Anda di halaman 1dari 3

Keong Mas

Alkisah, seorang pangeran bernama Inu Kertapati pergi menuju Kerajaan Kediri dengan ditemani
pengawal. Di sebuah hutan dalam perjalanan, mereka bertemu dengan rombongan Panji Sumirang dari
Kerajaan Asmarantaka yang terkenal jahat di mata orang-orang.

Rombongan kedua berhenti, dan Raden Inu meminta untuk mendatangi rombongan Panji Sumirang oleh
dua orang pengawal.

Raden Inu : “Ada apa gerangan Raja memanggil saya?”

Panji Sumirang : “Hendak kemanakah Raden pergi?”

Raden Inu : “Saya hendak pergi ke Kediri, menemui tunangan saya.”

Panji Sumirang : “Siapakah gerangan nama tunangan Raden?”

Raden Inu : “Dewi Candra Kirana.”

Panji Sumirang : “Baiklah, hati-hati dan semoga selamat sampai tujuan. Selamat jalan.”

Kesan jahat Panji Sumirang di mata Inu Kertapati hilang seketika. Ia justru merasa tak asing dengan
wajah raja dari seberang itu. Keduanya melanjutkan perjalanan.

Sesampainya di Kediri, kerajaan nampak sepi. Ketika Inu menunggu di paseban, Dewi Liku dan Dewi
Ajeng, ibu tiri dan adik tiri Dewi Candra Kirana keluar menemui.

Dewi Liku : “Apa Kabarmu Inu?”

Raden Inu : “Baik, Ibu. Ibu juga baik-baik saja bukan? Saya ingin

bertemu dengan Dewi Candra Kirana. Dimanakah ia gerangan?”

Dewi Liku : “Ia sudah pergi entah kemana, seperti orang gila yang lupa ingatan. Jangan lagi cari

dia. Menikahlah dengan Dewi Ajeng.”(Berkata denan wajah pura-pura sedih).

Raden Inu : “Tapi Bu, saya mencintainya. Tapi jikalau memang demikian, saya bersedia.

Raden Inu kembali ke Jenggala. Karena ia mendapat guna-guna dari Dewi Liku, ia bersedia menikahi
Dewi Ajeng. Pernikahan Persiapan dilakukan sebisa mungkin.

Satu bulan kemudian, pesta pernikahan Raden Inu dan Dewi Ajeng dilangsungkan.

Rakyat Kediri meramaikan alun-alun Kerajaan Kediri untuk menyaksikan pernikahan agung tersebut.

Jalan-jalan penuh dengan hiasan umbul-umbul dan janur kuning.


Gamelan ditabuh. Nampak Raden Inu, Dewi Ajeng, dan Dewi Liku berbahagia menyambut pesta yang
akan dilangsungkan.

Tak disangka semua kemeriahan terlahap api yang membabi buta, menghanguskan kerajaan hanya
dalam beberapa menit.

Raden Inu diselamatkan oleh pengawal-pengawalnya ke hutan. Ia kemudian menemukan sebuah rumah
kawula biasa.

Seorang pujangga perempuan dengan daun lontar di tangannya sedang melantunkan syair cinta yang
begitu mengharukan dengan gerakan badan yang gemulai, mengingatkan Raden Inu akan kisah cintanya.

Ia berada di dalam rumah, tepat di depan pintu membelakangi Inu. Raden Inu menikmati lantunan syair
tersebut beberapa saat. Raden Inu lalu tersadar, terlepas dari guna-guna sihir Dewi Liku.

Raden Inu : “Permisi, saya Raden Inu Kertapati dari Jenggala, saya terkesan dengan syair yang Nyai
bawakan.”

Penyair : (membalikkan badan, sambil berhenti bersyair)

Raden Inu : “Sepertinya saya tidak asing dengan wajah Nyai. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?”

Penyair : “Raden Inu….” (berkata sambil mendekat pelan ke tempat Raden Inu berdiri, melihat tajam ke
wajah Raden Inu dengan raut muka berharap)

Raden Inu : “Siapa gerangan Nyai?”

Keduanya saling bertatap muka untuk beberapa saat, sebelum kemudian menyingsingkan senyuman di
raut wajah masing-masing. Raden Inu menyadari, rupanya sang penyair Nyai adalah Dewi Candra Kirana.

Raden Inu : “Putri, kenapa kamu ada di hutan seperti ini?”

Dewi Candra Kirana : “Ceritanya panjang Raden. Saya disihir oleh Dewi Liku, karena beliau menginginkan
raden menikahi putranya. Sudah bertahun-tahun, sejak kepulangan Raden Inu dari Kediri untuk
menemui saya yang terakhir kalinya saya menjadi lupa ingatan.”

Raden Inu : “Lalu, bagaimana kamu bisa sembuh dan selamat sampai di sini?”

Dewi Candra Kirana: “Saya diselamatkan oleh seorang kakek tua yang sakti. Ini rumahnya. Beliau telah
meninggal beberapa bulan yang lalu. Saya tinggal di sini. Apa yang membawamu kemari pangeranku ?”

Raden Inu : “Aku hampir saja menikahi Dewi Ajeng, karena pengaruh sihir Dewi Liku. Aku hampir saja
melewatkanmu. Aku menyelamatkan para penjagaku ke hutan ini.”

Dewi Candra Kirana : “Ternyata hari itu sudah tiba….”

Raden Inu : “Apa maksud katamu?”


Dewi Candra Kirana: “Aku selalu mengawasi Kerajaan Kediri dari Jauh. Aku juga selalu mengawasimu
Kanda.”

Raden Inu : “Ketika dalam perjalanan menuju Kediri itu, Panji Sumirang….”

Dewi Candra Kirana : “Ya, itu aku.”

Raden Inu : “Marilah ikut aku ke Jenggala dan menikahlah denganku.”

Keduanya kemudian pergi ke Jenggala, dikawal oleh dua orang pengawal Kerajaan Jenggala.

Di sana keduanya melangsungkan pernikahan yang disaksikan oleh seluruh rakyat Jenggala.

Semuanya menyambut bahagia, sebahagia Raden Inu dan Dewi Candra Kirana. Tuhan memang Maha
Adil.

Tuhan tahu yang terbaik bagi umatnya. Lalu, di manakah Dewi Liku dan Dewi Ajeng? Keduanya tinggal di
hutan dan menjadi orang gila yang lupa ingatan.

Anda mungkin juga menyukai