Anda di halaman 1dari 12

DAMPAK COVID-19 TERHADAP IMPLEMENTASI

PEMBELAJARAN DARING DI PERGURUAN TINGGI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Pedagogik yang diampu oleh Dr.
Nandang Rusmana, M.Pd. dan Dr. H. Ahim Surachim, M.Pd., M.Si.

Oleh:

Dhelvianti Azni Savira (2002230)

Evi Yuliani Hertiana (2002812)

Faishal Aulia Zahran (2010392)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
DAMPAK COVID-19 TERHADAP IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN DARING DI PERGURUAN TINGGI

PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi, di dunia pendidikan merupakan suatu hal yang berkembang sangat
pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan ini diiringi dengan kemajuan teknologi informasi
yang semakin tumbuh dari tahun ke tahun, sehingga mampu memudahkan peserta didik
dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi ini tidak bisa dihindari,
pesatnya perkembangan ini mampu menghasilkan media komunikasi yang cukup canggih
khususnya dalam bidang pendidikan. Sehingga, peserta didik perlu melakukan penyesuaian
dan memahami teknologi tersebut.

Menghadapi abad ke-21, UNESCO (1996) melalui jurnal “The International Commission


on Education for the Twenty First Century” merekomendasikan Pendidikan yang
berkelanjutan (seumur hidup) dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran,
yaitu : learning to know (belajar untuk menguasai pengetahuan), learning to do (belajar untuk
mengetahui keterampilan), learning to be (belajar untuk mengembangkan diri), dan learning
to live together (belajar untuk hidup bermasyarakat), untuk dapat mewujudkan empat pilar
pendidikan di era globalisasi informasi sekarang ini, para guru sebagai agen pembelajaran
perlu menguasai dan menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran.
Menurut Rosenberg (2001:8), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada beberapa
pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:
a. Dari ruang kelas ke dimana dan kapan saja,
b. Dari kertas ke “online” atau saluran,
c. Dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja

Sumber: Data inventure.id (2020)


Figure1. Marketing Outlook 2020 bidang Pendidikan
Berdasarkan data pada figure 1. diatas, menunjukkan bahwa teknologi pendidikan juga
telah berkembang secara eksponensial sehingga berpotensi mendisrupsi sekolah tradisional.
Berbagai inovasi disruptif di sektor pendidikan seperti MOOC, open educational resources
(OER), situs tutorial online seperti RuangGuru atau Khan Academy, social learning
platform, personalized/customized learning, professional learning network (PLN), hingga
massively multi-player online (MMO) learning games kini sedang antri untuk mencapai titik
critical mass. Begitu itu terjadi, maka akan mendapatkan pendekatan pembelajaran baru yang
lebih terbuka, kolaboratif, personal, eksperensial, dan sosial. Dengan beragam inovasi
tersebut barangkali ruang kelas kurang diperlukan lagi. Guru akan berubah peran secara
drastis sebagai mentor, motivator, dan model. Dan yang jelas akan tersedia begitu banyak
learning channel dan sekolah tak lagi bisa memonopoli proses pembelajaran. Sebagai wahana
pembelajaran, sekolah tradisional akan tergeser dari posisi “core” menjadi “peripheral”.
Proses pembelajaran tak melulu di kelas tapi bisa dilakukan anytime, anywhere, any
platform/device. Guru juga tidak hanya yang ada di kelas tapi bisa dari manapun termasuk
“guru” yang diperankan oleh AI atau AR/VR.

Selain itu, saat ini Indonesia sedang dilanda pandemi yaitu corona virus (Covid-19).
Pandemi ini mulai memasuki Indonesia pada tahun 2020 hingga saat ini. Kasus pandemi
covid-19 di Indonesia hingga saat ini mencapai 1,3 juta (covid 19.go.id, 2021). Perserikatan
Bangsa Bangsa atau PBB menyatakan bahwa salah satu sektor yang terdampak adanya wabah
ini adalah dunia Pendidikan (Purwanto dkk, 2020:1). Hal tersebut membuat beberapa negara
memutuskan untuk menutup sekolah maupun perguruan tinggi. Sebagai upaya untuk
mencegah penyebaran covid 19, World Health Organization (WHO) merekomendasikan
untuk menghentikan sementara kegiatan-kegiatan yang akan berpotensi menimbulkan
kerumunan massa. Bahkan selama merebaknya, covid 19 di Indonesia, banyak cara yang
dilakukan pemerintah untuk mencegah penyebarannya dengan social distancing, salah
satunya dengan adanya Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) Direktorat Pendidikan Tinggi No. 1 Tahun 2020 mengenai pencegahan
penyebaran covid 19 di dunia Pendidikan. Dalam surat edaran tersebut Kemendikbud
menginstruksikan untuk menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh dan menyarankan para
peserta didik untuk belajar dari rumah masing-masing. Terhitung semenjak bulan Maret lalu
dampak yang diberikan covid 19 pada kegiatan belajar mengajar cukup terasa, hal tersebut
terlihat dari pembelajaran yang semestinya dilakukan secara langsung dan bermakna
sekarang hanya dapat dilakukan secara mandiri. Dengan begitu peserta didik melakukan
pembelajaran tidak langsung dengan memanfaatkan pembelajaran dalam jaringan atau daring
yang dirasa cukup tepat guna di situasi seperti saat ini.

Sumber : JHU CSSE Covid-19 Data


Figure 2. Data Penyebaran Covid-19 di Indonesia

Dampak dari belum meredanya wabah covid 19 ini pembelajaran masih akan terus
dilakukan dari rumah masing-masing (study from home). Salah satu alternatif agar
pembelajaran tetap berjalan yaitu dengan pembelajaran dalam jaringan secara online. Moore
et al (dalam Firman dan Sari, 2020) menyebutkan bahwa pembelajaran online merupakan
suatu kegiatan belajar yang membutuhkan jaringan internet dengan konektivitas,
aksesibilitas, fleksibilitas, serta kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi
pembelajaran.

Dengan adanya pandemi, membuat segala kegiatan yang biasa dilakukan masyarakat
menjadi berubah. Sebagai contoh, kegiatan pekerjaan di suatu perusahaan dilakuakn di rumah
atau work from home (WFH), tempat hiburan seperti tempat rekreasi, pusat perbelanjaan,
bioskop memiliki waktu yang terbatas. Tak hanya itu, kegiatan belajar mengajar baik bagi
siswa dan mahasiswa pun tidak bisa dilakukan pembelajaran secara langsung di sekolah.
Melainkan, kegiatan pembalajaran dilakukan dirumah atau biasa di kenal dengan belajar
online.

Menurut Menteri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam


website kemendikbud.go.id, Prioritas utama pemerintah adalah untuk mengutamakan
kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan
masyarakat secara umum, serta mempertimbangkan tumbuh kembang peserta didik dan
kondisi psikososial dalam upaya pemenuhan layanan pendidikan selama pandemi COVID-19.
Oleh karena itu, Mendikbud mengatakan kondisi Pandemi COVID-19 tidak memungkinkan
kegiatan belajar mengajar berlangsung secara normal. Terdapat ratusan ribu sekolah ditutup
untuk mencegah penyebaran, sekitar 68 juta siswa melakukan kegiatan belajar dari rumah,
dan sekitar empat juta guru melakukan kegiatan mengajar jarak jauh. Menurut Surat Edaran
Nomor 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat
Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19), proses belajar dari rumah dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut :

a. Belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk


memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan
menuntaskan seluruh pencapaian kurikulum unutk kenaikan kelas maupun kelulusan.
b. Belaja dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain
mengenai pandemi Covid-19.
c. Aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dari rumah dapat bervariasi anatarsiswa,
sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan
akses/fasilitas belajar dirumah.
d. Bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik yang bersifat
kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.
Berdasarkan keputusan tersebut, hal ini dapat diketahui bahwa proses pembelajaran
dilakukan secara jarak jauh atau belajar di rumah. Untuk mempermudah proses
pembelajaran berlangsung, maka dibutuhkannya media teknologi informasi (online)
atau daring yang diguanakan untuk memudahkan tenaga pendidik atau guru untuk
memberikan pembelajaran kepada peserta didik. Hal ini disebut sebagai pembelajaran
online. Menurut Dabbagh dan Ritland (2005:15) pembelajaran online adalah sistem
belajar yang terbuka dan tersebar dengan menggunakan perangkat pedagogi (alat
bantu pendidikan), yang dimungkinkan melalui internet dan teknologi berbasis
jaringan untuk memfasilitasi pembentukan proses belajar dan pengetahuan melalui
aksi dan interaksi yang berarti. Pembelajaran online memiliki keunggulan yaitu
berupa pembelajaran dengan interaktif yang tinggi, meningkatkan tingkat ingatan,
memberikan banyak pengalaman belajar yang dapat dilakukan dengan teks, audio,
dan video (Arnesi, 2015). Pembelajaran online memberikan kemudahan dan dapat
lebih efisien dalam memberikan pembelajaran bagi guru kepada muridnya.
Indonesia saat ini sedang menghadapi industri 4.0 dan transformasi digital.
Kondisi demikian menuntut lembaga pendidikan untuk melakukan inovasi dalam
proses pembelajaran. Salah satu bentuk inovasi tersebut dengan melakukan
pembelajaran dalam jaringan (daring) yang merupakan penerapan dari pendidikan
jarak jauh secara online yang memiliki tujuan untuk meningkatkan akses peserta didik
untuk memperoleh pembelajaran yang lebih bermutu (Dewi, 2020; Fitriyani, Fauzi, &
Sari, 2020). Pembelajaran daring merupakan sebuah inovasi pendidikan yang
melibatkan unsur teknologi informasi dalam pembelajaran. Sejalan dengan hal
tersebut (Annur, 2020) Pelaksanaan pembelajaran daring selama masa darurat Covid-
19 mengubah proses belajar secara keseluruhan. Untuk mencegah penyebaran Covid-
19 di lingkungan kampus, maka aktivitas akademik di lingkungan kampus dihentikan.
Untuk itu dosen melaksanakan pembelajaran secara online agar mahasiswa tetap
dapat mengikuti perkuliahan secara daring dari rumah masing-masing Meski terdapat
beberapa institusi pendidikan tinggi di Indonesia yang sudah siap melakukan
pembelajaran daring, hadirnya Covid-19 menunjukkan institusi pendidikan tinggi
yang tidak siap dalam menerapkan sistem pembelajaran daring jumlahnya lebih baik.
Misalnya, pemanfaatan teknologi pembelajaran daring masih didominasi oleh
universitas di kota besar karena kapasitas finansial dan ketersediaan sistem
pembelajaran digital (e-learning) yang lebih baik dibandingkan kampus kecil di
daerah terpencil. Selain itu, tidak sedikit para dosen dan mahasiswa yang masih
kesulitan menggunakan teknologi pembelajaran daring baik itu menggunakan e-
learning ataupun platform lain seperti Zoom, Google Classroom, dan CloudX. Hal ini
membuat pembelajaran daring berlangsung hanya memberikan tugas secara jarak jauh
tanpa ada umpan balik maupun interaksi antara dosen dengan mahasiswa.
Pembelajaran daring merupakan proses transformasi pendidikan konvensional
ke dalam bentuk digital sehingga memiliki tantangan dan peluang tersendiri
(Harjanto, 2020; Zhafira SM, 2020). Pembelajaran daring memiliki karakteristik
sebagai berikut : (1) menuntut pembelajar untuk membangun dan menciptakan
pengetahuan secara mandiri (constructivism); (2) memanfaatkan media laman
(website) yang bisa diakses melalui internet, pembelajaran berbasis komputer, kelas
virtual, dan kelas digital Kemendikbud, 2016). Pembelajaran secara daring dalam
pembelajaran tentu akan memberikan dampak positif yang akan memberi keuntungan
kepada masing-masing pihak mencakup: (1) Institusi dapat mengatasi keterbatasan
kelas apabila kelas perkuliahan kurang sekiranya dilaksanakan secara tatap muka.
Keluhan selama ini dapat teratasi dengan adanya pembelajaran daring; (2) Dosen
dapat memanfaatkan waktu luang untuk melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat; (3) Mahasiswa yang kuliah sambil bekerja sangat terbantu karena cukup
belajar melalui internet (tidak perlu datang ke kampus), selain lebih hemat biaya,
daring dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun karena tidak terbatas oleh ruang dan
waktu. Model pembelajaran daring juga memberi peluang lebih bagi dosen untuk
menilai dan mengevaluasi progress pembelajaran setiap mahasiswanya secara lebih
efisien (Widiyono, 2020; Zhafira SM, 2020). Pada dasarnya, metode pembelajaran
daring tidak menuntut mahasiswa untuk hadir dikelas. Mahasiswa dapat mengakses
pembelajaran melalui media internet. Penggunaan teknologi yang tersedia disekitar
kita apabila diimbangi dengan diskusi dan panduan maka akan menjadi alat
pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Hamdani & Priatna, 2020;
Wulandari, Sudatha, & Simamora, 2020). Perkembangan teknologi ini memudahkan
penggunaan internet untuk mengakses materi pembelajaran, berinteraksi dengan
konten, instruktur, dan pelajar lain; dan untuk mendapatkan dukungan selama proses
belajar, untuk memperoleh pengetahuan, untuk membangun pribadi makna, dan
tumbuh dari pengalaman belajar. Umumnya, setiap tenaga pengajar / dosen dalam
institusi perguruan tinggi dapat memiliki pertimbangan sendiri untuk memilih model
pembelajaran mana yang dianggap paling cocok untuk diselenggarakan pada
pembelajaran mahasiswa. (Dailami, 2020; Sobri, Nursaptini, & Novitasari, 2020)
mengatakan bahwa Pembelajaran daring menjadi sebuah solusi untuk mengatasi
masalah yang dihadapi oleh sekolah atau perguruan tinggi dalam sistem pendidikan,
dengan memberikan penjelasan dan pembelajaran yang baik dan jelas, para
mahasiswa dapat melaksanakan pembelajaran daring dengan efisien dan lebih
maksimal. Pembelajaran secara daring dianggap menjadi solusi terbaik terhadap
kegiatan pembelajaran di tengah pandemi Covid-19. Meski telah disepakati, namun
pembelajaran tersebut menimbulkan banyak kontroversi bagi dosen dan mahasiswa.
Pembelajaran daring hanya efektif untuk penugasan sedangkan dalam memahami
materi pembelajaran secara daring dinilai sulit bagi mahasiswa. Tidak semua
mahasiswa memiliki fasilitas yang menunjang dalam kegiatan pembelajaran daring.
Hambatan lainnya seperti perangkat yang tidak mendukung, koneksi internet yang
tidak memadai, dan kuota internet yang mahal menjadi penghambat pembelajaran
daring. Oleh karena itu, adanya hambatan yang terdapat dalam proses pembelajaran
daring, setiap penyelenggara pendidikan harus memiliki kebijakan masing-masing
dalam menyikapi aturan ini sehingga proyeksi pembelajaran dengan sistem daring ke
depan dapat dipetakan oleh lembaga pendidik dan tenaga kependidikan. Terlihat
beberapa institusi pendidikan tinggi memberikan subsidi kuota internet kepada
mahasiswa demi terselenggaranya pembelajaran daring. Mustakim 2020 menyatakan
pembelajaran daring efektif untuk pembelajaran di masa pandemic. Berdasarkan hasil
penelitian oleh Mustakim persentase keefektifan pembelajaran daring diperoleh
23,3% sangat efektif, 46,7% efektif dan 20% biasa saja. Kedua penelitian oleh
Apriansyah, Sambowo, & Maulana (2020) menyatakan sebanyak 53% mahasiswa
lebih menggemari media Whatssapp dan google classroom sebagai media
pembelajaran daring. Pelaksanaan pembelajaran daring masih ada kendala dan
membuat pelaksanaan pembelajaran daring kurang terorganisir. Keempat penelitian
oleh Widiyono, 2020 menyatakan pembelajaran daring dan luring efektif untuk
perkuliahan di masa pandemic dengan mematuhi protocol kesehatan. Keempat
penelitian oleh Sadikin et al., 2020 menyatakan model pembelajaran daring efektif
dengan pencapaian yang signifikan seiring dengan tuntutan mewujudkan pemimpin
digital pendidikan tinggi abad 21. Kelima Dewi (2020) menyatakan implementasi
pembelajaran daring di sekolah dasar cukup baik. Keenam Kuntarto (2017)
menyatakan model pembelajaran daring lebih efektif daripada model pembelajaran
konvensional. Ketujuh Wahyono et al., (2020) menyatakan pembelajaran daring
memiliki kendala/tantang dari segi sumber daya manusia, sarana-prasaran dan
implementasi teknis.
(Zhang et al., 2004) menunjukkan bahwa penggunaan internet dan teknologi
multimedia mampu merombak cara penyampaian pengetahuan dan dapat menjadi
alternatif pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelas. Pelaksanaan pembelajaran
daring membutuhkan adanya fasilitas sebagai penunjang, yaitu seperti smartphone,
laptop, ataupun tablet yang dapat digunakan untuk mengakses informasi dimanapun
dan kapanpun (Gikas & Grant, 2013). Di Indonesia sendiri, ada beberapa aplikasi
yang disediakan pemerintah sebagai penunjang kegiatan belajar di rumah. Selain itu
seorang pendidik dapat melakukan tatap muka bersama peserta didiknya melalui
aplikasi yang dapat diakses dengan jaringan internet. Namun beberapa kendala yang
ada dalam pembelajaran daring membuat para peserta didik kurang berminat terhadap
pembelajaran daring tersebut.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis dampak Covid-19 terhadap
implementasi pembelajaran daring di Perguruan Tinggi. Masalah yang ingin diketahui
adalah bagaimana dampak yang dirasakan oleh mahasiswa dalam hal: (1) kompetensi
dosen selama perkuliahan daring, (2) proses dan media pembelajaran perkuliahan
daring, (3) sarana-prasarana selama perkuliahan daring, (4) kondisi fisiologis selama
mengikuti perkuliahan daring.

METODOLOGI

Makalah ini menggunakan desain studi kepustakaan. Makalah ini


menyajikan gagasan ilmiah mengenai dampak Covid -19 terhadap implementasi
pembelajaran daring di perguruan tinggi melalui sumber data sekunder, seperti
jurnal penelitian dan buku. Data yang dikumpulkan berupa data teks dari jurnal dan
buku yang relevan dengan variabel yang dibahas dalam makalah ini, yaitu mengenai
dampak Covid -19 terhadap implementasi pembelajaran daring di perguruan tinggi.
Makalah ini juga menggunakan analisis konten yang dilakukan dengan
menghubungkan, membandingkan, menafsirkan dan menyimpulkan konten dari
berbagai teks data yang digunakan. Sehingga temuan dari studi kepustakaan ini
dapat menjadi rujukan bagi praktisi dan ahli dalam dunia pendidikan dalam
mengimplementasikan pembelajaran daring di perguruan tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebelum covid-19 merebak sebenarnya pola pembelajaran daring (online) sudah lama
dikenal apalagi dipengaruhi globalisasi dan disrupsi. Tjandra menyebutkan bahwa
teknologi telah menjadi keseharian bagi manusia. Dalam dunia pembelajaran istilah
yang dikenal dengan pendidikan era industri 4.0, menggiring semua praktisi
pendidikan termasuk mahasiswa untuk menggunakan teknologi sebagai media
pembelajaran (Tjandra,2020). Kehadiran media pembelajaran baru menjadi cara baru
menyalurkan berbagai infromasi yang menggabungkan teknologi komunikasi digital
dan terhubung melalui jaringan. Menurut McQuil (2006:26) ada dua hal yang termuat
dalam media baru yaitu konvergensi dan digitalisasi. Salah satunya adalah media
internet. Melalui internet penggabungan antara teks, audio dan video mudah
dilakukan. Ada banyak kelebihan dari media baru sehingga berperan besar dalam
kehidupan seharihari. Mulai dari memudahkan seseorang untuk memeroleh informasi
dengan cepat dan bisa diakses dimanapun, sebagai media untuk melakukan transaksi
jual beli, menjadi sarana entertainment hingga sarana pendidikan yang memudahkan
proses belajar mengajar.Interaktivitas juga menjadi kekuatan utama dalam media baru
terutama media internet. Media baru menjadi alat sebagai pemenuhan berbagai
kepentingan khalayak. Teknologi tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan, dosen
harus tebiasa menggunakan teknologi dalam pembelajaran daring (online). Layanan
pendidikan dengan daring (online) pada umunya dilakukan dengan berbagai aplikasi
sepeti zoom, google classroom, webex meeting, dll. Pemanfaatanya dapat dilakukan
sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Aplikasi ini bertujuan untuk
mendistribusikan bahan ajar kepada mahasiswa. Keuntungan aplikasi ini tetap
memberikan peluang terhubungnya dosen dan mahasiswa meskipun secara online.
Hakim mengatakan google classrom adalah model pembelajaran kombinasi yang
dikembangkan bertujuan menyederhanakan distribusi pembelajaran, layanan berbasis
internet ini dirancang dengan sistem e-learning bagi para dosen dan mampu
membagikan materi secara paperless (Hakim, 2016). Dengan memanfaatkan teknologi
dalam pembelajaran diharapkan delivery of learning terjamin dengan efektif.
Kampus (gedung) bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar, belajar dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja. Lebih lanjut situasi ini pun memberikan
peneguhan kepada para dosen bahwa mereka bukanlah satu-satunya sumber belajar,
mahasiswa bisa mendapatkan sumber-sumber lain yang memadai. Selanjutnya pola
pikir tentang pembelajaran dari teacher center learning berubah menjadi student
center learning. Sehubungan dengan hal ini, maka pilihan-pilihan pembelajaran
sangat bervariasi. Disain pembelajaran bertalian dengan empat hal yang mendasar
yakni strategi, metode, teknik dan media dalam kegiatan pembelajaran. Keempat hal
ini menjadi penting diperhatikan dalam kaitan masa pandemi dan pasca pandemi
covid-19. Oleh karena semua pembelajaran online (study from home), maka
pemikiran tentang pemilihan disain tidak bisa lepas dari kondisi ini. Dosen dan
mahasiswa tidak melakukan pembelajaran secara tatap muka melainkan kelas online
atau daring, memperhatikan kondisi ini maka pemilihan dan penerapan disain akan
menentukan keberhasilan pembelajaran (Marbun,2020). Salma, dkk (2013 :105)
menjelaskan persiapan sebelum memberikan layanan belajar merupakan salah satu
faktor penentu dalam keberhasilan belajar, terutama pada online learning di mana
adanya jarak antara pebelajar dan pemelajar. Pada pemberlajaran ini pemelajar harus
mengetahui prinsip prinsip belajar dan bagaimana pebelajar belajar. Namun, disisi
lain, pemaduan penggunaan sumber belajar tradisional (offline) dan online adalah
suatu keputusan demokratis untuk menjembatani derasnya arus penyebaran sumber
belajar elektronik (e-learning) dan kesulitan melepaskan diri dari pemanfaatan
sumber-sumber belajar yang digunakan dalam ruang kelas. Artinya, e-learning
bagaimanapun canggihnya teknologi yang digunakan belum mampu menggantikan
pelaksanaan pembelajaran tatap muka karena metode interaksi tatap muka
konvensional masih jauh lebih efektif dibandingkan pembelajaran online atau e-
learning. Selain itu, keterbatasan dalam aksesibilitas Internet, perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software), serta pembiayaan sering menjadi
hambatan dalam memaksimalkan sumber-sumber belajar online (Yaumi, 2018).
UPAYA Melihat tujuan yang telah dikemukakan di atas, inovasi dalam aktivitas
proses pembelajaran merupakan hal yang utama, misalnya dengan adanya
perkembangan teknologi yang sangat cepat berdampak pada perubahan disegala
bidang termasuk dunia pendidikan, semua guru, siswa, orang tua dapat berkomunikasi
dengan cepat tanpa batas. Perkembangan teknologi dan komunikasi tersebut dapat
dimanfaatkan untuk inovasi proses pembelajaran dengan memindahkan kegiatan
pembelajaran di kelas ke dalam dua maya yaitu dengan model pembelajaran daring.
Pendidik dewasa ini telah dituntut untuk memiliki empat kompetensi agar dapat
menggunakan teknologi digital dengan tepat guna. Pertama, seorang pendidik harus
memahami dan mampu menggunakan teknologi digital serta penerapannya sebagai
proses pembelajaran; Kedua, memiliki kompetensi kepemimpinan yang mampu
mengarahkan peserta didik memiliki pemahaman tentang teknologi; Ketiga,
mempunyai kemampuan memprediksi dengan tepat arah gejolak perubahan dan
langkah strategis menghadapinya; dan Keempat, mempunyai kompetensi dalam
mengendalikan diri dari segala gejolak perubahan, dan mampu meenghadapinya
dengan memunculkan ide, inovasi, serta kreativitas, (Harto, 2018).

KESIMPULAN
Pembelajaran daring di perguruan tinggi yang terjadi hari ini memiliki sesuatu dampak
positif dan negatif nya, namun dengan adanya pandemic hari ini seluruh lembaga
pendidikan harus melakukan perombakan dalam system pembelajaran yang berlaku
yang awalnya tatap muka menjadi daring atau pembelajaran jarak jauh. Dampak daring
adalah pengoptimalan teknologi yang ada hari ini menggunakan beberapaka aplikasi
yang sudah tersedia seperti zoom, google classroom, google meet. Melihat dari
beberapa referensi hari ini bahwasanya pembelajaran daring belum efektif digunakan
karena pembelajaran daring yag terjadi dipakasakan oleh pemerintah untuk menguragi
dampak pertemuan dan berkerumunun.
DAFTAR PUSTAKA
A. B. Hakim, “Efektifitas Penggunaan E-Learning Moodle , Google Classroom Dan
Edmodo,” vol. 2, pp. 1–6, 2016.

Covid 19.go.id, 2021. Peta Sebaran. Diakses pada tanggal 2 Febuari 2021, dari
https://covid19.go.id/peta-sebaran

D. S. Tjandra, “Impelementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di Abad 21,”


J. Pendidik. Agama Kristenn, vol. 1, no. 1, pp. 1–10, 2020, [Online]. Available:
http://sttikat.ac.id/e-journal/index.php/sikip.

Firman & Sari. (2020). Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19.


Indonesian Journal Of Educational Science (IJES), Volume 02 No 02.

Gikas, J., & Grant, M. M. (2013). Mobile computing devices in higher education:
Student perspectives on learning with cellphones, smartphones & social media.
Internet and Higher Education. Vol. 19 Pages 18-26.

Harto, K. (2018). Tantangan dosen PTKI di era industri 4.0. Jurnal Tatsqif.
https://doi.org/10.20414/jtq.v16i1.159

Kemendikbud.go.id. 2020. Kemendikbud Terbitkan Pedoman Penyelenggaraan


Belajar dari Rumah. Diakses pada tanggal 2 Maret 2021.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/05/kemendikbud-terbitkan-
pedoman-penyelenggaraan-belajar-dari-rumah

Marbun, Purim.2020. Disain Pembelajaran Online Pada Era Dan Pasca Covid-19
Online Learning Design In Era And Post Covid-19. . CSRID Journal, Vol. 12 No.
2 Juni 2020, Hal.129-142 ISSN: 2085-1367
https://www.doi.org/10.22303/csrid.12.2.2020.129-142

Mc Quail, Denis. (2006). Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Alih bahasa oleh
Agus Dharma dan Aminudin Ram. Jakarta: Erlangga.

Rosenberg, Marc. J. (2001). E-Learning: Strategies For Delivering Knowledge In The


Digital Age. USA: McGraw-Hill Companies

Yaumi, Muhammad. 2018. MEDIA DAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN.


Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP.

Zhang, et al. (2004). Can e-learning replace classroom learning? Communications of


the ACM.Vol. 47 No.5.

Anda mungkin juga menyukai