PENDAHULUAN
Latar Belakang
dari suatu organisme. Organisme prokariot hanya memiliki satu kromosom berupa
lebih dari satu dan dibungkus oleh membran nukleus. Kromosom eukariot
merupakan satu lengan panjang dan satu lengan pendek dari satu sisi kromosom
mengalami duplikasi, maka kromosom akan memiliki dua lengan panjang dan dua
lengan pendek. Pasangan lengan panjang kromosom dan pasangan lengan pendek
pasang sister kromatid atau satu pasang kromatid. Sentromer membagi kromosom
menjadi dua bagian yaitu bagian pendek (p) dan bagian panjang (q). Telomer
2
adalah bagian ujung lengan kromosom. Telomer terdiri atas DNA skuens yang
terjadi kerusakan dan mencegah fragmen lain dari kromosom berfusi ke ujung
(Hidayah, 2012).
kromosom dapat berupa delesi, inversi, translokasi, atau adisi. Variasi ukuran
(Agustin, 2009).
1000 x lebih banyak dari DNA pada kromosom normal (Pramono, 2008).
banyak, dalam hal ini, umumnya terjadi pada larva-larva, seperti kelompok
serangga Diptera (nyamuk, lalat dan sebagainya). Hal tersebut disebabkan pada
seirng dilakukan penelitian dari kelenjar ludah larva diptera. Kromosom politen
juga ditemukan pada organ lain seperti tubulus malphigi dan kantong lambung.
Pada beberapa lalat dewasa juga dapat ditemukan sedikit kromosom politennya
(Farra, 2013).
sel-sel yang sangat besar selama perkembangan larva. Sel-sel itu tidak lagi
menduga, membelah nya kromosom kelenjar ludah karena pada tahap S dari
kromosom biasa, pembelahan seperti itu hanya terjadi pada tahap mitosis.
sangat panjang dan besar. Kromosom kelenjar ludah mengandung 1000 kali lebih
Tujuan Praktikum
Kegunaan Penulisan
Kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
TINJAUAN PUSTAKA
kelenjar ludah dan pada beberapa jaringan larva Drosophila melanogaster dan
pada serangga ordo diptera lainnya. Struktur kromosom politen dibentuk dari
Bagian-bagian kromosom politen pada kromosom betina (X) yaitu kanan dan kiri
kromosenter (Harth 2005: 272 & 273). Kromosenter adalah bagian block besar
interband. Band adalah bagian gelap pada kromosom dan interband adalah bagian
terangnya. Band yang terurai membentuk puff. Puff adalah gen aktif pada
tiga instar, dan pada instar ketiga, larva mempunyai ukuran panjang kira-kira 4,5
dan kromosenter. Interband terlihat seperti pita terang pada lengan kromosom
dengan interband, Band berupa pita gelap pada lengan kromosom politen dan
tersusun atas untaian DNA yang sedikit mengalami kondensasi. Puff atau Balbiani
proses replikasi. Oleh karena itu, pada daerah puff banyak ditemukan DNA dan
Kromosom politen dapat ditemukan pada kelenjar ludah larva instar III
Kondisi tersebut menyebabkan kromosom pada kelenjar ludah larva instar III
besar. Kromosom politen pada kelenjar ludah larva instar III memiliki peran yang
menghasilkan banyak untai DNA. Semakin banyak untai DNA yang dihasilkan,
semakin banyak pula mRNA yang akan dihasilkan dari proses transkripsi DNA.
Jika mRNA yang dihasilkan memiliki jumlah yang banyak, maka akan dihasilkan
protein dalam jumlah yang besar. Protein tersebut akan digunakan untuk
pertumbuhan larva instar III yang akan menjadi pupa (Sofia, 2007).
7
melalui fase G1,S, G2, dan fase mitosis. Fase G1 merupakan fasepertumbuhan.
yaitu fase mitotic tidak dilalui setelah fase S,sehingga menyebabkan terjadinya
arm) dan2L (left arm). Lengan 3 diberi notasi 3R (right arm)dan 3L (left arm).
setelah melewati fase G1 atau fase pertumbuhan dan fase S atau fase
sintesis DNA, sel melewatkan fase G2 atau fase pengecekan dan fase M atau
fase mitotik. Saat fase G1, sel mengalami pertumbuhan seperti biasa,
kemudian memasuki fase S, DNA mulai bereplikasi, tetapi karena fase G2 dan
fase M dilewatkan, maka siklus akan kembali lagi ke fase G1. Hal tersebut
tetapi tidak diikuti dengan pembelahan sel atau intinya. Replikasi DNA
protein DNA yang banyak, dalam hal ini, umumnya terjadi pada larva-
aceto-orcein untuk memberi pigmen atau warna sehingga mudah untuk diamati
praktikum, botol sampel digunakan sebagai wadah untuk merendam bahan dengan
larutan, erlenmeyer sebagai wadah untuk mengukur larutan yang akan digunakan,
petridish sebagai wadah dari objek yang diamati, pipet tetes untuk meneteskan
cover glass untuk menekan objek pengamatan agar tidak bergeser, bunsen untuk
memanaskan dan menstreilkan alat, kaca preparat untuk meletakkan objek yang
akan diamati di mikroskop, pensil karet digunakan untuk menekan atau memencet
Prosedur Percobaan
- Diambil larva III pada Drosophila melanogaster dari buah jambu yang busuk
petridish
Hasil
Pembahasan
disertaipembelahan sel pada fase mitotic. Siklus sel normal berlangsung melalui
13
fase G1,S, G2, dan fase mitosis. Hal ini sesuai dengan literatur Sofia (2007)
fase mitotic. Terjadipengecualian pada siklus sel kromosom politen yaitu fase
Drosophila melanogaster. Hal ini disebabkan instar III memiliki ukuran panjang
kira-kira 4,5 milimeter dan pada fase ini larva sudah memiliki organ lengkap
sehingga larva larva tersebut sangat membutuhkan protein dalam jumlah besar
tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Suliartini et al, (2004) yang menyatakan
tersebut berukuran sangat besar dan membuat kromosom tersebut mudah dilihat
di bawah mikroskop.
berfungsi sebagai larutan fisiologis bagi larva instar III Drosophila melanogaster.
Tubuh larva instar tidak akan kekeringan selama berada dalam larutan, karena
bersifat isotonis terhadap permukaan tubuh larva instar. Hal ini sesuai dengan
umur dan kondisi larva sangat menentukan untuk melihat pola band pada
kromosom politennya. Larva yang sudah hampir menjadi pupa juga menurun
kualitas pola band nya. Larva instar III Drosophila melanogaster digunakan juga
karena larva tersebut sudah cukup makan dan beradaptasi dengan lingkungannya
bisa diamati band dan interband saja. Bagian lain dari kromosom tidak bisa
diamati dengan baik, hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya,
kesalahan praktikan dalam membuat preparat. Hal ini sesuai dengan literatur
kromosom itu ada lima, yaitu band, interband, kromosentris, kromonemata, dan
puff.Terbentuknya pola gelap dan terang karena kromatid yang bersinaps. Band
tersebut akan terlihat seperti pita gelap karena mengandung banyak DNA .
setelah melewati fase G1 atau fase pertumbuhan dan fase S atau fase sintesis
DNA, sel melewatkan fase G2 atau fase pengecekan dan fase M atau fase mitotik.
Saat fase G1, sel mengalami pertumbuhan seperti biasa, kemudian memasuki fase
S, DNA mulai bereplikasi, tetapi karena fase G2 dan fase M dilewatkan, maka
15
siklus akan kembali lagi ke fase G1. Hal tersebut terjadi berulang-ulang, sehingga
sel atau intinya. Replikasi DNA yang berulang-ulang tanpa disertai pembelahan
mengapa kromosom politen memiliki ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan ukuran kromosom biasa. Hal ini sesuai dengan literatur Henderson (2004)
sejumlah protein-DNA yang banyak, dalam hal ini, umumnya terjadi pada larva-
larva, seperti kelompok serangga Diptera (nyamuk, lalat dan sebagainya). Hal
tersebut disebabkan pada fase larva sangat membutuhkan asupan protein untuk
dan menghasilkan multiple copy sehingga ekspresi gen meningkat. Hal ini
sesuai dengan literatur Wofe (1993) yang menyatakan bahwa seperti halnya
mengatur kegiatan metabolisme di dalam sel dan mengatur semua sistem kerja
KESIMPULAN
kali kromosom biasa pada tubuh Drosophila melanogaster atau sekitar 200-600
mikron
Drosophila melanogaster hal ini disebabkan instar III memiliki ukuran panjang
kira-kira 4,5 milimeter dan pada fase ini larva sudah memiliki organ lengkap.
3. Larutan Ringer yang berfungsi sebagai larutan fisiologis bagi larva instar III
Drosophila melanogaster.
4. Pada gambar kromosom politen hasil praktikum yang ditemukan, hanya bisa
diamati band dan interband saja hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor,
dalam sel dan mengatur semua sistem kerja di dalam sel tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA
Campbell NA. Mitchell LG, Reece JB, Taylor MR, Simon EJ. 2006. Biology, 5th ed.
Benjamin Cummings Publishing Company, Inc., Redword City, England.
Haryanti, S., Hastuti, R.B. Setiari, dan Banowo. 2009. Pengaruh Kolkisin
terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel Metafase dan Kandungan Protein Biji
Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata (L)Wilczek). Jurnal Penelitian
sains dan Teknologi Vol. 10 (2): 112-120.
Hasil
No GambarAsli Referensi
1.
Pembahasan
melalui fase G1,S, G2, dan fase mitosis. Hal ini sesuai dengan literatur Sofia