Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMESTER

FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA


SENIN, 13 NOVEMBER 2023
WAKTU: 09.55 – 11.35

Nama Mahasiswa : Agustina Kewa Kalan


NIM : 2301190072
Kelas : Matematika B 2023 (Gelombang 1)

1. Studi Kasus : Problematika Pendidikan berdasarkan dasar-dasar pemikiran filosofis


pendidikan KHD dan implementasinya di sekolah.

a. Buatlah tulisan atau artikel tentang bagaimana implementasi dasar-dasar filosofis pendidikan
di sekolah (baik di sekolah tempat anda PPL atau di sekolah tempat anda pernah mengajar
atau di sekolah lainnya)

Implementasi Dasar-Dasar Filosofis Pendidikan Di Sekolah


Pendidikan di Indonesia saat ini telah mengalami berbagai macam permasalahan, terbukti
dari banyaknya fenomena yang terjadi belakangan ini dalam konteks pendidikan menandakan
bahwa pendidikan di negara kita sekarang sedang melalui masa kritis. Pada UUD 1995 telah
dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak dalam memperoleh pendidikan yang paripurna
secara manusiawi seakan kehilangan arah. Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan
mulai muncul dalam berbagai macam bentuk dan paham yang berbeda. Ketika dalam masa
penjajahan Belanda dan Jepang, salah satu bidang yang terbengkalai adalah dalam konteks
pendidikan. Hal itu dikarenakan kurangnya sarana pendidikan dan fasilitas yang menunjang
kegiatan belajar mengajar bagi bangsa Indonesia pada saat itu. Karena hal itulah yang membuat
Ki Hajar Dewantara beralasan kuat untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Para penjajah pada
saat itu tau persis apabila mereka tidak “Membatasi” sarana pendidikan dan kesempatan mencari
ilmu bagi bangsa yang terjajah, maka itu akan membahayakan rencana mereka menjajah kelak
dikarenakan akan banyak muncul generasi muda terbuka pikirannya ke arah kemerdekaan apabila
pendidikan pada saat itu tidak dibatasi.
Ketika membicarakan pendidikan, tidak lengkap jika tidak membahas tentang sosok
bapak pendidikan nasional yaitu Ki Hajar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara memiliki nama kecil
yaitu Raden Mas Soewardi lalu pada tahun 1922 beliau mengganti namanya menjadi Ki Hadjar
Dewantara seperti yang kita kenal sekarang. Beliau lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1989,
yang menarik adalah tanggal lahir beliau diperingati sebagai hari pendidikan nasional berdasarkan
keputusan Presiden RI Nomor: 316 tahun 1959. Ki Hadjar Dewantara merupakan pioner dan
pelopor terbentuknya sistem pendidikan di Indonesia. Ketika Indonesia dalam penjajahan belanda,
beliau mendirikan sebuah lembaga pendidikan dinamakan Perguruan Taman Siswa pada tanggal
3 Juli 1922. Dengan didirikannya lembaga pendidikan tersebut Ki Hadjar Dewantara bercita-cita
agar bangsa Indonesia dapat merdeka dengan lahir dan batin.
Sejak berdirinya taman siswa yogyakarta sistem pendidikan mulai dirubah oleh Ki Hadjar
Dewantara. Sistem pendidikan yang dirubah yaitu bagaimana peran seorang guru dalam mendidik
peserta didik harus berbeda dengan sistem pendidikan pada zaman kolonial yang menempatkan
siswa sebagai kolompok dengan hanya bisa mendapatkan perintah dan larangan selama proses
pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut maka sistem pendidikan di Indonesia mulai dirubah oleh
Ki Hadjar Dewantara dengan menekankan kepada guru untuk bisa menjadi among/ penuntun bagi
peserta didik sehingga tidak ada perasaan tertekan dengan diberikan kebebasan atau kemerdekaan
dalam proses pembelajaran. Yang menjadi dasar pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu guru
memposisikan diri sebagai among/penuntun, dimana peserta didik diberikan kebebasan dalam
proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kodrad alam dan zaman sendiri.
Berdasarkan hasil pengamatan saya di tempat saya melakukan PPL I saya melihat adanya
implementasi atau penerapan dari beberapa sistem pendidikan yang digagaskan oleh Ki Hadjar
Dewantara, Diantaranya;
a) Sistem among
Dalam pengamatan saya pendidikan yang ada disatuan pendidikan SMP Negeri 1
Kupang telah menerapkan sistem among di skolah tersebut. Dilihaat ketika dalam proses
pembelajaran berlangsung guru hanya menyampaikan poin-poin penting atau secara garis
besarnya dari materi yang di pelajari kemudian guru meminta peserta didik membentuk
kelompok untuk melakukan diskusi kelompok. Pada saat diskusi kelompok berlangsung, guru
mengamati dari satu kelompok ke kelompok lain, sambil memberikan bimbingan/tuntunan
kepada kelompok yang belum memahami materi diskusi. Artinya guru bukan memberikan
jawaban mutlak namun mengarahkan siswa agar bisa memahami apa yang dimaksudkan dari
materi diskusi tersebut.

b) Merdeka belajar
Penerapan atau Implementasi merdeka belajar bagi peserta didik yang dilihat dari
pembelajaran dalam kelas yakni peserta didik diberikan kebebasan dalam menyampaikan
pendapat terkait materi atau suatu hal yang belum dipahami dan peserta didik juga bebas
dalam berargumen dengan teman kelompok lain, sehingga peserta didik merasa nyaman dan
menyenangkan selama proses pembelajaran karena apa yang mereka tahu, mereka bisa
berbagi dengan teman yang lain. Peserta didik juga diberikan kebebasan untuk dapat
mengakses atau mencari sumber belajar yang ingin dipelajari ketika berada di lingkungan
sekolah menggunakan Handphone, yang tentunya tetap dalam pengawasan guru.
Dalam dunia pendidikan terdapat 3 sembohyang dari Ki Hadjar Dewantara yaitu; “Ing
Ngarso Sung Tulodo” artinya: di depan memberi contoh atau teladan, “Ing Madya Mangun
Karsa”, artinya; di tengah membangun semangat atau ide, dan “Tut Wuri Handayani”,
artinya; dari belakang memberikan dorongan atau motivasi. Implementasi atau penerapan
sembohyang dari Ki Hadjar Dewantara “Ing Ngarso Sung Tulodo” di SMP Negeri 1 Kupang,
yang merupakan tempat PPL saya, sudah berjalan dengan baik dilihat dari guru-guru disekolah
tersebut sudah menunjukan teladan yang baik dengan cara, disiplin (tepat waktu), saling
menyapa sesama rekan guru dan peserta didik, saling menghormati atau sikap toleransi antara
beragam agama.
Penerapan sembohyang “ Ing Madya Mangun Karsa” ini terlihat saat guru yang punya
kemampuan dalam berkrya atau berkreasi dalam proses pembelajaran, dimana peserta didik
bersama guru membuat sebuah karya yang berhubungan dengan materi yang di pelajari saat
itu. Terdapat juga kegiatan P5 yang melatih peserta didik untuk berkreasi dengan bimbingan
dari guru seperti, membuat akuarium, alat peraga pembelajaran, memasak makanan
tradisional, melatih vocal, menari, dan masih banyak yang lainnya. Penerapan untuk
sembohyang “Tut Wuri Handayani” dapat dilihat pada saat proses pembelajaran dikelas,
dimana guru selalu memberikan dorongan atau motivasi kepada peserta didik ketika di akhir
pelajaran terkait motivasi belajar untuk bisa benar-benar memahami materi yang di dapat,
bukan hanya sekedar dengan mendapa nilai yang baik. Di lingkungan sekolah pun, setiap apel
pagi kepala sekolah juga sering memberikan motivasi kepada peserta didik tentang cita-cita
yang telah mereka dambakan atau impikan.

b. Uraikan tentang tantangan-tantangan implementasi dasar-dasar filosofis pendidikan KHD


di sekolah.

Tantangan-Tantangan Implementasi Dasar-Dasar Filosofis Pendidikan KHD Di Sekolah


PPL I

Tantangan yang sering dihadapi pada saat penerapan atau implementasi dasar-dasar
filosofis dari Ki Hadjar Dewantara yaitu dengan adanya kemajuan teknologi sekarang ini,
semua hal bisa diakses hanya dalam hitungan detik. Banyak hal yang berguna bagi
perkembangan peserta didik namun banyak hal juga berpengaruh buruk terutama pada
perkembangan karakter dari peserta didik. Di Sekolah tempat PPL saya, siswa diberikan
kebebasan membawa handphone untuk bisa mengakses internet dalam mencari sumer-sumber
belajar namun bisa juga ada siswa yang tidak menggunakan sesuai prosedurnya sehingga bisa
mengakses hal-hal yang bisa merusak karakter atau cara berpikir mereka. Hal tersebut menjadi
tantangan terbesar dalam dunia pendidikan seperti yang saya amati saat pembelajaran ada yang
sambil main handphone tapi bukan untuk kebutuhan belajar ada juga yang ketika jam istirahat
sampai masuk kelas dan pada saat jam pelajaran kosong dan diberikan tugas, peserta didik lebih
asyik bermain game online dan tik tok.
2. Small Project: Pilih salah satu budaya anda (ritual, artefak, mitos, tradisi, atau aktivitas
budaya seperti : berkebun, menenun, dan lainnya).

a. Deskripsikan budaya tersebut.

Kebudayaan Masyarakat Adonara_Flores Timur


“Tarian Gawe Au”
Tarian Gawe Au adalah salah satu tarian tradisional masyarakat Adonara. Seperti
namanya “gawe” berarti melewati atau melangkah dan “au” berarti bambu. Tarian ini
mengharuskan penarinya agar menari melewati bambu-bambu. Tarian Adonara ini dimainkan
dengan menggunakan peralatan bambu. Menari Gawe Au memang tidak mudah. Jika salah
melangkah, maka kaki si penari bisa terjepit bambu-bambu. Tarian ini diperagakan 8 sampai 10
orang penari atau lebih dalam angka genap. 6 orang penari memainkan bilah-bilah bambu hingga
menimbulkan suara yang berirama. Sedangkan separuhnya lagi menari melewati bambu-bambu
tersebut. Makin lama suara bambu-bambu itu terdengar makin cepat, hingga langkah-langkah
penari tadi juga mesti lebih cepat untuk menghindari jepitan bambu-bambu tersebut.
Zaman dahulu tarian Gawe Au dilakukan oleh leluhur masyarakat Adonara untuk
melambangkan suatu perangkap yang sengaja dibuat untuk menjepit leher burung pipit yang kerap
memakan bulir-bulir padi di ladang. Biasanya terjadi ketika padi di ladang mulai menguning.
Tarian Gawe Au sengaja diteruskan kepada generasi-generasi muda Adonara sebagai nilai yang
mengajarkan bahwa dalam hidup kerap kita mengalami masalah atau hambatan yang tak jarang
kita temui. Banyak orang tak mampu menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya itu.
Oleh karena itu, Tarian Gawe Au ini mengajarkan generasi muda Adonara agar mampu
menghadapi masalah dan menemukan jalan keluar tanpa ada yang tersakiti. Seperti gerakan dalam
tarian ini, dilakukan dengan gerakan yang tepat sesuai irama antara ayunan bambu-bambu dan
langkah kaki agar tak terjepit bambu-bambu. Begitu jugalah makna sebuah penyelesaian masalah
dalam hidup dan kehidupan. Tarian Gawe Au pun dapat dimaknai sebagai perpaduan irama dalam
gerak dan tari, menjadikannya harmoni yang sungguh teramat lezat untuk dinikmati;
menggambarkan keteguhan hati dan kekuatan mental dalam melewati segala bentuk rintangan
dalam upaya menemukan jati diri.

b. Identifikasi dan deskripsikan filosofi-filosofi pendidikan KHD yang terkandung dalam


budaya tersebut.

Filosofi-Filosofi Pendidikan KHD yang Terkandung Dalam Budaya

Kebudayaan masyarakat Adonara dengan tradisi “Gawe Au” terkandung dalam filosofi Ki
Hadjar Dewantar terkait Jati Diri karena dimana tradisi Tarian Gawe Au ini mengajarkan generasi
muda Adonara agar mampu menghadapi masalah dan menemukan jalan keluar tanpa ada yang
tersakiti. Seperti gerakan dalam tarian ini, dilakukan dengan gerakan yang tepat sesuai irama antara
ayunan bambu-bambu dan langkah kaki agar tak terjepit bambu-bambu. Begitu jugalah makna
sebuah penyelesaian masalah dalam hidup dan kehidupan. Tarian Gawe Au pun dapat dimaknai
sebagai perpaduan irama dalam gerak dan tari, menjadikannya harmoni yang sungguh teramat
lezat untuk dinikmati; menggambarkan keteguhan hati dan kekuatan mental dalam melewati segala
bentuk rintangan dalam upaya menemukan jati diri.

c. Apakah budaya tersebut sudah dintegrasikan dalam pendidikan di sekolah?

Integrasi Budaya Dalam Pendidikan Di Sekolah

Tradisi ini menurut saya sudah tergambar di satuan pendidikan tempat PPL saya. Dimana,
dalam proses pembelajaran di kelas selalu mngajarkan kepada peserta didik untuk berani
mengambil tantangan dalam hal pembelajaran dengan saling bekerjasama dengan teman untuk
bisa memecahkan soal yang dianggap sulit. Adapun penerapann di sekolah adalah peserta didik di
larang keras untuk melakukan pembulian dengan cara apa saja, karena ini merupakan sebuah
masalah yang berkaitan dengan mental. Di sekolah juga guru di larang untuk melakukan kekerasan
kepada peserta didik, melainkan guru memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam
melaksanakan belajar yakni sesuai dengan kebutuhan belajar dan berdasarkan pada kodrat alam
dan kodrat zaman. Selain itu peserta didik juga bebas untuk memilih kegiatan-kegiatan di sekolah
seperti kegiatan P5 sesuai dengan hobi dan kesukaan sehingga disini dapat terbentuk karakter atau
mental yang kuat bagi peserta didik untuk bisa menemukan jati dirinya.
d. Tantangan apa saja jika hendak mengintegrasikan budaya tersebut dalam pendidikan di
sekolah??

Tantangan Dalam Mengintegrasikan Budaya Dalam Pendidikan di Sekolah

Tantangan yang mungkin dihadapi yaitu pengaruh kebudayaan luar yang cukup
mempengaruhi perkembangan peserta didik sehingga ada beberapa peserta didik yang
kurang memiliki rasa saling menghargai atau menghormati antar sesama manusia. Hal
yang saya temui yaitu lunturnya sikap saling menghargai, tanggung jawab dan sering
adanya sikap seenaknya kepada teman dengan tindakan bullying sesama teman akibat dari
kemajuan teknologi sehingga siswa mudah mengakses dan meniru budaya-budaya luar.

Kupang, 13 November 2023

(Agustina Kewa Kalan)

Anda mungkin juga menyukai