Anda di halaman 1dari 3

DASAR TEORI

Kromatin adalah penyusun kromosom yang terdiri dari kompleks DNA yang
berasosiasi dengan protein histon. Kromatin berbentuk panjang, tipis, dan terurai sehingga
tidak terlihat di bawah mikroskop cahaya (Campbell dkk. 2010: 245). Kromosom adalah
struktur pembawa materi genetik yang tersusun atas kromatin yang memendek dan menebal
(Rittner & McCabe 2004: 65). Kromosom terkondensasi disuatu bagian dan tidak
terkondensasi di bagian lainnya. Bagian yang terkondensasi memiliki banyak salinan sekuen
DNA, namun karena berada dalam kondisi terpadatkan, salinan sekuen DNA ini tidak ikut
bertanggung jawab untuk mengekspresikan informasi genetik, bagian ini disebut dengan
heterokromatin. Heterokromatin tidak mengandung gen-gen yang aktif sehingga tidak
melakukan transkripsi (Klug & Cummings 1994: 321). Bagian yang tidak terkondensasi dan
berwarna terang akibat tidak mengalami pemadatan disebut dengan eukromatin. Eukromatin
mengandung gen-gen yang aktif dan hampir mengandung semua gen yang ditranskripsi,
sehingga bagian tersebut menjadi bagian yang aktif melakukan replikasi (Passarge 2007:
280). Kromosom secara umum terdiri dari dua bagian utama yaitu sentromer dan lengan
kromosom. Sentromer merupakan bagian yang berfungsi untuk menghubungkan lengan-
lengan kromosom (Fairbanks & Andersen 1999: 309).
Macam-macam kromosom berdasarkan letak sentromernya, pertama,
metasentris yaitu kromosom yang memiliki sentromer di tengah, sehingga kromosom
dibagi atas dua lengan yang sama panjang. Kedua, submetasentris, yaitu kromosom
yang memiliki sentromer tidak di tengah, sehingga kedua lengan kromosom tidak
sama panjang. Ketiga, akrosentris, yaitu kromosom yang memiliki sentromer dekat
dengan salah satu ujungnya, sehingga kedua lengan tidak sama panjangnya.
Keempat, telosentris, yaitu kromosom yang memiliki sentromer di salah satu
ujungnya sehingga kromosom tetap lurus dan tidak terbagi atas dua lengan (Suryo
1995: 60).
Kromosom polytene raksasa ditemukan pada berbagai jaringan (ludah,
midgut, rektum, dan tubulus ekskretoris Malphigi) di larva beberapa lalat, serta di
beberapa spesies protozoa dan tanaman. Kromosom polytene pertama kali diamati
oleh E. G. Balbiani pada tahun 1881 (Klug, 2012). Beberapa lalat dewasa juga memiliki
kromosom politen pada sel-sel di telapak kakinya. Dua kelompok serangga seperti
Collembola dan jangkrik memiliki sel yang mengandung kromosom dengan ukuran besar
seperti kromosom politen. Kromosom dengan penampilan serupa juga terjadi pada tahap
pengembangan makronukleus protozoa dan di embrio tangkai pada tanaman berbunga
(Wolfe,1993).Pada kelenjar ludah dari lalat buah, kromosom homolog bersinaps dan
kemudian mereplikasi membuat sekitar seribu eksemplar, membentuk struktur yang
sangat tebal dengan pola yang khas dari bands yang disebut chromomeres.

Sumber : B.P Kaufman, 1939


Siklus sel yang normal berlangsung melalui fase G1, S, G2, dan fase mitosis. Fase
G1 merupakan fase pertumbuhan. Fase S merupakan fase replikasi DNA. Fase G2
merupakan fase persiapan menuju fase mitotic (Reece et al, 2010). Pada sel kelenjar saliva
terjadi pengecualian pada yaitu fase mitosisnya tidak dilalui setelah fase S, sehingga
menyebabkan terjadinya replikasi DNA secara terus menerus. Hal tersebut menyebabkan
penggandaan rantai untai kromosom homolog yang saling bersinapsis dan membentuk
kromosom politen dengan ukuran yang sangat besar disertai lengan kromosom yang banyak
(Wilkins et al. 1993).
Drosophila melanogaster memiliki kromosom politen untuk memenuhi kebutuhan
sel pada larva yang membutuhkan banyak protein (Fairbanks & Andersen 1999). Protein
tersebut digunakan untuk melanjutkan pertumbuhan Drosophila melanogaster menjadi lalat
dewasa (Suryo 1995: 78). Kromosom politen mengandung banyak sekali salinan molekul
DNA yang telah direplikasi beberapa kali sehingga memberikan salinan tambahan DNA
untuk transkripsi dan produksi protein semakin banyak (Fairbanks & Andersen 1999: 308).

Suryo, H. 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta: xiv + 446 hlm

Campbell, N.A., J.B. Reece & L.A. Urry. 2010. Biologi. Ter. dari Biology oleh Wulandari, D.T.,
Erlangga, Jakarta: xi + 486 hlm.
Fairbanks, D.J. & W.R. Andersen. 1999. Genetics: The Continuity of Life. Brooks/Cole
Publishing Company, California: xix + 820 hlm
Rittner, D. & McCabe, T. L. 2004. Encyclopedia of Biology. Facts On File, Inc., New York: xiv
+ 400 hlm.
B.P. Kaufman, 1939 “Induced Chromosome Rearrangements in Drosophila
melanogaster,” Journalof Heredity, 30:178–90
Klug, W.S et al. 2012 . Concepts of geneticsTenth Edition.California: Pearson
Education, Inc
Klug, W.S. & M.R. Cummings. 1994. Concepts of Genetics. 4th ed. Prentice Hall Inc.,
Engelwood Cliffs: xvi + 779 hlm.
Wolfe, S.L. 1993. Molecular and Cellular Biology. California: Wadsworth, Inc
Wilkins, Adam. 1993. Genetic Analysis of Animal Development, 2nd ed. Willey-Liss,
Inc., New York: xv + 546 hlm.

Anda mungkin juga menyukai