Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas Pembelajaran


2.1.1 Pengertian Efektivitas Pembelajaran
Pada umumnya kata efektivitas akan menunjukkan seberapa jauh ketercapaian
suatu tujuan yang sebelumnya telah ditentukan. Pasolong (2007: 4) mengemukakan
bahwa efektivitas adalah tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya agar dapat
tercapai oleh adanya proses yang telah dilangsungkan. Efektivitas berarti berusaha
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan dan sesuai pula dengan rencana, baik secara fisik maupun non-fisik untuk
mendapatkan hasil yang maksimal (Supardi, 2013 : 164). Berdasarkan pendapat dari
para ahli diatas dapat peneliti buat kesimpulan bahwa efektivitas adalah suatu proses
yang telah direncanakan sebelumnya untuk memperoleh hasil yang maksimal baik
secara fisik maupun non fisik melalui adanya sebab dan akibat dalam satu kejadian.
Kemudian menurut Popham (dalam Isna, 2019) efektivitas dalam
pembelajaran dapat ditinjau melalui hubungan guru yang mengajar peserta didik
dengan menggunakan metode-metode tertentu dalam situasi untuk mencapai tujuan
instruksional tertentu (dalam https://dspace.uii.ac.id/ diakses tanggal 18 Juni 2021).
Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila dapat mencapai sasaran yang
diingikan, baik dari segi tujuan pembelajaran dan prestasi peserta didik. Sedangkan
menurut Rohmawati (2015) mengemukakan bahwa efektivitas pembelajaran adalah
“Ukuran keberhasilan dari interaksi antar peserta didik dengan peserta
didik, maupun antara peserta didik dengan guru dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bisa dilihat dari aktivitas
peserta didik selama pembelajaran berlangsung, tanggapan peserta didik
terhadap pembelajaran dan penguasaan konsep peserta didik.” (dalam
https://journal.unj.ac.id/ diakses tanggal 27 Maret 2021)

Berdasarkan pengertian efektivitas pembelajaran dari para ahli diatas maka


dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa efektivitas pembelajaran adalah suatu ukuran
keberhasilan untuk mencapai tujuan instruksional yang ditinjau dari interaksi peserta
didik dengan peserta didik, maupun antara guru yang mengajar dengan menggunakan
metode pembelajaran tertentu yang dapat dilihat pada aktivitas pembelajaran,
tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran, penguasaan konsep, dan prestasi
peserta didik. Ukuran keberhasilan efektivitas pembelajaran yang efisien adalah
adanya timbal balik antara peserta didik dan guru untuk mencapai tujuan secara
bersama. Selain itu harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah, sarana dan
prasarana, serta media pembelajaran yang dibutuhkan untuk membantu tercapainya
seluruh aspek perkembangan peserta didik.

2.1.2 Proses Pembelajaran yang Efektif


Pada umumnya untuk mengatakan suatu kegiatan pembelajaran efektif
ditandai dengan tercapainya kompetensi dasar yang telah ditetapkan, bertambahnya
pengalaman dan hal baru yang diperoleh bagi peserta didik maupun guru sebagai
bentuk interaksi dua arah yang akan membangkitkan proses pembelajaran. Oleh
sebab itu proses pembelajaran yang bisa disebut efektif yaitu bisa dilihat dari
beberapa indikator pencapaiannya. Menurut Hamzah (2012: 174-190)
mengemukakan bahwa terdapat tujuh indikator yang menunjukkan proses
pembelajaran yang efektif, diantaranya yaitu:
1. Mengurutkan materi pembelajaran yang akan disampaikan dengan logis
dan teratur agar tujuan pembelajaran terwujud dengan memperhatikan
perincian materi, urutan materi mudah menuju sukar, dan keterkaitan
antara materi dan tujuan.
2. Kecakapan penyajian materi dengan memakai metode baru atau
modifikasi untuk menarik perhatian peserta didik.
3. Guru harus menguasaan materi yang baik dan mampu menghubungkan
materi yang diajarkan dengan pengetahuan yang dimiliki peserta didik
tujuannya agar pembelajaran di kelas menjadi hidup.
4. Guru mampu dapat memberikan dorongan positif dalam membangkitkan
motivasi peserta didik saat pembelajaran berlangsung.
5. Memberikan informasi dari awal mengenai kompetensi yang harus
dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran supaya berdampak pada
motivasi peserta didik dalam mengikuti belajar karena berpengaruh
kepada nilai pelajaran peserta didik.
6. Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran yang didasari oleh
karakteristik peserta didik, mata pelajaran, dan hambatan yang dihadapi.
7. Memberikan penilaian yang baik maka guru harus memiliki indikator
atau petunjuk untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar peserta
didik.

Berdasarkan penjelasan dari peneliti diatas, indikator dalam melihat suatu


efektivitas pembelajaran terdiri dari pengorganisasian materi yang baik, komunikasi
yang efektif, penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran, sikap positif
terhadap siswa, pemberian nilai yang adil, keluwesan dalam pendekatan
pembelajaran, dan hasil belajar peserta didik yang baik.

2.1.3 Pengukuran Efektivitas


Penilaian terhadap suatu efektivitas yaitu berdasarkan tujuan yang mampu
dilaksanakan bukan atas dasar konsep tujuan yang maksimum. Subagyo (2000: 54)
mengemukakan bahwa supaya mampu menganalisis efektivitas dapat dilihat dari
beberapa variabel diantaranya ketepatan sasaran, sosialisasi program, pencapaian
tujuan secara menyeluruh, dan pemantauan program. Sejalan dengan pendapat
tersebut Steers (dalam Sutrisno, 2013 : 123) mengemukakan bahwa yang terbaik
dalam meneliti efektivitas adalah memperhatikan secara serempak tiga buah konsep
yang saling berkaitan diantaranya optimalisasi tujuan, perspektif sistem, dan tekanan
pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi. Sedangkan menurut Cambell
(dalam Tangkilisan, 2005: 16) menjelaskan bahwa pengukuran efektivitas secara
umum dan yang paling menonjol yaitu keberhasilan program, keberhasilan sasaran,
kepuasaan terhadap program, tingkat input dan output, serta pencapaian tujuan yang
menyeluruh. Selanjutnya menurut Richard (dalam Indrawijaya, 2009:52)
mengemukakan bahwa efektivitas harus dinilai atas dasar tujuan yang bisa
dilaksanakan, bukan atas dasar konsep tujuan yang maksimum.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
pengukuran efektivitas dapat dilakukan dengan mengukur variabel-variabel yang
terdapat di dalam efektivitas itu sendiri. Adapun indikator efektivitas yang peneliti
gunakan adalah pendapat yang dikemukakan oleh Cambell (dalam Tangkilisan, 2005:
16) yaitu mengenai keberhasilan program yang dalam penelitian ini dikaitkan dengan
menu utama pada Google Classroom yang meliputi fitur stream, classwork, people
dan grades yang akan digunakan di SMA Negeri 1 Indralaya Utara.

2.2 Google Classroom


2.2.1 Pengertian Google Classroom
Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan cara konvensional (tatap
muka) dan dalam jaringan (daring). Ketika ingin melakukan pembelajaran dalam
jaringan (daring) diperlukan suatu aplikasi pendukung yang disebut dengan Learning
Management System (LMS). Berdasarkan sistem dan kontennya, LMS dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam diantara LMS yang sistemnya sudah siap, tetapi
kontennya dapat dikembangan sendiri diantaranya seperti Google Classroom
(Rohman, 2017: 2). Google Classroom adalah aplikasi yang digunakan untuk
pembelajaran dalam jaringan seperti halnya pembelajaran tatap muka dan sebagai
penggunanya tinggal mengembangkan konten yang diperlukan (Rohman,2017: 1-2).
Selain itu, menurut Imaduddin (2018: 4) mengemukakan bahwa Google Classroom
adalah platform pembelajaran campuran yang dikembangkan oleh Google untuk
sekolah atau institusi pendidikan lainnya dengan tujuan menyederhanakan
pembuatan, pendistribusian, dan penetapan tugas dengan cara tanpa kertas bagi
peserta didik dan pendidik agar tetap terhubung baik di dalam maupun di luar kelas.
Sedangkan menurut Mayasari, dkk (dalam Permata & Bhakti: 2020) mengemukakan
bahwa Google Classroom merupakan suatu serambi pembelajaran campuran untuk
ruang lingkup pendidikan yang dapat memudahkan pengajar dalam membuat,
membagikan dan menggolongkan setiap penugasan tanpa kertas.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa Google
Classroom adalah aplikasi pembelajaran campuran yang digunakan untuk
menghubungkan peserta didik dan pendidik yang memiliki tujuan untuk dapat
menyederhanakan pengerjaan, pendistribusian materi ajar, dan menetapkan tugas
dengan tanpa menggunakan kertas. Guru bisa melampirkan materi (berupa dokumen,
link dari internet, gambar) dan semua tugas. Aktivitas ini sifatnya menggunakan
komputer dan perangkat seluler. Peserta didik masuk ke kelas di Google Classroom,
melihat materi ajar dan tugas yang telah diunggah oleh guru untuk kemudian
menyelesaikan tugas tersebut secara online . Ketika peserta didik menyerahkan tugas,
pendidik segera melihatnya di aliran kelas bahwa tugas diserahkan.

2.1.2 Menu Utama Google Classroom


Untuk memulai menggunakan Google Classroom kita terlebih dahulu masuk
Google dan kemudian mencari produk Google tersebut, setelah masuk pada akun
Google Classroom kita dihadapkan pada empat menu utama seperti yang
dikemukakan Susanto (2020) yaitu:
1. Stream.
Fitur yang digunakan oleh guru untuk membuat pengumuman,
mendiskusikan gagasan bersama peserta didik, melihat aliran tugas,
materi, dan kuis dari topik-topik yang diajarkan guru.
2. Classwork
Fitur yang digunakan guru untuk membuat soal tes, pretes, quiz,
mengunggah materi, dan mengadakan refleksi.
3. People
Fitur yang digunakan untuk mengundang guru dan peserta didik. Peserta
didik masuk dengan kode akses yang telah tersedia pada bilah people,
sedangkan untuk mengundang guru lain sebagai kolaborator cukup
dengan mengundang guru melalui email masing-masing. Materi yang
diunggah pada bilah classwork dapat berupa file word, excel, powerpoint,
pdf maupun video.
4. Grades
Fitur yang dipakai untuk mengisi rekapitulasi nilai-nilai yang diberikan
guru kepada peserta didik yang sudah mengerjakan tugas atau latihan.
(dalam https://lib.unnes.ac.id/ diakses tanggal 27 Maret 2021).
Pemanfaatan menu utama Google Classroom ini dapat dilakukan guru untuk
mengakomodasi adanya perbedaan terhadap kecepatan berpikir, latar belakang
pengetahuan awal, dan perbedaan pada cara belajar peserta didik. Berdasarkan uraian
tersebut di atas maka penelitianakan melihat efektivitas pembelajaran melalui Google
Classroom dengan melihat empat menu utama yang akan dijadikan sebagai
indikatornya yaitu stream (forum), classwork (tugas kelas), people (orang), dan
grades (penilaian).

2.1.3 Kelebihan dan Kelemahan Google Classroom


Pada Google Classroom tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing menurut Janzen M dan Mary (dalam Iftakhar, 2016) menyatakan
kelebihan dari Google Classroom antara lain yaitu:
1. Sangat mudah digunakan dengan desain yang menyederhanakan
antarmuka dan pilihan tugas pengiriman tugas, serta pemberitahuan
semua aktivitas melalui email.
2. Ruang kelas di rancang untuk menghemat waktu dengan
mengintegrasikan dan mengotomatisasi penggunaan aplikasi Google
lainnya termasuk dokumen, penilaian, penilaian formatif, dan umpan
balik disederhanakan.
3. Aplikasi ini mudah diakses dan dapat digunakan oleh pendidik dan
peserta didikdilingkungan belajar tatap muka dan lingkungan online
sepenuhnya.
4. Google Classroom dapat digunakan oleh siapa pun untuk membuka kelas
asalkan memiliki akun gmail dan bersifat gratis. Selain itu dapat
mengakses semua aplikasi lainnya seperti drive, document, spreadsheets,
slide, dll.
5. Dirancang agar responsif mudah digunakan pada perangkat mobile
manapun (dalam https://jesoc.com/ diakses tanggal 27 Maret 2021).

Kemudian kekurangan dari Google Classroom yaitu mengharuskan siswa dan


guru untuk terkoneksi dengan internet, pembelajaran berupa individual sehingga
mengurangi pembelajaran sosial peserta didik, apabila peserta didik tidak kritis dan
terjadi kesalahan materi akan berdampak pada pengetahuannya, dan membutuhkan
spesifikasi hardware, software, dan jaringan internet yang tinggi. Selain itu, adapun
kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada Google Classroom menurut Appas
(2015) yaitu kelebihan Google Classroom adalah sebagai berikut:
1. Mudah digunakan melalui computer dan telepon genggam.
2. Efektif dalam berkomunikasi dan menyalurkan berbagai materi maupun
informasi.
3. Menghemat waktu dalam pengumpulan tugas.
4. Meningkatkan kerja sama dan komunikasi.
5. Tidak memerlukan kertas.
6. Ramah dan aman.
7. Mempunyai sistem komen yang menarik.
8. Untuk semua orang, pengajar dan pembelajar.

Kelemahan Google Classroom adalah sebagai berikut:


1. Sulitnya manajemen akun, karena diharuskan memakai akun Gmail Apps
for Education.
2. Terbatasnya pilihan integrasi dengan Google kalender sehingga sulit
untuk mengorganisir materi dan deadline.
3. Untuk pemula akan menemukan kesulitan dengan simbol-simbol Google
didalamnya, bahkan file word harus dikonversi ke Google doc terlebih
dahulu.
4. Tidak ada update otomatis mengenai tugas, dsb.
5. Sulitnya pembelajaran untuk berbagi tugas mereka kepada teman lain.
6. Pembelajar dapat mengubah soal yang telah diberikan.
7. Tidak ada kuis atau tes otomatis.

Berdasarkan uraian tersbeut di atas maka dapat dikatakan bahwa dengan


menggunakan Google Classroom cukup efektif untuk mengatasi batas waktu, ruang
dan jarak. Peserta didik diberikan waktu luang agar dapat belajar mandiri dan
mengumpulkan tugas seperti di ruang kelas. Meskipun masih terdapat beberapa
kendala diantaranya fasilitas internet yang harus memadai namun dengan tersedianya
Google Classroom pembelajaran dapat diterapkan dengan sesuai.

2.3 Konsep Pemahaman Siswa


2.3.1 Pengertian Pemahaman
Pada hakikatnya dapat diketahui bahwa pada dasarnya pada tiap peserta didik
mempunyai keberagaman tingkat pemahaman terhadap pokok bahasan yang disajikan
dalam suatu mata pelajaran tertentu terutama untuk mata pelajaran pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan (PPKn). Melalui tingkat pemahamaan peserta didik
sangat perlu untuk dapat diketahui lebih jauh lagi agar dapat menentukan metode
pengajaran yang lebih baik lagi kedepannya. Menurut Suharsimi (dalam Hariri &
Erna, 2018) menyatakan bahwa pemahaman adalah suatu cara bagaimana seseorang
dapat mempertahankan, mendeferensiasikan, memberi dugaan, menerangkan,
memberikan kesimpulan, memberi contoh, memperkirakan, dan menuliskan kembali
(dalam https://ejournal.uksw.edu/scholaria/article/view diakses pada 24 Februari
2021). Berdasarkan pemahaman peserta didik diharapkan dapat membuktikan bahwa
dirinya memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.
Sejalan dengan pendapat tersebut Hariri & Erna (2018) mengemukakan bahwa
pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan makna dari suatu hal
yang sudah dipelajarinya dengan mampu melihat dari berbagai sudut pandang seperti
dari memahami konsep, penerapannya, dan mengaplikasikannya dalam situasi baru
(dalam https://ejournal.uksw.edu/ diakses pada 24 Februari 2021).

Berdasarkan uraian dari para ahli di atas maka peneliti dapat membuat
simpulan bahwa pengertian pemahaman adalah suatu kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk dapat memahami makna dari suatu hal yang sudah pernah dipelajari
dengan cara memberikan penjelasan dari berbagai sudut pandang, diimplementasikan
pada dirinya sendiri, dan dapat memberikan contoh.

2.3.2 Indikator Pemahaman Konsep


Seorang peserta didik yang telah memiliki pemhaman konsep dapat diketahui
apabila peserta didik tersebut telah menangkap makna atau maksud dari suatu
konsep.Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami
suatu materi atau konsep, terdapat beberapa indikator mengenai pemahaman menurut
Sari (2017) yaitu sebagai berikut:
a. Menyatakan ulang sebuah konsep;
adalah kemampuan peserta didik untuk dapat mengungkapkan kembali
konsep yang telah disampaikan kepadanya melalui suatu aktivitas.
b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai
dengan konsepnya);
adalah kemampuan peserta didik untuk dapat membedakan atau
mengelompokkan berbagai macam objek sesuai dengan sifat yang
dimiliki.
c. Memberikan contoh dan non contoh dari konsep;
adalah kemampuan peserta didik untuk dapat memberikan contoh dan
membedakan dengan yang bukan contoh berdasarkan dari konsep yang
telah dipelajari terlebih dahulu.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis;
adalah kemampuan peserta didik untuk dapat memaparkan konsep secara
runtun dan bersifat matematis serta dapat menjelaskan konsep tersebut
dalam bentuk gambar, grafik, tabel, dan sebagainya.
e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep;
yaitu Jika terdapat pernyataan A dan pernyataan B, syarat perlu dapat
dimisalkan dengan pernyataan B merupakan syarat perlu dari pernyataan
A, jika B mutlak diperlukan untuk terjadinya A atau dengan kata lain
mustahil ada A tanpa B. Sedangkan syarat cukup dapat dinyatakan
dengan A merupakan syarat cukup dari B, jika A terjadi, maka terjadi B.
f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi
tertentu, dan
adalah kemampuan peserta didik untuk dapat menyelesaikan soal yang
diberikan oleh pendidik.
g. Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah.
adalah kemampuan peserta didik dalam menggunakan konsep atau
prosedur dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan
konsep sehari-hari.

Pada penelitian ini, indikator pemahaman materi yang akan digunakan adalah
a) Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep; b) Kemampuan memberi contoh
dan bukan contoh; c) Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematis; d) Kemampuan menggunakan, memanfatkan, dan memilih
prosedur tertentu; dan e) Kemampuan mengaplikasi konsep atau pemecahan masalah.
Ada dua indikator yang tidak digunakan yaitu kemampuan
mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu karena secara tidak langsung
telah ada secara tersirat pada indikator kemampuan memberi contoh dan bukan
contoh. Jika peserta didik telah mampu memberikan contoh konsep dan bukan konsep
maka peserta didik akan mampu mengelompokkan objek yang ada tersebut sesuai
dengan sifat-sifatnya. Sedangkan kemampuan mengembangkan syarat perlu atau
syarat cukup dari suatu konsep dapat disebutkan oleh peserta didik sehingga tidak
dimuat dalam bentuk soal.

2.4 Kerangka Berpikir


Suriasumantri dalam Sugiyono (2011:94) mengemukakan bahwa kerangka
pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi
obyek permasalahan. Sedangkan menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono,2011:93)
mengemukakan bahwa, kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
penting. Berdasarkan pendapat para ahli, maka peneliti menyimpulkan bahwa
kerangka pemikiran merupakan awal peneliti terhadap gejala-gejala yang menjadi
permasalahan dalam penelitian. Maka dari itu kerangka berpikir dalam penelitian bisa
di lihat pada gambar dibawah ini:
Efektivitas Pembelajaran Melalui Aplikasi Google Classroom dalam Meningkatkan
Pemahaman Siswa di SMA Negeri 1 Indralaya Selatan

Pendidik menggunakan Google Classroom pada proses pembelajaran

Fitur Google Classroom

stream (forum) Classwork (tugas kelas) People (orang) Grades (Penilaian)

1. Guru membuat 1. Guru membuat soal Guru Guru memberikan


pengumuman. tes, pretes, quiz. mengunda rekapitulasi nilai
2. Guru mendiskusikan 2. Guru mengunggah ng siswa terhadap tugas
gagasan. materi. dengan
3. Guru melihat aliran 3. Guru mengadakan kode akses
tugas, materi, kuis refleksi.
dari topik-topik yang
diajarkan guru

Guru memanfaatkan Fitur Google Classroom untuk berinteraksi

Peserta Didik Memahami Pelajaran melalui Google Classroom

Peserta Didik Mengerjakan Tugas Essay Sebagai Bukti Pemahaman Materi

Proses pembelajaran akan menjadi efektif dengan menggunakan aplikasi


Google Classroom sehingga pemahaman konsep dan materi pembelajaran
akan dimengerti oleh peserta didik.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


2.5 Alur penelitan
Alur penelitian adalah beberapa hal yang akan dilakukan oleh peneliti
terhadap penelitiannya. Penyusunan alur penelitian ditampilkan dengan desain
penelitian supaya memberi kelancaran bagi proses penelitian untuk kemudian
dijadikan pedoman supaya tidak keluar dari ketentuan yang telah dibuat.
Berdasarkan hal tersebut untuk penelitian ini agar terarah, memudahkan dan
efektif maka dibawah ini akan disampaikan proses penelitian yakni sebagai berikut:

Tahap Persiapan
Pengolahan
Tahap Akhir
Data

Menentukan
Permasalahan Pengujian Instrumen
kepada Sampel Analisis Data

Pengumpulan teori yang


relevan Pembahasan
Melakukan perlakuan
Pembelajaran
menggunakan aplikasi
google classroom
Kesimpulan
Studi Pendahuluan

Tahap Pelaksanaan Penyusunan


Mengumpulkan data dan Laporan
informasi yang
dibutuhkan
Pembuatan Instrumen
penelitian

Menetapkan
sampel penelitian Teknik Pengumpulan
berdasarkan populasi Data
2.6 Anggapan dasar
Menurut Winamo dalam Arikunto (2010:60), anggapan dasar atau postulat
adalah sebuah titik tolak pemikiran yang sebenarnya diterima oleh penyelidik.Jadi
anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakinin kebenarannya oleh penyelidik yang
haris dirumuskan dengan jelas. Berdasarkan hal tersebut, anggapan dasar dalam
penelitian ini adalah:
1. Pemahaman peserta didik dapat ditingkatkan karena adanya faktor luar
dengan menggunakan aplikasi Google Classroom yang akan digunakan oleh
guru ketika mengajar.
2. Google Classroom merupakan aplikasi pembelajaran campuran yang
digunakan untuk menghubungkan peserta didik dan guru yang memiliki
tujuan untuk dapat menyederhanakan pengerjaan, pendistribusian materi ajar,
dan menetapkan tugas dengan tanpa menggunakan kertas.

2.7 Hipotesis Penelitian


Ketika peneliti sudah melakukan penelaahan yang mendalam menggunakan
berbagai sumber untuk memastikan anggapan dasar, maka langkah selanjutnya adalah
menyusun hipotesis.Menurut Arikunto (2010:110) hipotesis diartikan sebagai suatu
jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti
melalui data yang terkumpul. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka diajukan
hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ha: Adanya efektivitas pembelajaran yang signifikan dari aplikasi Google
Classroom dalam meningkatkan pemahaman siswa di SMA Negeri 1
Indralaya Selatan.
Ho: Tidak adanya efektivitas pembelajaran yang signifikan dari aplikasi Google
Classroom dalam meningkatkan pemahaman siswa di SMA Negeri 1
Indralaya Selatan.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi


Revisi V. PT Rineka Cipta: Jakarta.

Imaduddin, Muhammad. (2018). Membuat Kelas Online Berbasis Android dengan


Google Classroom. Garudhawaca, Yogyakarta

Hamzah.B Uno dan Nurdin Mohamad.(2012). Belajar dengan Pendekatan PAIKEM.


Jakarta: Bumi Aksara.

Permata, Andira dan Bhakti, Y. (2020). Keefektifan Virtual Class dengan Google
Classroom dalam Pembelajaran Fisika dimasa Pandemi Covid-19.JIPPFI
(Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah), Vol. 4No. 1 Halaman 27-
33, Mei
2020.http://journal.stkipnurulhuda.ac.id/index.php/JIPFRI/article/view/669/35
6 diakses pada 1 Januari 2021.

Sari, Pramitha.(2017).Pemahaman Konsep Matematika Siswa Pada Materi Besar


Sudut Melalui Pendekatan PMRI.Jurnal Gantang Vol.II, No.1 Maret
2017.http://ojs.umrah.ac.id/index.php/gantang/index diakses pada 30 Maret
2021.

Iftakhar, Shampa. (2016). Google Classroom: What Works and How ?.Jpurnal of
Education and Social Sciences Vol. 3 Tahun 2016. http://jesoc.com/wp-
content/uploads/2016/03/KC3_35.pdf diakses tanggal 27 Maret 2021.

Supardi.(2013). Sekolah Efektif Konsep Dasar dan Prakteknya.Jakarta: PT.


Rajagrafindo Persada.

Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta:


Bandung.

Susanto, Aris Indro. (2020). Keefektifan Penggunaan Platform Google Classroom


Dan Schoology Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Dasar
Desain Grafis Kelas X Multimedia SMK Negeri 1 Kebumen.
http://lib.unnes.ac.id/39184/1/1102415004.pdf diakses tanggal 27 Maret 2021.

Rohman, Moch. Fatkoer. (2017). Google Classroom: Jadikan Kelas Digital di


Genggaman Anda. Pustaka Intermedia: Jawa Timur

Rohmawati, Afifatu. (2015).Efektivitas Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Usia Dini


Vol. 9 Edisi 1, April 2015.
https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpud/article/view/3491/2497 diakses
tanggal 27 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai