Anda di halaman 1dari 3

Demonstrasi Kontekstual

Understanding by desain
Sebagai kerangka kerja kurikulum
Kelompok 5 :
1. Agung Sultoni
2. Ananda Willy
3. Riska Dwi Hartanti
4. Apipah
5. Putri Sindiani
6. Diana Wahyu

Wiggin & Tighe (2012) menjelaskan bahwa penerapan Understanding by Design dalam
proses pembelajaran mengadopsi metode Backward Design atau lebih dikenal dengan istilah alur
mundur. Berbeda dengan pendekatan pembelajaran konvensional, alur mundur dalam
Understanding by Design terdiri dari 3 tahapan yang disesuaikan dengan template UbD yang
dirancang oleh Wiggin dan Tighe, seperti yang diuraikan berikut:

a. Menentukan hasil yang diinginkan

Menurut Pertiwi dan Rundonuwo (2019), pentingnya merumuskan dan menetapkan


tujuan pembelajaran sebagai panduan utama. Prioritas pembelajaran haruslah dipertimbangkan
dengan memfokuskan pada hasil kinerja jangka panjang, sehingga peserta didik dapat
mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh. Tujuan pembelajaran dapat dirumuskan dengan
mengidentifikasi poin-poin kunci dari materi yang ingin dipelajari, dan menyusunnya dalam
kalimat menggunakan kata kerja Bloom.

b. Tentukan bukti penilaian

Pada langkah ini, pendidik menghimpun beragam bukti yang terkait dengan pencapaian
tujuan atau pemahaman yang diinginkan oleh peserta didik. Ini dilakukan melalui berbagai
metode asesmen, seperti memberikan tugas kinerja berupa proyek atau portofolio. Selain itu,
bukti pencapaian dapat diperoleh melalui berbagai cara, seperti ujian, tes, dan pengamatan.
Selain asesmen dari pendidik, penting juga untuk melibatkan asesmen diri dan asesmen oleh
teman sejawat.

c. Merencanakan Pembelajaran

Setelah mengumpulkan bukti penilaian, langkah berikutnya bagi pendidik adalah


merencanakan pembelajaran. Tahap ini merupakan tahap akhir dari metode Backward Design
yang bertujuan untuk memberikan panduan kepada pendidik dalam mencapai hasil yang
diinginkan dengan merancang pembelajaran, termasuk pemilihan metode pengajaran, urutan
pembelajaran, dan sumber materi yang relevan. Dalam pelaksanaan pembelajaran, desain UbD
menggunakan pendekatan where to (where and why, hook and hold, equip, rethink and revise,
evaluate, tailored, dan organized). Kelebihan pendekatan UbD adalah ketiga tahapnya saling
terkait, sehingga pendidik dapat memastikan bahwa tujuan pembelajaran tercapai dengan
membuktikan pemahaman siswa tentang pentingnya materi yang dipelajari. Ini juga memastikan
bahwa peserta didik memperoleh hasil yang memuaskan. Secara keseluruhan, rancangan
pembelajaran dalam UbD menekankan pada pencapaian hasil pembelajaran secara lebih awal.

Dalam Understanding by Design, pusat perhatian utama adalah pembelajaran dan


pemahaman. Fokus utama pembelajaran adalah pemahaman peserta didik, yang dianggap
sebagai indikator kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran. Terdapat enam aspek
pemahaman yang diharapkan peserta didik kuasai, meliputi kemampuan menjelaskan,
kemampuan menafsirkan, kemampuan menerapkan, kemampuan memiliki perspektif,
kemampuan berempati, dan kemampuan memiliki pengetahuan diri (Wiggins & Tighe, 2005).
Asesmen formatif merupakan alat yang efektif untuk mengukur tingkat pemahaman peserta
didik. Tiga komponen penilaian dalam asesmen formatif melibatkan umpan balik, penilaian oleh
sesama, dan penilaian diri, menjadikannya pilihan yang sangat sesuai karena menekankan
penilaian selama proses pembelajaran. Keberadaan umpan balik juga dianggap dapat
meningkatkan pemahaman terhadap materi yang sedang dipelajari.meningkatkan kesukaan
peserta didik dalam proses belajar, meningkatkan kecerdasan dalam pengerjaan soal yang
diberikan, dan tahu capaian belajar yang diperoleh. Penilaian sejawat juga dapat memberikan
dorongan kepada peserta didik dalam pembelajaran untuk memahami perannya sehingga siswa
dapat belajar secara mandiri dan belajar lebih aktif. Selain itu, penilaian diri sendiri dapat
mengembangkan perkembangan pengetahuan terhadap dirinya sendiri dan dapat membentuk
habits of mind (Gloria & Sudarmin, 2018).

Secara umum, peran guru adalah sebagai pendidik. Namun, dalam kerangka UbD, guru
bertanggung jawab untuk merancang pembelajaran. Untuk menetapkan hasil belajar yang
diinginkan, pendidik pertama-tama melakukan diagnosik terhadap peserta didik untuk
memahami kebutuhan, yang dilakukan melalui pembuatan rubrik asesmen. Tujuannya adalah
membantu pendidik dalam memastikan efektivitas proses pembelajaran (Wati, 2022). Selain itu,
pendidik juga bertanggung jawab untuk merancang tujuan pembelajaran dan memastikan
pencapaian tujuan tersebut. Dalam merancang pembelajaran UbD, pendidik juga harus
menganalisis kompetensi dasar dan menetapkan indikator pencapaiannya, dengan
memperhatikan karakteristik rumusan kompetensi dasar yang diatur dalam Permendikbud No.
67, 68, 69. Ini menekankan bahwa kompetensi dasar lebih berfokus pada apa yang ingin dicapai
daripada materi yang diajarkan, mendorong pendidik untuk menggunakan pendekatan desain
yang berfokus pada hasil atau backward design. (As'Ari, 2014).
Berikut ini terlampir link video kelompok 5 :

https://docs.google.com/presentation/d/1b_EWQdrC4f2HjlyjlHE_uzxKxMnrSM6L/edit?
usp=sharing&ouid=114394993167427815137&rtpof=true&sd=true

Anda mungkin juga menyukai