Anda di halaman 1dari 38

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ONLINE DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA

ZOOM MEETING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MAHASISWA


PPKN UNIVERSITAS SRIWIJAYA DI ERA PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh :

Ayu Wulandari (06051281722011)

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa sekarang ini, dunia sedang dihadapkan dengan fenomena yang berkaitan
dengan masalah kesehatan yaitu Corona Virus Disease (COVID-19), banyak negara yang
terkena dampak virus ini, Indonesia termasuk salah satunya. Di tengah merebaknya kasus
penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) yang terjadi di Indonesia ternyata membawa
dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Untuk itu pemerintah mengeluarkan beberapa
kebijakan atau langkah yang dapat dilakukan selama pandemi virus corona ini berlangsung.
Salah satu kebijakan yang diambil yaitu menerapkan social distancing untuk meminimalisir
penularan COVID-19.

Social distancing sendiri merupakan suatu tindakan dimana setiap orang diharuskan agar
tidak berdekatan antara satu dengan yang lainnya. Dengan menghindari segala macam
perkumpulan atau pertemuan untuk mencegah penularan COVID-19. Mengeluarkan beberapa
kebijakan atau langkah yang dapat dilakukan selama pandemi virus corona ini berlangsung.
Salah satu kebijakan yang diambil yaitu meliburkan semua kegiatan belajar mengajar yang
kemudian berubah menjadi sistem daring atau online.

Dengan adanya surat Edaran Kemendikbud No 2 tahun 2020 dan No. 3 tahun 2020
tentang pencegahan dan penanganan Corona Virus Disease (Covid-19) yang menyatakan
bahwa :

“Mewajibkan lembaga pendidikan untuk memberlakukan pembelajaran secara online.


Oleh karena itu, segala kegiatan seperti kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah maupun
Universitas harus dilakukan di rumah atau dilakukan secara online untuk mencegah
menyebarnya COVID-19 ini.”

Melalui pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh, mahasiswa dapat


berkomunikasi dengan dosen kapan saja. Demikian juga sebaliknya. Secara yuridis pembelajaran
jarak jauh (PJJ) merupakan pola pembelajaran yang berlangsung dengan adanya keterpisahan
antara guru dan anak didik.
Pembelajaran jarak jauh juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat (15) menyebutkan bahwa :[ CITATION
Cit03 \l 1057 ]

“Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari
pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui
teknologi komunikasi, informasi, dan media lain”

Metode pembelajaran jarak jauh dapat digunakan pada keempat komponen pendidikan
yakni: pendidikan umum, memperkuat pengetahuan pendidik tentang mata pelajaran yang
diajarkan, pengajaran pedagogi dan perkembangan anak, dan sebagai panduan menuju kelas
yang lebih baik (Firman, 2019).

Pembelajaran secara online mungkin bukan hal yang baru bagi mahasiswa. kemajuan
teknologi sekarang memungkinkan mahasiswa untuk belajar sepenuhnya secara online sambil
tetap bersosialisasi dengan teman sekelas, pembelajaran saat mata kuliah dan berpartisipasi
dalam diskusi khusus mata pelajaran yang sedang berlangsung. Ketika kita melakukan
pembelajaran secara online tentunya kita memerlukan media sebagai sarana untuk pembelajaran.
Oleh sebab itu berbagai Platfrom digunakan sebagai media pembelajaran oleh sekolah dan juga
Universitas. Di Universitas Sriwijaya sendiri terdapat berbagai platfrom yang digunakan di
antaranya Google Classroom, Zoom Meeting, Whatsapp, Google Meet, dan sebagainya.

Pemilihan media pembelajaran teknologi berbasis internet harus benar-benar


dipertimbangkan karena jika tidak tepat guna dapat memberikan dampak buruk pada manfaat
belajar. Dimana seorang pendidik harus dapat memahami prinsip dan faktor yang dapat
mempengaruhi efektivitas teknologi digital didalam proses pembelajaran (Putrawangsa &
Hasanah, 2018).

Salah satu pembelajaran jarak jauh yang dapat diimplementasikan pada mahasiswa
adalah dengan video conference. Pembelajaran dengan video conference dapat menggantikan
pembelajaran yang biasanya dilakukan dengan tatap muka dikelas menjadi kegiatan tatap muka
secara virtual melalui bantuan aplikasi yang terkoneksi dengan jaringan internet. Pemanfaatan
video conference dalam pembelajaran jarak jauh dapat membantu anak didik dan pendidik tetap
melakukan interaksi tatap muka meskipun tidak berdekatan.
Pembelajaran yang idealnya memiliki interaktifitas antara pendidik dan peserta didik
walaupun tidak dalam satu tempat yang sama, dengan adanya video conference akan membantu
proses pembelajaran yang dilakukan, karena pendidik akan terlibat langsung dengan peserta
didik (Sandiwarno, 2016).

Video conference termasuk dalam synchronous learning, synchronous learning


merupakan aktivitas yang dilakukan secara bersama-sama pendidik dan peserta didik.
Synchronous learning bersifat real time. Synchronous learning yang menggunakan video
conference dan teknik multimedia lainnya dapat memungkinkan pendidik dan anak didik
berinteraksi satu sama lain pada saat yang bersamaan walaupun sedang berada ditempat yang
berbeda (Chen et al., 2005).

Pemanfaatan video conference pada pembelajaran jarak jauh akan sangat membantu
mahasiswa dalam belajar karena pendidik dapat berinteraksi walaupun ditempat yang berbeda.
Untuk merangsang semua aspek perkembangan pada mahasiswa tidak lepas dari media
pembelajaran, hal ini dikarenakan mahasiswa belajar dilakukan menggunakan media
pembelajaran yang nyata, dan dengan media pembelajaran ini mahasiswa dapat berjalan secara
efektif (Zaini & Dewi, 2017). Pemanfaatan video conference memiliki peran yang sangat baik,
terlebih jika dilakukan secara tepat (Hyder et al., 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Denissa Alfiany Luhulima, dkk pada tahun 2016
menemukan bahwa media pembelajaran menggunakan video sangat membantu dalam proses
belajar baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan non formal, anak– anak generasi Z
yakni generasi yang lahir pada zaman yang canggih akan teknologi sehingga gaya dan media
pembelajaran yang digunakan dalam belajar sangat general dan visual (Lambuan., 2019).

Salah satu aplikasi yang menyediakan fasilitas interaksi tatap muka pendidik dan peserta
didik secara virtual melalui video conference dengan PC atau laptop atau smartphone adalah
Zoom Cloud Meeting, aplikasi ini merupakan aplikasi yang digunakan sebagai media
komunikasi jarak jauh dengan menggabungkan konferensi video, obrolan, pertemuan online dan
kolaborasi seluler. Penggunaan meeting dalam aplikasi ini bisa menampung 1000 peserta
bersama dalam satu pertemuan secara virtual. Aplikasi ini dapat didownload secara gratis, tetapi
tetap fungsional, fitur yang ada antara lain panggilan telephone, webinar, presentasi, dan masih
banyak lainnya. Aplikasi ini dinilai punya kualitas yang baik, dapat dibuktikan dengan
perusahaan yang sudah masuk dalam fortune 500 sudah menggunakan layanan ini. (Wibawanto,
2020).

Penggunaan aplikasi video conference Zoom saat ini sudah sangat umum digunakan. Hal
ini salah satunya dipicu oleh penyebaran virus COVID- 19, sejak awal tahun 2020. Akibat
penyebaran virus tersebut, orang-orang perlu dirumahkan supaya memutuskan rantai penyebaran
virus.

Efektivitas pembelajaran mengunakan Zoom dapat tercapai salah satunya dengan


menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan
kondisi, baik dari konten materi ataupun keadaan lingkungan mahasiswa. Penyampaian suatu
konsep pada siswa akan tersampaikan dengan menggabungkan konferensi video, obrolan,
pertemuan online dan kolaborasi seluler. Penggunaan meeting dalam aplikasi ini bisa
menampung 1000 peserta bersama dalam satu pertemuan secara virtual. Aplikasi ini dapat
didownload secara gratis, tetapi tetap fungsional, fitur yang ada antara lain panggilan telephone,
webinar, presentasi, dan masih banyak lainnya. Aplikasi ini dinilai punya kualitas yang baik,
dapat dibuktikan dengan perusahaan yang sudah masuk dalam fortune 500 sudah menggunakan
layanan ini. (Wibawanto, 2020).

Penggunaan aplikasi video conference Zoom saat ini sudah sangat umum digunakan. Hal
ini salah satunya dipicu oleh penyebaran virus COVID-19, sejak awal tahun 2020. Akibat
penyebaran virus tersebut, orang-orang perlu dirumahkan supaya memutuskan rantai penyebaran
virus.

Efektivitas pembelajaran mengunakan Zoom dapat tercapai salah satunya dengan


menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan
kondisi, baik dari konten materi ataupun keadaan lingkungan mahasiswa. Penyampaian suatu
konsep pada siswa akan tersampaikan dengan baik jika konsep tersebut mengharuskan
mahasiswa terlibat langsung didalamnya.

Zoom dapat dikategorikan sebagai media pembelajaran online yang dapat diartikan
sebagai suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke
mahasiswa dengan menggunakan media Internet. Media pembelajaran online sebagai sebuah
alternatif pembelajaran yang berbasis elektronik memberikan banyak manfaat terutama terhadap
proses pendidikan yang dilakukan dengan jarak jauh. Dalam membuat media pembelajaran
online perlu mempertimbangkan harapan dan tujuan mereka dalam mengikuti media
pembelajaran online, kecepatan dalam mengakses internet atau jaringan, keterbatasan
bandwidth, biaya untuk akses internet, serta latar belakang pengetahuan yang menyangkut
kesiapan dalam mengikuti pembelajaran (Brahma, 2020)
Zoom Meeting sendiri merupakan sebuah media pembelajaran menggunakan video.
Pendiri aplikasi Zoom Meeting yaitu Eric Yuan yang diresmikan tahun 2011 yang kantor
pusatnya berada di San Jose, California. Aplikasi ini tidak hanya digunakan untuk pembelajaran
saja tetapi bisa digunakan untuk urusan perkantoran maupun urusan lainnya. Platfrom ini gratis
jadi dapat digunakan oleh siapapun dengan batas waktu empat puluh menit dan tidak ada batasan
waktu jika akun kita berbayar. Dalam aplikasi Zoom Meeting ini kita bisa berkomunikasi
langsung dengan siapapun lewat video. Oleh karena itu, memang cocok digunakan sebagai
media pembelajaran.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan dengan mengumpulkan
informasi dan mewawancarai beberapa mahasiswa Program Studi PPKn FKIP Universitas
Sriwijaya pada tanggal 25 Januari 2021, dari hasil wawancara yang dilakukan ditemukan
sebagai berikut : (1) pada saat wawancara dilakukan ditemukan bahwa mahasiswa yang
melaksanakan pembelajaran online dengan aplikasi zoom meeting memiliki manfaat diantaranya
lebih tahu atau paham dalam penggunaan teknologi, e-learning, menambah wawasan mahasiswa
dalam dunia teknologi, tidak gagap terhadap teknologi, lebih mandiri dalam memahami materi
tanpa disampaikan secara jelas atau rinci, kegiatan pembelajaran bisa dilakukan dimana saja dan
kapan saja, dan bisa menambah pengalaman baru. (2) pada saat ini pembelajaran online dengan
aplikasi zoom meeting yang sedang berlangsung atau dilaksanakan ditemukan beberapa keluhan
atau kelemahan yang di rasakan selama pelaksanaan pembelajaran dalam jaringan ini beberapa
diantaranya, aplikasi zoom meeting yang digunakan dalam pembelajaran sering eror dan keluar
sendiri, kendala terhadap listrik yang sering padam, pembelajaran kurang efektif ilmu yang
diperoleh kurang dipahami, jaringan dan kuota menjadi faktor utama dalam pembelajaran dalam
jaringan, terbatas dalam berpendapat, mahasiswa merasakan bosan atau jenuh.

Uraian di atas untuk meningkatkan efektifitas pendidikan bagi mahasiswa khususnya


mahasiswa Ilmu Pengetahuan Sosial (PPKn) Universitas Sriwijaya harus dapat menguasai
teknologi informasi dengan pelaksaan pembelajaran online dengan aplikasi zoom meeting yang
berbasis teknologi informasi, dapat mengikuti pembelajaran secara daring dan lebih menjadi
mandiri dan aktif dalam memperoleh pembelajaran dalam perkuliahan.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai efektivitas pembelajaran


dengan menggunakan aplikasi Zoom Meeting pada proses pembelajara daring pada saat pandemi
Covid-19. Apakah pembelajaran dengan aplikasi Zoom Meeting sudah efektif dan optimal
pemanfaatanya dalam proses pembelajaran. Pada hakekatnya fungsi media sebagai alat bantu
dalam kegiatan belajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada
mahasiswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep
yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami (Asnawir
dan M. Basyirudin U, 2002).
Efektivitas pembelajaran dapat tercapai salah satunya dengan menggunakan media
pembelajaran dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi, baik dari
konten materi ataupun keadaan lingkungan mahasiswa. Penyampaian suatu konsep pada siswa
akan tersampaikan dengan baik jika konsep tersebut mengharuskan siswa terlibat langsung
didalamnya bila dibandingkan dengan konsep yang hanya melibatkan siswa untuk mengamati
saja (Wibawanto, Wandah.2017).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang
Efektivitas Pembelajaran Online Dengan Menggunakan Media Zoom Meeting Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mahasiswa PPKn Universitas Sriwijaya Di Era Pandemi
Covid-19.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ialah “bagaimana efektivitas pembelajaran online dengan menggunakan media zoom
meeting dalam meningkatkan hasil belajar pada mahasiswa PPKn Universitas Sriwijaya di era
pandemi covid-19?”

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan maka yang menjadi tujuan
penelitian ini ialah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran online dengan menggunakan
media zoom meeting dalam meningkatkan hasil belajar pada mahasiswa PPKn Universitas
Sriwijaya di era pandemi covid-19.
1.4 Manfaat Penelitian

Selain sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir, maka hasil penelitian ini di
harapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1.4.1 Secara Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk untuk menambah wawasan serta pengetahuan bagi
mahasiswa mengenai manfaat apa saja yang dapat dirasakan dari pelaksaaan Pembelajaran
Dalam Jaringan di Masa Pandemi Covid-19.

1.4.2 Secara Praktis


1.4.2.1 Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah wawasan yang berkaitan dengan pembelajaran dengan


menggunakan aplikasi zoom meeting yang diterapkan dalam kegiata perkuliahan dan
menambah pengetahuan dalam bidang teknologi informasi dan penggunaan jaringan internet.

1.4.2.2 Bagi Pemerintah dan Universitas

Pemerintah dan Universitas dapat meningkatkan dan mengwujudkan kemajuan


dibidang teknologi dan informasi serta memberikan pemahaman yang berikatan dengan
penggunaaan internet sebagai aspek utama dalam pembelajaran online berbasis internet.

1.4.2.3 Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat menjadikan pembelajaran dengan menggunakan aplikasi zoom


meeting ini adalah salah satu Kegiatan Pembelajaran yang dapat dilaksanakan dimana saja dan
kapan saja dengan lebih dapat memahami teknologi informasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Konsep Efektivitas

2.2.2 Pengertian Efektivitas


Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara
hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas diartikan bahwa
indikator efektivitas dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa
yang telah direncanakan. Beni (2016:69) Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan
atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan
prosedur dari organisasi. Efektivitas juga berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu
operasi pada sektor public sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut
mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang
merupakan sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan Mardiasmo (2017:134) Efektivitas adalah
ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu
organisasi mencapai tujuan maka organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif. Indikator
efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari keluaran (Output)
program dalam mencapai tujuan program. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan
terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja
suatu unit organisasi.
Melihat penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa efektivitas dijadikan sebagai suatu
ukuran yang menyatakan apabila hasil yang telah dicapai sesuai dengan tujuan dan sasaran yang
ditetapkan, maka hasil dari pekerjaan tersebut dapat dikatakan telah efektif.

2.2.3 Pengukuran Efektivitas

Optimalisasi tujuan-tujuan, perspektif sistem, tekanan pada segi perilaku manusia dalam
susunan organisasi”. Selanjutnya Handoko (1999:103) menjelaskan bahwa:
“Untuk mengukur atau menilai efektivitas perencanaan dapat menggunakan
beberapa criteria yaitu 1) kegunaan, 2) ketepatan obyektivitas, 3) ruang
lingkup, 4) efektivitas biaya, dan 5) ketepatan waktu”.
Berdasarkan definisi beberapa ahli di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pengukuran efektivitas dapat dilakukan dengan mengukur variabel-variabel yang terdapat di
dalam efektivitas itu sendiri. Adapun indikator efektivitas yang dapat dijadikan peneliti dalam
mengukur efektivitas pembelajaran online dengan menggunakan media zoom meeting yaitu 1)
ketepatan sasaran, 2) sosialisasi program, 3) pencapaian tujuan yang menyeluruh, 4)
pemantauan program.

2.3 Pembelajaran
2.3.2 Definisi Pembelajaran

Makna pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah proses, cara
perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Lebih lanjut, Mieke dan Nyoman
(2019:136) pengertian belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan
secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan
pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Upaya dalam
pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siswa diikuti dengan kegiatan memilih, menetapkan,
mengembangkan model suatu pembelajaran untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Kegiatan pemilihan, penetapan, dan pengembangan model tersebut didasarkan pada kondisi
pembelajaran yang tersedia.
Berdasarkan pernyataan tersebut, pembelajaran mempunyai hakekat perencanaan atau
disebut juga perancangan sebagai upaya dalam melaksanakan tindakan pembelajaran pada siswa,
maka itulah sebabnya siswa dalam kegiatan belajar tidak hanya berinteraksi dengan guru yang
merupakan salah satu sumber belajar, namun juga berinteraksi dengan semua sumber belajar
yang memungkinkan untuk dipakai guna memperoleh tujuan pembelajaran.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru tersusun secara terprogram
dan terdesain instruksional yang mengolah tahapan interaksi antara siswa dengan siswa, guru
dengan siswa, dan dengan sumber belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi siswa
dengan siswa dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar serta bantuan yang diberikan
guru agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan penguasaan kemahiran dan
tabiat, pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa (Mieke dan Nyoman, 2019:138).
Lebih lanjut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional mengemukakan :
“Bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Setiap guru
penting untuk memahami sistem pembelajaran, karena dengan pemahaman
sistem ini, setiap guru akan memahami tentang tujuan pembelajaran atau
hasil yang diharapkan, proses kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan,
pemanfaatan setiap komponen dalam proses kegiatan untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana mengetahui keberhasilan
pencapaian tersebut”.
(https://pmpk.kemdikbud.go.id/assets/docs/UU_2003_No_20_Sistem_Pend
idikan_Nasional.pdf)
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran adalah
proses usaha sadar dari pendidik untuk membuat peserta didik belajar. Terjadinya perubahan
perilaku pada diri peserta didik yang belajar, dimana perubahan itu didapatkan dalam waktu
tertentu dan karena adanya usaha.

2.3.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Menurut Saifuddin dan Idham (2017:9) pembelajaran melibatkan sejumlah komponen


dalam kegiatannya. Komponen-komponen tersebut bertujuan untuk mencapai suat standar akhir
yang diinginkan, yitu kompetensi minimal yang seharusnya dimiliki oleh seorang lulusan pada
jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi tersebut diatur dalam suatu standar isi yakni memuat
sejumlah materi minimal yang harus dikuasai oleh murid.

Prinsip pembelajaran juga diatur dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 antara lain:

1) Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu.


2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar.
3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah.
4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi.
5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.
6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban
yang kebenarannya multidimensi.
7) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif.
8) Pendekatan dan keseimbangan antara keterampilan fisik dan keterampilan mental.
9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai
pembelajar sepanjang hayat.
10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas siswa.
11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah dan di masyarakat.
12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah
siswa, dan di mana saja adalah kelas.
13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran.
14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

2.3.4 Ciri-Ciri Pembelajaran

Ada enam ciri pembelajaran yang efektif (Eggen dan Kauchak dalam Lefudin, 2017:13) yaitu:

1) Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui meng-observasi,
membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta
membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan,
2) Pendidik menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran,
3) Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,
4) Pendidik secara aktif terlibat dalaam pemberian arahan dan tuntunan kepada peserta didik
dalam menganalisis informasi,
5) Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir,
serta
6) Pendidik menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya
mengajar pendidik.

Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pembelajaran


adalah melakukan pengalaman dengan melibatkan peserta didik secara langsung dengan
menggunakan bantuan media pembelajaran yang mendukung jalannya pembelajaran agar
pembelajaran menjadi menarik dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal sesuai
dengan yang diharapkan oleh guru dan peserta didik.

2.3.5 Tujuan Pembelajaran


Tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan
oleh peserta didik pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu (Mager dalam Prastowo,
2017:186). Dejnozka dan Kapel, juga Kemp dalam Prastowo (2017:186) justru memandang
bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik, dinyatakan dalam perilaku
atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar
yang diharapkan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang konkret serta dapat dilihat dan fakta yang
tersamar. Adapun Percival dan Ellington dalam Prastowo (2017:186) berpandangan bahwa
tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukkan penampilan atau
keterampilan peserta didik tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.

Tujuan pembelajaran adalah penguasaan kompetensi yang bersifat operasional,


ditargetkan atau dicapai oleh peserta didik dalam RPP. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan
mengacu pada rumusan yang terdapat dalam indikator, dalam bentuk pernyataan yang
operasional (Prastowo,2017:186). Urgensi penyusunan rumusan tujuan pembelajaran dalam RPP
Tematik Terpadu dijelaskan Majid dalam Prastowo (2017:186) sebagai berikut: pertama, agar
pendidik dapat melakukan pemilihan materi, metode, media, dan urutan kegiatan; kedua, agar
pendidik memiliki komitmen untuk menciptakan lingkungan belajar sehingga tujuan tercapai;
dan ketiga, membantu pendidik dalam menjamin evaluasi yang benar. Sementara itu, Mager
dalam Prastowo (2017:186) mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak
dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik pada kondisi dan tingkat kompetensi
tertentu. Dejnozka dan Kapel, juga Kemp dalam Prastowo (2017:186) justru memandang bahwa
tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik, ddinyatakan dalam perilaku atau
penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang
diharapkan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang konkret serta dapat dilihat dan fakta yang
tersamar. Adapun Percival dan Ellington dalam Prastowo (2017:186) berpandangan bahwa
tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukkan penampilan atau
keterampilan peserta didik tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu
perubahan perilaku yang hendak dicapai oleh peserta didik setelah melalui suatu kegiatan
pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, tujuan pembelajaran ini merupakan rumusan pernyataan
spesifik, menjelaskan tentang apa hasil perubahan yang akan diperoleh oleh peserta didik setelah
mengikuti proses pembelajaran dan melalui cara bagaimana proses pembelajaran tersebut akan
dilakukan.
2.3.6 Komponen-Komponen Pembelajaran
Komponen pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran, kurikulum, guru, siswa, metode,
materi, alat pembelajaran (media), dan evaluasi (Rahyubi,2012:234).
1) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah target atau hal-hal yang harus dicapai dalam proses
pembelajaran. Tujuan pembelajaran biasanya berkaitan dengan dimensi kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Tujuan pembelajaran bisa tercapai jika pembelajar atau peserta didik mampu
menguasai dimensi kognitif dan afektif dengan baik, serta cekatan dan terampil dalam aspek
psikomotoriknya. Selain itu, tujuan pembelajaran akan tercapai jika pembelajar atau peserta
didik mampu mengekspresikan dan menampilkan bakat serta potensinya secara optimal.
2) Kurikulum
Secara terminologis, istilah kurikulum mengandung arti sejumlah pengetahuan atau mata
pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau
ijazah. Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan
aktivitas belajar siswa tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan
pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Misalnya: fasilitas sekolah,
lingkungan yang aman, suasana keakraban dalam proses belajar mengajar, media, dan sumber-
sumber belajar yang memadai. Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan
yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan
kurikulum di dalam pendidikan dan perkembangan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum
tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.
3) Guru
Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta “guru” yang juga berarti pendidik, yaitu
seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
memfasilitasi, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru merupakan satu diantara
pembentuk- pembentuk utama calon warga masyarakat. Peranan guru tidak terbatas sebagai
pengajar (penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan
pengelola kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4) Siswa
Siswa atau peserta didik adalah seseorang yang mengikuti suatu program pendidikan di
sekolah atau lembaga pendidikan di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru, pelatih, dan
instruktur. Siswa jangan selalu dianggap sebagai objek belajar yang tidak tahu apa-apa,
melainkan subjek pendidikan yang punya pengetahuan, kelebihan, dan potensi tertentu. Siswa
memiliki latar belakang, minat, dan kebutuhan serta kemampuan yang berbeda.
5) Metode
Metode pembelajaran adalah suatu model dan cara yang dapat dilakukan untuk
menggelar aktivitas belajar mengajar agar berjalan dengan baik. Dalam kegiatan belajar
mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Menguasai metode mengajar merupakan keniscayaan, sebab
seorang guru tidak akan dapat mengajar dengan baik apabila ia tidak menguasai metode secara
tepat.
6) Materi
Materi merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan siswa jika materi pelajaran yang
diberikan menarik, kemungkinan besar keterlibatan siswa akan tinggi; sebaliknya jika materi
pelajaran tidak menarik, keterlibatan siswa akan rendah. Dalam kegiatan belajar, materi harus
didesain sedemikian rupa sehingga cocok untuk mencapai tujuan dengan memerhatikan
komponen-komponen yang lain, terutama komponen peserta didik yang merupakan sentral
sekaligus subyek pendidik dan pembelajaran.
7) Alat pembelajaran (Media)
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari “medium” yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi, media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media pembelajaran adalah perangkat lunak (soft
ware) atau perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu
belajar.
8) Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu “evaluation”. Evaluasi adalah suatu
tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari suatu hal. Ada pendapat lain yang mengatakan
bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang
bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa
yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. Evaluasi yang efektif harus
mempunyai dasar yang kuat dan tujuan yang jelas. Dasar evaluasi yang dimaksud adalah filsafat,
psikologi, komunikasi, kurikulum, manajemen, sosiologi, antropologi, dan lain-lain.
Komponen-komponen pembelajaran menurut Gagne dalam Andayani (2015:68) meliputi:
1) Pengaturan pendidik dan peserta didik,
2) Struktur peristiwa belajar mengajar,
3) Peranan pendidik dengan peserta didik dalam mengolah pesan,
4) Proses mengolah pesan,
5) Tujuan belajar yang mencakup keterampilan, intelektual, strategi kognitif, dan inovasi verbal
Pengaturan peserta didik merupakan komponen pembelajaran yang berfokus pada
rancangan dan tindakan untuk mengendalikan perilaku belajar peserta didik. Pengaturan perilaku
peserta didik ini dikontrol sejak pembelajaran dimulai hingga pembelajaran dievaluasi.
Komponen peristiwa belajar merupakan komponen yang mempunyai ciri penanda bahwa di
dalam setiap pembelajaran peserta didik mengalami peristiwa dengan urutan sebagai berikut:
1. Menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran,
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran agar peserta didik tahu apa yang diharapkan dalam
pembelajaran itu,
3. Mengingat kembali konsep dan prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang merupakan
prasyarat,
4. Menyampaikan materi pembelajaran,
5. Memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar,
6. Membangkitkan timbulnya ujuk kerja peserta didik,
7. Memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas,
8. Mengukur atau evaluasi belajar, dan 9) Memperkuat referensi dan transfer belajar.
Dalam pembelajaran inilah peranan pendidik dapat terkendali, karena dalam peristiwa
tersebut pendidik berperan mengolah pesan pembelajaran melalui sebuah proses agar tujuan
pembelajaran tercapai.
2.3.7 Pembelajaran Online (Online Learning)

Bonk Curtis J. secara tersirat mengemukakan dalam survei Online Training in an Online
World bahwa konsep pembelajaran online sama artinya dengan e-learning. Menurut The Report
of the Commission on Technology and Adult Learning (2001) dalam Bonk Curtis J. (2002:29)
defines e-learning as “instructional content or learning experiences delivered or enabled by
electronic technology”. Oleh karena itu, Online learning memerlukan siswa dan pengajar
berkomunikasi secara interaktif dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi,
seperti media komputer dengan internet-nya, telepon atau fax, Pemanfaatan media ini bergantung
pada struktur materi pembelajaran dan tipe-tipe komunikasi yang diperlukan.

Pengertian pembelajaran online atau E-learning menurut Numiek (2013:92) adalah salah
satu bentuk model pembelajaran yang difasilitasi dan didukung pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi. E-learning mempunyai karakteristik yaitu interaktivitas, kemandirian,
aksesibilitas, dan pengayaan (Rusman dkk, 2011: 264). Pembelajaran online juga dapat
didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan dibidang pendidikan
dalam bentuk dunia maya.

Pembelajaran online pada hakekatnya merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan


pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam menyalurkan kegiatan pembelajaran
antara guru dengan siswa. Penggunaan pembelajaran online bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas, transparansi, dan akuntabilitas pembelajaran.

Pembelajaran online merupakan suatu model yang memusatkan siswa dalam


pelaksanaannya. Hal ini menyebabkan siswa dituntut untuk belajar secara mandiri dan memiliki
tanggung jawab terhadap setiap proses pembelajarannya, karena pembelajaran online dapat
dilaksanakan di mana saja dan kapan saja tergantung dengan alat yang tersedia. Melalui
pembelajaran online siswa siswa dapat menggali informasi dan matei pembelajaran sesuai
dengan silabus yang telah ditetapkan oleh guru.

Pembelajaran online membuat siswa memiliki informasi yang tak terbatas karena mereka
dapat mengakses informasi dari berbagai sumber yang sesuai dengan materi pembelajarannya.
Kegiatan yang dapat siswa lakukan pada pembelajaran online bisa berupa diskusi online dengan
yang ahli pada bidangnya, dapat pula melalui e-mail atau chatting. Diterapkannya sistem
pembelajaran online diharapkan dapat mencapai hasil akhir pada proses belajar dengan baik,
dapat memenhi ketuntasan belajar, dan tetap menjalankan kagiatan pendidikan ditengah
pandemi.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran online


adalah suatu sistem yang dapat memfasilitasi siswa belajar lebih luas, lebih banyak, dan
bervariasi dimana pembelajaran yang dilakukan secara interaktif dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dan proses belajarnya secara mandiri.
Bahan pembelajaran online yang dirancang guru menentukan hasil belajar dari siswa,
bahan yang dirancang dengan baik dan profesional akan menunjang kegiatan bekajar siswa
dengan efisien. Penyusunan bahan ajar oleh guru juga harus memperhatikan dan penggunaan alat
multimedia. Bahan belajar dapat berupa teks, gambar, grafik, animasi, simulasi, audio, dan
video. Pemilihan warna yang tepat pada bahan belajar akan mempengaruhi efektifitas
pembelajaran yang ditampilkan pada layar monitor. Hal ini dapat menjadikan pembelajaran
online sebuah model belajar yang menarik, berkesan bagi siswa, interaktif, dan atraktif.
Penerapan pembelajaran online dilakukan melalui beberapa macam media online. Media tersebut
digunakan dengan tujuan agar materi dapat tersampaikan kepada siswa.

2.4 Aplikasi Zoom Meeting


2.4.1 Pengertian Aplikasi Zoom Meeting

Dengan adanya pandemic covid-19 yang mewabah hampir diseluruh belahan dunia

termasuk di Indonesia, hal ini menjadikan banyaknya kegiatan atau pekerjaan manusia dialihkan

dengan menggunakan beragam aplikasi yang mampu menunjang pekerjaan mereka. Dari sekian

banyak aplikasi yang digunakan sebagai solusi untuk mengatasi masalah tersebut, diantaranya

adalah menggunakan aplikasi zoom cloud meeting.

Aplikasi Zoom Meeting sendiri merupakan aplikasi merupakan aplikasi komunikasi dengan

video. Aplikasi tersebut dapat digunakan dalam berbagai perangkat seluler, deskop, pc, hingga

telpon telepon dan sistem ruang. Aplikasi ini dikembangkan oleh zoom video communications

yaitu sebuah persuhaan teknologi komunikasi amarika serikat yang berkantor pusat di San Jose,

California.

Perusahaan yang didirikan oleh Eric Yuan pada tahun 2011 ini menyediakan layanan perangkat

video conference dan obrolan daring yang biasa digunakan untuk telekonferensi, bekerja jarak

jauh, belajar jarak jauh,dan berhubungan social. Layanan tersebut diberikan gratis untuk

pertemuan konferensi video hingga 100 pengguna dengan dibatasi waktu hingga 45 menit dalam
satu kali sign in video conference. Untuk memperpanjang waktu dan menambah jumlah

pengguna aplikasi zoom juga menyediakan layanan berlangganan dengan biaya berkisar $16-$20

perbulan.

Aplikasi Zoom sebagai salah satu aplikasi yang dapat digunakan dengan cara melakukan
pembelajaran secara virtual. Aplikasi zoom daapat mempertemukan peserta didik dengan
pendidik dengan menggunakan video sehingga proses pembelajaran dapat tersampaikan secara
baik (Meda Yuliani, dkk. 2020:18).

Aplikasi Zoom dapat memberikan kontrol penuh bagi pengguna dengan memberikan akses
menelpon berbagi kontrol dengan mengadakan rapat dengan peserta lain dan juga dapat
melakukan rapat dalam form video. Layanan konferensi rapat pada aplikasi Zoom juga memiliki
beberapa fitur dan beberapa opsi yang tersembunyi bagi pengguna yang menggunakan
menggunakan layanan tingkat premium. Aplikasi Zoom ini memberikan kemudahan kepada
setiap pengguna untuk tetap bertemu tatap muka, berbagi informasi, dan tetap terhubung satu
sama lain meskipun dilakukan dengan jarak jauh (Ahmadi & Aulia, 2020: 108).

Aplikasi Zoom merupakan sebuah aplikasi yang dapat menunjang kebutuhan komunikasi
dimanapun dan kapanpun dengan banyak orang tanpa harus bertemu fisik secara langsung.
Aplikasi ini digunakan untuk video conference yang dengan mudah dapat di unduh pada
perangkat:

a. PC (Personal Computer) dengan Webcame

b. Laptop dengan Webcame

c. Smartphone Android

Aplikasi Zoom Cloud Meeting ini sangat cocok digunakan untuk melakukan video
conference, dengan bandwidth yang digunakan, tidak ada iklan di aplikasi tersebut, serta tidak
terlalu banyak memakan resource memory jika dijalankan di Android atau PC. Untuk melakukan
registrasi, cukup memasukkan EMail di halaman utama website Zoom.Us dan nanti
mendapatkan E-Mail notifikasi aktifasi akun, dan selanjutnya ikuti langkahlangkah yang tertera.
Jika menggunakan PC/laptop, setelah melakukan registrasi akun nanti ditunjukkan TopUp
link download file.exe dan silahkan diunduh (mendukung di windows dan linux menggunakan
wine). Jika menggunakan Smartphone Android, bisa mengunduhnya di Playstore dengan
keyword “ZoomUs”. Jika ingin melakukan conference secara bersama-sama, bisa melakukan
invite atau bisa juga dengan menginformasikan “ID Meeting” kepada rekan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat penulis pahami bahwasanya aplikasi zoom cloud

meetings merupakan aplikasi yang menyediakan fitur layanan video yang bisa menghubungkan 2

sampai 100 pengguna dalam satu ruang video conference, selain dari pada itu aplikasi zoom juga

menyediakan layanan chat serta dilengkapi dengan fitur share scran yang dapat berfungsi untuk

menampilkan sesuatu yang ingin kita bagikan dan akan kita paparkan kepada seluruh

anggotayang tergabung dalam video conference.

2.4.2 Langkah Penggunaan Aplikasi Zoom

Menggunakan media berupa aplikasi dalam penerapan pembelajaran tentunya mebawa


dampak positif tersendiri baik bagi pendidik maupun bagi peserta didik. Namun demikian
sebelum menggunakan aplikasi maka terlebih dahulu pendidik dan peserta didik haruslah
mengetahui vitur apa saja yang dapat disediakan dan bagaimana langkah-langkah dalam
mengoprasikan aplikasi tersebut.berikut adalah langkah-langkah cara menggunakan aplikasi
zoom meeting:

Adapun langkah-langkah dalam penggunaan aplikasi Zoom dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut. (Ahmadi & Aulia, 2020: 111)

a. Mendownload aplikasi, aplikasi zoom cloud meetings dapat didownload menggunakan hp

melalui play store atau apple store dan jika menggunakan computer maka aplikasi zoom

cloud meeting dapat di download di https://zoom.us/download.

b. Setelah selesai mendownload aplikasi, maka langkah berikutnya adalah membuka aplikasi

yang telah terinstal.


c. Setelah aplikasi dibuka maka akan keluar tampilan sebagai berikut

Gambar 2. Tampilan awal zoom meeting

Kemudian klik join a meeting


d. Kemudian langkah berikutnya peserta didik memasukkan ID meeting dan Pasword yang

telah disediakan oleh pendidik, setelah itu klik join. Selain dari pada 2 langkah diatas dapat

pula dilakukan dengan alternative lain yaitu dengan cara mengklik link meeting yang telah

di bagikan oleh pendidik.

e. Dan selanjutnya maka pendidik dan peserta didik sudah terhubung dalam satu video

meeting.

2.4.3 Kelebihan Aplikasi Zoom Meeting

Kelebihan dari aplikasi tersebut, akan tetapi tidak menutup kemungkinanan bahwasanya
selain dari paa memiliki keunggulan tentu terdapat pula kekurangannya. Berikut adalah
kelebihan dan kekurangan pada aplikasi zoom cloud meetings.
1. Tersedia fitur rapat one on one.
2. Dapat melakukan konferensi group video.
3. Kualitas video dan suara terbaik.
4. Tersedia fitur sharing scran dan chat.
5. Tersedia fitur on/off speaker dan video.
6. Dan terdapat fitur recording video call.
2.4.4 Kekurangan Aplikasi Zoom Meeting
1) Hanya bertahan dengan waktu 45 menit di waktu pertama (sign in kembali jika ingin
melanjutkan)
2) Tidak tersedia bahasa indoneisa, sehingga hal ini menjadi kendala bagi pengguna yang
kurang memahami bahasa inggris.

2.5 Pengertian Hasil Belajar

Secara umum pengertian hasil belajar adalah perubahan perilaku dan kemampuan secara
keseluruhan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor (bukan hanya salah satu aspek potensi saja) yang disebabkan
oleh pengalaman.

Menurut Donni Juni Priansa (2017: 82) mengatakan bahwa.

“Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh peserta didik berkat
adanya usaha atau pikiran yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan,
pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat berbagai aspek kehidupan
sehingga tampak perubahan tingkah laku pada diri individu”.

Hasil belajar dapat diketahui apakah yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan, diperlukan evaluasi hasil belajar. Dalam penggunaan sehari-hari, istilah evaluasi
sering dipadankan dengan istilah assesment (pengukuran), tes, ujian, dan ulangan. Ciri hasil
belajar adalah perubahan, seseorang dikatakan sudah belajar apabila perilakunya menunjukkan
perubahan, dari awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mampu
menjadi mampu, dari tidak terampil menjadi terampil (Karwono & Heni Mularsih, 2017: 13).

Berdasarkan uraian pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah patokan atau nilai akhir dalam bentuk angka-angka baik dari aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik dengan menggunakan tes prestasi / evaluasi.

2.5.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, menurut Syaiful Bahri Djamarah (2015:
176-205), faktor tersebut adalah:
1) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak
didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Faktor
lingkungan dibagi menjadi dua yaitu lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya.

2) Faktor Instrumental

Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tentu saja pada tingkat
kelembagaan. Kurikulum dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan program pengajaran.
Faktor-faktor dari instrumental yaitu kurikulum, program pendidikan sekolah, sarana/ fasilitas
dan guru.

3) Kondisi Fisiologis

Umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang


dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan
kelelahan.

4) Kondisi Psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan
fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor psikologis sebagai faktor
dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seseorang.
Faktor psikologis meliputi minat/ bakat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.

Ngalim Purwanto sependapat dengan Syaiful Bahri Djamarah bahwa hasil belajar
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam (internal) meliputi fisiologi (kondisi fisik,
kondisi panca indera) dan psikologi (bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif),
selanjutnya faktor dari luar (eksternal) meliputi linkungan (alam, sosial) dan instrumental
(kurikulum, guru, sarana, administrasi) (Ngalim Purwanto, 2017: 106-107).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang
memengaruhi hasil belajar ada dua, yaitu dari dalam diri individu (internal) meliputi kesehatan
jasmani/rohani, kepribadian seseorang dan dari luar individu (eksternal) meliputi keluarga,
sekolah dan masyarakat lingkungan sekitar individu.
2.5.2 Indikator Hasil Belajar

Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai setelah
seseorang belajar. Menurut Ahmad Tafsir dalam Deni Febrini (2017: 214) mengemukakan hasil
belajar atau bentuk perubahan tingkah laku diharapkan itu merupakan suatu target atau tujuan
pembelajaran yang meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: 1) tahu, mengetahui (knowing); 2) terampil
melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing); dan 3) melaksanakan yang ia
ketahui itu secara rutin dan konsekuen (being).

Adapun Benjamin S. Bloom, sebagaimana yang dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu
Abdullah dalam Deni Febriani (2017: 215), bahwa hasil belajar diklarifikasikan ke dalam tiga
ranah yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain); 2) ranah afektif (affective domain); dan 3)
ranah psikomotor (psychomotor domain). Agar lebih mudah dalam memahami hubungan antara
jenis pretasi dengan indikator ketercapaian hasil belajar, berikut ini disajikan sebuah tabel
menurut Muhibbin Syah dalam Deni Febriani (2017: 217) sebagai berikut.

Tabel 1. Jenis dan Indikator Hasil Belajar

No Jenis Prestasi Belajar Indikator Hasil Belajar


1 Ranah Cipta (Kognitif) Dapat menunjukkan Dapat
Pengamatan membandingkan Dapat
Ingatan Pemahaman menghubungkan Dapat
menyebutkan Dapat
menunjukkan kembali
Dapat menjelaskan Dapat
Penerapan mendefinisikan dengan lisan
sendiri
Dapat memberikan contoh
Analisis (pemeriksaan dan Dapat menggunakan secara
pemilahan secara teliti) tepat
Dapat menguraikan
Dapat mengklarifikasikan/
Sintesis (membuat panduan baru memilah-milah
dan utuh) Dapat menghubungkan
Dapat menyimpulkan Dapat
menggeneralisasikan

2 Ranah Rasa (Afektif) Penerimaan Mengingkari Melembagakan


Sambutan atau meniadakan
Apresiasi (sikap menghargai) Menjelmakan dalam pribadi
Internalisasi (pendalaman) dan perilaku sehari-hari
Karakterisasi

3 Ranah Karsa (Psikomotor) Mengoordinasikan gerak


Keterampilan bergerak dan mata, tangan, kaki, dan
bertindak anggota tubuh lainnya
Mengucapkan
4 Kecakapan ekspresi verbal dan Membuat mimik dan
nonverbal gerakan jasmani

Berdasarkan hal tersebut yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas maka dapat

disimpulkan bahwa, indikator hasil belajar dapat diketahui seperti dalam tabel di atas dari

jenis hasil belajar itu meliputi 3 (tiga) ranah atau aspek, yaitu: 1) ranah kognitif; 2) ranah

afektif; dan 3) ranah psikomotor. Dalam hal ini didasarkan pada alasan bahwa ketiga ranah

yang diajukan lebih terukur dan mudah untuk dilaksanakan serta tidak membutuhkan

waktu yang lama.


2.6 Mahasiswa

Pada jenjang sekolah, peserta didik memiliki julukan siswa jika berjenis kelamin lelaki dan
siswi jika ia perempuan. Berbeda pada perguruan tinggi yang menyebut mahasiswa dan
mahasiswi. Mahasiswa ialah seseorang yang terdaftar belajar dan menjalankan pendidikan di
salah satu perguruan tinggi seperti politeknik, sekolah tinggi, akademi, institut, serta universitas.
Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional, mahasiswa yaitu siswa yang sedang
belajar di perguruan tinggi (Depdiknas, 2012).

Seorang mahasiswa masuk dalam tahap perkembangan dengan rentang usia 18 sampai 25
tahun. Tahap ini tergolong masa remaja akhir hingga dewasa awal dan memiliki tugas
perkembangan pemantapan pendirian hidup. (http://digilib.uinsby.ac.id/).
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa mahasiswa ialah seseorang
yang sedang mengenyam pendidikan pada jenjang perguruan tinggi setelah menyelesaikan
rangkaian pendidikannya di sekolah dasar dan sekolah menengah.

2.7 COVID-19
2.7.1 Pengertian Covid-19

Penyakit baru yang muncul pada tahun 2019 di Wuhan, China sangat menghebohkan
seluruh dunia. Pada awalnya virus yang bernama Covid-19 (Coronavirus Disease 19) muncul
dikarenakan adanya kontak manusia dan hewan yang terjadi di Wuhan, China. Virus ini
dikategorikan sebagai pandemi global dikarenakan memakan banyak korban jiwa dalam waktu
yang sangat cepat. Menurut Safrizal, dkk (2020:4) mengemukakan bahwa Covid-19 ini termasuk
dalam genus dengan flor elliptic dan sering berbentuk pleomorik, dan berdiameter 60-140 nm.
Covid-19 ini hampir mirip dengan SARS-CoV dan MERS-CoV yang dikategorikan sangat
berbahaya. Hal ini juga diungkapkan oleh Yuliana (2020:188) bahwa Covid-19 ini merupakan
virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Menurut Kemenkes RI (2020)
coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan
hewan (https://www.kemkes.go.id) diakses pada tanggal 6 Febuari 2021. Virus ini juga bukan
hanya tertular pada diri manusia saja, melainkan hewan pun bisa terdampak akibat penyebaran
Covid-19.
Virus ini dikategorikan sebagai penyakit luar biasa (extraordinary disease) diakibatkan
penyebaran Covid-19 ini tiap hari terus meningkat tajam. Sunaryo, dkk (2020:2) mengemukakan
Covid-19 ini memiliki banyak macamnya, yang paling baru adalah SARS Corona Virus-2 yang
menyebabkan COVID-19 dan virus ini berukuran 50-200 nm. Covid-19 ini juga sering disebut
sebagai sindrom yang menyerang langsung sistem pernafasaan manusia dan sangat fatal jika
tidak ditangani. Bahkan, sebagian orang mengatakan jika Covid-19 ini sebagai virus bencana
non-alam yang diakibatkan kegagalan teknologi dan gagalnya modernisasi.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa Covid-19 ini merupakan virus baru yang
proses awalnya terjadi dari penularan hewan kepada manusia. Selain itu, Covid-19 ini berukuran
50-220 nm dan digambarkan seperti duri yang memiliki mahkota. Covid-19 juga merupakan satu
keturunan dari SARS-CoV dan dikategorikan sebagai pandemi disebabkan penyebaran virus ini
sangat cepat menular ke seluruh manusia.

2.8 Kerangka Berfikir

Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2017: 91) kerangka berfikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasikan sebagai masalah yang penting. Menurut Sugiyono, kerangka berfikir yang baik
adalah yang menjelaskan hubungan antar variabel baik independen maupun dependen secara
teoretis.
Dari pengertian diatas yang menyatakan bahwa variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X) saling
berhubungan, maka penelitian ini akan mengkaji variabel terikat (Y) yaitu hasil belajar siswa dan
variabel bebas (X) yaitu pembelajaran daring dimana akan dilihat dengan menggunakan
pembelajaran daring tersebut apakah efektif untuk menigkatkan hasil belajar siswa atau malah
sebaliknya.
Pembelajaran daring menurut Ibrahim (dalam Prawiradilaga, (2013: 109) pembelajaran
online adalah kegiatan belajar yang tidak terikat waktu, tempat, dan ritme kehadiran guru atau
pengajar, serta dapat menggunakan sarana media elektronik dan telekomunikasi. Sementara hasil
belajar menurut Susanto (2016: 5) dapat dimaknai sebagai suatu perubahan-perubahan yang
dialami siswa itu sendiri, baik menyangkut aspek kognitif, prikomotik, dan afektif sebagai hasil
kegiatan belajar yang telah dilakukan.
Dari hasil pengamatan langsung yang dilakukan peneliti dan berdasarkan latar belakang dari
permasalahan maka diharapkan dengan menggunakan pembelajaran daring dapat membantu
proses pembelajaran dari rumah yang dilakukan saat ini. Adapun kerangka berpikir yang dapat
dilihat pada bagan alur berikut ini.
Gambar 2.4 Skema Kerangka Berpikir

Pembelajaran Daring

Media Aplikasi Zoom Meeting

Proses Wawancara

Analisis Data

Efektivitas Pembelajaran Online Dengan Menggunakan


Media Zoom Meeting Dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Pada Mahasiswa Ppkn Universitas Sriwijaya Di Era
Pandemi Covid-19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Suatu penelitian membutuhkan metode untuk menentukan langkah yang akan dilakukan
dalam mengumpulkan informasi terkait penelitian yang dilakukan. Menurut Resseffendi (dalam
Rachmat 2019:26) yang dimaksud penelitian deskriptif ialah angket, wawancara, atau observasi
mengenai keadaan sekarang dan subjek yang diteliti. Melalui angket, wawancara, atau observasi
peneliti dapat mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan yang telah disiapkan.
Menurut Sugiyono (2017:2) metode penelitian ialah suatu cara ilmiah untuk memperoleh
data berdasarkan guna dan tujuan tertentu. Metode dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2017:2) :
“Metode penelitian kuantitatif ialah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian efektivitas pembelajaran online dengan
menggunakan media zoom meeting dalam meningkatkan hasil belajar pada mahasiswa ppkn
universitas sriwijaya di era pandemi covid-19.

Sementara subjek yang peneliti pilih adalah mahasiswa program studi PPKn tahun
angkatan 2018, 2019, 2020 kelas Indralaya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu
wawancara dan angket.

3.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian


3.2.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ialah konsep atas suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2017:38)
variabel penelitian ialah segala yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga mendapatkan
informasi lebih lanjut terkait hal tersebut lalu menarik kesimpulannya. Sedangkan Widi
(2010:159) berpendapat bahwa variabel ialah konsep yang memiliki nilai sehingga dapat diukur.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa variabel penelitian
ialah variasi sifat dari obyek penelitian yang dipelajari lalu ditarik kesimpulan. Adapun variabel
dalam penelitian ini adalah efektivitas pembelajaran online dengan menggunakan media zoom
meeting dalam meningkatkan hasil belajar pada mahasiswa ppkn universitas sriwijaya di era
pandemi covid-19.

3.2.2 Definisi Operasional Variabel


Penelitian membutuhkan kejelasan atau pun penjabaran dari konsep penelitian. Menurut
Sugiyono (2016) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang oleh peneliti akan dicari
kesimpulan berdasarkan informasi dan hasil penelitian yang didapatkan. Definisi operasional
variabel dalam penelitian ini terkait efektivitas pembelajaran online dengan menggunakan media
zoom meeting dalam meningkatkan hasil belajar pada mahasiswa ppkn universitas sriwijaya di
era pandemi covid-19 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Tabel Indikator Penelitian


Variabel Indikator Deskriptor
Efektivitas pembelajaran Ketepatan 1. Mahasiswa yang memiliki
online dengan Sasaran minimal IPK 3,0.
menggunakan media 2. Mahasiswa berpresrtasi dalam
zoom meeting dalam bidang kurikuler, ko-kurikuler
meningkatkan hasil atau ekstrakurikuler.
belajar pada mahasiswa 3. Mahasiswa yang memiliki
ppkn universitas keterbatasan ekonomi.
sriwijaya di era pandemi
covid-19 Pencapaian 1. Memunculkan motivasi belajar
Tujuan pada mahasiswa.
2. Memberikan penghargaan
kepada mahasiswa yang
berprestasi.
3. Mengurangi mahasiswa yang
putus kuliah karena terkendala
ekonomi.
Lanjutan Tabel 3.1

Variabel Indikator Deskriptor


Efektivitas program
beasiswa peningkatan Keinginan 1. Tekun dalam belajar.
prestasi akademik (PPA) Berhasil 2. Tidak mudah menyerah
dalam meningkatkan ketika menghadapi
motivasi belajar mahasiswa kesulitan dalam belajar.
FKIP Universitas Sriwijaya 3. Senang memecahkan
masalah dalam pelajaran.
Dorongan 1. Memiliki minat belajar.
Belajar 2. Memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi dalam belajar.

Memiliki Cita- 1. Ulet dalam belajar.


cita 2. Tidak mengandalkan
orang lain dalam
mengerjakan tugas.
3. Tidak mudah terpengaruh
orang lain.

Mendapatkan 1. Mendapatkan apresiasi


Penghargaan atau pujian dari dosen
maupun teman.
2. Mendapatkan nilai yang
baik.
Sumber: Nurhadiyati & Siswanto (2016), diolah peneliti pada tahun 2021

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian
Suatu penelitian memiliki populasi sebagai subyek atau obyek yang memiliki
karakterisitik untuk diteliti. Sugiyono (2017:80) berpendapat bahwa populasi sebagai
generalisasi obyek atau subyek yang punya karakteristik dan kualitas yang ditetapkan peneliti
untuk dipelajari dan diambil kesimpulan. Sementara Subagyo (2011:22) mengatakan bahwa
populasi ialah suatu ruang lingkup yang menjadi sasaran untuk mendapatkan data. Selain itu
Arikunto (2010:173) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa populasi adalah suatu
obyek atau subyek yang masuk dalam target penelitian dengan karakteristik tertentu. Dalam
penelitian ini yang menjadi populasi adalah mahasiswa prodi ppkn tahun akademik 2018 hingga
tahun 2020 kelas Palembang dan Indralaya. Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel 3.2
sebagai berikut :
Tabel 3.2 Populasi Penelitian
No Populasi Jumlah
(orang)
1 Mahasiswa tahun akademik 2018 73
2 Mahasiswa tahun akademik 2019 75
3 Mahasiswa tahun akademik 2020 80

Jumlah Keseluruhan 228


Sumber : Admin Prodi PPKn FKIP Unsri

3.3.2 Sampel Penelitian


Sampel dalam suatu penelitian berfungsi mewakili populasi secara keseluruhan.
Sugiyono (2017:81) berkata bahwa sampel ialah bagian dari keseluruhan populasi. Sejalan
dengan pendapat sebelumnya Widi (2010:198) menyebutkan bahwa sampel ialah perwakilan dari
keseluruhan populasi yang diteliti. Arikunto (2010:174) juga menyebutkan bahwa sampel yaitu
wakil dari keseluruhan populasi yang masuk dalam penelitian.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa sampel
adalah wakil dari populasi yang jumlahnya ditentukan oleh peneliti dengan memperhatikan
pertimbangan tertentu. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan
menggunakan teknik non probability sampling tipe purposive sampling. Menurut Sugiyono
(2017:85) purposive sampling ialah teknik pengambilan sampel dengan menentukan kriteria
tertentu sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan guna menjawab permasalahan.
Populasi yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini ialah mahasiswa aktif program studi
ppkn tahun akademik 2018 hingga tahun 2020 kelas Palembang dan Indralaya yang mengikuti
pembelejaran menggunakan media zoom meeting. Berikut penentuan sampel pada tabel 3.3 :
Tabel 3.3 Sampel Penelitian
No Populasi Jumlah
(orang)
1 Mahasiswa tahun akademik 2018 20
2 Mahasiswa tahun akademik 2019 25
3 Mahasiswa tahun akademik 2020 26

Jumlah Keseluruhan 71
Sumber : Data primer diolah peneliti, tahun 2020

Berdasarkan tabel 3.3 sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 71 mahasiswa aktif
tahun akademik 2018 hingga tahun 2020 kelas Palembang dan Indralaya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Agar hasil dari suatu penelitian berkualitas maka diperlukan teknik pengumpulan data
yang tepat. Berikut teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini :
1.4.1 Teknik Dokumentasi
Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu dokumentasi. Menurut Arikunto (2010:274)
dokumentasi ialah metode mendapatkan data berupa catatan, notulen rapat, transkrip, buku, surat
kabar, agenda dan lain-lain. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data terkait efektivitas
pembelajaran online dengan menggunakan media zoom meeting dalam meningkatkan hasil
belajar pada mahasiswa ppkn universitas sriwijaya di era pandemi covid-19. Dokumentasi pada
penelitian ini meliputi lokasi FKIP Universitas Sriwijaya, sejarah berdirinya FKIP Universitas
Sriwijaya, Jurusan yang ada di FKIP Universitas Sriwijaya, visi misi serta tujuan Program Studi
FKIP Universitas Sriwijaya, data jumlah mahasiswa tahun akademik 2018, 2019, 2020.

3.4.2 Teknik Kuesioner atau Angket


Teknik kuesioner digunakan dengan cara memberi pertanyaan kepada responden terkait
topik penelitian. Sugiyono (2017:142) menjelaskan bahwa kuesioner ialah suatu teknik
mengumpulkan data dengan cara memberikan sejumlah pernyataan atau pertanyaan tertulis
untuk dijawab oleh responden. Selain itu Arikunto (2010:268) berpendapat bahwa kuesioner
adalah pertanyaan tertulis kepada responden untuk memperoleh informasi. Selanjutnya Widi
(2010:243) mengatakan bahwa kuesioner berupa daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan pada
reponden.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kuesioner atau
angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang diajukan oleh peneliti kepada narasumber terkait
penelitian yang sedang dilakukan. Tipe pertanyaan dalam penelitian ini yaitu pertanyaan
tertutup. Tipe ini memudahkan responden dengan tersedianya pilihan jawaban. Dalam hal ini
kuesioner diberikan kepada mahasiswa yang menjadi sampel penelitian, dan pertanyaan atau
pernyataan berkaitan dengan sikap mahasiswa terhadap masalah sosial. Jenis skala yang
digunakan yaitu skala likert. Sugiyono (2017:93) menjelaskan bahwa skala likert dapat
digunakan dalam kegiatan pengukuran sikap, persepsi, dan pendapat manusia tentang berbagai
fenomena sosial. Berikut ini skala likert disajikan dalam tabel 3.4 :

Tabel 3.4 Daftar Skor Jawaban Responden


Jawaban Skor
Sangat Setuju (SS) 4
Setuju (S) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat tidak setuju (STS) 1
Sumber : Sugiyono (2017:93)

3.4.3 Teknik Wawancara


Wawancara dilakukan untuk menggali informasi yang mendalam terhadap hal-hal yang
diketahui oleh responden dan pendapatnya terhadap suatu fenomena. Menurut Sugiyono
(2017:138) wawancara dilakukan untuk mendapatkan laporan dari individu meliputi
pengetahuan dan keyakinan pribadi. Peneliti akan memberikan pertanyaan terkait objek
penelitian yaitu masalah sosial di Kota Palembang. Pertanyaan telah disiapkan sebelumnya.
Sugiyono (2017:138) memaparkan tentang wawancara terstruktur yaitu “digunakan sebagai
teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh”. Oleh karena itu instrumen berupa pertanyaan dan
alternatif jawaban telah dipersiapkan sebelum mewawancarai responden.
Berdasarkan uraian di atas, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini :
Tabel 3.5 Teknik Pengumpulan Data
No Teknik Pengumpulan Responden Data yang
Data dikumpulkan
1. Teknik Dokumentasi Website FKIP Universitas
lokasi FKIP
Sriwijaya
Universitas
Sriwijaya, sejarah
berdirinya FKIP
Universitas
Sriwijaya, Jurusan
yang ada di FKIP
Universitas
Sriwijaya, visi
misi serta tujuan
Program Studi
No Teknik Pengumpulan Responden Data yang
Data dikumpulkan
FKIP Universitas
Sriwijaya, data
jumlah mahasiswa
tahun akademik
2018, 2019, 2020.
2. Teknik kuesioner Sampel yang terpilih yaitu
Pernyataan atau
mahasiswa PPKn Unsri pertanyaan terkait
tahun akademik 2018, hasil belajar
2019, 2020 kelas
Palembang & Indralaya
3. Teknik wawancara Perwakilan dari sampel Pernyataan mahasiswa
yang terpilih. terkait hasil
belajar
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2021.

3.5 Teknik Analisis data instrumen


Sebelum melakukan analisis data, uji validitas dan reliabilitas perlu dilakukan terlebih
dahulu. Sugiyono (2017:147) berpendapat bahwa analisis data yaitu kegiatan yang dilakukan
setelah data dari seluruh sumber terkumpul.

3.5.1 Uji Validitas


Sebelum melakukan analisis data, uji validitas perlu dilakukan. Sugiyono (2017:121)
mengemukakan bahwa suatu instrumen dikatakan valid jika suatu alat untuk mengukur data
dapat digunakan untuk mengukur yang seharusnya. Uji validitas dalam penelitian ini
menggunakan program Statistical Package for Social Scince (SPSS) Windows 22.0. Uji validitas
item digunakan untuk menunjukkan korelasi terhadap skor total. Lalu untuk melihat valid atau
tidaknya suatu hasil perhitungan maka bandingkan dengan tabel harga kritik r product moment.
Setiap item dibandingkan r hitung dan r tabelnya. Jika r hitung > r tabel maka item tersebut
valid. Namun jika r hitung < r tabel maka dinyatakan tidak valid dengan taraf signifikansi 5%.

3.5.2 Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas menunjukkan konsistensi dari hasil pengukuran. Sugiyono (2017:121)
mengemukakan bahwa jika suatu instrumen digunakan berulang kali pada obyek yang sama dan
menunjukkan hasil yang sama, instrumen ini reliabel. Mengukur reliabilitas ini dapat
menggunakan SPSS 22.0 dengan rumus alpha cronbach. Instrumen dikatakan reliabel jika
koefisiennya 0,05.

3.6 Teknik Pengolahan Data


Setelah menngumpulkan data di lapangan, peneliti selanjutnya melakukan pengolahan
data. Siregar (2010:206) mengemukakan bahwa pengolahan data dengan pendekatan kuantitatif
ialah suatu proses mendapatkan ringkasan data dengan cara tertentu. Selanjutnya Achmadi
(2010:153) menjelaskan berikut ini langkah mengolah data, yaitu :
1. Editing
Proses mengecek data dari lapangan untuk memilih data yang sesuai kriteria dan
dibutuhkan.
2. Coding
Proses pemberian kode pada data yang masuk kategori yang sama. Kode dapat berupa
angka atau huruf.
3. Tabulating
Proses menyusun data ke dalam tabel yang telah melalui proses coding untuk kebutuhan
analisis.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan setelah tahap-tahap pengolahan data selesai. Teknik
analisis data ialah teknik yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian agar mendapatkan
kesimpulan. Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
deskriptif persentase. Sugiyono (2017:147) menjelaskan bahwa analisis deskriptif
mendeskripsikan data sebagaimana adanya tanpa menarik kesimpulan yang berlaku umum.
Analisis deskriptif persentase memiliki tujuan untuk mengetahui persentase setiap sikap
berdasarkan jawaban responden. Berikut ini langkah-langkah untuk menganalisis data, yaitu :
1. Membuat tabel dengan isi distribusi hasil jawaban yang tertulis pada angket
2. Memberi skor pada setiap jawaban responden
Berikut ini tabel daftar skor jawaban alternatif responden :
Tabel 3.7 Daftar Skor Jawaban Responden
Jawaban alternatif Skor item positif Skor item negatif
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Sumber : Sugiyono (2017:94)
3. Skor jawaban setiap responden dijumlahkan
4. Pembuatan kontinum
5. Jika hasil telah diperoleh maka dikonsultasikan pada tabel interval.
Jika tahap analisis telah selesai, data kemudian dideskripsikan sehingga memperoleh kesimpulan
dan rumusan masalah pada penelitian ini terjawab.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fathurrahman, M., & Sulistyorini. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Teras.
2. Brahma, I. A. (2020). Penggunaan Zoom Sebagai Pembelajaran Berbasis Online
Dalam Mata Kuliah Sosiologi dan Antropologi Pada Mahasiswa PPKN di STKIP
Kusumanegara Jakarta. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 6(2), 97.
https://doi.org/10.37905/aksara.6.2.97-102.2020
3. Dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia diakses tanggal 24 Faebruari 2021.
4. Firman, (2020). Pembelajaran Online Ditengah Pandemic Covid-19. Indonesian
Journal of Educational Science Volume 02, No 02 Maret 2020 ,82 diakses tanggal 6
Maret 2021.
5. Setiani, Adris. 2020. Efektivitas Poses Belajar Aplikasi Zoom di Masa Paandemi dan
Setelah pandemi Covid-19. Semarang : Pascasarjana Universitas Negeri Semarang .
Dalam https://proceeding.unnes.ac.id/index.php/snpasca/article/view/605/523 diakses
tanggal 10 Januari 2021.
6. Dwi dan Iis. 2021. Efektivitas Pembelajaran Menggunakan Video Zoom Cloud
Meeting pada Anak Usia Dini Era Pandemi Covid-19. Dalam
https://obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/view/671 diakses tanggal 11 Februari
2021.
7. WHO. (2020). Coronavirus disease (COVID-19) outbreak.
8. Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
9. Junita dan Dini. Efektivitas Penggunaan Aplikasi Zoom Sebagai Media Pembelajaran
Online Pada Mahasiswa Saat Pandemi Covid-19. Bandung : Universitas ARS
Bandung, Indonesia. https://doi.org/10.35508/jikom.v9i2.2416 diakses tanggal 20
Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai