Anda di halaman 1dari 3

Integrasi STEM ke dalam Kurikulum 2013

STEM (Sience, technology, engineering and mathematics) education saat ini menjadi
alternatif pembelajaran sains yang dapat membangun generasi yang mampu menghadapi abad 21
yang penuh tantangan. Kurikulum 2013 yang baru saja diluncurkan tidak akan dapat mengatasi
permasalahan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia Indonesia yang berdaya siang global,
jika tidak secara sistematik menyiapkan mereka mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang dipersyaratkan dunia kerja abad ke-21, sebagaimana diwujudkan dalam pendidikan
STEM. Untuk mengatasi hal tersebut pendidikan dengan pendekatan STEM bisa menjadi kunci
bagi menciptakan generasi penerus bangsa yang mampu bersaing di kancah global. Oleh sebab
itu, pendidikan STEM perlu menjadi kerangka-rujukan bagi proses pendidikan di Indonesia ke
depan.
Sebagaimana dinyatakan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 Jenjang
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Kemendikbud, 2013), bahwa kurikulum
2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban
dunia. Dinyatakan pula dalam dokumen tersebut bahwa salah satu pola pikir baru yang
digunakan sebagai dasar pengembangan Kurikulum 2013 adalah pola pembelajaran ilmu
pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak
(multidiscipline). Rumusan tujuan dan pola pikir dalam pengembangan Kurikulum 2013 yang
dikemukakan tersebut mengisyaratkan bahwa Kurikulum 2013 memberikan ruang bagi
pengembangan dan implementasi pendidikan STEM dalam konteks implementasi Kurikulum
2013, yang mengutamakan integrasi S, T, E dan M secara multi- dan trans- disiplin serta
pengembangan pemikiran kritis, kreativitas, inovasi, dan kemampuan memecahkan masalah.
Salah satu karakteristik Pendidikan STEM adalah mengintegrasikan sains, teknonogi,
enjiniring, dan matematika dalam memecahkan masalah nyata. Namun demikian, terdapat
beragam cara digunakan dalam praktik untuk mengintegrasikan disiplin-disiplin STEM, dan pola
dan derajad keterpaduannya bergantung pada banyak faktor. Robert dan Cantu (2012) telah
mengembangkan tiga pendekatan pembelajaran STEM yang berbeda yakni pendekatan SILO
(terpisah), pendekatan embedded (tertanam), dan pendekatan integrasi (terpadu) yang kemudian
diadaptasi untuk pembelajaran sains.
1. Pendekatan SILO
Pendekatan SILO pendidikan STEM mengacu pada pembelajaran yang terpisah-pisah
dalam subjek STEM. Penekanan pembelajaran yaitu pada perolehan pengetahuan dibandingkan
kemampuan teknis (Morrison, 2006). Pembelajaran yang padat pada masing-masing subjek
memungkinkan siswa untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam. Pendekatan SILO
dicirikan oleh pembelajaran yang didorong oleh guru. Siswa disediakan sedikit kesempatan
untuk “belajar dan berbuat”, malahan mereka diajarkan apa yang harus mereka ketahui
(Morrison, 2006). Tujuan pendekatan SILO adalah untuk meningkatkan pengetahuan yang
menghasilkan penilaian
2. Pendekatan Embedded (Tertanam)
Pembelajaran STEM dengan pendekatan tertanam secara luas dapat didefinisikan sebagai
pendekatan pendidikan di mana domain pengetahuan diperoleh melalui penekanan pada situasi
dunia nyata dan teknik memecahkan masalah dalam konteks social, budaya, dan fungsional.
Dalam pendekatan tertanam, salah satu konten/materi lebih diutamakan sehingga
mempertahankan integritas dari subjek. Pendekatan tertanam berbeda dengan pendekatan SILO,
yakni ia meningkatkan pembelajaran dengan menghubungkan materi utama dengan materi
lainnya yang tidak diutamakan, akan tetapi bidang yang tidak diutamakan tersebut dirancang
untuk tidak dievaluasi atau dinilai.
3. Pendekatan Integrasi (Terpadu)
Pendekatan terpadu untuk pendidikan STEM yakni seakan menghapus tembok antara
masing-masing bidang konten STEM dan mengajar mereka sebagai satu subjek. Pendekatan
terpadu diharapkan dapat meningkatkan minat pada bidang STEM, terutama jika itu dimulai
sejak siswa masih muda. Pendekatan terpadu menghubungkan materi dari berbagai bidang
STEM yang diajarkan di kelas berbeda dan pada waktu yang berbeda dan menggabungkan
konten lintas kurikuler dengan keterampilan berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah,
dan pengetahuan untuk mencapai suatu kesimpulan. Pendekatan terpadu adalah pendekatan
terbaik untuk pembelajran STEM.
Pada konteks pendidikan dasar dan menengah di banyak Negara, termasuk Indonesia,
hanya mata pelajaran sains dan matematika yang menjadi bagian dari kurikulum 2013, sementara
itu mata pelajaran teknologi dan teknik hanya bagian minor atau bahkan tidak ada dalam
kurikulum. Oleh sebab itu pendidikan STEM lebih bertumpu pada sains dan matematika. Salah
satu pola integrasi yang mungkin dilaksanakan tanpa menstruktur ulang kurikulum pendidikan
dasar dan menengah di Indonesia adalah dengan pendekatan terpaduyang dilakukan pada jenjang
sekolah dasar, dan pendekatan embedded pada jenjang sekolah menengah.

Kesimpulan
Pembelajaran STEM dapat diterapkan dengan beberapa pola pengintegrasian yaitu pendekatan
SILO, embedded, dan terpadu. Salah satu pola yang cocok diterapkan dalam pembelajaran
kurikulum 2013 adalah pola terpadu.

Kemendikbud (2013). Lampiran Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 68


tahun 2013 tentang Kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah. Jakarta: Kemendikbud.

Morrison, J. 2006. TIES STEM Education Monograph Series: Attributes of STEM Education.
Baltimor, MD: TIES
Roberts, A. dan Cantu, D. 2012. Applying STEM Instructional Strategies to Design and
Technology Curriculum. Department of STEM Education and Proffesional Studies
Old Dominion University. Norfolk, VA, USA.

Anda mungkin juga menyukai