Anda di halaman 1dari 9

PENGELOLAAN PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP) DI

SMP NEGERI 3 KUNDURAN BLORA

Sugiyarti dan Bambang Sumardjoko


Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sugiyartipasca1975@gmail.com

Abstract. The method used in the study was a qualitative research for this study aimed
to describe the planning, implementation and evaluation of programs induction of
beginning teachers (PIGP) in SMP Negeri 3 Kunduran. Data were collected by
interview, observation and documentation. Divalidas validity of the data with data
triangulation. Data analysis techniques with data collection, data reduction, data
presentation and conclusion. The results of this study started that the planning PIGP
planned jointly by the school principal and guidance counselor. The planning of
program was made in firstmonth of program. Implementation PIGP in the second
to the ninth month, in which the novice teachers implement instructional tahab
accompanied by a tutor with evaluation performed at least once a month by the
supervising teacher. The final evaluation was conducted in the tenth and eleventh by a
guidance counselor, school principals and supervisors to determine the continuation
of a career profession beginner teachers.

Keywords: Induction, News teacher, Guidedance teacher.

Abstrak. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi program induksi guru pemula (PIGP) di SMP Negeri 3 Kunduran. Metode
pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data
menggunakan trianggulasi data. Teknik analisis data dengan analisis interaktif ang
meliputi tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa perencanaan PIGP direncanakan
secara bersama oleh kepala sekolah dan guru pembimbing. Kepala sekola membuat
analisis kebutuhan dan ditindak lanjuti oleh guru pembimbing menjadi prioritas
pembimbingan pada bulan pertama program. Pelaksanaan PIGP pada bulan kedua
sampai dengan bulan kesembilan dimana pada tahab pelaksanaan guru pemula
melaksanakan pembelajaran didampingi guru pembimbing dengan evaluasi dilakukan
minimal satu kali tiap bulan oleh guru pembimbing. Evaluasi akhir dilaksanakan pada
bulan kesepuluh dan kesebelas oleh guru pembimbing, kepala sekolah, dan pengawas
untuk menentukan kelanjutan karir keprofesian guru pemula.

Kata kunci: guru pembimbing, guru pemula, induksi.

Pendahuluan Bahkan bangsa-bangsa yang berhasil


Kemakmuran suatu bangsa berkaitan mencapai kemakmuran dan kesejahteraan
erat dengan kualitas atau mutu pendidikan. dewasa ini adalah bangsa-bangsa yang

9
10 Pengelolaan Program Induksi...(Sugiyarti dan Bambang Sumardjoko)

melaksanakan pembangunan berdasarkan subsidi untuk pelaksanaan kegiatan pada


strategi pengembangan sumber daya manusia. kelompok kerja guru dari mulai kelompok
Artinya, melaksanakan pembangunan kerja guru (KKG) untuk guru pengajar
nasional dengan menekankan pada tingkat SD hingga Musyawarah guru mata
pembangunan pendidikan untuk peningkatan pelajaran (MGMP) untuk para guru pengajar
kualitas sumber daya manusia. tingkat SMP dan SMA/SMK dirasa masih
Pendidikan akan berhasil dengan baik jika belum bisa meningkatkan kompetensi para
didukung oleh semua faktor pendukungnya guru.
antara lain: sarana prasana, strategi, Kenyataannya sebagian besar guru di
kurikulum, peran orang tua, iklim sekolah Indonesia dinyatakan tidak layak mengajar.
maupun keterlibatan siswa. Sebagian besar Persentase guru menurut kelayakan mengajar
penelitian mengenai keberhasilan pendidikan dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan
menyebutkan bahwa kualitas guru dan pendidikan sbb: untuk SD yang layak
kemampuan pedagogisnya adalah faktor yang mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94%
paling penting dalam mempengaruhi prestasi (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan
akademik yang dicapai oleh siswa. Guru 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri)
dengan segala kemampuannya yang meliputi dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang
kompetensi pedagogis, profesional, sosial layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26%
dan individual merupakan ujung tombak (swasta) (Wibowo,A. 2012: 18).
pendidikan, pasalnya apapun sistemnya, Berdasarkan hasil Uji Kompetensi
software dan hardwarenya, pendidikan Guru yang dilaksanakan pada tahun 2015
suatu bangsa tanpa didukung oleh kualitas didapatkan hasil secara nasional sebagai
dan profesionalisme guru sangatlah kecil berikut, nilai maksimal 100, nilai minimal
kemungkinan dapat mencapai tujuan yang 10, rata rata 53,05 dengan standart deviasi
telah ditetapkan ( Wibowo A, 2012: 5). 12,56 dari jumlah sampel keseluruhan adalah
Guru memang bukan satu-satunya faktor 2.430.427 guru. Dari 34 provinsi se Indonesia
penentu keberhasilan pendidikan, ada banyak hanya tujuh provinsi saja yang mencapai nilai
faktor lain yang juga ikut menentukan, tetapi di atas nilai rata rata, yaitu Jawa Barat, Jawa
proses pembelajaran sebagai titik sentral Tengah, DIY, DKI Jakarta, Bali Jawa Timur
pendidikan sangat tergantung pada peran dan Bangka Belitung (Kemdikbud.go.id.
seorang guru. Pada proses pembelajaran guru 2015). Nilai rata rata itu tentu saja masih jauh
memiliki andil sangat besar, sebagai inovator, dari target pemerintah yang mengharapkan
fasilitator dan motivator. Guru harus bisa semua guru dapat mencapai nilai 80.
mengemas pembelajaran menjadi kegiatan Selain rendahnya mutu guru
yang menarik dan menggembirakan bagi permasalahan lain adalah pada kurun
para peserta didik. Keprofesionalan seorang waktu 2009 – 2019 terdapat 451.767 guru
guru akan terlihat pada kemampuannya yang akan masuk masa pensiun, tentu
dalam mengemas proses pembelajaran, dari saja dibutuhkan guru baru untuk mengisi
mulai merencanakan, melaksanakan dan kekosongan ini. Jika seorang guru baru /
mengevaluasi pembelajaran. pemula mengajar tiga puluh siswa maka akan
Guru yang profesional dapat dihasilkan ada 13.553.010 siswa yang mengalami proses
melalui berbagai upaya seperti pelatihan, pembelajaran bersama dengan guru pemula.
seminar, lokakarya, bahkan menyekolahkan Maka diperlukan program pembimbingan
guru pada tingkat pendidikan yang lebih pada guru guru pemula ini supaya dapat
tinggi. Banyak upaya yang telah dilakukan menggantikan posisi guru guru yang telah
pemerintah untuk meningkatkan mutu guru, pensiun dengan kompetensi yang setara
berbagai macam diklat telah diadakan dari bahkan melebihi dari para guru yang pensiun
tingkat kabupaten hingga nasional, pemberian karena faktor usia tentu saja mempengaruhi

ISSN: 0852-0976
Varia Pendidikan, Vol. 29, No. 1, Juni 2017: 9-17 11
kinerja. penyelenggaraan program induksi murni bersifat informatif dan berguna bagi
guru pemula menjadi sangat penting untuk masyarakat, peneliti, pembaca dan juga
menjamin mutu guru tetap profesional yang partisipan (Sukmadinata, 2007: 107).
berdampak pada mutu pendidikan pada Desain penelitian yang digunakan
akhirnya (www.SIMNUPTKgoogleweblight. pada penelitian ini adalah desain penelitian
com) etnografi. Desain penelitian etnografi
Program pembimbingan untuk guru menjelaskan secara menyeluruh tentang
pemula ini dicanangkan oleh pemerintah sejak kompleksitas kehidupan berkelompok
tahun 2008 dengan nama Program Induksi (Sukmadinata, 2010: 107). Kompleksitas
Guru Pemula atau disingkat PIGP. Program kehidupan berkelompok pada penelitian ini
ini baru dilaksanakan di kabupaten Blora meliputi kegiatan kegiatan yang dilakukan
pada tahun 2015 termasuk SMP Negeri 3 oleh semua yang berperan dalam program
Kunduran yang pada tahun 2015 mendapatkan induksi guru pemula, seperti kegiatan yang
tiga guru CPNS juga menerapkan program dilakukan guru pemula, guru pembimbing,
ini untuk membantu guru pemula lebih cepat kepala sekolah maupun pengawas sekolah.
menyesuaikan diri dan lebih cepat mencapai Menurut Moleong (2012: 157) Sumber
keprofesionalan di bidangnya. Dua dari tiga data utama dalam penelitian kualitatif adalah
guru pemula memiliki kualifikasi ijasah kata kata dan tindakan, sedangkan dokumen
yang tidak sesuai dengan mata pelajaran dan selebihnya adalah data tambahan.
pada SK pengangkatannya. Tentu saja para Kata dan tindakan dari orang orang yang
guru pemula ini mengalami kesulitan untuk diamati kemudian direkam maupun
mengajarkan mata pelajaran yang bukan dicatat dalam bentuk tulisan merupakan
kualifikasi ijasahnya. Progaram induksi ini data utama. Wawancara dilakukan dengan
menjadi sangat penting bagi guru pemula di menggabungkan usaha bertanya, melihat,
SMP Negeri 3 Kunduran ini untuk membantu mendengar pada informan untuk mendapatkan
kelancaran dalam proses pembelajaran setiap data utama.
harinya. Teknik pengumpulan data menggunakan
Program pembimbingan guru pemula teknik wawancara, observasi dan
ini tentu harus direncanakan dengan baik dokumentasi. Data diperoleh dari nara sumber
dan matang kemudian dilaksanakan dengan yaitu tiga orang guru pemula, tiga orang
evaluasi yang baik. Bagaimana Program guru pembnimbing, seorang kepala sekolah,
Induksi Guru Pemula (PIGP) ini direncanakan seorang pengawas dan dua orang wakil kepala
kemudian dilaksanakan dan dievaluasi di sekolah. Pada penelitian ini menggunakan uji
SMP Negeri 3 Kunduran menjadi tujuan keabsahan data dengan menggunakan tiga
pemelitian ini dilakukan. Penelitian ini akan teknik, a) membandingkan hasil wawancara
mendeskripsikan proses proses pada PIGP dengan hasil observasi, b) membandingkan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan data hasil wawancarra dari satu sumber
evaluasi. dengan sumber yang lain, c) membandinglan
hasil wawancara dengan data dokumentasi.
Metode Teknik analisa data menggunakan teknik
Jenis penelitian ini adalah penelitian flow model of analisys di mana reduksi
kualitatif karena penelitian ini berusaha data dimulai sejak pengumpulan data belum
memberikan gambaran sedetail mungkin berlangsung, dan diteruskan pada saat
mengenai pengelolaan PIGP di SMP N 3 pengumpulan data dilakukan. Pengumpulan
Kunduran. Dengan jenis penelitian kualitatif data, reduksi data, sajian data dan penarikan
diharapkan menghasilkan deskripsi analitik kesimpulan ini terjalin bersama dan terus
tentang fenomena fenomena yang secara menerus (Sumardjoko, B. 2015: 34).

ISSN: 0852-0976
12 Pengelolaan Program Induksi...(Sugiyarti dan Bambang Sumardjoko)

Gambar 3.4 Komponen dalam analisis data (Interactive Model)


Sumber : Sugiyono (2010: 338)

Hasil dan Pembahasan data analisis kebutuhan guru pemula dari


A. Perencanaan PIGP di SMP Negeri 3 kepala sekolah. Selain itu guru pembimbing
Kunduran dalam satu bulan pertama PIGP juga
Perencanaan program induksi guru melakukan komunikasi dengan guru pemula
pemula di SMP Negeri 3 Kunduran dibuat untuk mengetahui kompetensi apa saja yang
secara bersama sama oleh kepala sekolah dan masih dirasa lemah oleh guru pemula.
pengawas sekolah. Kepala sekolah membuat Guru pemula mapel IPS mengalami
analisis kebutuhan untuk guru pemula kesulitan dalam penyampaian materi
melalui wawancara dengan para guru pemula. IPS dan pembuatan alat penilaiannya. Hal
Analisis kebutuhan yang dibuat oleh kepala ini dikarenakan pembelajaran IPS dalam
sekolah kemudian diserahkan kepada guru model tematik antara sejarah, ekonomi dan
pembimbing untuk ditindak lanjuti menjadi geografi. Guru pembimbing memasukkan
skala prioritas pembimbingan. hal ini dalam prioritas pembimbingan. Pada
Kepala sekolah menjelaskan bahwa tahap perencanaan ini guru pemula membuat
kebutuhan tiap guru pemula berbeda. Ada Rencana pembelajaran untuk satu tahun
guru pemula yang lemah pada penguasaan pelajaran, sedangkan guru pembimbing mulai
dan penerapan model pembelajaran. Guru membimbing dengan meminjamkan file
pemula yang lain lemah pada penerapan perangkat pembelajaran ataupun berdiskusi
teknik bertanya dan penanganan siswa secara langsung dengan guru pemula.
perorangan . Secara umum kelemahan ketiga Guru pembimbing tidak serta merta
guru pemula adalah kurangnya kemampuan merasa lebih tahu dan lebih profesional
bertanya atau teknik bertanya dan penggunaan daripada guru pemulanya. Guru pembimbing
bahasa indonesia yang baik dan benar pada lebih mengedepankan prinsip kemitraan dalam
proses pembelajaran. Guru pemula masih PIGP ini. Pada saat guru pemula mengalami
sering berkomunikasi menggunakan bahasa kesulitan dalam pembuatan rubrik penilaian,
jawa sebagai bahasa daerah/ bahasa Ibu. maka dirinyapun berusaha membantu dengan
Guru pembimbing kemudian membuat berdiskusi bersama sama untuk menentukan
skala prioritas pembimbingan berdasarkan aspek apa saja bisa dijadikan acuan penilaian

ISSN: 0852-0976
Varia Pendidikan, Vol. 29, No. 1, Juni 2017: 9-17 13
produk. Contohnya pada materi menggambar dengan pemahaman tentang menjadi seorang
peta. Hasil diskusinya menyatakan bahwa guru baru dan bekerja melalui kecemasan
aspek yang dinilai antara lain, skala, warna, yang berhubungan dengan pekerjaan
indeks, judul, tahun, simbol. Dari berbagai Penelitian Israel, Maya (2014) melibatkan
aspek itu kemudian diambil 4 aspek saja lima mentor dan 16 guru pemula menyatakan
sebagai aspek penilaian. bahwa dukungan emosional dari guru mentor
Pada program Induksi ini guru penting dalam menunjang profesionalitas
pembimbing atau mentor memang sangat seorang guru pemula. Sebagian guru baru
perlu untuk terus belajar untuk memperluas bahkan menyatakan bahwa dukungan
pengetahuan dan mengikuti perkembangan emosional berupa motivasi dan penguatan
materi pembelajaran. Pendampingan justru lebih dibutuhkan daripada dukungan
dan pembimbingan dalam perencanaan profesional. Hal ini dikarenakan seorang
pembelajaran seperti yang dialami oleh guru guru baru merasa tertekan pada saat diawasi
pemula di atas juga pernah dikemukakan oleh oleh guru mentor. Guru baru merasa bahwa
Moir, (2009). guru mentor mencari kelemahannya dalam
Pada penelitian Moir di Amerika, mengajar, sehingga mereka menjadi depresi.
kegiatan mentoring dilaksanakan tidak hanya Pada saat seperti itulah diperlukan pendekatan
pada kemampuan pedagogik saja tetapi juga emosional dari guru mentor dengan guru baru
pada kemampuan akademik. Seorang mentor supaya guru baru tetap dapat merasa nyaman
menurut Moir harus mampu berdiskusi dengan kehadiran guru mentor.
dengan guru pemula dari mulai cara mengajar
sampai apa yang diajarkan, sehingga guru B. Pelaksanaan PIGP di SMP Negeri 3
pemula dapat mengajar dengan nyaman pada Kunduran
tahun pertamanya menjadi seorang guru. Guru pemula mapel Bahasa Indonesia
Dukungan yang diberikan oleh guru tadinya mengajar Seni Budaya dan
pembimbing mapel IPS kepada guru pemula Ketrampilan (SBK) padahal kualifikasi
sesuai dengan yang telah diteliti oleh Israel, pendidikannya adalah Sarjana Ekonomi. Pada
Maya dkk (2014). Penelitian Israel Maya tahun 2015 mendapatkan pengangkatan dari
menerangkan bahwa fungsi mentoring harus formasi K2 sebagai guru CPNS mapel Bahasa
mampu memberikan dukungan karir dan Indonesia dan ditemptkan di SMP Negeri 3
dukungan psikososial. Ia menggambarkan Kunduran dengan syarat harus menempuh
fungsi dukungan sebagai membantu guru baru pendidikan S1 mapel bahasa Indonesia
mempelajari segala sesuatu. Guru mentor yang bisa ditempuh setelah mendapatkan
menavigasi langkah langkah kemajuan guru pengangkatan menjadi PNS.
pemula. Dukungan psikososial termasuk Kendala utama yang dirasakan oleh
pemodelan peran, dan konseling melalui guru pemula mapel Bahasa Indonesia
berbagai dilema yang terjadi selama adalah variasi pada model pembelajaran.
program. Dalam mentoring pendidikan Pada tahap pelaksanaan Program Induksi
khusus, program induksi ini mendukung karir Guru Pemula ini dirinya banyak dibimbing
dalam menangani kebutuhan profesional dan pada praktek pembelajaran dengan
instruksional set baru, seperti penjadwalan, menggunakan model pembelajaran yang
sesuai dengan program pendidikan individual, bervariasi. Model pembelajaran yang
mengelola perilaku, memfasilitasi strategi pernah dicobanya antara lain role playing,
pembelajaran, dan berkolaborasi dengan para NHT, STAD, bermain peran dan beberapa
educators, orang tua, dan rekan Psikososial model pembelajaran yang dimodifikasi oleh
mendukung mentoring, bagaimanapun, dapat guru pembimbingnya. Beberapa kali guru
mengatasi kebutuhan emosional set baru dan pemula juga menyempatkan diri mengikuti
mungkin termasuk menyediakan set baru pembelajaran di kelas yang diampu oleh

ISSN: 0852-0976
14 Pengelolaan Program Induksi...(Sugiyarti dan Bambang Sumardjoko)

guru prmbimbingnya untuk mendapatkan dilakukan oleh Dwi Sulistiyorini. Guru


tambahan model pembelajaran. pembimbing mapel bahasa indonesia ini
Pada kelas yang diampu pembimbingnya, membuka kelasnya pada guru pemula untuk
guru pemula mendapatkan tambahan model memberikan kesempatan melihat langsung
pemebelajaran yang disebut “Si kancil”. cara ia membawakan pembelajaran dengan
Model pembelajaran “Si kancil” merupakan model “Si Kancil”
singkatan dari siapkan Kartu kecil. Pada materi Schuster, Dwight. dkk (2012), juga
bercerita, siswa memang diminta membaca menyatakan bahwa keberhasilan guru pemula
sebuah cerita atau sinopsis, kemudian nanti dalam tahun pertama mengajarnya bukan
siswa secara bergantian akan diminta untuk ditentukan oleh kapasitas individu. Ada
maju menceritakan kembali cerita yang telah banyak dukungan dari teman guru yang lain
dibacanya. Untuk memudahkan siswa dalam maupun kepala sekolah dan staf administrasi
presentasi, maka siswa diminta menyiapkan yang mendukungnya dengan memberikan
kartu kecil untuk mencatat hal hal yang motivasi dan perhatian. Guru baru lebih
penting yang akan membantunya pada saat dimungkinkan untuk meninggalkan sekolah
maju ke depan kelas. di mana mereka tidak cukup didukung baik
Pada saat evaluasi guru pemula mapel oleh rekan guru maupun pihak sekolah yang
bahasa Indonesia mendapatkan koreksi dan lain. Sebagian besar dari mereka tidak puas
pembetulan dari pengawas sekolah mengenai dengan dukungan atau pelayanan dan kondisi
model pembelajaran yang digunakan. staf administrasi di lingkungan kerjanya.
Model pembelajaran yang digunakan adalah Langkah selanjutnya yang diambil oleh
NHT tetapi pada saat terjadi diskusi antara Alighning University adalah membentuk
siswa, guru masih mengajukan pertanyaan tim khusus untuk menyiapkan guru baru sari
sehingga menururt pengawas sekolah hal itu tiga disiplin ilmu yang biasa disebut STEM
justru tidak tepat. Guru seharusnya menjadi (Sains, Teknik, Matematika).
fasilitator dan motivator pada saat siswanya Keterlibatan mentor seperti pada PIGP
berdiskusi, guru jangan memberikan di SMP Negeri 3 Kunduran yang langsung
pertanyaan yang mengganggu jalannya membuka kelas untuk guru pemula pernah
diskusi siswa. Jika siswa telah selesai juga dilakukan oleh Hellen Laurie-ann.
berdiskusi maka dibolehkan jika kemudian Dalam penelitisnnya, Hellen laurie-ann
guru memberikan pertanyaan pertanyaan (2009) menyatakan bahwa ia dalam salah satu
sebagai penguatan ataupun menggirirng program mentoring yang ia terapkan salah
siswa menarik kesimpulan. satunya adalah melibatkan mentor secara
Tindakan yang dilakukan oleh guru langsung dalam pembelajaran guru pemula.
pemula bersama dengan guru pembimbingnya Guru mentor memang memegang peranan
seperti yang dilakukan olehTommon, John yang kuat dalam kualitas guru pemula. Maka
(2010). Guru pembimbing harus memberikan pemilihan guru mentor menjadi salah satu hal
layanan kepada guru pemula supaya guru yang penting dalam program mentoring ini
pemula dapat tumbuh menjadi guru yang
profesional. Guru pemula merasa telah C. Evaluasi PIGP di SMP Negeri 3
banyak belajar baik dari guru pembimbing Kunduran
maupun arahan oleh pengawas. Evaluasi Program induksi dilakukan
Menurut Schuster, Dwight. dkk (2012), dengan melakukan observasi pada proses
menyatakan bahwa semua yang berperan pembelajaran guru pemula. Observer
dalam sekolah harus mendukung keberhasilan melakukan penilaian pada lembar observer
guru baru. Guru pemula harus didukung baik yang telah disediakan dengan aspek
oleh mentor Staf administrasi maupun kepala penilaian seperti penilaian Kinerja Guru
sekolah. Hal ini sama seperti tindakan yang setiap tahunnya. Penilaian meliputi empat

ISSN: 0852-0976
Varia Pendidikan, Vol. 29, No. 1, Juni 2017: 9-17 15
kompetensi yaitu pedagogik, profesional, siswa mereka. Tapi siapa yang akan
sosial dan kepribadian. Empat kompetensi mendukung guru-guru baru? Akankah kami
pokok ini kemudian dijabarkan menjadi mengambil anak sapi yang baru disapih dan
duapuluh indikator. Observer atau tim penilai berharap untuk berkembang tanpa perawatan
adala kepala sekola, pengawas dan guru khusus dan perhatian? Tentu saja tidak!
pembimbing. produsen yang baik tahu bahwa perawatan
Hasil observasi oleh tim penilai kemudian dan dukungan khusus diperlukan selama
digabungkan menjadi satu nilai yang menjadi masa transisi stres ini. Mengapa kita tidak
indikator keberhasilan program induksi guru menawarkan tingkat yang sama perawatan
pemula di SMP Negeri 3 Kunduran. Dari dan dukungan untuk guru dimulai pada
ketiga guru pemula semuanya mendapatkan tahun-tahun pertama stres mengajar?. Guru
nilai minimal B( Baik) sehingga pada taun muda telah menginvestasikan banyak waktu
berikutnya diajukan menjadi Pegawai Negeri dan uang ke dalam mengejar pendidikan
Sipil Daerah Kabupaten Blora. sebagai karier.
Rencana kepala sekolah berencana Shanks, R. (2012) juga menyatakan
ke depannya akan mengadakan In House bahwa untuk lebih efektifnya program induksi
Training untuk memperluas Pemahaman guru pemula dan guru pembimbing perlu
bapak dan ibu guru mengenai teknik bertanya, mendapatkan pengurangan beban mengajar.
penyusunan alat penilaian dan model Sementara di Kabupaten Bloran pelaksanaan
pembelajaran yang komunikatif. Selain itu PIGP tidak mendapatkN pengurangan jam
program sekolah untuk mengirinkan bapak baik guru pemula maupun guru pembimbing
Ibu guru pada forum musyawarah Guru Mata sehingga proses pembimbingan dilakukan
Pelajaran juga akan tetap dilaksanakan dalam disela sela pembelajaran, bahkan juga
rangka mendukung pengembangan diri guru. terkadang pada saat jam pembelajaran.
Israel, Maya dkk (2014) mengemukakan Beberapa kali dilaksanakan setelah jam
bahwa ada tiga hal yang penting pada pembelajaran berakhir. Guru pemula dan
kegiatan mentoring. Kegiatan itu meliputi guru pembimbing harus pandai menyisihkan
evaluasi pada program mentoring akan waktu untuk PIGP supaya tdak mengganggu
memberikan bimbingan untuk umpan balik jam pembelajaran.
mentor. Dukungan emosional dan dukungan Junaedhi, M (2015) dalam tesismya
profesional yang saling terkait, dimana menyatakan bahwa terdapat kontribusi secara
dukungan emosional terjadi dalam konteks simultan antara program induksi guru pemula
dukungan profesional. Sebagian besar guru terhadap kinerja guru di Kabupaten Klaten
baru tidak menunjukkan bahwa evaluasi dengan nilai koefisien determinasi(R2)
terpengaruh pengalaman mentoring mereka. sebesar54,5% pada taraf signifikasi
Kebijakan kepala sekolah untuk ∝=0,000<0,05, (2) terdapat kontribusi
mengadakan IHT ini sesuai dengan penelitian yang signifikan program induksi guru
Shanks, R. (2012) yang menyatakan pemula terhadap kinerja guru dengan nilai
bawa kepala sekolah, pembuat kebijakan kontribusi sebesar 21,4%. Hasil penelitian
dan pemerintah daerah harus mendukung Junaedhi dapat disimpulkan bahwa Program
dan responsif terhadap pembelajaran dan Induksi meningkatkan kinerja guru termasuk
pengembangan kebutuhan guru baru ketika kinerja guru pemula. Hal ii dpat dimengerti
menerapkan kebujakan program induksi guru karena guru pemula merasa terbantu dalam
baru. melaksanakan tugas tugasnya sebagai guru
Tommon, John (2010) menyatakan pemula dengan adanya program bimbingan
bahwa guru-guru baru akan segera membuat yang diberikan oleh guru pembimbing.
dampak pada pembelajaran dan kehidupan

ISSN: 0852-0976
16 Pengelolaan Program Induksi...(Sugiyarti dan Bambang Sumardjoko)

Simpulan pelaksanaan PIGP. Kepala sekolah menerima


Perencanaan PIGP dilakukan oleh guru laporan pelaksanaan pembimbingan dari guru
pemula, guru pembimbing, kepala sekolah pembimbing secara periodik setiap bulan
dan pengawas dengan membuat kesepakatan baik secara lisan maupun tertulis mengenai
kesepakatan untuk pelaksanaan program pelaksanaan Program. Kepala sekolah selain
induksi guru pemula ini. Guru pemula dengan menerima laopran juga memantau jalannya
bantuan guru pembimbing juga menyiapkan pembimbingan guru pemula yang dilakukan
perangkat pembelajaran untuk satu tahun oleh guru pembimbing dengan meninjau
pelajaran. Guru pembimbing dengan masukan langsung jalannya pembelajaran pada kelas
dari kepala sekola membuat skala prioritas guru pemula.
pembimbingan. Evaluasi PIGP dilakukan oleh guru
Pelaksanaan program pembimbingan pembimbing setiap satu bulan sekali dengan
dilakukan pada bulan kedua sampai dengan fokus penelitian yang telah disepakati
bulan kesembilan. Program pembimbingan bersama dengan guru pemula. Sedangkan
dibuat untuk delapan bulan dengan kepala sekolah dan pengawas melakukan
minimal satu kali evaluasi tiap bulannya. penilaian pada bulan ke sepuluh dan ke
Guru pemula melaksanakan pembelajaran sebelas untuk mengetahui kelayakan guru
dengan didampingi oleh guru pembimbing, pemula naik jenjang menjadi PNS. Evaluasi
pembelajaran dilakukan baik secara dilakukan dengan pembelajaran model lesson
team teching maupun lesson study. Guru study, dimana digunakan kata pembelajaran
pembimbing melakukan pembimbingan kita atau pembelajaran bersama sehingga
dengan memberikan suport dan motivasi guru pemula merasa nyaman dan tidak
sehingga guru pemula bersemangat dalam merasa dihakimi.

Daftar Pustaka
Algozzine, Bob. 2007. Beginning Teacher’s perseftions of their Induction Program Experience.
The clearing House. Vol.80.(3): 137-143
Dirjen peningkatan mutu PTK kementerian pendidikan nasional. 2010. Modul Program
Induksi Guru Pemula (PIGP) bagi guru pembimbing. Jakarta : Dirjen Peningkatan mutu
pendidik dan tenaga pendidikan kementerian pendidikan Nasional.
Depdiknas Dirjen Dikdas, 2003, Guru di Indonesia. Pendidikan, pelatihan dan perjuangan
sejak zaman kolonial hinga era reformasi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Dirjen Dikdas Direktoral tenaga pendidikan.
Fraenkel and Wallen. 2015. How to Design and Evaluate Research in Education, ninth edition.
New York: McGraw-Hill International Edition.
Furqon, M. 2010. Guru Sejati Membangun insan berkarakter kuat dan cerdas. Surakarta:
Yuma pustaka
Ghony, MD dan Al Manshur, F. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jokjakarta: Ar-Ruz
Media.
Hallam,P.,dkk. 2012. Two Contrasting Models for Mentoring as They Affect Retention of
Beginning Teachers. National Association of Secondary Schoo l Principals. NASSP
Bulletin. Vol.96.(3): 243-278
Hellsten, L M. 2009. Teacher Induction: Exploring Beginning Teacher Mentorship. Canadian
Journal of Education. Vol. 32.(4): 703-733
Hobson, A J. 2013. Judgementoring and other threats to realizing the potential of school-based
mentoring in teacher education. Maderez Anggi.International Journal or mentoring

ISSN: 0852-0976
Varia Pendidikan, Vol. 29, No. 1, Juni 2017: 9-17 17
Coachng in Education. Vol.2.(2): 89-108
Junaedi.M. 2015. Tesis Kontribusi Program Induksi Guru Pemula, Kompetensi Pedagogis
dan Lingkungan kerja terhadap kinerja Guru Pemula di Kabupaten Klaten. UMS: Tesis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Langdon, F; Ward, L. 2015. Educative mentoring: a way forward. International Journal of
Mentoring and Coaching in Education Vol.4.(4) : 240-254.
Liliana, E. 2014. The process of induction in a coaching version: The 10th International
Scientific Confernce and sofware for education Bucharest. Vol. 10.(24): 154-167
Mary C. 2000 . Making time for teacher induction : A lesson fron the New Zealand model, The
Clearing House Vol.73.(6 ): 319-330.
Maya, I; Kamman, ML; McCray, E. 2014. Profesional Assistance, Emotional Suport, and
evaluation. Exceptional Children Vol. 81.(1) : 45-63.
Moir, E. 2009. Acceleting teacher effetiveness: Lessons Learned from Two Decade of New
Teacher Induction. Phi Delta Kappan. Vol.91.(2): 14-19
Moleong, LJ. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Pirkle, SF. 2011. Stemming the Tide: Retaining and Supporting Science Teachers.
Science Educator Vol.20.(2) : 42-46.
Priyambodo, RH. 2010. 1,3 guru belum layak mengajar. Diambil dari http:// www.antaranews.
com/berita/176844/13-juta-guru-belum-layak-mengajar. Diakses 10 September 2016
Schuster,D. 2012. Aligning University Based Teacher Preparation and New STEM Teacher
Suport. Science Educator. Vol 20.(3): 39-44
Shanks,R. 2012. Apprenticeship of new teachers during their induction year. Higher education
skill & works based learning.Vol.2.(3): (256-270)
Stobaugh, R. 2014. Preparing for succes.Principal Leadership Vol.14.(7) : 36-40.
Sudrajat, A. 2010. Sekilas tentang program Induksi Guru Pemula (PIGP). Diambil dari
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/.../sekilas-tentang-program-induks... Diakses
10 September 2016
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan kedelapan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, NS. 2010. Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sumardjoko, B. 2015. Diktat Perkuliahan, Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UMS
Tummons, J. 2010. Care and Feeding of young teacher: Missouri’s Model for Beginning
Teacher Succes. The Agricultur Education Magazine. Vol. 82.(6): 16-31
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Wibowo, A. 2012. Menjadi Guru Berkarakter, Strategi Membangun Kompetensi & karakter
guru. Yokjakarta: Pustaka pelajar.
Wong.HK., 2004. Induction program that keep new teacher teaching and improving. NASSP
Bulletin; Proquest Tesearch Library. Vol. 88.(638): 41-55

ISSN: 0852-0976

Anda mungkin juga menyukai