Anda di halaman 1dari 2

TRI AD JI WULANDARI (2202114956)

Backward design
(Metode Understanding By Design Sebagai Satu Metode Pembelajaran Alternatif
Dalam Upaya Meningkatkan Higher-Order Thinking Skills (HOTS) Peserta Didik:
Sebuah Kajian Teoretis : Antonius Denny Cahyo Sulistiono)
Dalam mewujudkan pembelajaran untuk pemahaman (learning for understanding)
melalui metode “Understanding by Design”, pengajar perlu mengambil tiga langkah penting.
Langkah pertama, pengajar merencanakan pengalaman belajar yang harus dimiliki peserta
didik dan instruksi pengajaran yang diberikan oleh pengajar selama proses pembelajaran.
Menurut Wiggins & McTighe (2006), untuk sampai pada perencanaan ini, pengajar harus
terlebih dulu mengidentifikasi hasil belajar yang diinginkan. Para pengajar perlu mendata apa
saja yang seharusnya diketahui, dipahami dan mampu dilakukan oleh peserta didik, dan
pemahaman seperti apa yang diinginkan oleh pengajar. Sesudah itu, pengajar menentukan
bukti-bukti yang menunjukkan bahwa peserta didik benar-benar memahami materi belajar.
Yang dimaksud dengan bukti atas hasil yang diinginkan selama proses pembelajaran adalah
hal-hal yang dikumpulkan melalui penilaian (assessment) formal dan informal. Bukti ini
bukan hanya tes akhir unit atau bab, melainkan juga kuis, tugas, proyek, observasi, dialog,
dan penilaian diri murid. Bukti-bukti ini harus didokumentasi dan divalidasi untuk
memastikan bahwa pembelajaran yang diinginkan benar-benar tercapai, bukan sekedar materi
yang diselesaikan tetapi juga rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan
Langkah kedua, pengajar mengembangkan strategi khusus dan pendekatan umum
untuk memastikan bahwa pemikiran peserta didik terlihat melalui budaya belajar yang positif,
penuh keterlibatan peserta didik dan merangsang mereka berpikir. Ini merupakan ketrampilan
yang harus dimiliki oleh pengajar untuk membuat terlihat (visible) apa yang tidak terlihat
(invisible) yaitu pemikiran peserta didik (students’ thinking) dan pemahaman murid
(students’ understanding). Langkah kedua ini mengandaikan pemahaman bahwa belajar
bukanlah penerimaan informasi secara pasif, melainkan sebagai hasil dari proses berpikir dan
proses menggunakan indera secara aktif. Berpikir adalah pusat atau sentral dari belajar.
Langkah ketiga, pengajar membuat tugas dan terevaluasi untuk memastikan
terlaksananya pengajaran berpikir level tinggi.Keduanya merupakan bentuk assessment dan
feedback (umpan balik). Baik assessment maupun feedback sangat diperlukan untuk
membantu setiap orang yang belajar. Assessment yang terdiri atas prinsip-prinsip
pembelajaran dan pemahaman harus mencerminkan pengajaran yang baik, dilakukan secara
berkelanjutan sebagai bagian dari pengajaran, dan menyediakan informasi tentang seberapa
tinggi tingkat pemahaman yang telah dicapai oleh peserta didik (Bransford, Brown, &
Cocking, 2000, p. 244 dalam Wiggins & McTighe, 2006, p. 172).
Dalam mewujudkan pembelajaran untuk pemahaman learning for understanding
melalui metode Understanding by Design, pengajar perlu mengambil tiga langkah penting.
Langkah pertama, pengajar merencanakan pengalaman belajar yang harus dimiliki peserta
didik dan instruksi pengajaran yang diberikan oleh pengajar selama proses pembelajaran.
Menurut Wiggins McTighe 2006, untuk sampai pada perencanaan ini, pengajar harus terlebih
dulu mengidentifikasi hasil belajar yang diinginkan. Para pengajar perlu mendata apa saja
yang seharusnya diketahui, dipahami dan mampu dilakukan oleh peserta didik, dan
pemahaman seperti apa yang diinginkan oleh pengajar.

Anda mungkin juga menyukai