Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nugroho Dwi

Cahyono Nim

2200103911220032

Kelas : PJOK B

UTS PERANCANG DAN PENGEMBANGAN


KURIKULUM

1. Setelah Anda memahami tentang backward design dalam UbD. Tentulah ditemukan sebuah
pola yang berbeda dari yang selama ini dilaksanakan dalam pembelajaran. Untuk itu analisis
perbandingan dari implementasi kurikulum menggunakan UbD dengan model pengembangan
kurikulum lainnya (Tyler, Taba, Olivia). Tunjukan dalam bentuk tabel!

Model Pengembangan Perbandingan Kurikulum


Kurikulum
Ubd Understanding by Design adalah adalah cara
berpikir tentang belajar, penilaian dan pendidikan yang
menempatkan siswa di tengah proses pembelajaran.
Menurut Wiggins & McTinghe desain yang tepat untuk
pendekatan Understanding by Design adalah backward
design, dimana suatu rancangan pembelajaran disusun dari
belakang yaitu berawal dari penentuan tujuan pembelajaran
kemudian evaluasi dan kegiatan yang tepat untuk mencapai
tujuan tersebut.
Ada tiga tahap utama backward design:
Tahap pertama, Tentukan hasil yang diharapkan.
Apa yang siswa harus ketahui, pahami, dan dapat lakukan
setelah menyelesaikan pokok tertentu.
Tahap kedua, tentukan bukti-bukti yang dapat
diterima. Pertanyaan pokok yang mesti dijawab di sini
adalah bagaimana kita dapat ketahui jika siswa telah
mencapai hasil yang diharapkan. Apa bukti-bukti yang kita
harapkan untuk mendukung pemahaman siswa?
Tahap ketiga, tentukan instruksi dan proses belajar
yang ingin diterapkan. Setelah kita memastikan hasil apa
yang diharapkan dan bukti apa yang dapat menunjang
pencapaian hasil itu, lalu kita tentukan bagaimana proses
belajar harus dilaksanakan untuk mencapai sasaran itu.

Tyler Model Tyler adalah model yang paling dikenal bagi


perkembangan kurikulum dengan perhatian khusus pada
fase perencanaan, dalam bukunya Basic Principles of
Curriculum and Instruction. The Tyler Rationale, suatu
proses pemilihan tujuan pendidikan, dikenal luas dan
dipraktekkan dalam lingkungan kurikulum.
Tyler menyarankan perencana kurikulum (1)
mengidentifikasi tujuan umur dengan mengumpulkan data
dari tige sumber, yaitu pelajar, kehidupan diluar sekolah dan
mata pelajaran. Setelah mengidentifikasi beberapa tujuan
umur, perencana (2) memperbaiki tujuan-tujuan ini dengan
menyaring melalui dua saringan, yaitu filsalat pendidikan
dan filsafat sosial di sekolah, dan pembelajaran psikologis.
(3) tujuan umum yang lolos saringan menjadi tujuan-tujuan
pengajaran.
Taba Taba menggunakan pendekatan akar rumput (grass-
roots approach) bagi perkembangan kurikulum. Taba
percaya kurikulum harus dirancang oleh guru dan bukan
diberikan oleh pihak berwenang. Menurut Taba guru harus
memulai proses dengan menciptakan suatu unit belajar
mengajar khusus bagi murid-murid mereka disekolah dan
bukan terlibat dalam rancangan suatu kurikulum umum.
Karena itu Taba menganut pendekatan induktif yang dimulai
dengan hal khusus dan dibangun menjadi suatu rancangan
umum.
Menghindari penjelasan grafis dari modelnya, Taba
mencantumkan lima langkah urutan untuk mencapai
perubahan kurikulum, sebagai berikut :
1) Producing Pilot Units (membuat unit
percontohan) yang mewakili peringkat kelas atau mata
pelajaran. Taba melihat langkah ini sebagai penghubung
antara teori dan praktek
2. Testing Experimental Units (menguji unit
percobaan). Uji ini diperlukan untuk mengecek validitas dan
apakah materi tersebut dapat diajarkan dan untuk
mcnetapkan batas atas dan batas bawah dari kemampuan
yang diharapkan.
3. Revising and Consolidating (revisi dan
konsolidasi). Unit pembelajaran dimodifikasi menyesuaikan
dengan keragaman kebutuhan dan kemampuan siswa,
sumber daya yang tersedia dan berbagai gaya mengajar
sehingga kurikulum dapat sesuai dengan semua tipe kelas.
4. Developing a framework (pengembangan
kerangka kerja). Setelah sejumlah unit dirancang, perencana
kurikulum harus memeriksa apakah ruang lingkup sudah
memadai dan urutannya sudah benar.
5. Installing and disseminating new units
(memasang dan menyebarkan unit-unit baru). Mengatur
pelatihan sehingga guru-guru dapat secara efektif
mengoperasikan
unit belajar mengajar di kelas mereka.
Olivia Model perkembangan kurikulurn menurut Oliva
terdiri dari tiga kriteria, yaitu : simple, komprehensif dan
sistematis. Walaupun model ini mewakili komponen-
komponen paling penting, namun model ini dapat diperluas
menjadi model yang menyediakan detil tambahan dan
menunjukkan beberapa proses yang diasumsikan oleh
model yang lebih sederhana. Model perkembangan
kurikulurn dari Oliva 1976 mempunyai 6 komponen yaitu:
1) Statement of philosophy
2) Statement of goals
3) Statement of objectives
4) Design of plan
5) Implementation
6) evaluation
2. Jelaskan dalam bentuk artikel pendapat Anda terkait kurikulum menggunakan kerangka UbD.
Anda dapat membahas terkait beberapa hal berikut:

a) bagaimana UbD diimplementasikan dalam pembelajaran.

Pengimplementasian UbD dapat digunakan sebagai perbaikan kualitas pembelajaran dapat


dilakukan dengan meninjau kembali desain pembelajaran yang dibuat dalam seluruh proses
belajar pada setiap subject yang diajarkan. Hal ini dilakukan berdasarkan kesadaran bahwa
tujuan dari proses belajar adalah mencapai pemahaman (understanding). Siswa memahami
atau tepatnya menguasai ilmu yang dipelajarinya. Lebih dari itu agar siswa mendapatkan suatu
penilaian yang otentik dan dapat dipertanggung-jawabkan pada tiap akhir term. Unsur utama
dalam konsep ini adalah apa yang disebut sebagai backward design, yakni suatu pendekatan
dalam merancang kurikulum atau pelajaran yang dimulai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Contoh implementasi yaitu memfasilitasi semua aspek sains (siswa dituntut untuk mampu
menggunakan ilmu pengetahuan alam yang diperolehnya dalam menyelesaikan suatu
masalah dikehidupannya sehari-hari), teknologi (siswa dituntut untuk mampu berkolaborasi
dalam penggunaan teknologi untuk menyampaikan informasi maupun untuk mengolah data
yang ditemukan), teknik (siswa mengkolaborasikan hasil temuannya untuk mencari solusi-
solusi yang tepat atau bahkan menciptakan suatu produk).

b) Analisis implementasi UbD di Indonesia

Pendekatan UbD diimplementasi dalam pembelajaran di Indonesia menurut saya akan efektif
karena dalam UbD menggunakan alur pembelajaran yang terbalik atau “Backward by Design”
sehingga nantinya peserta didik menjadi sebuah pola pikir perencanaan pembelajaran yang
menuntut pendidik untuk terlebih dahulu menentukan tujuan akhir pembelajaran dengan
perspektif “berpihak pada peserta didik”. Artinya, rancangan pembelajaran yang dirangkai
oleh pendidik akan mengutamakan pertumbuhan dan kebutuhan peserta didik dalam setiap
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan keadaan pembelajaran Indonesia yang saat ini sedang
menekankan pembelajaran yang menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Dengan
menggunakan UbD pendidik menjadi memiliki pembelajaran yang jelas dan terarah karena
pada awal sudah menentukan hasil dan menentukan bukti dari hasil pembelaran, baru
melakukan perancangan, sehingga rancangan yang dibuat sudah sesuai. Tentunya dalam
penerapan UbD di Indonesia akan memunculkan perubahan pada pembelajaran dan hasil
yang sudah ditentukan sebelumnya akan tercapai karena pembelajaran sudah sesuai dengan
karakteristik. Selain itu pada UbD juga sudah menekankan dengan enam aspek yang harus
dikuasai oleh
peserta didik agar peserta didik dapat dikategorikan paham menurut kerangka UbD. Enam
aspek meliputi mampu menjelaskan, mampu menafsirkan, dapat menerapkan, memiliki
perspektif, dapat berempati, dan memiliki pengetahuan diri.

c) Bagaimana hasil pembelajaran peserta didik yang diharapkan dalam kerangka UbD.

Hasil pembelajaran yang diharapkan dari penerapan kurikulum UbD yaitu pembelajaran sudah
berpusat pada peserta didik, dimana peserta didik terlibat secara aktif dan pendidik berperan
sebagai fasilitator. Siswa diajak untuk berekplorasi, berkolaborasi dan mampu melakukan
evaluasi diri sehingga peserta didik merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran. Dalam
pembelajaran UbD guru mentrasfer materi kepada peserta didik, sehingga peserta didik
memperoleh pemahaman dari proses transer materi kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi
mandiri. Penilaian terhadap hasil belajar siswa mesti memperhitungkan keseluruhan proses
yang mencakup tiga unsur, yakni produk, proses, dan progress. Karena itu penilaian yang
dilakukan di sekolah mesti fair dan dapat dipertanggung-jawabkan. Artinya semua pihak
memahami makna, isi, dan cakupan penilaian dari nilai yang diperoleh peserta didik yang
dikuatkan dengan bukti-bukti yang memadai.

d) Bagaimana peran guru dalam implementasi UbD

Peran guru dalam implementasi UbD adalah untuk mengetahui apakah para siswa telah
memenuhi tujuan-tujuan dari UbD. Untuk mengetahui caranya adalah dengan sebuah
asesmen. Biasanya, dalam kegiatan pembelajaran tradisional, asesmen ada di akhir pelajaran.
Dalam pembuatan projek, dan kegiatan projek berpusat pada siswa, asesmen dilakukan
selama kegiatan projek berlangsung. Bentuknya adalah formatif (selama kegiatan projek
berlangsung) dan sumatif (di akhir projek).

Tujuan dari asesmen formatif adalah untuk melihat seberapa jauh siswa telah dapat mencapai
tujuan projek dan membantu memperbaiki hal-hal yang masih salah. Sebagai guru, tentunya
ingin memastikan seluruh siswa berhasil, dan cara terbaik adalah dengan melakukan
pengecekan secara konstan dan melakukan asesmen terhadap pembahaman mereka tentang
kegiatan projek yang telah dilakukan.
3. Rumuskanlah lima hasil yang diinginkan sesuai dengan aspek pemahaman dalam UbD serta
tentukan bentuk penilaiannya?

Hasil yang diinginkan:

1. Peserta didik mampu menjelaskan

Penjelasan:

Dapat menjelaskan melalui generalisasi dan prinsip, memberikan penjelasan yang benar dan
sistematik mengenai fenomena, fakta dan data serta membuat hubungan dengan
wawasannya dan memberikan contoh atau ilustrasi yang jelas. Menjelasan adalah teori dan
ilustrasi yang menyediakan pengetahuan dan dibenarkan melalui tindakan.

Bukti Penilainnya:

Peserta didik disajikan gambar keterampilan gerak menendang/ mengoper, menghentikan,


menggiring, dan menyundul bola permainan sepak bola mampu menjelaskan satu persatu
gambar gerak dasar tersebut.

2. Peserta didik mampu menafsirkan

Penjelasan:

Menceritakan cerita yang bermakna, memberikan terjemahan yang tepat, memberikan


sejarah atau dimensi pribadi untuk mengungkapkan ideide dan peristiwa, dan membuat obyek
pemahaman yang diakses melalui gambar, anekdot, analogi dan modul. Interpretasi adalah
tafsiran, gaya cerita dari suatu konsep.

Bukti Penilainnya dalam PJOK:

Peserta didik disajikan beberapa gerak dasar permainan sepakbola dengan model tutor teman
sebaya dengan dibagi beberapa kelompok mampu menafsirkan setiap gerak dasar secara
bergantian dengan kelompok lain.

3. Peserta didik mampu menerapkan

Penjelasan:

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dengan efektif dalam situasi
yang baru dan bermacam-macam, keadaan realistis. Dimana dan kapan dapat kita
menggunakan pengetahuan, kemampuan atau proses? Bagaimana memodifikasi pemikiran
dan tindakan kita dalam situasi tertentu?
Bukti Penilainnya dalam PJOK:
Dengan dibagi menjadi 2 kelompok , lalu di pertandingankan sebuah pertandingan kecil
dengan salah satu peserta didik menjadi wasit. Peserta didik dapat menerapkan aturan LOTG
yang sudah dijelaskan.

4. Peserta didik mampu perspektif

Penjelasan:

Perspektif ini adalah sebuah wawasan yang powerful, karena perubahan perspektif dan
penuangan ide familiar dengan cara baru, seseorang dapat membuat teori, cerita, dan aplikasi
baru. Dalam artian berpikir kritis, siswa dengan perspektif mengekspos sesuatu yang
dipertanyakan dan diperiksa dengan asumsi, kesimpulan dan aplikasi.

Bukti Penilainnya dalam PJOK:

Peserta didik dihadapkan disuatu pertandinagn apabila salah satu melanggar pemain lawan,
yang melanggar langsung bersalaman dan meminta maaf.

5. Peserta didik mampu pengetahuan diri

Penjelasan:

Muncul kesadaran untuk merasakan gaya pribadi, prasangka buruk, proyeksi, dan kebiasaan
utama, baik yang membentuk dan menghambat pemahaman kita sendiri, menyadari bahwa
kita tidak mengerti, merenungkan makna belajar pembelajaran dan pengalaman. Kemampuan
pribadi merupakan kebijaksanaan untuk mengetahui ketidaktahuan seseorang dan bagaimana
orang menyusun gagasannya dan bertindak untuk menyelesaikannya.

Bukti Penilainnya dalam PJOK:


Peserta didik diminta untuk mengamati kasus pelanggaran yang terjadi dalam suatu
pertandingan , apakah pelanggaran biasa, atau pelanggaran yang bisa menimbulkan kartu
kuning atau kartu merah , kemudian peserta didik membuat refleksi terkait hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai