Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu pendidikan selalu menjadi isu sentral dalam

penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional. Upaya peningkatan kualitas

pendidikan ini menjadi salah satu strategi pokok selain pemerataan

kesempatan akses pendidikan serta peningkatan relevansi dan efisiensi.

Berbicara mengenai kualitas pendidikan maka tak akan lepas dari peningkatan

kompetensi dan profesional guru. Guru merupakan unsur utama dalam

keseluruhan proses pendidikan dan di setiap jenjang pendidikan. khususnya di

tingkat instutisional. Tanpa guru, pendidikan hanya merupakan menjadi

slogan saja karena segala bentuk kebijakan dan program pada akhirnya akan

ditentukan oleh kinerja pihak yang berada di garis depan yaitu guru. Guru

menjadi titik sentral dan awal dari semua pembangunan pendidikan.

Guru merupakan kunci dalam sistem pendidikan khususnya di sekolah.

Semua komponen lain, mulai dari kurikulum, sarana prasarana, biaya dan

sebagainya tidak akan berarti apabila esensi penbelajaran yaitu interaksi guru

dengan peserta didik tidak berkualitas. Karena itu Undang-undang 14 tahun

2005 tentang guru dan dosen memberikan persyaratan yang kompleks untuk

menjadi seorang guru dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan sekolah

menengah, yaitu:(a) memiliki kualifikasi pendidikan minimal sarjana atau

diploma IV, (b) Memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi sosial,

1
2

kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, (c) memiliki sertifikat

pendidik, (d) sehat jasmani dan rohani, serta (e) memiliki kemampuan untuk

mewujudkan pendidikan nasional.

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja guru meliputi tingkat pendidikan guru, supervise,

pengajaran, program penataran (pelatihan), iklim yang kondusif, sarana dan

prasarana, kondisi fisik dan mental guru, motivasi yang dimiliki, gaya

kepemimpinan kepala sekolah dan lain-lain. (http://id.wikipedia.org/wiki/

kinerja)

Keberhasilan guru dalam proses pembelajaran sangat ditentukan oleh

kinerja guru itu sendiri. Kinerja guru adalah seluruh usaha guru untuk

mengantarkan proses pembelajaran mencapai tujuan pendidikan meliputi

kegiatan yang menyangkut tugas profesionalnya sebagai guru dan tugas

pengembangan pribadi guru.

Menurut Soedirjo (dalam Kunandar, 2007:57) tugas profesional guru

mencakup rentetan kegiatan mulai dari kegiatan merencanakan pengajaran,

menyajikan, mengevaluasi, hingga memberikan tindak lanjut dari evaluasi.

Tugas mengembangkan pribadi guru bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan profesi dan akademis berupa kegiatan-kegiatan yang diarahkan

untuk menambah, memperluas dan memperdalam ilmu yang ditekuni, melatih

berbagai keterampilan dan keahlian menggunakan metode pembelajaran.

Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas ini tidak saja

ditempuh melalui jalur pendidikan formal akan tetapi juga bisa melalui
3

pendidikan non formal seperti pendidikan dan pelatihan, asalkan dijalankan

secara professional, mengacu kepada aspek relevansi, efektifitas dan efisiensi.

Hali ini sejalan dengan kemajuan ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

yang begitu cepat dan membawa dampak terhdadap dunia pendidikan. Oleh

karena itulah dunia pendidikan harus dipacu untuk menghasilkan lulusan-

lulusan yang berpengetahuan terampil dan relevan dengan kebutuhan

masyrakat terutama dunia kerja. Misi pendidikan tidak saja ditujukan terhadap

peningkatan pengetahuan dan keterampilan akan tetapi juga perubahan-

perubahan akhlak dan prilaku dan perbuatan manusia itu sendiri. Untuk

terwujudnya tujuan pendidikan yang begitu berat dan kompleks itu diperlukan

dukungan dan partisipasi dari semua pihak untuk mengembangan berbagai

program pendidikan dan pelatihan, sehingga tidak saja terfokus kepada

pendidikan formal (sekolah). Pendidikan jabatan kerja dan kedinasan itu pada

umumnya dilaksanakan melalui bebagai pendidikan dan pelatihan, yang

tujuannya adalah untuk meningkatkan berbagai pengetahuan keterampilan dan

sikap tertentu dari para peserta sesuai dengan tuntunan persyaratan pekerjaan.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa jalur pendidikan dan

pelatihan mempunyai peran dan kedudukan strategis sebagai suatu program

pembelajaran yang berupaya menyiapkan tenaga kerja yang berpengetahuan,

terampil dan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan masyarakat, karena pada

dasarnya pendidikan dan pelatihan merupakan suatu program pembelajaran

yang berupaya untuk meningkatkan kemampuan para pesertannya dalam

berbagai pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap yang dilaksanakan


4

secara terencana, pada suatu tempat tertentu dalam waktu yang relatif singkat

dibandingkan dengan pendidikan formal (sekolah) yang disesuaikan dengan

kebutuhan dunia kerja.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis dengan Bapak KH selaku

guru IPS yang sudah lama diangkat menjadi PNS menyatakan bahwa :

Pendidikan dan pelatihan/pelatihan pendidikan sangat penting bagi


seorang guru untuk meningkatkan kinerjanya. Pendidikan dan
pelatihan dilaksanakan bagi semua guru baik yang telah PNS maupun
yang masih berstatus honorer. Pendidikan dan pelatihan akan
dilaksanakan pada saat ada panggilan untuk pelatihan guru oleh Dinas
Pendidikan, namun intinya secara berkala guru melaksanakan
pendidikan dan pelatihan.

Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan bagi semua guru baik yang

telah PNS maupun yang masih berstatus honorer. Sedangkan hasil wawancara

yang penulis dengan Ibu AF yang baru saja diangkat menjadi guru PNS

menyatakan tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bahwa :

Pendidikan dan pelatihan diadakan saat adanya pertukaran kurikulum


baru, hal ini dilakukan supaya guru mengetahui tata pelaksanaan,
metode, model yang disampaikan untuk kurikulum berikutnya yang
telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan berdasarkan surat panggilan
dari Dinas Pendidikan.

Sesuai dengan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

dan pelatihan dilaksanakan bagi semua guru baik yang telah PNS maupun

yang masih berstatus honorer yang diadakan dalam rangka pertukaran

kurikulum baru guna mengetahui tata pelaksanaan, metode dan model yang

ditetapkan oleh Dinas Pendidikan.


5

Menurut Sudrajat dalam Suprihatiningrum (2014:221) manfaat

pelatihan bagi guru, antara lain (a) membantu para guru membuat keputusan

dengan lebih baik, (b) meningkatkan kemampuan para guru menyelesaikan

berbagai masalah yang dihadapinya, (c) terjadi internalisasi dan

operasionalisasi faktor-faktor motivasional, (d) timbulnya dorongan dalam diri

guru untuk terus meningkatkan kemampuan kerjanya, (e) peningkatan

kemampuan guru untuk mengatasi stress, frustasi, dan konflik yang pada

gilirannya memperbesar rasa percaya diri sendiri, (f) tersedianya informasi

tentang berbagai program yang dapat dimanfaatkan oleh para guru dalam

upaya pertumbuhan masing-masing secara teknikal dan intelektual, (g)

meningkatkan kepuasan kerja, (h) semakin besarnya pengakuan atas

kemampuan.

Menyadari akan pentingnya arti dari suatu pendidikan dan pelatihan

untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap individu

guru dan karyawan , maka SMP Negeri 10 Sijunjung menyelenggarakan suatu

pendidikan dan pelatihan sesuai dengan panggilan dari Dinas Pendidikan bagi

guru SMP Negeri 10 Sijunjung sehubungan dengan kinerja guru.

Alasan peneliti memilih SMPN 10 Sijunjung karena sekolah sekolah

ini telah melaksanakan Program Pendidikan dan Pelatihan diselenggarakan

oleh Dinas Pendidikan seperti pelaksanaan pergantian kurikulum,

pengembangan media pembelajaran, metode dan model pembelajaran sebagai

penunjang kinerjanya di sekolah.


6

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada tanggal 7 Maret

2016 di SMPN 10 Sijunjung diketahui bahwa guru yang mengajar belum

melaksanakan manfaat dari pendidikan dan pelatihan yang didapatkan. Hal in

dapat dilihat dari penguasaan kurikulum baru, proses pembelajaran yang

monoton, penggunaan media pebelajaran, metode pembelajaran dan strategi

pembelajaran yang kurang menarik. Berdasarkan permasalahan yang penulis

temukan di SMPN 10 Sijunjung, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Manfaat Pendidikan dan Pelatihan Guru pada

Kinerja Guru di SMPN 10 Sijunjung”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diidentifikasikan masalah sebagai

berikut:

1. Penggunaan kurikulum

2. Proses pembelajaran yang monoton

3. Penggunaan media pembelajaran

4. Penggunaan metode pembelajaran

5. Strategi pembelajaran yang kurang menarik

6. Sarana dan prasarana untuk menunjang kinerja guru.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas yang telah penulis sajikan pada latar

belakang maka dengan ini dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi oleh
7

SMPN 10 Sijunjung sebagai berikut :“Bagaimana manfaat pendidikan dan

pelatihan pada kinerja guru di SMPN 10 Sijunjung?”.

D. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,

tujuan penelitian adalah untuk mengetahui manfaat pendidikan dan pelatihan

pada kinerja guru di SMPN 10 Sijunjung.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan peneliti dalam

memanfaatkan pendidikan dan pelatihan pada kinerja guru serta sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi UMMY Solok.

2. Bagi guru

Sebagai masukan agar dapat aktif mengikuti kegiatan Pendidikan dan

pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan untuk meningkatkan

kinerjanya sebagai seorang guru.

3. Bagi sekolah

Sebagai masukan untuk lebih meningkatkan penyelenggaraan pendidikan

dan pelatihan bagi guru guna meningkatkan kinerja guru pada SMP Negeri

10 Sijunjung.
8

4. Bagi peneliti lain

Memberikan sumbangan keilmuan terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan terutama berkenaan dengan pembelajaran pendidikan dan

pelatihan. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang akan

melakukan penelitian yang serupa pada masa yang akan datang.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pendidikan dan Pelatihan

a. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan adalah dua rangkai kata bermakna

satu, sering disebut Pendidikan dan pelatihan atau Penataran, atau

Workshop atau Pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan

sumber daya manusia, terutama aspek kemampuan intelektual dan

kepribadian manusia. Penggunaan istilah pendidikan dan pelatihan

dalam suatu institusi atau lembaga sering dijadikan satu yakni

Pendidikan dan pelatihan (Pendidikan dan pelatihan). Unit dimana

pendidikan dan pelatihan itu dilaksanakan disebut Puspendidikan dan

pelatihan Nurtain dalam Hadoko (2001:30))

Menurut Suprihatiningrum (2014:220) pendidikan dan

pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan

dalam kerangka pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi

dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat

kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional maupun internasional.

Bukti fisik komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat

keterangan dari lembaga pendidikan dan pelatihan.

9
10

Eka Prihatin (2008:3-4) menyatakan bahwa pendidikan dalam

artian luas merupakan proses yang berkaitan dengan upaya untuk

mengembangkan diri seseorang, dengan tiga aspek dalam

kehidupannya, yakni pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan

hidup. Pendidikan dalam arti sempit adalah pengajaran yang

diselenggarakan oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional memberikan definisi pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian

dan kecerdasan.

Sedangkan Hasibuan (2007:7) pelatihan adalah suatu proses

pendidikan terorganisir sehingga karyawan belajar pengetahuan, teknik

pengajaran dan keahlian tertentu. Kegiatan pelatihan bagi guru pada

dasarnya merupakan suatu bagian yang integral dari manajemen dalam

bidang ketenagaan di sekolah dan merupakan upaya untuk

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru sehingga pada

gilirannya diharapkan para guru dapat memperoleh keunggulan

kompetitif dan dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya.

Dengan kata lain, mereka dapat bekerja secara lebih produktif dan

mampu meningkatkan kualitas kinerjanya.


11

Menurut Sudrajat dalam Suprihatiningrum (2014:220)

memberikan rumusan bahwa pelatihan sebagai perkembangan sikap,

pengetahuan, atau keterampilan pola kelakuan yang sistematis yang

dituntut oleh seorang guru untuk melakukan tugas atau pekerjaan

dengan memadai.

Kebutuhan adanya pengalaman pelatihan merupakan akibat

adanya ketidaksesuaian/kesenjangan antara tingkat kualifikasi tenaga

kerja yang tesedia dengan tingkat kualifikasi tenaga kerja yang

diperlukan. Dengan demikian pelatihan merupakan salah satu proses

mempersiapkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku-perilaku untuk memenuhi persyaratan.

Peningkatan kompetensi melalui pelatihan, pendidikan dan

pembelajaran meliputi (a) pengetahuan dan keterampilan teknis, (b)

mengelola keterampilan, (c) keterampilan sosial, (d) pengetahuan

tentang pasar dan kebutuhan serta harapan pihak terkait, (e) kesesuaian

dengan peraturan dan perundangan yang berlaku, (f) kesesuaian

dengan standar internal dan eksternal, (g) mendokumentasikan kinerja

pekerjaan Handoko (2001:83).

Dari uraian di atas jelaslah bahwa yang menjadi perbedaan

antara pendidikan dan pelatihan, yaitu pendidikan dan ruang

lingkupnya lebih luas dan komposisi materi isi serta orintasi juga harus

lebih luas dibandingkan pelatihan. Dan bila di tinjau dari upaya


12

pengembangan sumber daya manusia, pelatihan itu dirancang atau

didisain untuk mengatasi permasalahan/kebutuhan pada saat itu.

b. Tujuan Pendidikan dan Pelatihan

Menurut Sudrajat dalam Suprihatiningrum (2014:221) tujuan

pelatihan bagi guru, antara lain (a) membantu para guru membuat

keputusan dengan lebih baik, (b) meningkatkan kemampuan para guru

menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya, (c) terjadi

internalisasi dan operasionalisasi faktor-faktor motivasional, (d)

timbulnya dorongan dalam diri guru untuk terus meningkatkan

kemampuan kerjanya, (e) peningkatan kemampuan guru untuk

mengatasi stress, frustasi, dan konflik yang pada gilirannya

memperbesar rasa percaya diri sendiri, (f) tersedianya informasi

tentang berbagai program yang dapat dimanfaatkan oleh para guru

dalam upaya pertumbuhan masing-masing secara teknikal dan

intelektual, (g) meningkatkan kepuasan kerja, (h) semakin besarnya

pengakuan atas kemampuan.

Handoko (2001:85) menegaskan bahwa tujuan diadakan

pendidikan pelatihan adalah:a) Meningkatkan pengabdian dan

keterampilan; b) Menciptakan adanya pola pikir yang sama; c)

Menciptakan dan mengembangkan metode kerja yang lebih baik; d)

Membina karir pegawai. Hasibuan (2007:10) menyatakan bahwa

tujuan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan,

sikap dan kepribadian guna memenuhi jabatan dalam pekerjaannya.


13

Tujuan pelatihan dalam bidang pendidikan yang selanjutnya

kepada peserta nantikan akan mendapatkan Surat Tanda Tamat

Pendidikan dan pelatihan (STTPL), dan secara rinci bahwa tujuan

pendidikan dan pelatihan menurut pendidikan dan pelatihan menurut

Nurtain (dalam Handoko, 2001:32) adalah sebagai berikut:a)

Peningkatan program pengajaran dan proses belajar mengajar sehingga

dapat ikut mendorong perkembangan pendidikan, b) memperkenalkan

guru-guru dengan sumber media dan materialnya, c) memantapkan

sedikitnya empat kompetensi seni, keterampilan teknis dan

keterampilan masyarakat, d) belajar memperkembangkan mencoba

menetapkan dan menilai prosedur dan pelaksanaan praktik hal-hal

yang baru dalam pengajaran, e) membekali guru secara konstan sesuai

dengan perubahan-perubahan dan pengembangan kurikulum sekolah,

f) lebih memperluas horizon pengetahuan akademis, profesional dan

teknis baik dalam bentuk isi, metode maupun keterampilan yang

dikuasai, g) membuka kesempatan bagi guru-guru untuk

mengembangkan dirinya sendiri secara profesional.

c. Jenis Pendidikan dan Pelatihan

Terkait dengan pendidikan dan pelatihan ataupun penataran

bagi guru, ada yang terkait langsung dengan peningkatan

profesionalisme guru. Pendidikan dan pelatihan yang berkaitan

langsung dengan peningkatan profesionalisme guru, antara lain:a)

penataran bidang studi / mata pelajaran, b) penataran pengembangan


14

kurikulum, c) penataran pembuatan media pembelajaran, d) penataran

penggunaan alat peraga dan sejenisnya. Suprihatiningrum (2014:23)

Sedangkan pendidikan dan pelatihan ataupun penataran yang

tidak berkaitan langsung dengan keprofesionalan seorang guru antara

lain:a) penataran partisipasi masyarakat, b) penataran pengelolaan

perpustakaan.

2. Kinerja Guru

a. Pengertian Kinerja Guru

Menurut Supardi (2013: 45) kinerja merupakan suatu kegiatan

yang dilakukan untuk melaksanakan, menyelesaikan tugas dan

tanggung jawab sesuai dengan harapan dan tujuan yang telah

ditetapkan. Kinerja lebih sering disebut dengan presiasi yang

merupakan hasil atau apa yang keluar (outcomes) dari sebuah

pekerjaan dan kontribusi sumber daya manusia terhadap suatu

organisasi.

Kinerja guru atau prestasi kerja merupakan terjemahan dari

kata performance dalam bahasa Inggris. Kinerja erat hubungannya

dengan prestasi yang dicapai seseorang atau lembaga dalam

melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu kinerja ada hubungannya

dengan pencapaian tujuan organisasi, jika tujuan organisasi tercapai

dengan baik, sebaiknya jika tujuan organisasi tidak tercapai dengan

baik, maka kinerja organisasi tersebut kurang baik (Suhardiman, 2012:

26).
15

Kinerja sumber daya manusia adalah prestasi kerja atau hasil

kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai sumber

daya manusia persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas

kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

(Mangkunegara, 2005: 9). Kinerja manusia atau yang sering disebut

dengan human performance ditentukan oleh kemampuan (ability) dan

motivasi (motivation). Namun pada kenyataannya, peningkatan dan

perbaikan kinerja guru sebagai pelaku pembelajaran di lembaga

pendidikan umumnya hanya dilakukan melalui perbaikan sistem

pengkajian, kenaikan pangkat, pendidikan dan pelatihan dan tunjangan

(fringe benefit).

Kinerja guru merupakan kemampuan seorang guru dalam

melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah (madrasah) dan

bertanggung jawab atas peserta didik di bawah bimbingannya dengan

meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Indikatornya adalah 1)

kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya, 2)

kemampuan yang ditampilkan guru dalam atau selama melakukan

aktivitas pembelajaran (Supardi, 2013: 54).

Kinerja guru (teacher performance) berkaitan dengan

kompetensi guru. Artinya, untuk memiliki kompetensi yang baik.

Tanpa memiliki kompetensi yang baik, sebaliknya seorang guru tidak

mungkin dapat memiliki kinerja yang baik. Sebaliknya, seorang guru


16

yang memiliki kompetensi yang baik belum tentu memiliki kinerja

yang baik (Supratianingrum, 2013: 138-139).

Kinerja guru merupakan proses komunikasi yang berlangsung

terus menerus, yang dilaksanakan kemitraan antara seorang guru

dengan siswa. Dengan terjalinnya proses komunikasi yang baik antara

guru dengan kepala sekolah dengan guru, dan guru dengan siswa

dalam proses pembelajaran dapat lebih mempercepat pemahaman

siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru, dan ini merupakan

suatu sistem kinerja yang memberi nilai tambah bagi sekolah dalam

rangka meningkatkan kualitas siswa dalam belajar. (Kompri,

2014: 163).

Rusman (2013: 50) mengatakan bahwa kinerja adalah

performance atau unjuk kerja, kinerja dapat pula diartikan prestasi

kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. Jadi kinerja adalah

hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan suatu wujud perilaku

seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi kinerja seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ability, capacity, held,

incentive environment, dan validity.

Kinerja merupakan tingkat keberhasilan seseorang atau

kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah

ditetapkan (Sulistyorini, 2015: 197).


17

Dari sudut kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka

kinerja guru dapat diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang

ditetapkan oleh pengetahuan, sikap dan motivasi dalam menghasilkan

suatu pekerjaan. Untuk itu seorang gruu dapat diukur dengan

kecepatan, kualitas, layanan dan nilai (Dele dalam Istarani dan Intan

Pulungan, 2015: 197).

Pada hakikatnya kinerja guru adalah sebuah aspek tugas dan

peranan yang diberikan kepadanya. Untuk itu Moh. Uzer Usman

dalam Istarani dan Intan Pulungan (2015: 201) menyatakan bahwa

pada prinsipnya guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh

dinas maupun di luar dinas, dan dalam bentuk pengabdian. Apabila

kita kelompokkan tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang

profesi, meliputi mendidik, mengajar dan melatih.

Dengan demikian, penulis menyimpulkan dari pengertian di

atas, bahwa kinerja adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan

tugasnya yang menghasilkan hasil yang memuaskan, guru tercapainya

tuuuan organisasi kelompok dalam suatu unit kerja yang sesuai dengan

moral dan etika.

b. Indikator Kinerja

Berkenaan dengan standar kinerja guru, Piet A. Sahertian

dalam Istarani dan Intan Pulungan (2015: 199) menjelaskan bahwa,

standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam

menjalankan tugasnya seperti:


18

1) Bekerja dengan siswa secara individual

2) Persiapan dan perencanaan pembelajaran

3) Pendayagunaan media pembelajaran

4) Melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman dan

5) Kepemimpinan yang aktif di kelas

Dengan demikian dari uraian disimpulkan bahwa indikator

kinerja guru antara lain 1) kemampuan membuat perencanaan dan

persiapan mengajar, 2) penguasaan materi yang diajarkan kepada

siswa, 3) penguasaan metode dan strategi mengajar, 4) pemberian

tugas kepada siswa, 5) kemampuan mengelola kelas, dan 6)

kemampuan melakukan penilaian evaluasi.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru. Faktor-faktor

yang dipengaruhi kinerja guru meliputi tingkat pendidikan guru,

supervisi, pengajaran, program penataran (pelatihan), iklim yang

kondusif, sarana dan prasarana, kondisi fisik dan iklim mental guru.

Motivasi yang dimiliki, gaya kepemimpinan kepala sekolah dan lain-

lain (http://id./wikipedia.org/wiki/kinerja).

Menurut Suhardiman dalam Kompri (2014: 133) sekurang-

kurangnya ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu 1)

kemampuan, 2) upaya, 3) peluang atau kesempatan. Dengan kata lain

kinerja merupakan fungsi dari tiga faktor tersebut.


19

Menurut Supardi (2013: 47) banyak faktor yang mempengaruhi

kinerja seseorang antara lain 1) partisipasi SDM, 2) pengembangan

karir, 3) komunikasi, kesehatan dan keselamatan kinerja, 4)

penyelesaian konflik, 5) insentif yang baik, dan 6) kebanggaan.

Menurut Barnawi dan Mohammad Arifin (2014: 44-45) faktor

yang mempengaruhi kinerja sebagai berikut:

1) Gaji

Faktor pertama yang mempengaruhi kinerja guru adalah

gaji, setiap orang memperoleh gaji tinggi, hidupnya akan sejahtera.

Orang akan bekerja dengan penuh antusias jika pekerjaannya

mampu mensejahterakan hidupnya.

2) Sarana dan prasarana

Sarana adalah semua perangkat peralatan, bahan dan

perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan

di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua

seperangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung

menunjang pelaksanaan proses pendidikan.

3) Lingkungan fisik

Menurut Barnawi dan Arifin (2014: 54) lingkungan fisik

adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan dapat

mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas. Tugas yang

dibebankan, misalnya kebersihan, pencahayaan, dan sebagainya.


20

4) Kepemimpinan

Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mengeratkan,

mempengaruhi, memptivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati

serta membina dengan maksud agar mau bekerja dalam mencapai

tujuan administrasi secara efisiensi dan efektif.

Dengan demikian dapat penulis menyimpulkan bahwa faktor

yang mempengaruhi kinerja seorang guru itu adalah gaji, sarana dan

prasarana, lingkungan fisik dan kepemimpinan.

B. Penelitian Relevan

Dalam keputuskaan menunjukkan bahwa sudah cukup banyak hasil

penelitian terdahulu yang temanya relevan dengan pendidikan dan pelatihan

terhadap kinerja guru, antara lain:

1. Sri Gustila (2004), dalam skripsinya yang berjudul Kontribusi

Kesejahetaraan Guru, Iklim Kerja, dan Kepemimpin Kepala Sekolah

terhadap Kinerja Guru IPS SMPN di Kota Yogyakarta. Penelitian ini

menunjukkan bahwa kesejahteraan berkorelasi positif dan signifikan

terhadap kinerja guru dengan kontribusi 5,3%, iklim kerja berkorelasi

positif dan signifikan terhadap kinerja guru dengan kontribusi 5,8%,

kepemimpinan kepala sekolah berkorelasi positif dan signifikan terhadap

kinerja guru dengan kontribusi 4,0% secara bersama-sama kesejahteraan,

iklim kerja, kepemimpinan kepala sekolah berkorelasi positif dan

signifikan terhadap kinerja guru IPS dengan kontribusi 19,7%.


21

2. Suci Rahayu (2007) dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh

Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Organisasi, Kepuasan Kerja Guru

Terhadap Kinerja di SMAN di Kota Tegal. Penelitian menunjukkan bahwa

kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi, kepuasan kerja guru

berpengaruh terhadap kinerja guru di SMAN Negeri Kota Tegal yaitu

masing-masing 31,7%, 32,2% dan 28,4% secara bersama-sama

kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi dan kepuasan kerja guru

berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru sebesar 90,1% sebagai daya

pembeda hasil penelitian.

Perbedaan penelitian dengan penelitian relevan ini yaitu

menganalisis manfaat pendidikan dan pelatihan guru pada kinerja guru.

C. Kerangka Konseptual

Pengaruh pendidikan dan pelatihan guru terhadap kinerja guru. Upaya

dalam rangka peningkatan kualitas guru SMPN 10 Sijunjung selama ini juga

dilakukan melalui berbagai pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan

Pelatihan baik yang diselenggarakan oleh lembaga yang berkompeten

menangani penataran dan pelatihan seperti: Departemen Dinas Pendidikan,

Departemen Agama, Dinas Pendidikan Kota, Cabang dan lain-lainnya.

Pendidikan dan Pelatihan yang berkaitan dengan langsung dengan

langsung peningkatan dan profesionalisme guru antara lain :(a) penataran

bidang studi / mata pelajaran, (b) penataran pengembangan kurikulum,


22

(c) penataran pembuatan media pembelajaran, (d) penataran penggunaan alat

peraga dan sejenisnya.

Pendidikan dan
Pelatihan (X) Kinerja (Y)

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah identifikasi masalah dan

tujuan penelitian dapat dikemukakan anggapan sementara secara umum

sebagai berikut:“Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara

pendidikan dan pelatihan pada kinerja guru pada SMPN 10 Sijunjung.

Anda mungkin juga menyukai