Anda di halaman 1dari 6

PENDEKATAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM

PEMBELAJARAN AKUNTANSI

Rahmawati (220902501008)

On Wednesday, 01/11/2023-11.00

PEMBAHASAN

Pengertian Pendekatan Kontekstual

Pendekatan Kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru


mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka.

Pendekatan Pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Jenis Pendekatan Pembelajaran

Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam


strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)
mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera
masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling
efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh
sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil


perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang
paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan
teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan
ukuran baku keberhasilan.

Hakikat Pembelajaran Kontekstual

Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.

Pembelajaran yang berorentasikan target penguasaan materi terbukti dalam kompetisi


mengingat berorentasikan target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi
mengingat jangka pendek, tetapi gagal membekali anak memecahkan persoalan dalam
kehidupan jangka panjang.

Menurut Zahorik ( 1995: 14-22) ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam
praktek pembelajarn konstekstual :

1. Pengaktipan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge).


2. Pemerolehan pengetahuan baru ( acquiring knowledge) dengan cara mempelajari
secara keeluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge ), yaitu dengan cara menyusun:
(1). Konsep sementara (hipotesis), (2) melakukan sharing kepada orang lain agar
mendapatkan tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu, (3) konsep tersebut
direvisi dan dikembangkan.
4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut ( applying knowledge)
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan tersebut.
Keberhasilan di dalam menerapkan pendekatan kontekstual Contectual Teaching and
Learning (CTL) di perkuliahan tergantung kepada tujuh komponen pendekatan CTL yaitu:

1. Konstruktivisme ( Constructivism)
Constructivivism (Konstruktivism) merupakan landasan berpikir ( Filosofis)
pendekatan, CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya dapat diperluas melalui konteks yang terbatas ( sempit ) dan
tidak sekonyong-koyong. Dalam pandangan konstruktivisme strategi memperoleh
lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Untuk itu tugas dosen adalah menfsilitasi proses tersebut dengan: (a)
menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa; (b) Memberi kesempatan
siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; (c ) menyadarkan siswa agar
mennerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar
2. Menemukan (Inguiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dosen harus
selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apa materil yang
diajarkannya. Siklus Inguiry : (a). Observasi ( Observation);(b) bertanya
( questioning) ; (c) mengajukan dugaan ( Hiphotesis) ; (d). Pengumpulan Data (Data
Questioning); (e). Penyimpulan ( Conclussion).
3. Bertanya ( Questioning)
Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang perlu sebagai kegiatan dosen mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Dalam pembelajaran yang
produktif kegiatan bertanya berguna untuk : (a) mengali informasi baik administrasi
maupun akademis, (b). mengecek pemahaman siswa, (c) membangkitkan respon
kepada siswa, (d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,(e) mengetahui hal-
hal yang sudah diketahui siswa, (t) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang
dikehendaki dosen.
4. Masyarakat belajar ( Learning Comunnity)
Konsep Learning Comunnity menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain,dalam perkuliahan CTL seorang dosen disarankan selalu
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
5. Pemodelan ( Modeling)
Pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru,
model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, dosen memberi model tentang
bagaimana cara belajar. Dalam pembelajaran tersebut dosen mendemostrasikan cara
menemukan kata kunci dalam bacaan dan menelusuri bacaan secara cepat dengan
memanfaatkan gerak mata (scanning)
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang
tentang apa-apa yang sudah kita lakukan pada masa yang lalu. Siswa lebih
mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru
yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assement)
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang biasa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu
diketahui oleh dosen agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses
pembelajaran dengan benar.

Hakikat Kompetensi Dalam Pembelajaran Akuntansi Perbankan.

Sudarja Adiwikarta (1994), mengemukakan bahwa kompetensi: " ... is a knowledge,


skills, and abilites or capabilites that a person achieves, which become part of his or her
being to the extent he or she can satifactorily perform particular cognitive, affective, and
psychomotor behaviors". Cogen ( 1998) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan
terhadap suatu tugas keterampilan, sikap,dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang
keberhasilan. Tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Dengan
demikian terdapat hubungan ( link ) antara tugas-tugas yang dipelajari peserta didik dengan
kemampuan yang diperoleh dunia kerja.

Cogen ( 1998),menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang tergantung dalam konsep
kompetensi sebagai berikut:

1. Pengetahuan ( knowlegde) ; yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang


dosen mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar dan bagaimana
melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.
2. Pemahaman ( understanding ) : yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki
oleh individuMisalnya seorang dosen yang akan melaksanakan pembelajaran harus
memiliki pemahaman yang baik tentang kateristik dan kondisi peserta didik, agar
dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efesien.
3. Kemampuan ( skill): adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan
tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan dosen dalam
memilih, dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar
kepada peserta didik.
4. Nilai (Value ); adalah suatu standar prilaku yang telah diyakini dan secara psikologis
telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standard prilaku dosen dalam
pembelajaran (kejujuran, ketebukaan,demokratis dll).
5. Sikap ( attitude ) : adalah perasaan (senang atau tidak senang),suka atau tidak suka
atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap
krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji dan upah atau sebagainya.
6. Minat ( interst) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Misalnya minat untuk mempelajari atau melaksanakan sesuatu.

Standar Kompetensi Pembelajaran Akuntansi Perbankan

Untuk memahami pembelajaran akuntansi perbankan maka sebagai kajian awal perlu
adanya pemahaman terhadap karakteistik dari pembelajaran akuntansi perbankan tersebut.
Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi yang lain diajarkan di sekolah, materi
pembelajaran akuntansi perbankan mencakup dimensi pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill) dan nilai (value). Mata kuliah ini memberikan pemahaman kepada
mahasiswa tentang akuntansi di sektor perbankan yang sangat berbeda dengan akuntansi
umumnya, khususnya transaksi transaksi yang masih berupa komitemen dan kontijensi dan
aturan aturan yang mengikat Perbankan dan Otorita Moneter Bank Indonesia.

Standar kompetensi yang diharapkan dari matakuliah ini adalah agar mahasiswa
mampu menjelaskan ruang lingkup akuntansi perbankan, mampu memahami perbedaan dan
persamaan akuntansi perbankan dengan akuntansi konvensional, dapat mengevaluasi konsep
dasar akuntansi perbankan yang diatur dalam PSAK 31, dapat memahami laporan keuangan
perbankan beserta unsur unsurnya serta pengukuran, pengakuan dan pengungkapan unsur
unsur lapoaran keuangan sesuai PSAK 31 dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
2001 (PAPI).
KESIMPULAN

Pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran merupakan suatu konsep yang


membantu guru mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, mendorong
siswa untuk menghubungkan pengetahuan mereka dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-
hari. Terdapat dua jenis pendekatan pembelajaran, yaitu berorientasi siswa dan berorientasi
guru. Dalam konteks pembelajaran, ada empat unsur strategi yang melibatkan penentuan
tujuan, pemilihan pendekatan, langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian keberhasilan.

Pendekatan kontekstual mengedepankan pengalaman nyata siswa sebagai cara yang


efektif untuk pembelajaran. Ada lima elemen yang perlu diperhatikan dalam pendekatan
kontekstual, termasuk pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, pemerolehan pengetahuan
baru, pemahaman pengetahuan, penerapan pengetahuan, dan refleksi.

Keberhasilan dalam menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran


bergantung pada tujuh komponen, termasuk konstruktivisme, menemukan, bertanya,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang autentik. Kompetensi dalam
pembelajaran akuntansi perbankan melibatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai,
sikap, dan minat. Standar kompetensi pembelajaran akuntansi perbankan menuntut
pemahaman terhadap akuntansi perbankan, perbedaan dengan akuntansi konvensional,
konsep dasar akuntansi perbankan, laporan keuangan perbankan, serta pengukuran,
pengakuan, dan pengungkapan sesuai standar yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai