Menentukan Tujuan
Tujuan pembelajaran disusun berdasarkan karakteristik peserta didik dan lingkungan
sekolah masing-masing. Menurut Pertiwi dan Rundonuwo (2019), tujuan
pembelajaran dapat dibuat dengan merumuskan poin-poin penting materi yang ingin
dipelajari dan menuliskannya menggunakan kata kerja Bloom dalam sebuah kalimat.
Guru harus mengetahui pemetaan kebutuhan belajar dan level kemampuan peserta
didik. Dalam kurikulum merdeka, tujuan pembelajaran disusun berdasarkan Capaian
Pembelajaran (CP). Rumusan tujuan pembelajaran harus mengandung komponen
kompetensi dan konten kemudian disusun menggunakan rumus ABCD (Audience,
Behavior, Condition, Degree). Berikut contoh tujuan pembelajaran:
Capaian Pembelajaran sesuai fase dapat diakses melalui pranala berikut kemudian
Rekan Guraru dapat menguraikannya menjadi tujuan pembelajaran sesuai
karakteristik peserta didik. Dalam menentukan kompetensi, harus memperhatikan
level kognitif sesuai capaian pembelajaran. Level kognitif dalam tujuan pembelajaran
harus menggunakan kata kerja operasional yang dapat diperoleh dari taksonomi
bloom revisi. Setelah menentukan tujuan pembelajaran, selanjutnya menentukan alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar.
Menentukan Asesmen
Guru dapat mengetahui ketercapaian pembelajaran dengan menggunakan asesmen.
Hasil asesmen digunakan sebagai bahan refleksi dan dasar untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Pembelajaran dan asesmen memiliki hubungan yang tidak
dapat dipisahkan. Untuk memastikan bahwa keduanya memberi dampak pada
peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik, maka diperlukan
perencanaan pembelajaran dan asesmen secara sistematis. Terdapat 3 pendekatan
yang harus diterapkan oleh guru dalam mengukur hasil belajar peserta didik yaitu
Pemahaman peserta didik menjadi salah satu fokus keberhasilan yang ingin dicapai
dalam sebuah proses pembelajaran. Ada 6 aspek pemahaman dikuasai oleh peserta didik
yaitu: (1) Mampu menjelaskan. Peserta didik dapat menjelaskan melalui generalisasi atau
prinsip, memberikan fenomena-fenomena, fakta, dan data yang dibenarkan dan
sistematis, serta membuat koneksi yangmendalam dan memberikan contoh atau ilustrasi
yang menerangi; (2) Mampu menafsirkan. Peserta didik dapat menafsirkan melalui
cerita-cerita yang bermakna, menawarkan terjemahan yang tepat,memberikan dimensi
historis atau pribadi yang terbuka untuk ide dan peristiwa, sertamembuat objek
memahami pribadi atau dapat diakses melalui gambar, anekdot, analogi,dan model; (3)
Mampu menerapkan. Peserta didik dapat menerapkan secara efektif menggunakan dan
menyesuaikan apa yang diketahui dalam konteks yang beragam dan nyata; (4) Memiliki
perspektif. Peserta didik dapat memiliki perspektif apabila dapat melihat dan mendengar
dari berbagai sudutpandang yang kritis, melihat gambaran umumnya; (5) Berempati.
Peserta didik dapat memiliki empati apabila menemukan nilai dalam apa yang orang lain
mungkin temukan aneh, dan tidakmasuk akal, persepsi secara sensitif berdasarkan
pengalaman langsung sebelumnya; dan (6) Memiliki pengetahuan diri. Peserta didik
memiliki pengetahuan diri apabila menunjukkan kesadaran metakognitif,memahami gaya
pribadi, prasangka, proyeksi, dan kebiasaan pikiran yang membentuk danmenghambat
pemahaman kita sendiri, menyadari apa yang tidak kita mengerti, renungkanarti
pembelajaran dan pengalaman.