Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pada bab II pasal 3,
jelas tertulis fungsi dan tujuan pendidikan nasional yaitu “ Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa , bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut tentu pemerintah harus membuat suatu regulasi tentang
kurikulum yang menjadi panduan bagi satuan pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran di
satuan pendidikannya. Kurikulum yang dimaksud menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam hal ini,
kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan (Sariono, 2014).

Kurikulum yang diberlakukan sekarang adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah kurikulum
berbasis kompetensi dan karakter secara terpadu yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penerapan kurikulum 2013 di Indonesia ini berimplikasi pada model
penilaian pencapaian kompetensi peserta didik. Penilaian pencapaian kompetensi merupakan proses
sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi untuk menentukan
sejauhmana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran (Direktorat Pendidikan Madrasah,
2014).

Dalam rangka penyempurnaan kurikulum 2013, maka permendikbud telah mengeluarkan peraturan dan
pedoman tentang penilaian kurikulum 2013. Terjadinya perubahan peraturan penilaian ini membuat
guru-guru bingung dan sulit dalam memahami kembali penyusunan penilaian dalam kurikulum 2013.
Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kurikulum 2013 yang dilakukan Dirjen Pendidikan dasar dan
Menengah kemendikbud tahun 2015 menunjukkan bahwa salah satu kesulitan guru dalam
melaksanakan Kurikulum 2013 adalah dalam melaksanakan penilaian. Lebih dari 50% responden guru
menyatakan bahwa mereka belum dapat merancang, melaksanakan, dan mengolah hasil penilaian
dengan baik. Kesulitan yang utama adalah dalam merumuskan indikator, menyusun butir-butir
instrumen dan melaksanakan penilaian sikap dengan berbagai macam teknik. Selain itu, banyak di
antara guru yang kurang percaya diri dalam melaksanakan penilaian keterampilan. Mereka belum
sepenuhnya memahami bagaimana menyusun instrumen dan rubrik penilaian keterampilan.

Kesulitan umum lainnya yang dialami oleh para guru adalah dalam mengolah data penilaian dan
melaporkan/menuliskan hasil penilaian dalam rapor. Kesulitan tersebut yang utama berkaitan dengan
penulisan deskripsi capaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Disamping itu, sejumlah guru
mengaku bahwa mereka belum percaya diri dalam mengembangkan butir-butir soal pengetahuan.
Mereka kurang memahami bagaimana merumuskan indikator dan menyusun butir-butir soal untuk
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural yang dikombinasikan dengan keterampilan berpikir
tingkat rendah hingga tinggi.

Untuk memudahkan guru dalam memahami tentang penilaian hasil belajar pada kurikulum 2013, maka
permendikbud mengeluarkan kembali peraturan dan pedoman tentang penilaian kurikulum 2013.
Sampai saat ini telah terjadi beberapa kali perubahan dalam rangka penyempurnaan dalam penilaian
kurikulum 2013 yaitu semulanya Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian
menjadi Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 Tentang Penilaian Pembelajaran. Setahun kemudian
berubah menjadi Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015 Tentang penilaian Pembelajaran. Selanjutnya
keluar peraturan baru yaitu Permendikbud Nomor 23 tahun 2016 Tentang Standar Penilaian pendidikan,
kemudian terakhir terbitlah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2017
tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pemerintah dan Penilaian Hasil Belajar Oleh Satuan Pendidikan. Hal
ini membuat guru-guru semakin bingung dalam memahami kembali penyusunan penilaian kurikulum
2013. Perubahan inilah yang menjadikan guru kesulitan bagaimana penilaian hasil belajar di kurikulum
2013. Hal ini dikarenakan guru belum benar-benar memahami bagaimana menyusun penilaian
kurikulum 2013, tetapi sudah keluar kembali aturan terbaru tentang penilaian.

Sehubungan dengan hal tersebut, agar penilaian dapat dilaksanakan dengan berkualitas, guru perlu
meningkatkan kompetensinya tentang penilaian hasil belajar melalui pendidikan dan pelatihan (diklat).
Dengan demikian pendidikan dan pelatihan memiliki peran penting dalam mendukung pemberdayaan
dan pengembangan pengetahuan dan ketrampilan guru dalam penilaian pembelajaran. Balai Diklat
Keagamaan (BDK) Palembang adalah salah satu lembaga Pendidikan dan pelatihan (diklat) yang
dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kompetensi Pegawai Negeri Sipil dan atau pegawai yang
bertugas untuk menjalankan secara langsung dan mendukung tugas utama pemerintah, termasuk
pegawai di lingkungan Kementerian Agama.

Diklat yang dilaksanakan Balai Diklat Keagamaan Palembang dalam mendukung kompetensi guru dalam
penilaian adalah diklat teknis substantif Penilaian Hasil Belajar (PHB). Pada tahun 2018 diklat PHB
dilaksanakan sebanyak 4 angkatan yang terdiri dari guru tingkat madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah
tsanawiyah (MTs) sampai madrasah aliyah (MA). BDK Palembang juga melaksanakan diklat penilaian
hasil belajar pada tahun 2019. Selanjutnya berdasarkan data hampir separuh peserta diklat PHB berasal
dari unit kerja madrasah ibtidaiyah, sedangkan sisanya dari madrasah tsanawiyah dan madrasah aliyah.

Adapun tujuan kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) PHB adalah agar guru tampil beda,
kepercayaan diri semakin meningkat dan tentu saja memahami tentang penilaian hasil belajar siswa.
Mereka dapat menguasai dan tidak canggung menggunakan hasil diklat yang diperoleh untuk
menerapkan di tempat tugas masing-masing. Artinya geliat perubahan paradigma, etos kerja lebih
meningkat sejalan dengan tuntutan profesi. Salah satu peningkatan kemampuan profesi itu diharapkan
didapat dari belajar mengajar pada pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu setelah kembali ke tempat
tugas masing-masing guru diharapkan menerapkan ilmu yang didapatkan dari diklat untuk
diimplementasikan pada tugas sehari-hari, dalam hal ini adalah penilaian hasil belajar siswa. Namun
banyak alumni diklat yang belum mengimplementasikan hasil dari diklat dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari. Hal ini terlihat dari belum adanya dampak yang berarti tentang kompetensi guru setelah
mengikuti diklat (pasca diklat). Padahal keberhasilan suatu program diklat dapat dilihat dari bagaimana
perubahan kompetensi guru setelah diklat (pasca diklat). Pendapat yang sama dikemukakan Bhati dalam
Riska (2017) yang menyatakan bahwa lembaga diklat umumnya lebih banyak melakukan evaluasi
terhadap efektifitas penyelenggaraan diklat, dan cenderung kurang peduli dengan evaluasi tentang
manfaat diklat yang mengukur penerapan kompetensi yang diperoleh dari diklat di tempat kerja alumni
yang disebut dengan evaluasi pasca diklat

Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi pasca diklat agar dapat mengetahui apakah program diklat yang
dilaksanakan berhasil atau tidak. Evaluasi diklat dilaksanakan untuk mengetahui pencapaian tujuan dan
untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas kinerja peserta diklat. Dan manfaat evaluasi diklat adalah
untuk memperoleh informasi tentang kualitas dan kuantitas pelaksanaan program diklat, mengetahui
relevensi program penyelenggaraan diklat dengan kebutuhan instansi yang bersangkutan dan membuka
kemungkinan yang memperbaiki dan menyesuaikan program diklat dengan perubahan. Evaluasi pasca
diklat sudah dilaksanakan, namun menurut yasri (2017) secara evaluatif dampak yang timbul di
madrasah setelah guru selesai mengikuti diklat (pasca diklat) khususnya peningkatan kompetensi alumni
belum terevaluasi secara mendasar dan menyeluruh, sehingga sering muncul opini dari pihak
stakeholders yang mengatakan bahwa hasil diklat yang dilaksanakan kurang berdampak terhadap
peningkatan kompetensi guru madrasah. Padahal biaya yang dikeluarkan sudah besar namun tidak
sesuai dengan harapan diklat dan masyarakat. Dengan alokasi dana yang besar tersebut, maka
masyarakat dan para pemangku kepentingan kediklatan mulai menyoroti efektifitas dan dampak
penyelenggaraan diklat. Menurut Silberman (2006), ketika mengetahui bagaimana pengaruh (dampak)
program diklat terhadap peserta diklat berarti memiliki kesempatan untuk menilai tingkat keberhasilan
program diklat yang telah dilakukan dan untuk memodifikasi apa saja yang diperlukan agar diklat lebih
efektif.

Berdasarkan kerangka berpikir seperti di atas, maka persoalan dasar yang hendak dipecahkan melalui
penelitian ini adalah evaluasi pasca diklat kompetensi guru dalam pengelolaan penilaian hasil belajar
siswa. Untuk mengetahui tentang keberhasilan pasca diklat pengelolaaan hasil belajar siswa pasca diklat
di Balai Diklat Keagamaan Palembang, penulis tertarik untuk mengkaji secara mendalam dengan
melakukan penelitian dengan judul ” Evaluasi Pasca Diklat Tentang Kompetensi Guru Dalam Mengelola
Hasil Belajar Siswa Siswa Pasca Diklat Substantif Pengelolaan Hasil Belajar Tahun 2018-2019”.

Identifikasi

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu :

Guru madrasah masih banyak kesulitan dalam merumuskan indikator, menyusun butir-butir instrumen
dan melaksanakan penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan dengan berbagai macam teknik.
Kesulitan yang dialami oleh para guru adalah dalam mengolah data penilaian dan
melaporkan/menuliskan hasil penilaian dalam rapor, terutama berkaitan dengan penulisan deskripsi
capaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Hasil diklat yang dilaksanakan kurang berdampak terhadap peningkatan kompetensi guru madrasah
dalam mengelola hasil belajar siswa.

Belum adanya evaluasi pasca diklat secara menyeluruh tentang kompetensi guru dalam mengelola hasil
belajar siswa.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana kompetensi guru dalam mengelola hasil belajar siswa pasca diklat?

Bagaimana dampak kompetensi guru dalam mengelola hasil belajar terhadap organisasi?

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kompetensi guru dalam mengelola hasil belajar siswa?

Tujuan Penelitian

penelitian yang akan dilaksanakan ini bertujuan untuk :

Mengetahui kompetensi guru dalam megelola hasil belajar siswa pasca diklat

Mengetahui dampak kompetensi guru dalam mengelola hasil belajar siswa terhadap organisasi

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi guru dalam mengelola hasil belajar siswa

Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini adalah :

Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam melakukan evaluasi pasca diklat

Sebagai kontribusi hasil penelitian yang dapat dipelajari dan dijadikan pertimbangan atau referensi
untuk penelitian selanjutnya.
Manfaat Praktis

Bagi guru dapat memberikan tambahan pengetahuan dan masukan bagi guru betapa pentingnya
kompetensi guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan keterkaitan kompetensi guru dalam
melaksanakan penilaian pembelajaran pasca diklat sehingga dapat menghasilkan hasil belajar yang
optimal.

Bagi Balai Diklat Keagamaan Palembang sebagai evaluasi untuk peningkatan program diklat kedepan

Bagi peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dalam melaksanakan evaluasi pasca diklat.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN KONSEP

Pengertian Evaluasi

Evaluasi sering dikaitkan sebagai tahapan terakhir dari rangkaian suatu kegiatan. Menurut Wayan
Nurkancana (Zaini, 2009) evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu. Disisi lain menurut Suharsimi Arikunto (2010) evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data
untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Sedangkan pendapat Stufflebeam (Wirawan, 2012)
dalam sebuah literatur mengemukakan pengertian evaluasi sebagai berikut.

“evaluation is the process of delineating, obtaining, reporting and applying descriptive and judgmental
information about some object's merit, worth, probity and significance in order to guide decision
making, support accountability, disseminate effective practices, and increase understanding of the
involved phenomena”.

Dari pengertian diatas diterjemahkan bahwa evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh,
pelaporan dan menerapkan informasi deskriptif dan penilaian tentang kualitas beberapa objek,
kelayakan, kejujuran dan signifikansi dalam rangka untuk memandu pengambilan keputusan,
mendukung akuntabilitas, menyebarkan praktek-praktek yang efektif, dan meningkatkan pemahaman
tentang fenomena yang terlibat.

2. Evaluasi Program

Menurut Cronbach dan Stufflebeam (Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin, 2010) evaluasi program
adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. Sedangkan
pendapat lain dikemukakan Wirawan (2012: 17) mengatakan bahwa evaluasi program adalah metode
sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi untuk menjawab pertanyaan
dasar mengenai program. Semua program perlu dievaluasi untuk menentukan apakah layanan atau
itervensinya sudah mencapai tujuan yang ditetapkan atau belum.
Disisi lain Suharsimi Arikunto (2010: 18) mengemukakan bahwa evaluasi program adalah upaya
untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui
efektivitas masing-masing komponennya. Sedangkan Djudju Sudjana (2006: 21) mendefinisikan evaluasi
program sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan
data sebagai masukan untuk pengambilan keputusan.

Dari pendapat beberapa ahli di atas secara sederhana dapat dipahami bahwa evaluasi program adalah
kegiatan atau usaha penyediaan informasi untuk melihat keberhasilan dan ketercapaian program, serta
sebagai sarana pengambilan keputusan dengan metode sistematik.

3. Evaluasi Pasca Diklat

Evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Kirkpatrick
(2007) menyatakan bahwa untuk dapat menganalisis efektivitas maka tidak dapat dilakukan evaluasi
terhadap hasil saja melainkan perlu melakukan evaluasi terhadap reaksi peserta yang akan
menunjukkan hasil pembelajaran yang diperoleh. Hasil pembelajaran tersebut kemudian diwujudkan
dalam tindakan sehingga mampu mengubah perilaku. Apabila diurutkan secara terbalik, hasil yang baik
diakibatkan oleh perilaku pekerja yang memuaskan. Perilaku yang baik tersebut diperoleh melalui
materi yang diberikan selama pelatihan. Materi dapat diterima dengan baik apabila orang tersebut
tertarik terhadap materi yang diberikan. Evaluasi pendidikan dan
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai