Anda di halaman 1dari 12

MODEL PEMBELAJARAN

INSTRUKSIONAL
Oleh:
Eko Purwanto
Siti Saniyah
Wiwik Mukhaini
Luluk Farida
A. Pengertian Sistem Instruksional

Model sistem instruksional adalah metode yang digunakan


dalam proses pembelajaran yang sering dipakai oleh banyak tenaga
pengajar, model instruksional yaitu suatu model yang terdiri atas empat
komponen yang secara hakiki berbeda satu sama lainnya, model ini
menitikberatkan pembuatan keputusan intelektual oleh guru sebelum dan
sesudah pengajaran dan oleh karenanya, sebenarnya lebih berupa suatu
model perencanaan dan penilaian dari suatu model “prosedur mengajar”.
 Konsep Dasar Desain Instruksional

Dalam konteks pembelajaran, desain instruksional dapat diartikan sebagai proses


yang sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran melalui proses
perencanaan bahan-bahan pembelajaran beserta aktivitas yang harus dilakukan,
perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat digunakan serta
perencanaan evaluasi keberhasilan. Dengan kata lain, desain insruksional
membantu para pendidik dan pendesain instruksional menciptakan atau
merancang pembelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional, efektif dan
efisien. Sehingga dalam prosesnya akan tercipta proses komunikasi dan
pembelajaran yang aktif dan interaktif antara pendidik dan peserta didik.
 Desain instruksional dimaksudkan untuk membantu individu belajar lebih dari
sekadar melaksanakan proses pengajaran. Asumsi dasar ini menyatakan pentingnya
desain instruksional untuk membantu peserta didik dalam proses dan hasil belajar.
 2. Belajar adalah proses kompleks yang dipengaruhi oleh banyak variabel yang saling
terkait seperti ketekunan, waktu belajar, kualitas instruksional, kecerdasan, bakat,
dan kemampuan peserta sisik. Asumsi ini menyatakan bahwa
prosesdesaininstruksional menggunakan pendekatan sistem yang merangkaikan
komponen instruksional secara sintemik dan sistematik langkah awal yang
merumuskan tujuan instruksional umum berdasarkan kebutuhan instruksional siikuti
langkah-langkah selanjutnya secara runut, tidak melompat-lompat karena hasil
langkah sebelumnya menjadi dasar untuk melakukan langkah berikutnya.
 3. Model desain instruksional dapat diaplikasikan sebagai tingkatan tingkatan seperti
perencanaanonal untuk kegiatan satu hari, beberapa hari, loka karya, perkuliahan 1
semester untuk 1 mata kuliah atau perkuliahan program untuk 4 tahun pada program
studi. Asumsi menyatakan bahwa desain instruksional hanya diperuntukkan bagi
kegiatan instruksional saja bagi seorang pengajar yang bertekat bekerja sendiri
sebagai pendesain instruksional untuk bidang yang diajarkannya, maka ia perlu
bekerja keras untuk menguasai berbagai keahlian yang dimiliki suatu tim.
 4. Desain adalah proses interaktif dengan melibatkan peserta didik. Asumsi
dalam menjelaskan bahwa desain instruksional menganut prinsip learner-
centered atau berorientasi pada peserta didik sehingga peserta didik ikut terlibat
dalam proses desain instruksional.
 5. Desain instruksional itu sendiri adalah suatu proses yang terdiri dari sejumlah
sub proses, mulai dari perumusan tujuan sampai evaluasi terhadap program atau
produk instruksional. Asumsi ini mengingatkan setiap orang yang terlibat dalam
desain instruksional bahwa yang berbentuk sebagai suatu sistem bukan hanya
pelaksanaan kegiatan instruksional tetapi juga proses desain instruksional yang
mewujudkannya.
 6. Berbeda dengan jenis hasil belajar yang diharapkan menuntut ulang perbedaan
jenis kegiata instruksional Asumsi ini menyatakan bahwa hasil belajar yang
diharapkan dikuasai peserta didik dan kemudian dideskripsikan dalam tujuan
isntruksional umum dan kasus, mrupakan satu-satunya acuan untuk melakukan
langkah-langkah desain instruksional.
Tahapan Pengembangan Desain Instruksional Dick-Carey
Menurut Sagala (2023), Dick-Carey merancang model desai instruksional dengan beberapa tahapan
pengembangan diantaranya:
1. Identifikasi Tujuan Instruksional, Tahapan ini menentukan tujuan instruksional. Guru harus
menentukan kompetensi apa yang akan dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti program pembelajaran
2. Kontrol Instruksional
Setelah menetapkan tujuan instruksional, guru harus mengelaborasinya menjadi tahap-tahap pengetahuan
yang harus dimiliki siswa agar ia mencapai pengetahuan yang dituju.
3. Analisis Siswa Dan Konteks
Tahapan ini dimana guru harus menguasai karakteristik siswa dan bagaimana siswa akan belajar menguasai
kompetensi yang ditetapkan.
4. Merumuskan Tujuan Kinerja Belajar
Berdasarkan analisis instruksional dan kemampuan awal siswa, guru menuliskan kinerja akademik yang
harus didemonstrasikan siswa dari setiap tahapan pembelajaran.
5.menambah referensi fitur tes
Tes acuan patokan terdiri atas soal-soal yang secara langsung mengukur istilah patokan yang dideskripsikan
dalam suatu perangkap tujuan khusus.
Prosedur Mengajar:
Pertama menentukan tujuan-tujuan instruksional secara spesifik dalam bentuk
perilaku siswa.
Kedua mengadakan penilaian pendahuluan terhadap keadaan siswa pada saat ini
dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan instruksional tersebut.
Dan ketiga menilai pencapaian tujuan-tujuan tersebut oleh siswa.
a. Penentuan tujuan-tujuan yang spesifik
b. Penilaian pendahuluan
c. Pengajaran
d. Penilaian
Tujuan Pembelajaran (PAI) Dengan Sistem Instruksional

a. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Tujuan instruksional umum ini merupakan


tujuan dari kurikuler, ialah tujuan pendidikan secara umum menjadi tujuan khusus dan
operasional, sebab pada dasarnya tujuan pendidikan hanya dapat mungkin di capai bila
tujuan itu di rumuskan ke dalam rumusan yang khusus dan operasional.
b. Tujuan instruksional khususTujuan ini adalah langkah yang paling akhir dalam
upaya membuat rumusan tujuan pendidikan yang paling khusus dan operasional. tujuan
instruksional khusus (TIK) dapat di artikan sebagai rumusan tujuan yang berisi
kualifikasi khusus yang di harapkan di miliki siswa setelah selesai mengikuti kegiatan
belajar mengajar tertentu. Tujuan instruksional khusus adalah tujuan yang hendak di
capai guru setiap kali mengajar.
Implementasi (Penggunaan) Sistem Instruksional

Penggunaan sistem instruksional dalam pembelajaran didalam kelas dapat


diklasifikasikan menjadi tiga tahap.

a. Tahap awal
Tahap pembelajaran awal ini adalah langkah pertama sebelum materi pembelajaran
berlangsung,
yaitu memberikan pencerahan terhadap pola piker siswa tentang apa yang ingin
diajarkan, diberikan bayangan sebelum memasuki tahap yang serius, tahap awal ini
memiliki banyak teori
dan metode yang bisa digunakan diantaranya adalah mengatur tatanan kelas yang
nyaman dan epektif seperti group resume (resume kelompok) prosedurnya dibentuk
seperti :
•Bagilah peserta kedalam beberapa kelompok, terdiri dari 3 sampai 6 anggota.
•Beritahukan kepada mereka bahwa kelas memiliki kesatuan bakat dan pengalaman
yang sangat hebat.
•Memberikan motivasi kepada setiap kelompok agar aktif dan bervariasi dalam
menela’ah materi
b. Tahap inti

Pada tahapan ini pengajar menguraikan materi yang diajarkan kepada


siswa dengan menggunakan metode dan teknik yang nyaman dan mudah
dimengerti oleh siswa sehingga siswa tidak mudah jenuh dan tidak cepat
merasa bosan seperti yang ada dalam bukunya Mel Silberman yang
menawarkan metode aktif dan variable salah satunya adalah Listening
Team (tim pendengar)
•Buatlah kelas menjadi empat kelompok
•Masimg-masing kelompok diberi tugas, kelompok pertama sebagai
penanya, kelompok kedua sebagai orang yang setuju, kelompok yang
ketiga sebagai orang yang tidak setuju, sedangkan yang terakhir sebagai
pemberi contoh.
•Sampaikan pelajaran yang didasarkan dengan pelajaran
•Suruhlah tiap-tiap tim untuk bertanya, sepakat dan sebagainya.
c.Tahap Akhir

Setelah materi diberikan kepada siswa dan waktu telah hamper


habis untuk pembelajaran maka tahapan yang paling akhir ialah
bagaimana siswa belajar agar tidak lupa tentunya dengan berbagai
strategi yang bisa digunakan salah satunya adalah Reviewing Strategies
(meninjau ulang).
Salah satu cara paling meyakinkan untuk menjadikan belajar
tepat adalah menyertakan waktu untuk meninjau apa yang telah
dipelajari. Materi yang telah ditinjau (review) oleh peserta didik mungkin
disimpan lima kali lebih banyak dari materi yang tidak ditinjau. Hal itu
karena peninjauan memudahkan peserta didik untuk mempertimbangkan
informasi dan menemukan cara-cara untuk menyimpannya dalam
otaknya.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH…………

Anda mungkin juga menyukai