1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu tolok ukur maju atau tidaknya suatu
bangsa. Dengan demikian, sebagian besar negara sangat memprioritaskan
pendidikan sebagai satu peran penting dalam membangun dan mencerdaskan
bangsa. Begitu juga halnya dengan di Indonesia. Akan tetapi, pendidikan di
Indonesia saat ini terdapat banyak permasalahan yang sampai sekarang masih
terus melakukan perbaikan agar sistem yang ada sesuai dengan tujuan pendidikan
dan perkembangan zaman. Dalam rangka proses peningkatan mutu pendidikan
diperlukan berbagai komponen dalam meningkatkannya seperti halnya dengan
guru, kepala sekolah, sarana dan prasarana, dana, lingkungan masyarakat, murid,
dan petugas administrasi. Komponen-komponen tersebut tidak akan berguna
apabila tidak didukung oleh keberadaan guru yang profesional.
Pemerintah menyoroti mengenai pentingnya keberadaan guru profesional
ditandai dengan dikeluarkanya ketentuan umum Undang-undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen dalam pasal 1 ayat 1 menyatakan :
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada berbagai jenjang dan jenis pendidikan formal.
Selanjutnya untuk menjamin keterlaksanaan tugasnya yang utama
tersebut, Pasal 8 undang-undang yang sama mensyaratkan guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional” (Aqib, 2010:23).
1
pemerintah, salah satu kebijakan pemerintah untuk menghasilkan guru yang
profesional yaitu dengan adanya pelaksanaan pendidikan profesi guru (PPG).
Keberadaan PPG yang pada beberapa tahun belakangan ini dijadikan solusi dalam
menyikapi permasalahan profesiosnal guru sehingga dapat menghasilkan
pendidikan yang berkualitas dan professional sesuai dengan bidang profesinya.
Menanggapi hal tersebut dikeluarkanlah Permendikbud Nomor 87 Tahun
2013 tentang program pendidikan profesi guru prajabatan dalam pasal 1 ayat 2
yang menyatakan bahwa:
“Program pendidikan profesi guru yang selanjutnya disebut PPG
adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk
mempersiapkan lulusan S1 kependidikan dan S1/DIV non
kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar
menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar
nasional pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik
profesional pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
menengah” (Agung, 2012:21, 22).
Tujuan dari diterapkan program PPG prajabatan menurut Permendikbud
Nomor 87 Tahun 2013 tentang program pendidikan profesi guru prajabatan dalam
pasal 2 mengatakan bahwa:
“Tujuan program PPG yaitu, a) untuk menghasilkan calon guru yang
memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan
menilai pembelajaran,b) menindak lanjuti hasil penilaian dengan
melakukanpembimbingan dan pelatihan peserta didik, c) mampu
melakukan penelitian dan mengembangkan profesionalitas secara
berkelanjutan”.
Tujuan pelaksanaan PPG prajabatan sesuai dengan standar kompetensi
pendidik di dalam menghasilkan guru yang profesional. Sehingga berdasarkan
tujuan yang telah ditetapkan maka akan dapat diukur tingkat efektivitas
pelaksanaan program PPG dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Triatna dalam Supardi (2013:2) mendefinisikan efektivitas sebagai ukuran yang
menyatakan sejauh mana sasaran atau tujuan (kuantitas dan kualitas) telah
tercapai. Pada dasarnya apabila hasil yang telah dicapai sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan, maka hasil dari pekerjaan tersebut dapat dikatakan telah efektif.
Guru yang profesional merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
meningkatkan mutu pendidikan dengan segala kompetensi yang dimiliki.
2
Daryanto (2013:7) mengemukakan bahwa guru profesional merupakan seorang
yang bukan hanya memberikan ilmu pengetahuan akan tetapi yang mampu
menjadikan muridnya bisa merencanakan, menganalisis, dan menyimpulkan
masalah yang dihadapi. Sedangkan Kunandar (2007:45) mengatakan bahwa guru
yang profesional ialah guru yang memiliki kompetensi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan profesional, baik bersifat pribadi, sosial maupun akademis yang
dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Penelitian ini
memfokuskan syarat dalam menghasilkan guru profesional diterapkan melalui
program PPG. Adapun syarat guru profesional yang akan dikembangkan hanya
difokuskan pada standar profesional guru.
Penelitian terdahulu yang dijadikan sumber informasi dan bahan acuan
adalah oleh Vandalita Rabitan (2016) dengan judul “Pengembangan Disain
Manajemen untuk Efektifitas Implementasi Pelaksanaan Program PPG di Daerah
Perbatasan Provinsi Kalimantan Timur dan Utara”, hasil penelitian menunjukkan
implementasi program PPG di wilayah provinsi Kalimantan utara dan timur,
terjadi banyak kendala dalam persiapan dan pelaksanaan, karena kurang adanya
sosialisasi dan koordinasi, akibatnya kompetensi peserta didik tidak sesuai dengan
kebutuhan daerah dan kurang adanya penngkatan kompetensi
(http://jurnal.uns.ac.id/5758/5122/).
Penelitian yang di lakukan oleh Ratna Rosita (2015) dengan judul “PPG:
Strategi Pengembangan Profesionalitas Guru dan Peningkatan Mutu pendidikan
Indonesia”, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Indonesia saat ini sudah
mengembangkan strategi-strategi dalam meningkatkan kualitas pendidik, akan
tetapi program-program diskusi, seminar, penelitian dan lain-lain masih kurang
terintegrasi dengan baik, oleh sebab itu perlu adanya program PPG untuk
meningkatkan profesionalisme guru (http://eprints.uny.ac.id/21965/1/60/).
Kemudian penelitian yang di lakukan oleh Epon Ningrum (2012) dengan judul
“Membangun Sinergi Pendidikan Akademik (SI) dan PPG”, adapun hasil dari
penelitian ini yaitu struktur dan isi kurikulum pendidikan SI belum relevan
dengan kurikulum PPG bagi pencapaian standar kompetensi guru mata pelajaran
3
dan program pengalaman lapangan pendidikan SI masih tumpang tindih dengan
program lapangan PPG (http://portalgaruda.org/8426/).
Berdasarkan penelitian sebelumnya maka yang menjadi perbedaanya yaitu
pada penelitian sebelumnya berfokus pada stategi dalam meningkatkan
profesionalitas guru, adanya tumpang tindih pengalaman sarjana S1 dengan PPG
dan kendala-kendala dalam mengimplementasikan PPG sementara dalam
penelitian ini peneliti berfokus pada keefektifan dari PPG dalam menghasilkan
guru yang profesional, adapun yang menjadi indikator untuk mengukur guru
profesional yaitu bedasarkan standar kompetensi guru.
Studi pendahuluan yang peneliti lakukan dimulai dengan kegiatan
pengambilan data perguruan tinggi yang terdapat di Sumatra Selatan yang
diperoleh melalui Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatra Selatan.
Hasil dari data tersebut menunjukkan bahwa Universitas Sriwijaya merupakan
satu-satunya perguruan tinggi negeri di Sumatra Selatan yang menyelenggarakan
PPG. Program ini sudah mulai ada di FKIP UNSRI sejak 2017, di dalam program
tersebut terdiri dari dua jalur penerimaan yaitu PPG dalam jabatan dan prajabatan.
Program studi yang baru ada terdiri dari empat yaitu tehnik kimia, pendidikan
guru SD, penjaskes, pendidikan usia dini, bahasa inggris dan pendidikan
matematika.
Selanjutnya peneliti mendatangi FKIP Unsri dengan melakukan
wawancara kepada staff pengelola PPG pada hari jumat 7 September 2018
diketahui bahwa PPG terdiri dari jalur prajabatan dan dalam jabatan. PPG dalam
jabatan sudah terdapat tiga gelombang atau kelas dan untuk PPG prajabatan juga
terdapat tiga gelombang. Penelitian ini dilakukan di FKIP Unsri dan peneliti
memfokuskan pada program PPG prajabatan bersubsidi dikarenakan prajabatan
tersebut merupakan program pertama di FKIP Unsri dan mahasiswa yang
mengikuti adalah orang yang belum pernah menjadi guru sebelumnya atau belum
memilki jabatan dalam suatu sekolah, selain itu karena bersubsidi berarti biaya
perkuliahan ditanggung oleh pemerintah dengan segala ujian sebelum mengikuti
PPG prajabatan bersubsidi. Menaggapi hal tersebut maka tentulah program
tersebut diikuti oleh orang-orang yang memiliki potensi yang besar dalam
4
mengembangkan profesionalnya sebagai guru. Sesuai dengan tujuan dan capaian
program PPG prajabatan yang menginginkan lulusannya menguasai kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional maka sejalan dengan itu peneliti
akan meneliti bagaimana efektif atau tidaknya program PPG prajabatan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas serta informasi dan studi pendahuluan yang
telah dilakukan, peneliti akan melakukan penelitian tentang “Efektivitas
Pelaksanaan Kegiatan PPG di FKIP UNSRI Dalam Menghasilkan Guru
Profesional”.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan maka yang menjadi
tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan kegiatan PPG
di FKIP Unsri dalam menghasilkan guru profesional.
1.4 Manfaat
1.4.1 Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan khususnya
yang berkaitan dengan PPG bagi mahasiwa yang dalam hal ini dapat
memanfaatkan program PPG sebagai sarana pembelajaran untuk menghasilkan
guru yang profesional.
1.4.2 Secara Praktis
1.4.2.1 Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi mahasiswa PPG
untuk terus meningkatkan kompetensi dalam mengajar, agar nantinya menjadi
guru yang profesional dan juga memberikan referensi dan bagi mahasiswa yang
akan mengikuti PPG untuk semakian giat meningkat kompetensi profesional yang
nantinya akan di pelajari dalam perkuliahan PPG.
5
1.4.2.2 Bagi Penyelenggara PPG
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang
pentingnya meningkatkan kegiatan PPG, karena melalui kegiatan ini mahasiswa
dan guru dapat menjadi orang yang profesional.
1.4.2.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi motivasi untuk peneliti dalam
mengikuti PPG nantinya, sehingga bisa meningkatkan kemampuan profesional.
6
2 Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Efektivitas
2.1.1 Pengertian Efektivitas
Eektivitas berasal dari kata efektif. Kegiatan dapat dikatakan berhasil
apabila tujuan yang telah ditetapkan diawal dapat tercapai secara menyeluruh.
Soetopo (2012:51) efektivitas adalah “ketepatan sasaran dari suatu proses yang
berlangsung untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”.
Selanjutnya Handoko (1999:7) mendefinisikan efektivitas sebagai suatu
kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau alat yang tepat untuk mengukur
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Triatna dalam Supardi (2013:2)
menjelaskan bahwa:
“Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran
atau tujuan (kuantitas dan kualitas) telah tercapai. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa sekolah yang efektif menunjukkan kesesuaian antara
hasil yang dapat dicapai dengan hasil yang diharapkan”.
Melihat penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa efektivitas dijadikan
sebagai suatu ukuran yang menyatakan apabila hasil yang telah dicapai sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan, maka hasil dari pekerjaan tersebut
dapat dikatakan telah efektif.
7
obyektivitas, 3) ruang lingkup, 4) efektivitas biaya, dan 5) ketepatan
waktu”.
2.2 PPG
2.2.1 Pengertian PPG
Profesi guru yang berawal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau ditekuni oleh seseorang. Sebagaimana dikatakan
Kunandar (2011:45) bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian
tertentu disebut dengan profesi, artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang tidak
dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui
pendidikan dan pelatihan secara khusus yang secara intensif. Selanjutnya
Enggland dalam Agung (2014:15) mendefinisikan guru sebagai profesi
berdasarkan pengetahuan dan keahlian pelakunya diperlukan oleh masyarakat.
Sesuai dengan Permendikbud Nomor 87 Tahun 2013 tentang program
pendidikan profesi guru prajabatan dalam pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa:
“Program pendidikan profesi guru yang selanjutnya disebut PPG
adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk
mempersiapkan lulusan S1 kependidikan dan S1/DIV non
kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar
menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar
nasional pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik
profesional pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
menengah” (Agung, 2012:21,22).
Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa
pendidikan profesi guru adalah suatu pekerjaan seseorang yang memiliki
tanggung jawab dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
8
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik dan menguasai kompetensi guru
sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik profesional.
9
“Tujuan program PPG yaitu, a) untuk menghasilkan calon guru yang
memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan
menilai pembelajaran,b) menindak lanjuti hasil penilaian dengan
melakukanpembimbingan dan pelatihan peserta didik, c) mampu
melakukan penelitian dan mengembangkan profesionalitas secara
berkelanjutan”. (http://kelembagaan.ristekdikti.go.id)
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa PPG pada
prinsipnya bertujuan untuk untuk menghasilkan calon guru yang memiliki
kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran,
menindak lanjuti hasil penilaian dengan melakukan pembimbingan dan pelatihan
peserta didik, mampu melakukan penelitian dan mengembangkan profesionalitas
secara berkelanjutan.
10
1) Pleno pertama yang diikuti oleh seluruh peserta dan dihadiri oleh
pimpinan LPTK yang bertujuan untuk membekali peserta tentang
tujuan,ruang lingkup PPG, sistem pembelajaran, PPL, evaluasi dan
kehidupan di asrama;
2) Pleno kedua yaitu pemaparan kurikulum PPG per prodi, persiapan
workshop, pemaparan contoh- contoh perangkat pembelajaran; 3)
Pre test yaitu pengerjaan soal tentang kompetensi pedagogik dan
profesional, tujuannya untuk memperoleh informasi awal tentang
penguasaan meteri tersebut;
4) Workshop dilakukan dengan bentuk diskusi untuk menganalisis
kurikulum sekolah, kemudian dengan melakukan kerja mandiri yaitu
peserta PPG menyusun silabus, RPP, LKS/LKPD, bahan ajar, media
pembelajaran dan instrument penilaian;
5) Pleno ketiga yaitu peserta didik mempresentasikan hasil
workshop;
6) Observasi dilakukan ke sekolah mitra kegiatan PPG;
7) Peer teaching yaitu melakukan simulasi kegiatan pembelajaran
dengan teman sejawat;
8) Tes formatif yaitu digunakan untuk mengukur penguasaan materi
bidang studi yang dikembangkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran dan dilanjutkan dengan soal pengayaan berbasis
masalah;
9) PPL mencakup kegiatan pembelajaran dan non-pembelajaran.
Tujuan umum kegiatan pembelajaran adalah agar mahasiswa PPG
memiliki pengalaman nyata dan kontekstual dalam menerapkan
seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat
menunjang tercapainya penguasaan kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
penguasaan materi bidang studi secara utuh.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat peneliti simpulkan bahwa sistem
pembelajaran dalam PPG terdapat 9 kegiatan yaitu pleno satu, pleno dua, pretes,
workshop, observasi, peer teaching, test formatif dan PPL.
11
mitra, peraturan akademik,struktur organisasi penyelenggaraan, dan
sistem penjaminan mutu
c) Proses, meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi persiapan PPG
d) Produk atau hasil meliputi output dan outcomes
12
dilakukan secara formal maupun informal untuk guru menguasai keterampilan,
memperluas pengetahuan, mengembangkan wawasan inovatif ke pedagogik, dan
mengembangkan pribadinya secara keseluruhan. Sejalan dengan pendapat
sebelumnya Payong (2011:18,19) dalam bukunya mengatakan bahwa
pengembangkan profesional guru dapat dilakukan secara individual yakni melalui
inisiatif guru untuk mengembangkan diri, mengembangkan koleksi perpustakaan
pribadi, dan lain-lain.
Dari uraian penjelasan tersebut peneliti simpulkan bahwa pengembangkan
profesional guru dilakukan dengan menguasai kompetensi yang dipersyaratkan
dan mampu memanfaatkan teknologi dan informasi dalam proses pendidikan.
2.3.3 Upaya Peningkatan Profesional Guru
Arifin (2012:18) dalam bukunya menjelaskan peningkatan profesional guru
dilakukan melalui jalur formal, yaitu melalui pendidikan konvensional,
pendidikan dalam universitas terbuka, pendidikan jarak jauh pendekatan ICT, dan
pendidikan jarak jauh pola PKG. Mustofa (2007) mengatakan bahwa
profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Dalam
proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk penataran,
pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat
terhadap profesi keguruan, penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan
kualitas calon guru dan kesejahteraan secara bersama-sama menentukan
pengembangan profesionalisme. Danim (2010:23) Upaya dalam meningkatkan
profesional guru terdapat empat faktor yaitu: 1) ketersediaan mutu calon guru; 2)
pendidikan prajabatan; 3) mekanisme pembinaan dalam jabatan; 4) peranan
organisasi profesi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa upaya dalam
meningkatan profesional guru yaitu ketersediaan mutu calon pendidik, pendidikan
prajabatan, mekanisme pembinaan dalam jabatan, dan peranan organisasi profesi.
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan upaya dalam menigkatkan profesional
guru melalui pendidikan prajabatan.
13
Seorang guru yang profesional dalam melaksanakan tugasnya diharapkan
memiliki kompetensi agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Musfah
(2011:30) kompetensi sebagaimana yang dimaksud di atas terdapat dalam
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan:
1. Kompetensi pedagogik ialah kualifikasi yang dimiliki seorang guru yang
berkaitan dengan pengelolaan peserta didik, yang terdiri dari: (1)
pemahaman mengenai wawasan dan landasan pendidikan, (2) paham
mengenai hal yang berkaitan dengan peserta didik, (3) berperan dalam
mengembangkan kurikulum dan silabus, (4) membuat rancangan
pembelajaran, (5) melaksanakan proses pembelajaran yang mendidik dan
dialogis, (6) melakukan evaluasi terhadap hasil pembelajaran, (7)
membantu peserta didik dalam mengembangkan berbagai potensi yang
dimiliki.
2. Kompetensi kepribadian merupakan suatu kompetensi atau kualifikasi
yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam hal sebagai berikut: (1)
akhlak yang mulia, (2) mantap, (3) stabil serta dewasa, (4) arif dan
bijaksana, (5) menjadi teladan atau contoh, (6) dapat mengevaluasi kinerja
secara individu, (7) mampu megembangkan diri, (8) memiliki kepribadian
yang religious.
3. Kompetensi sosial berkaitan dengan masyarakat, dalam hal ini seorang
guru harus memiliki kualifikasi sebagai berikut: (1) dapat berkomunikasi
secara lisan maupun tulisan, (2) dapat secara fungsional mempergunakan
teknologi dan komunikasi, (3) guru secara efektif memiliki kemampuan
bergaul baik dengan masyarakat, peserta didik, orang tua/wali peserta
didik dan lain-lain.
4. Kemampuan profesioanl berkaitan dengan pemahaman atau penguasaan
materi pembelajaran yang dimiliki oleh guru, yang meliputi: (1) memiliki
pemahaman terhadap konsep, struktur, metode yang koheren dengan
materi ajar, (2) paham mengenai materi ajar yang tercantum dalam
kurikulum sekolah, (3) paham mengenai keterkaitan antar konsep dalam
mata pelajaran, (4) mengimplementasikan konsep keilmuan dengan
kehidupan sehari-hari, (5) mempertahankan serta melestarikan nilai-nilai
serta budaya nasional dalam lingkungan global.
Selanjutnya Payong (2011:28) kompetensi guru terdiri dari empat kompetensi,
yaitu: (a) kompetensi pedagogis yakni berkaitan dengan kemampuan pengelolaan
pembelajaran, (b) kompetensi kepribadian berkaitan dengan kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, mempunyai wibawa, berakhlak
mulia serta dapat menjadi contoh bagi anak didiknya, (c) kompetensi profesional
yakni berkaitan dengan kemampuan menguasai materi secara luas dan mendalam,
14
(d) kompetensi sosial yakni berkaitan dengan kemampuan pendidikan sebagai
bagian dari masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis kompetensi
guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional serta kompetensi sosial.
15
pembelajaran yakni hubungan, pengulangan serta penguatan. Kemudian Mulyasa
(2013:100) perencanaan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan yakni
identifikasi kebutuhan yaitu terkait dengan sesuatu yang harus dipenuhi untuk
mencapai tujuan, identifikasi kompetensi dasar serta penyusunan program
pembelajaran.
Berdasarkan teori yang dijelaskan para ahli maka dapat disimpulkan
bahwa perencanaan pembelajaran berkitan dengan upaya seorang guru untuk
menyiapkan pembelajaran dengan sebaik-baiknya dengan cara mengidentifikasi
kebutuhan, rumusan kompetensi dasar serta penyusunan program belajar yang
semuanya itu tertuang dalam RPP.
16
bekerja secara efektif untuk penilaian. Kemudian Payong (2011:41)
mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran terdapat tujuh jenis penilaian
yang dapat dilakukan oleh pendidik yaitu: penilaian tertulis, kinerja, produk,
proyek, sikap, diri, dan portofolio. Selanjutnya Mulyasa (2013:108) evaluasi
dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi
peserta didik yang dapat dilakukan dengan cara penilaian kelas, tes kemampuan
dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, serta
penilaian program.
Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
untuk mengetahui perubahan dan pembentukan kompetensi dalam diri peserta
didik maka dilakukan evaluasi hasil belajar dengan menggunakan cara penilaian
kelas, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, tes kemampuan dasar,
penilaian program, serta benchmarking.
17
kepribadian yang berakhlak mulia, religious, menjadi teladan, mantap, dewasa,
stabil, dan mengembangkan diri.
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan oleh peneliti
bahwa kompetensi kepribadian merupakan kemampuan pendidik dalam: 1)
bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia, 2) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif
dan berwibawa, 3) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
18
2.4.3 Kompetensi Sosial
Pendidik diharapkan memberikan contoh yang baik terhadap lingkungannya
dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat
sekitar. Musfah (2012:52) kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik
sebagai bagian dari masyarakat untuk: (a) bergaul secara santun dengan
masyarakat sekitar; (b) berkomunikasi lisan mapun tulisan; (c) menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (d) bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik. Kemudian Payong (2011:61) mengatakan bahwa kompetensi sosial
merupakan kemampuan untuk berinteraksi serta berhungan baik dengan siswa,
rekan guru, orang tua, kepala sekolah, dan masayarakat pada umumnya.
Selanjutnya Arifin (2012:170) mengemukakan bahwa seorang guru harus
memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang- orang di lingkungan
sekolah dan intekasi yang dapat dilakukan ialah dengan bekerja sama, simpatik,
mempunyai sikap yang menyenangkan, dan bergaul.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan kompetensi sosial
merupakan kemampuan pendidik dalam berkomunikasi dengan lingkungannya
dan beberapa hal yang dilakukan ialah dengan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, orang tua/wali peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
19
Kemudian Payong (2011:64) mengatakan bahwa berkomunikasi secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik, dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar akan
terjadi apabila pesan yang disampaikan oleh pendidik dapat diterima dengan baik
dan tentunya harus disesuaikan dengan kebiasaan adat istiadat atau kebudayaan
setempat. Arifin (2012:173) komunikasi antara guru dan peserta didik banyak
berlangsung saat proses pembelajaran, guru memahami karakteristik dari peserta
didik dalam aspek jenis kelamin, agama, ras, konsis fisik, latar belakang keluarga,
budaya dan status sosial ekonomi. Kemudian guru terlibat komunikasi dengan
sesama pendidik dan tenaga kependidikan dalam hal tersebut bentuk interaksinya
yaitu dalam membuat program sekolah, menangani kasus peserta didik, dan
melakukan rapat. Selanjutnya guru berkomunikasi dengan orang tua peserta didik,
bentuk dari komunikasi tersebut ialah orang tua/ wali murid mendukung program
di sekolah dan membantu guru dalam mengatasi kesulitan belajar anak. Selain itu,
guru berkomunikasi dengan masyarakat, bentuk dari komunikasinya ialah dengan
guru memahami bahasa daerah setempat, dan dapat dimintai dukungan dalam
bentuk tenanga, pemikiran, dan finansial.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan peneliti mengambil teori dari
Arifin yang membedakan satu persatu bentuk komunikasi antara guru dengan
peserta didik, sesama pendidik, orang tua/ wali dan masyarakat.
20
dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan
tetap melestarikan nilai dan budaya nasional”. (Musfah, 2012:54)
Mulyasa (2013:135) mengatakan bahwa kompetensi profesional terdiri
dari kemampuan penguasaan meteri pembelajaran secara luas dan mendalam dan
membimbing peserta didik untuk memenuhi stndar kompetensi. Kemudian sejalan
dengan Mulyasa menurut Agung (2012:101) kompetensi profesional pendidik
ialah kemampuannya dalam menguasai materi secara luas dan mendalam yang
digunakan untuk mengarahkan pesera didik.
Bedasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi
profesional merupakan kemampuan pendidik dalam penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam dalam mengarahkan peserta didik agar
sesuai dengan kompetensi yang sudah ditetapkan.
21
Kerangka berfikir secara umum merupakan rancangan yang menjadi
pondasi mendasar bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan
penelitian yang akan dilakukan. Sekaran dalam Sugiyono (2016:60)
mengemukakan bahwa “kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi
sebagai hal yang penting”. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
22
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Capaian PPG
prajabatan
23
2.6 Alur Penelitian
Kegiatan dalam penelitian diperlukan adanya suatu desain penelitian yang
dapat dijadikan pegangan dan mempermudah proses penelitian agar tidak keluar
dari ketentuan yang berlaku. Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, maka alur
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
24
1. Menentukan
Tahap Persiapan permasalahan yang
akan diangkat menjadi
judul penelitian
2. Mengumpulkan teori
yang relevan
3. Penelitian terdahulu
4. Studi pendahuluan di
LPMP, FKIP Unsri
Tahap dengan melakukan
Pelaksanaan wawancara mahasiswa
PPG
5. Pemilihan populasi
dan sampel.
Pembahasan
Kesimpulan
25
3 Metodologi Penelitian
3.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang menjadi obyek
pengamatan dalam suatu penelitian. Widi (2010:159) mengatakan bahwa variabel
merupakan suatu konsep yang memiliki nilai tertentu dan dapat diukur. Kemudian
Sugiyono (2016:38) menyatakan “variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat peneliti simpulkan bahwa variabel
penelitian merupakan segala bentuk sesuatu yang akan diteliti dan dapat diukur
kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan satu
variabel. Nawawi (1996:58) variabel tunggal adalah himpunan gejala yang
memiliki berbagai aspek, yang berfungsi mendominasi dalam masalah tanpa
dihubungkan satu dengan yang lainnya. Adapun variabel dalam penelitian ini
yaitu efektivitas pelaksanaan program PPG di FKIP Unsri dalam menghasilkan
guru profesional.
2. Aspek
26
Variabel Indikator Sub Indikator Deskriptor
pencapaian Kompetensi Merencanakan :
Pedagogik: RPP
program PPG
a.Merencanakan Melaksanakan:
pembelajaran a. Melakukan pre test
b.Melaksanakan b. Melakukan proses
pembelajaran c. Melakukan post
c.Menilai dan tes
mengevaluasi Penilaian:
pembelajaran a. Penilaian kelas
b. Tes kemampuan
dasar
c. Penilaian akhir
satuan pendidikan
dan sertifikasi
d. Benchmarking
Penilaian program
Kompetensi a. Mencontohkan
kepribadian: akhlak adil, jujur
berperilaku sesuai dan amanah
dengan norma b. Bertanggung
agama, norma jawab membina
hukum, norma disiplin peserta
sosial, etika, dan didik
nilai budaya.
Kompetensi Sosial: a. Pengetahuan
memiliki tentang adat
kemampuan istiadat baik
berkomunikasi, sosial maupun
berinteraksi, dan agama
beradaptasi secara b. Pengetahuan
efektif dan efisien tentang budaya
dengan peserta dan tradisi
didik, sesama guru, c. Sikap yang benar
orangtua/wali dan terhadap
masyarakat sekitar. pengetahuan dan
pekerjaan
27
Variabel Indikator Sub Indikator Deksriptor
Efektivitas c. menguasai dan Menguasai dan
pelaksanaan menemukan menemukan konsep,
kegiatan konsep, pendekatan, teknik, dan
PPG di pendekatan, metode ilmu pengetahuan,
FKIP Unsri teknik, dan teknologi, atau seni yang
dalam metode ilmu relevan:
menghasilk pengetahuan, a. Menggunakan
an guru teknologi, atau media
proesional seni yang b. Mengembangkan
relevan teori kependidikan
yang relevan
dengan kebutuhan
peserta didik.
28
ruang lingkup sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data.
Sejalan dengan pendapat tersebut Sugiyono (2016:80) mengatakan bahwa
“populasi adalah wilayah generalisasi yan terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi
merupakan obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang dapat
ditarik kesimpulannya. Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa PPG prajabatan di FKIP Unsri gelombang 3. Adapun rinciannya dapat
dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut :
3.3.2 Sampel
Menentukan sampel dalam penelitian merupkan bagian dari populasi yang
sangat penting dilakukan untuk memberikan fokus perhatian terhadap objek yang
akan diteliti sehingga memberikan kemudahan di dalam melakukan penelitian.
Widi (2010:198) mengatakan bahwa sampel merupakan bagian yang mewakili
dari populasi yang akan diteliti. Kemudian Sugiyono (2016:81) mengemukakakan
bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”. Selanjutnya sejalan dengan pendapat di atas, Arikunto
(2010:174) mengatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi
yang akan diteliti.
Berdasarkan uraian tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa sampel dapat
dapat mewakili populasi yang telah ditentukan oleh peneliti, sehingga akan
memudahkan peneliti untuk menjangkau jumlah populasi yang banyak menjadi
lebih sedikit dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Jenis penelitian yang
29
digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kuantitatif. Adapun cara pengambilan sampel yang digunakan adalah tehnik
sampling jenuh yaitu teknik dalam menentukan sampel dengan cara mengambil
seluruh populasi. Sebagaimana Sugiyono (2016:82) teknik sampling jenuh
merupakan tekhnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Jumlah sampel dalam kegiatan observasi ialah menggunakan
proposionate stratified random sampling merupakan tehnik penentuan sampel
apabila populasi mempunyai anggota atau unsur yang homogen dan berstrata
secara proporsional. Sampel dalam kegiatan observasi ialah sebanyak 18
mahasiswa.
30
pengelola PPG berupa jumlah mahasiswa PPG prajabatan, RPP, jadwal praktik di
lapangan, foto kegiatan mahasiswa melakukan praktik lapangan di sekolah.
31
3.4.3 Teknik Observasi
Obserasi atau pengamatan dilakukan untuk mengamati suatu gejala yang
akan diteliti. Sugiyono (2016:145) mengatakan bahwa observasi merupakan
tehnik pengumpulan data yang dilakukan untuk mengamati yang bukan hanya
terbatas pada manusia akan tetapi juga obyeek-obyek alam, proses kerja dan
gejala-gejala alam. Kemudian Subagyo (2010:63) mengatakan bahwa observasi
atau pengamatan dapat dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena
sosial dengan gejala-gejala tertentu untuk kemudian dilakukan pencatatan. Tehnik
observasi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan observasi
terstruktur. Sugiyono (2016: 146) bahwa dalam observasi terstruktur peneliti
mempersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diamati. Langkah
selanjutnya peneliti akan menggunakan checklist dengan skala pengukuran yaitu
skala Guttman agar dapat memperoleh jawaban yang tegas yaitu iya diberi skor 1
dan tidak diberi skor 0. Observasi dilakukan dengan cara melihat proses
pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dibuat peneliti. Selanjutnya dari skor yang ditentukan akan
dilakukan perhitungan secara manual.
Berdasarkan uraian di atas, maka pengelompokan teknik pengumpulan data
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini:
Tabel 3.5 Teknik Pengumpulan Data
No Teknik Responden Data Yang Dikumpulkan
Pengumpulan Data
1. Teknik dokumentasi Staff a. Data PPG di Unsri
pengelola b. Data jumlah mahasiswa PPG
PPG FKIP FKIP Unsri
Unsri dan c. Data jumlah mahasiswa PPG
mahasiswa prajabatan
PPG d. Jadwal mahasiswa praktik di
lapangan
e. RPP yang dibuat oleh
mahasiswa
f. Foto mahasiswa PPG
prajabatan pada saat
melakukan proses
pembelajaran disekolah
32
PPG mahasiswa terhadap efektivitas
pelaksanaan kegiatan PPG. Kuisioner
yang berisi :
a. Perencanaan pembelajaran
b. Pelaksanaan pembelajaran
c. Evaluasi hasil belajar
d. Prilaku sesuai dengan norma,
agama,hukum, sosial, etika,
dan nilai budaya
e. Kemampuan berkomunikasi
dan interaksi
f. Penguasaan materi secara
mendalam
g. Menguasai konsep,
pendekatan, tehnik, dan
teknologi yang relevan
33
cara membandingkan rhitung dengan rtabel. Ketentuannya ialah jika rhitung >
rtabel maka item bersangkutan dinyatakan valid. Sebaliknya, jika rhitung < rtabel
maka item bersangkutan dinyatakan tidak valid, dengan taraf signifikansinya ialah
5%.
34
Tehnik analisis data dalam penelitian kuantitatif, dilakukan etelah
pengolahan data. Teknik analisis data adalah suatu teknik yang digunakan untuk
mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Dalam penelitian
ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase.
Dijelaskan oleh Sugiyono (2010:147) “analisis deskriptif akan menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimspulan yang berlaku umum”. Analisis deskriptif persentase bertujuan untuk
mengetahui persentase setiap faktor berdasarkan pada skor jawaban responden.
Berikut langkah-langkah dalam teknik analisis data meliputi:
1. Pembuatan tabel yang berisi distribusi hasil jawaban dari angket.
2. Pemberian skor pada setiap jawaban responden berdasarkan skor yang sudah
ditentukan.
Berikut ini akan disajikan tabel daftar skor jawaban alternatif responden tersebut:
Tabel 3.7 Daftar Skor Jawaban Responden
Jawaban Alternatif Skor Item Positif Skor Item Negatif
Selalu 4 1
Sering 3 2
Kadang-kadang 2 3
Tidak Pernah 1 4
Sumber: Sugiyono (2010:94)
3. Kemudian, skor jawaban dari tiap-tiap responden dijumlahkan.
4. Pembuatan kontinum.
5. Jika sudah diperoleh hasilnya maka dikonsultasikan pada tebel interval.
Setelah dilakukan analisis, kemudian data dapat dideskriptifkan dengan
menggunakan kata-kata, sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan sehingga
rumusan masalah dalam penelitian ini dapat terjawab.
35