a. Buatlah tulisan atau artikel tentang bagaimana implementasi dasar-dasar filosofis pendidikan
di sekolah (baik di sekolah tempat anda PPL atau di sekolah tempat anda pernah mengajar
atau di sekolah lainnya)
b) Merdeka belajar
Penerapan atau Implementasi merdeka belajar bagi peserta didik yang dilihat dari
pembelajaran dalam kelas yakni peserta didik diberikan kebebasan dalam menyampaikan
pendapat terkait materi atau suatu hal yang belum dipahami dan peserta didik juga bebas
dalam berargumen dengan teman kelompok lain, sehingga peserta didik merasa nyaman dan
menyenangkan selama proses pembelajaran karena apa yang mereka tahu, mereka bisa
berbagi dengan teman yang lain. Peserta didik juga diberikan kebebasan untuk dapat
mengakses atau mencari sumber belajar yang ingin dipelajari ketika berada di lingkungan
sekolah menggunakan Handphone, yang tentunya tetap dalam pengawasan guru.
Dalam dunia pendidikan terdapat 3 sembohyang dari Ki Hadjar Dewantara yaitu; “Ing
Ngarso Sung Tulodo” artinya: di depan memberi contoh atau teladan, “Ing Madya Mangun
Karsa”, artinya; di tengah membangun semangat atau ide, dan “Tut Wuri Handayani”,
artinya; dari belakang memberikan dorongan atau motivasi. Implementasi atau penerapan
sembohyang dari Ki Hadjar Dewantara “Ing Ngarso Sung Tulodo” di SMP Negeri 1 Kupang,
yang merupakan tempat PPL saya, sudah berjalan dengan baik dilihat dari guru-guru disekolah
tersebut sudah menunjukan teladan yang baik dengan cara, disiplin (tepat waktu), saling
menyapa sesama rekan guru dan peserta didik, saling menghormati atau sikap toleransi antara
beragam agama.
Penerapan sembohyang “ Ing Madya Mangun Karsa” ini terlihat saat guru yang punya
kemampuan dalam berkrya atau berkreasi dalam proses pembelajaran, dimana peserta didik
bersama guru membuat sebuah karya yang berhubungan dengan materi yang di pelajari saat
itu. Terdapat juga kegiatan P5 yang melatih peserta didik untuk berkreasi dengan bimbingan
dari guru seperti, membuat akuarium, alat peraga pembelajaran, memasak makanan
tradisional, melatih vocal, menari, dan masih banyak yang lainnya. Penerapan untuk
sembohyang “Tut Wuri Handayani” dapat dilihat pada saat proses pembelajaran dikelas,
dimana guru selalu memberikan dorongan atau motivasi kepada peserta didik ketika di akhir
pelajaran terkait motivasi belajar untuk bisa benar-benar memahami materi yang di dapat,
bukan hanya sekedar dengan mendapa nilai yang baik. Di lingkungan sekolah pun, setiap apel
pagi kepala sekolah juga sering memberikan motivasi kepada peserta didik tentang cita-cita
yang telah mereka dambakan atau impikan.
Tantangan yang sering dihadapi pada saat penerapan atau implementasi dasar-dasar
filosofis dari Ki Hadjar Dewantara yaitu dengan adanya kemajuan teknologi sekarang ini,
semua hal bisa diakses hanya dalam hitungan detik. Banyak hal yang berguna bagi
perkembangan peserta didik namun banyak hal juga berpengaruh buruk terutama pada
perkembangan karakter dari peserta didik. Di Sekolah tempat PPL saya, siswa diberikan
kebebasan membawa handphone untuk bisa mengakses internet dalam mencari sumer-sumber
belajar namun bisa juga ada siswa yang tidak menggunakan sesuai prosedurnya sehingga bisa
mengakses hal-hal yang bisa merusak karakter atau cara berpikir mereka. Hal tersebut menjadi
tantangan terbesar dalam dunia pendidikan seperti yang saya amati saat pembelajaran ada yang
sambil main handphone tapi bukan untuk kebutuhan belajar ada juga yang ketika jam istirahat
sampai masuk kelas dan pada saat jam pelajaran kosong dan diberikan tugas, peserta didik lebih
asyik bermain game online dan tik tok.
2. Small Project: Pilih salah satu budaya anda (ritual, artefak, mitos, tradisi, atau aktivitas
budaya seperti : berkebun, menenun, dan lainnya).
Kebudayaan masyarakat Adonara dengan tradisi “Gawe Au” terkandung dalam filosofi Ki
Hadjar Dewantar terkait Jati Diri karena dimana tradisi Tarian Gawe Au ini mengajarkan generasi
muda Adonara agar mampu menghadapi masalah dan menemukan jalan keluar tanpa ada yang
tersakiti. Seperti gerakan dalam tarian ini, dilakukan dengan gerakan yang tepat sesuai irama antara
ayunan bambu-bambu dan langkah kaki agar tak terjepit bambu-bambu. Begitu jugalah makna
sebuah penyelesaian masalah dalam hidup dan kehidupan. Tarian Gawe Au pun dapat dimaknai
sebagai perpaduan irama dalam gerak dan tari, menjadikannya harmoni yang sungguh teramat
lezat untuk dinikmati; menggambarkan keteguhan hati dan kekuatan mental dalam melewati segala
bentuk rintangan dalam upaya menemukan jati diri.
Tradisi ini menurut saya sudah tergambar di satuan pendidikan tempat PPL saya. Dimana,
dalam proses pembelajaran di kelas selalu mngajarkan kepada peserta didik untuk berani
mengambil tantangan dalam hal pembelajaran dengan saling bekerjasama dengan teman untuk
bisa memecahkan soal yang dianggap sulit. Adapun penerapann di sekolah adalah peserta didik di
larang keras untuk melakukan pembulian dengan cara apa saja, karena ini merupakan sebuah
masalah yang berkaitan dengan mental. Di sekolah juga guru di larang untuk melakukan kekerasan
kepada peserta didik, melainkan guru memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam
melaksanakan belajar yakni sesuai dengan kebutuhan belajar dan berdasarkan pada kodrat alam
dan kodrat zaman. Selain itu peserta didik juga bebas untuk memilih kegiatan-kegiatan di sekolah
seperti kegiatan P5 sesuai dengan hobi dan kesukaan sehingga disini dapat terbentuk karakter atau
mental yang kuat bagi peserta didik untuk bisa menemukan jati dirinya.
d. Tantangan apa saja jika hendak mengintegrasikan budaya tersebut dalam pendidikan di
sekolah??
Tantangan yang mungkin dihadapi yaitu pengaruh kebudayaan luar yang cukup
mempengaruhi perkembangan peserta didik sehingga ada beberapa peserta didik yang
kurang memiliki rasa saling menghargai atau menghormati antar sesama manusia. Hal
yang saya temui yaitu lunturnya sikap saling menghargai, tanggung jawab dan sering
adanya sikap seenaknya kepada teman dengan tindakan bullying sesama teman akibat dari
kemajuan teknologi sehingga siswa mudah mengakses dan meniru budaya-budaya luar.