Anda di halaman 1dari 15

VARIABEL KONDISI DALAM PEMBELAJARAN

DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Untuk memenuhi proyek makalah kelompok pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran

yang diampu oleh:

Parno, Dr., M. Si.

Oleh:

Anggraeni Dawama Aziz (210321606914)

Aqilah Naura (210321606827)

Arifah Hidayah (210321606821)

Melly Yuni Anjani (210321606862)

Za’ima Nabila Roshifa (210321606801)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

DESEMBER 2022
BAB I

URAIAN MATERI

A. Pengertian Perencanaan Pembelajaran


Perencanaan merupakan tahapan yang berhubungan pada sesuatu yang harus
dilakukan sebelum pelaksanaan. Terdapat beberapa hal di dalamnya, hal yang paling
utama seperti memiliki arah tujuan atau target dan mengidentifikasi perjanjian yang
dibutuhkan melalui proses yang efektif dan efisien (Putro et al., 2021). Ada beberapa
ahli terkenal yang membagikan pendapatnya mengenai pengertian dari perencanaan:
1. Cristoper Clark (1995), menyatakan bahwa pendidik sebagai perencana, maka
pendidik harus siap untuk aktif dan professional, sehingga dapat memberikan
penyampaian materi yang baik. Hal itu dapat terlihat bahwa pendidik tersebut
memiliki perencanaan yang baik.
2. Herbert Simon (1996), mengemukakan definisi dari perencanaan sebagai proses dari
suatu penyelesaian masalah atau seperti hal nya solusi dari permasalahan yang
dihadapi.
3. See Sabon (1987), menyatakan bahwa kita dapat mengamati permasalahan pada
pemikiran yang muncul dibantu oleh suatu perencanaan. Akibatnya, kita dapat
memiliki pandangan dalam memahami suatu permasalahan dengan lebih kompleks
dan sederhana.
4. Gordon Rowland (1993), mengemukakan bahwa usulan dari suatu perencanaan
lebih utama daripada sebuah informasi awal.

Perencanaan pembelajarn dapat didefinisikan suatu kegiatan yang merupakan


sumber utama dalam proses pembelajaran. Pendidik dapat menggunakan metode-
metode yang ingin dicapai dalam menerapkannya untuk system perencanaan
pembelajaran ini, yang mana metode-metode tersebut memiliki tujuan sebagai harapan
bagi semua pihak dalam bentuk perubahan tingkah laku dari setiap siswa (Jaya, 2019).
Pencapaian proses hasil belajar pada siswa sangat diutamakan agar sesuai pada
kemampuan belajar dari setiap individu. Oleh karena itu, setiap pendidik selalu berusaha
dalam menerapkan sistem perencanaan pembelajaran dengan maksimal dan sebisa
mungkin sesuai mencapai target.

Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan


pembelajaran merupakan suatu proses dalam memecahkan suatu analisis dengan
pemikiran yang logis agar mencapai target dari tujuan pembelajaran itu sendiri, yang
dapat disusun melalui metode–metode dalam system proses pembelajaran, sehingga
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.

B. Manfaat Perencanaan Pembelajaran


Berdasarkan definisi dari perencanaan pembelajaran yang telah dipaparkan
dalam pernyataan maupun yang dikemukakan oleh para ahli dan telah diketahui
beberapa fungsi adanya perencanaan pembelajaran, maka dengan adanya perencanaan
pembelajaran itu merupakan suatu hal yang utama dalam proses pembelajaran agar
mencapai keberhasilan dari pembelejaran itu sendiri (Hakim, 2009). Berikut merupakan
manfaat adanya perencanaan pembelajaran, meliputi:
1. Sebagai pendidik dapat menentukan sumber pembelajaran dan menemukan bahan
sebagai sistem proses pembelajaran
2. Dapat mengembangkan potensi kemampuan pembelajaran, baik dalam diri seorang
pendidik maupun pada peserta didik.
3. Dapat dijadijakn alat ukur pada proses pembelajaran yang dilalui, juga potensi yang
ada dalam peserta didik, serta mengetahui adanya hamabtan-hamabatan ketika
proses pembelajaran.

C. Variabel dan Kondisi Pembelajaran


Variabel kondisi pembelajaran dibagi menjadi 3 kelompok (Jaya, 2019; Silaban,
2021; Widyastuti dkk., 2021):
1. Kondisi pembelajaran
Variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran, yaitu variabel yang
memengaruhi penggunaan variabel metode. Oleh karena perhatian kita adalah
mendeskripsikan metode pembelajaran, maka variabel kondisi yang harus
berinteraksi dengan metode dan sekaligus berada di luar kontrol perancang
pembelajaran. Variabel kondisi pembelajaran dibagi menjadi variabel yang lebih
spesifik yang meliputi tujuan dan karakteristik bidang studi, kendala, serta
karakteristik peserta didik.
2. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran dibagi menjadi 3 yang meliputi strategi pengorganisasian
(organizational strategy), strategi penyampaian (delivery strategy), dan strategi
pengelolaan (management strategy).
Organizational strategy adalah metode yang mengorganisasi bidang studi yang
telah dipilih untuk pembelajaran. Organizational strategy meliputi tindakan seperti
pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan sebagainya.
Delivery strategy merupakan metode penyampaian pembelajaran kepada peserta
didik dan atau menerima respon serta masukan yang berasal dari peserta didik.
Sumber belajar merupakan bidang kajian utama dari strategy ini
Management strategy merupakan metode untuk menata interaksi antara peserta
didik dan variabel metode pembelajaran yang lain. Variabel strategi
oengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran dibedakan menjadi tingkat
makro dan mikro.
3. Hasil pembelajaran
Dibedakan menjadi 3 macam yaitu keefektifan, efisiensi, dan daya tarik
pembelajaran.
Keefektifan dapat diukur dengan tingkat pencapaian pembelajar. Keefektifan
belajar dapat diukur melalui aspek-aspek berikut seperti kecermatan penguasaan
perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan tingkat kesalahan, kecepatan
untuk kerja, tingkat alih belajar, serta tingkat retensi dari apa yang telah dipelajari.
Efisiensi pembelajaran dapat diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah
waktu yang dipakai pembelajar dan atau jumlah biaya pembelajaran yang dilakukan.
Daya tarik pembelajarn dapat diukur dengan cara mengamati kecenderungan
pembelajar untuk tetap atau terus belajar. Daya tarik belajar berkaitan erat dengan
bidang studi yang mana kualitas pembelajaran biasanya akan memengaruhi
keduanya. Itulah mengapa pengukuran kecenderungan pembelajar untuk terus
ataupun tidak terus belajar dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau
dengan bidang studi.

D. Rancangan Pembelajaran
Rancangan pembelajaran menghasilkan berbagai model pembelajaran. Akan
tetapi, rancangan pembelajaran harus mengandung elemen berikut yang meliputi
pengumpulan data, penilaian keterampilan masukan, spesifikasi tujuan yang bersifat
behavioral atau performance test, prosedur untuk memilih metode dan penyajian, dan
prosedur pelaksanaan, evaluasi, serta revisi. Berikut adalah macam-macam model
rancangan pembelajaran (Ananda, 2019)
1. Model performance based on teacher education
Merupakan pengembangan program pembelajaran yang dilaksanakan dengan
pendekatan sistematik. Pendekatan ini mempertimbangkan semua faktor dan
komponen yang ada sehingga pelaksanaan program akan berjalan secara efektif dan
efisien (Gage dan Winne, 1975).
2. Model dick and carey
Merupakan model rancangan pembelajaran yang memiliki komponen dengan
urutan tahapan yang sistematis dan lengkap mulai dari analisis, desain hingga
evaluasi sehingga rancangan pembelajaran yang dihasilkan dapat dioptimalkan
(Isnawan dan Wicaksono, 2018; Yusri dan Arifin, 2018).
3. Model perencanaan pembelajaran davis
Model pembelajaran yang terdiri dari 5 tahapan yang harus dilakukan yang
semuanya merupakan sistem terpadu secara menyeluruh. Tahapa tersebut meliputi
penetapan status sistem pembelajaran, perumusan tujuan pembelajaran,
perencanaan dan pelaksanaan evaluasi, pendeskripsian dan pengakajian tugas, dan
pelaksanaan prinsip-prinsip belajar (Randhika, 2018; Rohmah dan Fadly, 2021).
4. Model DSI-PK
Merupakan model rancangan pembelajaran dengan gambaran proses rancangan
secara sistematis tentang pengembangan pembelajaran baik mengenai proses
maupun pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pencapaian
kompetensi (Hidayati, 2019; Simanjuntak, 2019).
5. Model ASSURE
Merupakan model rancangan pembelajaran yang berorientais pada kelas. Pada
model ini terdiri dari 6 langkah kegiatan yang melputi analyse learners, states
standard objecties, select strategies, technology, media, and material, utilize
technology, media, and materials, require learner participation, dan evaluate and
revise (Havizul, 2022; Purbasari dkk., 2022).
6. Model perencanaan pembelajaran yang sistematis

E. Manfaat Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran tentu dilakukan demi kelangsungan proses


pembelajaran yang baik, di mana idealnya hal tersebut dapat memaksimalkan seluruh
perlengkapan dan persiapan pembelajaran sehingga nantinya akan diperoleh hasil atau
output sesuai dengan perencanaan itu sendiri. Perencanaan pembelajaran memiliki
beberapa manfaat ditinjau dari sisi guru (Rusydi, 2019) antara lain:
1. Mampu memprediksi secara pasti mengenai tingkat keberhasilan pembelajaran yang
akan dilakukan karena dalam proses perencanaan tentu akan dianalisis pula tentang
kendala dan potensi penyebab kegagalan suatu pembelajaran. Dengan begitu, guru
bisa lebih siap untuk mencegah hal itu terjadi.
2. Dapat dijadikan sebagai acuan untuk memecahkan kendala yang terjadi saat proses
pembelajaran. Kembali meninjau manfaat pada poin pertama, kendala yang
mungkin akan timbul ke depannya sudah terprediksi dalam perencanaan sehingga
guru mampu untuk mengatasi persoalan tersebut.
3. Menjadikan guru mampu menjalankan proses pembelajaran secara sistematis dan
teratur sehingga keberhasilan bisa dimaksimalkan,
4. Guru akan terus terlatih dalam berinovasi dalam merencanakan dan menentukan
media serta sumber belajar yang tepat sesuai dengan kondisi para siswa.

Kemudian Majid (2005) mengungkapkan bahwa perencanaan pembelajaran ini


juga memiliki manfaat bagi proses belajar-mengajar itu sendiri meliputi:

1. Menjadi acuan bagi para guru maupun siswa.


2. Sebagai salah satu cara untuk efisiensi tenaga, biaya serta waktu dalam pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar.
3. Untuk penunjuk indikasi kefektifan proses belajar-mengajar.
4. Sebagai suatu bahan dalam penyusunan data.
5. Sebagai pedoman dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

F. Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar yang terbaik pasti menjadi harapan bagi seluruh pihak yang terlibat
dalam pendidikan, tidak semata tujuan utama seorang guru. Namun, perlu untuk diingat
kembali bahwa hasil akhir proses belajar yang dijalani oleh siswa tidak akan terlepas
dari beberapa faktor yang memengaruhi. Terdapat 2 jenis faktor yang memengaruhi
hasil belajar siswa, yaitu faktor eksternal dan internal.

Faktor eksternal diartikan sebagai faktor-faktor dari luar diri setiap siswa yang
mampu memengaruhi hasil belajar mereka. Pertama, ada faktor berupa lingkungan
sekolah yang memiliki peran penting dalam pembentukan kecerdasan siswa (Sari, 2016).
Hal ini disebabkan para guru mempunyai kewajiban serta tanggung jawab untuk
memberikan pemahaman kepada para siswa secara menyeluruh terkait suatu topik
pembelajaran. Kedua, lingkungan terdekat setiap individu, yaitu lingkungan keluarga.
Faktor kedua ini justru menjadi sebagai pondasi awal, dengan peranan yang lebih fatal
dibanding lingkungan sekolah. Lingkungan keluarga lebih dahulu membentuk karakter
individu sebelum mereka masuk ke lingkup yang lebih luas seperti jenjang sekolah.

Sedangkan faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari diri siswa itu
sendiri sehingga mampu memengaruhi hasil belajar (Hanafiah dan Cucu, 2009). Faktor
internal terdiri atas hal-hal berikut.

1. Minat.
Minat memiliki makna sebagai bentuk ketertarikan lebih atas suatu hal atau
melakukan sesuatu atas dasar kemauan diri sendiri tanpa ada dorongan dari pihak
luar. Menurut Ratnasari (2017) minat belajar memegang peran penting, semakin
tinggi minat belajar maka akan cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, begitu
pun sebaliknya.
2. Bakat.
Bakat berbeda dengan minat. Bakat merupakan kemampuan lebih dan unik dari
diri seseorang yang diperoleh secara alamiah tetapi perlu untuk terus diasah dan
dikembangkan (Anggraini et al, 2020). Guru maupun siswa itu sendiri harus mampu
untuk mengetahui bakat yang dimiliki sebagai bekal untuk mencapai hasil belajar
yang terbaik.
3. Motivasi diri untuk berprestasi.
Atkinson dan Feather (1966) menyatakan bahwa motivasi berprestasi
merupakan bentuk gabungan dari kecenderungan individu untuk mendekati
keberhasilan dan kecenderungan untuk antisipasi kegagalan. Faktor motivasi ini
wajib dimiliki oleh semua siswa agar mereka bisa belajar dengan penuh rasa
semangat dan nanti bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan kemampuan
yang juga semakin berkembang.
4. Gaya belajar
Sebaiknya siswa mengetahui gaya belajar masing-masing. Gaya belajar dapat
membuat seseorang mampu untuk menyerap dan memahami informasi melalui cara
yang disenangi, misalnya dalam proses beripikir (Adi, 2004). Ketika siswa enjoy
dengan cara belajarnya maka ilmu pengetahuan akan mereka peroleh secara
maksimal dan hasil belajar bisa meningkat.
BAB II

PERMASALAHAN KONTEKSTUAL DAN SOLUSI

A. Permasalahan Kontekstual

Pentingnya Manajemen Kurikulum dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Sumber: Kumparan
Pertimbangan utama pendidikan ialah peningkatan mutu pendidikan agar bangsa
Indonesia tidak tertinggal dari bangsa lain dalam persaingan kehidupan yang makin
kompetitif. Kemajuan pendidikan bangsa dapat terlaksana apabila SDM mendapatkan
pendidikan yang bermutu. Faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan, salah satunya
ialah dalam perencanaan pembelajaran yakni kurikulum. Kurikulum merupakan
penentu utama dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, kurikulum menjadi pegangan
atau panduan bagi seorang pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan baik.
Manajemen kurikulum merupakan hal penting, karena didalamnya memuat aktivitas
yang mencakup perencanaan, penyusunan, pelaksaan, pengawasan dan evaluai agar
proses pembelajaran sesuai dengan tujuan. Perencanaan yang baik ialah dasar yang
menentukan kesuksesan dari program yang ada. Pelaksanaan kurikulum secara nyata
menentukan keberhasilan dari kurikulum itu sendiri. Penilaian hasil belajar siswa dapat
berupa aktivitas penilaian yang menjadi penentu perlu adanya peningkatan
berkelanjutan pada mutu pendidikan. Penilaian tersebut juga dapat sebagai pengendali
dan penjamin mutu pendidikan yang selama ini telah diberikan. Oleh karena itu,
pentingnya perencanaan pembelajaran terutama pada perencanaan kurikulum agar
pelaksanaan rancangan dan proses pembelajaran tidak menyimpang dari rancangan
kurikulum yang sudah ada dan siswa dapat mudah dalam menerima pembelajaran yang
disampaikan oleh seorang pendidik (Azahra, 2022)
B. Solusi Penyelesaian Permasalahan Kontekstual yang Sudah Ada
Berikut ini adalah beberapa solusi yang telah ditemukan mengenai
permasalahan kontekstual yang disajikan.
1. Dalam perencanaan kurikulum tidak bisa dilakukan oleh setiap orang atau
sembarang orang, perlu adanya para ahli baik dari segi pengalaman dalam bidang
praktik pendidikan maupun pembelajaran. Karena dalam proses penyusunan awal,
pengembangan kurikulum berkenaan dengan kebijakan pemerintah.
2. Perlu memiliki visi yang sama dalam merencanakan, mengorganisasi,
melaksanakan, dan mengevaluasi sebuah kurikulum oleh setiap penanggungjawab
lembaga pendidikan dan seluruh stakeholder pendidikan. Karena Kegagalan dalam
manajemen sebuah kurikulum akan berakibat fatal pada keberhasilan dunia
pendidikan.

C. Solusi Baru yang Ditawarkan (Novelty)

Melihat masalah dan solusi yang sudah ada sebelumnya, penulis memikirkan
beberapa saran yang mungkin dapat menjawab permasalahan kontekstual yang
disajikan. Berikut beberapa di antaranya

1. Perlu adanya edukasi berupa pengarahan dan pembinaan bagi guru terkait
manajemen kurikulum yang berupa kemampuan dalam mengelola kurikulum, mulai
dari perencanaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum hingga evaluasi kurikulum.
Hal-hal tersebut akan berkaitan dengan Rencana Proses Pembelajaran (RPP) agar
dalam penyusunan proses pembelajaran atau Rencana Proses Pembelajaran (RPP)
tidak menyimpang jauh. Sehingga pada proses pembelajaran tetap berpedoman pada
RPP dan kurikulum yang ada.
2. Dalam meningkatkan mutu pendidikan diperlukan sebuah kerjasama yang baik dari
semua komponen yang telibat.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa


perencanaan pembelajaran merupakan suatu proses dalam memecahkan suatu analisis
dengan pemikiran yang logis agar mencapai target dari tujuan pembelajaran itu sendiri.
Dalam merencanakan pembelajaran perlu memperhatikan variabel-variabel serta
metode yang digunakan. Perencanaan ini memliki manaat serta akan membawa pada
hasil belajar siswa.

Pada permasalahan kontekstual, dipaparkan mengenai urgensi manajemen


kurikulum dalam konteks peningkatan mutu pendidikan. Permasalahan tersebut
kemudian dijawab dengan solusi yang sudah ada, begitu pun saran dari penulis yang
merupakan novelty.

2. Saran

Diharapkan dengan adanya pemaparan dalam makalah ini dapat menambah ilmu dan
memberikan gambaran mengenai variabel dan perencanaan dalam pembelajaran. Begitu juga
dengan adanya permasalahan kontekstual yang sesuai dengan materi yang dibahas, semoga
dapat memicu diskusi kritis mengenai sistem pembelajaran di Indonesia, terkhusus pada
implementasi dari materi yang dibahas.
DAFTAR PUSTAKA

Adi Gunawan. (2004). Genius Learning Strategy Petunjuk Proses Mengajar. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Ananda, R. (2019). Perencanaan pembelajaran. Lembaga Peduli Pengembangan


Pendidikan Indonesia (LPPPI).

Anggraeni, P., & Akbar, A. (2018). Kesesuaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan
Proses Pembelajaran. Jurnal Pesona Dasar, 6(2).

Anggraini, Dkk. 2020. Mengidentifikasi Minat Bakat Siswa Sejak Usia Dini di SD
Adiwiyata. Jurnal Pendidikan.

Atkinson, J. W. & Feather, N. 1966. A Theory of Achievement Motivation. New York: Wiley
and Sons.

Azahra, S. (2022, Desember 1). Pentingnya Manajemen Kurikulum dalam Meningkatkan


Mutu Pendidikan. Retrieved from Kumparan.com:
https://kumparan.com/ajasalsabila00/1zK91315Lk0?utm_source=Desktop&utm_me
dium=copy-to-clipboard&shareID=uLUXysgimdQt

Gage, N. L., dan Winne, P. H. (1975). Performance-based teacher education. Teachers


College Record, 76(6), 146–172.

Hakim, L. (2009). Perencanaan pembelajaran.

Hanafiah, dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika
Aditama.

Havizul, H. (2022). Desain Pembelajaran Online Berbasis Google Classroom Untuk Mata
Pelajaran Ips Smp/Mts Menggunakan Model Assure. Sosial Horizon: Jurnal
Pendidikan Sosial, 9(1), 106–117.

Hidayati, N. (2019). Desain dan Implementasi Pembelajaran PAI bagi Tunalaras di


Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tangerang. Universitas Islam Negeri Smh
Banten.

Isnawan, M. G., dan Wicaksono, A. B. (2018). Model desain pembelajaran matematika.


Indonesian Journal of Mathematics Education, 1(1), 47–52.
Jaya, F. (2019). Perencanaan Pembelajaran.

Majid, Abdul. (2005). Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi


Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Marlina, L., & Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, P. (n.d.). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SD
Muhammadiyah Majaran Kabupaten Sorong.

Nasbi, I. (2017). Manajemen Kurikulum: Sebuah Kajian Teoritis. Idaarah: Jurnal


Manajemen Pendidikan, 1(2).

Putro, S. C., Nidhom, A. M., & others. (2021). Perencanaan Pembelajaran. Ahlimedia
Book.

Purbasari, I., Fajrie, N., Sholikhan, M., dan Purwaningrum, J. P. (2022). Desain
Pembelajaran Sosial Kolaboratif Berbasis Projek Melalui Assure Model. Jurnal
Pendidikan Dasar, 3(2), 60–70.

Randhika, M. F. (2018). Aplikasi Pembelajaran Audit Sistem Informasi Dan Tata Kelola
Teknologi Informasi Berbasis Mobile. Perpustakaan Universitas Teknokrat Indonesia.

Rohmah, R. U., dan Fadly, W. (2021). Mereduksi Miskonsepsi Melalui Model Conceptual
Change Berbasis STEM Education. Jurnal Tadris IPA Indonesia, 1(2), 189–198.

Sari Dian Purnama. 2016. Hubungan Gaya Belajar Siswa dengan Hasil Belajar IPS pada
Siswa Kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Jurnal
Pendidikan.

Silaban, S. (2021). Pengembangan program pengajaran. Yayasan Kita Menulis.

Simanjuntak, R. (2019). Pentingnya Memahami Model-Model Perencaanaan Pembelajaran


dan Penerapannya Dalam Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa Program
Studi S1 Pendidikan Agama Kristen Sekolah Tinggi Teologia Nazarene Indonesia
Yogyakarta. SANCTUM DOMINE: JURNAL TEOLOGI, 8(2), 21–44.

Teori, A. L. (n.d.). Bab II Kajian Teori. Https://Laodesyamri.Net/2016/01/06/11-


Pengertian-Belajar-Dan-Teori-

Widyastuti, A., Sudarmanto, E., Silitonga, B. N., Ili, L., Purba, S. R. F., Khalik, M. F.,
Recard, M., Chamidah, D., Purba, B., dan Mansyur, M. Z. (2021). Perencanaan
Pembelajaran. Yayasan Kita Menulis.
Yusri, Y., dan Arifin, S. (2018). Desain pembelajaran kooperatif berbasis teori bruner untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Histogram, 2(2), 147–158.
LAMPIRAN

Hasil Cek Plagiasi*


Sumber: https://www.check-plagiarism.com/

*dikarenakan keterbatasan kata pada web pengecekkan, untuk cek plagiarisme dibagi menjadi
beberapa hasil.

Anda mungkin juga menyukai