guru membuat kata-kata kunci yang sesuai materi. Setelah
itu, apa yang diinginkan untuk dikuasai dinyatakan dalam kalimat yang mengandung ejaan
KBBI dan berdasarkan taksonomi bloom. Hal ini didukung oleh (Wati, 2022) dalam
merencanakan dan menentukan alur pembelajaran dilakukan dengan menentukan
menetapkan hasil belajar yang ingin tercapai terlebih dahulu. Tahapan selanjutnya membuat
assessment setrap ide atau pokok-pokok yang ingin diketahui (dipelajari).

C. Konsep assessment for, as, and of learning


Selama bertahun-tahun, kata asesmen digunakan untuk melihat kompetensi siswa
setelah pembelajaran selesai. Umumnya, tindakan yang memandu proses pembelajaran
tidak dianggap sebagai jenis asesmen. Hal itu hanya dianggap sebagai proses pembelajaran
yang baik. Akan tetapi akhir-akhir ini, terdapat kecenderungan yang berusaha memahami
kegiatan tersebut sebagai bentuk asesmen. Asesmen adalah komponen penting dari proses
belajar-mengajar. Assessment for learning, assessment as learning, dan assessment of
learning adalah tiga pendekatan yang memungkinkan guru mengumpulkan bukti dan
membuat penilaian tentang kompetensi siswa. Ketiga pendekatan itu penting untuk
dipahami dan dikenali kontradiksi diantaranya. Pemahaman itu akan membuat guru mampu
memutuskan kapan dan mengapa pendekatan itu digunakan serta dapat menggunakanya
dengan bijak dan baik. Cara guru dalam memulai benar-benar akan membuat perbedaan
cara siswa dalam belajar.
Assasement for Learning
Assasement for learning merupakan Asasmen terhadap pembelajaran yang terjadi
sepanjang proses pembelajaran. Pendekatan asasemen ini dirancang untuk membuat
pemahaman setiap siswa terlihat, sehingga guru dapat memutuskan apa yang dapat mereka
lakukan untuk membantu kemajuan siswa.
Dalam pendekatan ini, saat merencanakan pembelajaran perlu diperhatikan apa yang
sudah dan belum diketahui oleh siswa. Sebelum pembelajaran dimulai, setidaknya siswa
harus memahami hal-hal berikut.
• Apakah tujuan pembelajaran?
• Mengapa mereka perlu belajar itu?
• Dimana posisi kompetensi awal siswa?
• Bagaimana cara mereka mencapai tujuan pembelajaran?
Dalam melaksanakan pendekatan assessment for learning hal-hal yang harus
diperhatikan, yaitu perencanaan pembelajaran, penentuan tujuan pembelajaran,
penginformasian tujuan pembelajaran pada siswa, pengomunikasian kriteria asesmen,
proses asesmen, dan umpan balik asesmen.
Assessment for learning dilaksanakan di tengah-tengah pembelajaran, bukan di akhir
pembelajaran. Asesmen ini sangat interaktif. Guru dapat memberikan bantuan-bantuan pada
kesulitan yang ditemui siswa selama pembelajaran berlangsung. Hal ini memberikan feed
back kepada guru untuk merencakan kegiatan berikutnya. Suksesnya kegiatan asesmen
bergantung pada keterampilan diagnostik guru. Siswa terlibat sebagai pembelajar yang aktif
terlibat, kirtis, memahami materi pembelajaran, mampu menghubungkanya dengan
pengetahuan sebelumnya, dan menguasai kompetensi yang diajarkan. Pada pembelajaran
berbasis internet, strategi KWL (what I know, what I want to know, and what I learn) dapat
digunakan untuk mempraktikan pendekatan assessment for learning.
Assasement as Learning
Assessment as learning adalah ketika siswa menjadi penilai terbaik bagi dirinya
sendiri. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.Assasemen ini memusatkan
perhatian pada siswa dan menekankan penilaian sebagai proses metakognisi (pengetahuan
tentang proses berpikir sendiri) untuk siswa. Pada saat yang sama, siswa akan butuh untuk
mampu memotivasi diri sendiri dan membawa talenta serta pengetahuan mereka untuk
membuat keputusan atas permaslaahan dalam kehidupan mereka. Mereka tidak bisa hanya
menunggu guru untuk menjelaskan apa yang mereka butuhkan. Guru dan siswa secara
bersama-sama memutuskan tentang fakta-fakta penting dalam pembelajaran dan cara
terbaik mengorganisasikannya. Secara rutin, siswa merefleksi hasil kerja mereka dan
membuat penilaian atas apa yang telah mereka capai.
Assasement of Learning
Asesmen diartikan sebagai sebuah proses menemukan sejumlah deskripsi tingkat
karakteristik yang dimiliki siswa. Asesmen berbeda dengan evaluasi dan pengukuran. Meski
memiliki kemiripan, namun tetap ada gab pembeda yang perlu dipahami oleh praktisi
pendidikan. Evaluasi adalah proses merefleksikan data untuk membuat suatu keputusan.
Sedangkan pengukuran adalah salah satu prosedur untuk menemukan sejumlah deskripsi
kuantitatif yang dimiliki siswa.
Assessment of learning masih menjadi pendekatan yang dominan digunakan di
sekolah. Tujuan dari pendekatan asesmen ini adalah mengetahui dan mengesahkan hasil
pembelajaran kemudian melaporkannya kepada siswa dan orang tua siswa. Kemajuan
belajar siswa dilaporkan dalam bentuk hasil ujian atau raport.
Asesmen dilakukan akhir pembelajaran . Asesmen berbentuk tes yang memuat
pertanyaan dari materi yang telah dipelajari. Guru menggunakan tes untuk mengases
kuantitas dan akurasi pekerjaan siswa. Sebagian besar keputusan guru diambil dari hasil
asesmen. Hasil asesmen diwujudkan dalam bentuk simbolis yang menandakan pencapaian
siswa. Assessment of learning mengindikasikan mana siswa yang belajar dengan baik dan
mana siswa yang kurang. Biasanya, asesmen ini tidak mengindikasikan kemampuan
penguasaan ide dan konsep karena konten tes yang umum dan terlalu terbatas untuk
merepresentasikan berbagai keterampilan dan pengetahuan yang telah dipelajari.
Dalam pembelajaran berbasis internet, assessment ini bisa diterapkan dalam bentuk
tes melalui pengisian google form, baik dalam bentuk multiple coice, short answer, atau
essay. Tujuan dari asesmen ini adalah grade-based seperti ujian, portofolio, tugas akhir, dan
tes standaridisasi. Tipe-tipe dari assessment of learning yaitu asesmen sumatif, asesmen
normatif, dan asesmen berbasis kriteria. Di tingkat nasional, assessment of learning
dilaksanakan dengan AKM (Asesmen Kompetisi Minimum) sebagai pengganti ujian
nasional. Bedanya, AKM hanya salah satu pertimbangan di samping data lain untuk
menentukan capaian siswa, yaitu survei karakter. Penelitian yang dilakukan oleh Hebat, dkk
juga menawarkan case item creation dan video case presentation sebagai bentuk asesmen
sumatif di masa pandemi . Ketiga pendekatan memiliki kontribusi pada pembelajaran tetapi
melalui jalan yang sangat berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tujuan,
pembanding, dan asesor kunci.

D. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin
lama semakin meningkat dalam pengetahuan, pikir, sikap dan kebiasaan-kebiasaan, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, dan
berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu, kegiatan
pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi
kompetensi yang diharapkan. Menurut (Bahri & Zain, 2002) pelaksanaan pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi
antara guru dan peserta didik. Interaksi yang bernilai edukatifdikarenakan pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan ketika akan melaksanakan kegiatan
pembelajaran adalah :
1. Sumber Belajar
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan
wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara
terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam
mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
2. Materi Pembelajaran
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran (instructional
material) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai oleh peserta
didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
3. Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai
tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan
kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran. Dalam konteks yang
demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh siapapun juga
yang menerjunkan dirinya ke dalam dunia pendidikan.
4. Penilaian dan Evaluasi
Penilaian adalah kegiatan untuk mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu
berdasarkan kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif. Sedangkan
Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi pengukuran dan penilaian.
PENUTUP

Penerapkan Understanding by Design (UbD) mampu merancang instruksi yang


berfokus pada pemahaman siswa dan mampu menggunakan penilaian dan umpan balik untuk
meningkatkan pembelajaran siswa. Tujuan pembelajaran pendekatan UbD ini guru
menentukan hasil yang diinginkan, menentukan indikator keberhasilan, membuat rencana
pembelajaran. Assesment yang dapat digunakan assesment for, as, and of learning yang
memungkinkan guru mengumpulkan bukti dan membuat penilaian tentang kompetensi siswa.
Dalam kegiatan pembelajarannya sangat diperlukan adanya sumber belajar, materi
pembelajaran, pengelolaan kelas, penilaian dan evaluasi. Sehingga, guru dapat menerapkan
pendekatan ini dengan mengidentifikasi hasil, menentukan bukti dan assesmen yang kuat, dan
merancang strategi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Bahri, D. S., & Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar Cet. II. Jakarta: PT Renaka Cipta.
Djamarah, SB, & Zain, A.(2006). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 46.
Behar-Horenstein, L. (2010). 1. In C Kridel (Ed) Sage Encyclopedia of Curriculum Studies,
2010:615-616. In C Kridel (Ed) Sage Encyclopedia of Curriculum Studies, 2010:615-
616., 615-616/.
Munthe, B. (2014). Desain Pembelajaran. PT Pustaka Intan Madani.
Davila, J., Mattanah, J., Bhatia, V., Latack, J., Feinstein, B., Eaton, N., Daks, J., Kumar, S.,
Lomash, E., MCCORMICK, M., & Zhou, J. (2017). Romantic competence, healthy
relationship functioning, and well-being in emerging adults: Romantic competence.
Personal Relationships, 24. https://doi.org/10.1111/pere.12175
Firmansyah, M. A. (2017). Analisis hambatan belajar mahasiswa pada mata kuliah statistika.
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran Matematika, 10(2).
McTighe, J., & Wiggins, G. (2012). Understanding by design framework. Alexandria, VA:
Association for Supervision and Curriculum Development.
Mustakim, M. (2020). Efektivitas pembelajaran daring menggunakan media online selama
pandemi covid-19 pada mata pelajaran matematika. Al Asma: Journal of Islamic
Education, 2(1), 1–12.
Pertiwi, S., Sudjito, D. N., & Rondonuwu, F. S. (2019). Perancangan Pembelajaran Fisika
tentang Rangkaian Seri dan Paralel untuk Resistor Menggunakan Understanding by
Design (UbD). Jurnal Sains dan Edukasi Sains, 2(1), 1–7.
Pradan Joshi. (2021). Evaluation of the Implementation of Understanding by Design Proce.
Culminating Projects in Education Administration and Leadership, 82(3).
Pratiwi, E., Rondonuwu, F. S., & Noviandini, D. (2015). Desain Masalah Pada Topik
Rangkaian Listrik Untuk Metode Pembelajaran Berbasis Masalah. Radiasi: Jurnal
Berkala Pendidikan Fisika, 6(1), 53–63.
Prawiradilaga, D. S. (2015). Prinsip desain pembelajaran. Kencana.
Sari, N. R. (2016). Implementasi Model Pembelajaran POE (Prediction Observation
Explaination) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dan Keaktifan Siswa Materi
Rangkaian Listrik Sederhana. Program Studi Pendidikan Fisika FSM-UKSW.
Wati, W. (2022). Analisis Pengembangan Rancangan Pembelajaran dengan Pendekatan
Understanding by Design Pada Pembelajaran PAI SMP Negeri 11 Bengkulu Tengah.
GUAU: Jurnal Pendidikan Profesi Guru Agama Islam, 2(4), 373–378.
Wiggins, G. P., & McTighe, J. (2011). The understanding by design guide to creating high-
quality units. ASCD.

Anda mungkin juga menyukai