Anda di halaman 1dari 19

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Informasi genetik suatu individu disimpan dalam kromosom. Kromosom

tersebut merupakan kumpulan benang – benang kromatin yang dipintal

membentuk struktur yang padat dan berukuran mikroskopik. Akan tetapi,

kromosom dapat mengalami variasi ukuran yang menyebabkan kromosom

berukuran raksasa, chromosom polytene. Oleh karena itu, perlu diadakan

pengamatan kromosom politen agar didapatkan informasi mengenai kromosom

politen tersebut (Hambali, 2010).

Kromosom adalah molekul DNA yang mengandung informasi genetik

dari suatu organisme. Organisme prokariot hanya memiliki satu kromosom berupa

untaian DNA yang panjang dengan protein yang mengikatnya.

Berbeda dengan organisme prokariot, organisme eukariot memiliki kromosom

lebih dari satu dan dibungkus oleh membran nukleus. Kromosom eukariot

memiliki bentuk khusus dengan bagian – bagianya yaitu kromatid, sentromer,

telomer, euchromatin dan heterochromatin. Kromatid atau lengan kromosom

merupakan satu lengan panjang dan satu lengan pendek dari satu sisi kromosom

yang terduplikasi dan berisi molekul DNA. Apabila kromosom tersebut

mengalami duplikasi, maka kromosom akan memiliki dua lengan panjang dan dua

lengan pendek. Pasangan lengan panjang kromosom dan pasangan lengan pendek

kromosom disebut sister kromatid (Haryanti et al., 2009).

Struktul lain yaitu sentromer. Sentromer adalah tempat melekatnya dua

pasang sister kromatid atau satu pasang kromatid. Sentromer membagi kromosom

menjadi dua bagian yaitu bagian pendek (p) dan bagian panjang (q). Telomer
2

adalah bagian ujung lengan kromosom. Telomer terdiri atas DNA skuens yang

berulang. Telomer berfungsi untuk menyetabilkan ujung kromosom apabila

terjadi kerusakan dan mencegah fragmen lain dari kromosom berfusi ke ujung

kromosom tersebut serta melindungi ujung kromosom dari degradasi enzim.

Bagian Euchromatin dan heterochromatin adalah variasi pada daerah kromosom.

Bedanya, heterochromatin adalah daerah yang terlihat gelap, sedangkan

euchromatin terlihat terang. Warna gelap pada heterochromatin disebabkan oleh

kromosom yang berkondensasi. Daerah euchromatin yang terlihat terang juga

mengalami kondensasi, namun dengan tingkat kondensasi lebih rendah dari

heterochromatin.Heterochromatin berisi DNA yang berulang dan tidak

ditranskripsi, sedangkan euchromatin berisi gen - gen yang ditranskripsi

(Hidayah, 2012).

Kromosom dapat mengalami variasi jumlah, struktur, dan ukuran. Variasi

jumlah kromosom dapat berupa euploidi atau aneuploidi. Variasi struktur

kromosom dapat berupa delesi, inversi, translokasi, atau adisi. Variasi ukuran

kromosom mengakibatkan adanya kromosom politen. Kromosom politen adalah

beberapa kromosom yang saling bersinapsis sehingga menyebabkan kromosom

tersebut memiliki ukuran yang besar dan memiliki banyak lengan

(Agustin, 2009).

Kromosom politen pertama kali ditemukan oleh Balbiani tahun 1881

dalam penelitianya pada sel – sel saliva Chironomous. Istilah Chromosom

polytene pertama kali dikenalkan oleh Kollar. (Bailey 2014 : 1) Kromosom

politen dapat ditemukan pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster, namun

kromosom politen juga terdapat pada pertengahan lambung, tubulus malpighi,


3

rektum, dan proventrikulus. Ukuran yang besar pada kromosom politen

disebabknan karena proses endoreduplikasi. Endoreduplikasi adalah proses

duplikasi yang tidak diiringi pembelahan. Kromosom politen mengandung DNA

1000 x lebih banyak dari DNA pada kromosom normal (Pramono, 2008).

Makhluk hidup membentuk kromosom politen disebabkan karena untuk

pertumbuhannya mahkluk hidup membutuhkan sejumlah protein-DNA yang

banyak, dalam hal ini, umumnya terjadi pada larva-larva, seperti kelompok

serangga Diptera (nyamuk, lalat dan sebagainya). Hal tersebut disebabkan pada

fase larva sangat membutuhkan asupan protein untuk melanjutkan

pertumbuhannya menjadi bentuk dewasa (Fransisca, 2012).

Kromosom politen sering ditemukan pada kromosom kelenjar ludah, karena

seirng dilakukan penelitian dari kelenjar ludah larva diptera. Kromosom politen

juga ditemukan pada organ lain seperti tubulus malphigi dan kantong lambung.

Pada beberapa lalat dewasa juga dapat ditemukan sedikit kromosom politennya

(Farra, 2013).

Digunakannya kromosom kelenjar ludah karena kelenjar ludah tersusun dari

sel-sel yang sangat besar selama perkembangan larva. Sel-sel itu tidak lagi

membelah, namun semakin besar mengikuti perkembangan larva. Painter

menduga, membelah nya kromosom kelenjar ludah karena pada tahap S dari

interfase, baik kromosom maupun kromomer membelah, sedangkan pada

kromosom biasa, pembelahan seperti itu hanya terjadi pada tahap mitosis.

Kromosom kelenjar ludah tidak pernah mengalami pemendekan, sehingga terlihat

sangat panjang dan besar. Kromosom kelenjar ludah mengandung 1000 kali lebih

banyak DNA dibanding kromosom biasa ( Suryo 1997).


4

Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui kromosom politen pada

larva instar III Drosophila melanogaster.

Kegunaan Penulisan

Kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Sitogenetika Program Studi

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan

sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.


5

TINJAUAN PUSTAKA

Kromosom raksasa disebut kromosom politen ditemukan pada sel nukleus

kelenjar ludah dan pada beberapa jaringan larva Drosophila melanogaster dan

pada serangga ordo diptera lainnya. Struktur kromosom politen dibentuk dari

pengulangan replikasi DNA tanpa pemisahan dari replikasi helaian kromatin.

Bagian-bagian kromosom politen pada kromosom betina (X) yaitu kanan dan kiri

pada kromosom 2 dan 3 dan kromosom pendek (kromosom 4) pada bagian

kromosenter (Harth 2005: 272 & 273). Kromosenter adalah bagian block besar

pada heterokromatin yang terdapat di dekat sentromer. Pada kromosom politen,

selain terdapat kromonemata dan kromosenter, ditemukan juga band dan

interband. Band adalah bagian gelap pada kromosom dan interband adalah bagian

terangnya. Band yang terurai membentuk puff. Puff adalah gen aktif pada

transkripsi RNA (Wolfe, 2003).

Kromosom Drospohila melanogaster dijadikan objek dalam berbagai

penelitian karena perkembangan larva Drosophila melanogaster dibedakan atas

tiga instar, dan pada instar ketiga, larva mempunyai ukuran panjang kira-kira 4,5

milimeter Drosophila melanogaster memilikikromosom politen untuk memenuhi

kebetuhan selpada larva yang membutuhkan banyak protein. Protein

tersebutdigunakan untuk melanjutkan pertumbuhanDrosophila melanogaster

menjadi lalat dewasa. Kromosom politen mengandungbanyak sekali salinan

molekul DNA yang telahdireplikasi beberapa kali sehingga memberikansalinan

tambahan DNA untuk transkripsi dan produksi protein semakin banyak

(Suliartini et al., 2004).


6

Kromosom politen memiliki bagian – bagian yaitu, interband, band, puff,

dan kromosenter. Interband terlihat seperti pita terang pada lengan kromosom

politen. Interband tersusun atas untaian DNA yang berkondensasi. Berbeda

dengan interband, Band berupa pita gelap pada lengan kromosom politen dan

tersusun atas untaian DNA yang sedikit mengalami kondensasi. Puff atau Balbiani

Ring adalah bagian pada lengan kromosom politen yang mengalami

pembengkakan atau penggembungan. Puff merupakan daerah yang aktif dan

sebagai tanda bahwa di daerah tersebut sedang terjadi aktivitas metabolisme.

Penggembungan struktur puff disebabkan karena terbukanya untai DNA untuk

proses replikasi. Oleh karena itu, pada daerah puff banyak ditemukan DNA dan

mRNA. Kromosenter adalah daerah melekatnya lengan – lengan kromosom

politen (Sastrosumarjo et al., 2006).

Kromosom politen dapat ditemukan pada kelenjar ludah larva instar III

Drosophila melanogaster. Kromosom pada kelenjar ludah larva instar III

mengalami replikasi secara berulang – ulang tanpa diikuti pembelahan sel.

Kondisi tersebut menyebabkan kromosom pada kelenjar ludah larva instar III

saling bersinapsis sehingga terbentuk struktur kromosom dengan ukuran yang

besar. Kromosom politen pada kelenjar ludah larva instar III memiliki peran yang

penting bagi kelangsungan hidup larva tersebut. Proses endoreduplikasi

menghasilkan banyak untai DNA. Semakin banyak untai DNA yang dihasilkan,

semakin banyak pula mRNA yang akan dihasilkan dari proses transkripsi DNA.

Jika mRNA yang dihasilkan memiliki jumlah yang banyak, maka akan dihasilkan

protein dalam jumlah yang besar. Protein tersebut akan digunakan untuk

pertumbuhan larva instar III yang akan menjadi pupa (Sofia, 2007).
7

Drosophila melanogaster adalah organismeyang memiliki jumlah

kromosom sedikit, yaituhanya empat pasang kromosom. Kromosom-kromosom

tersebut terdiri dari tiga pasangkromosom autosom dan satu pasang

kromosomgonosom (kromosom seks). Kromosom politenadalah kromosom

raksasa yang ukurannyamencapai 100 kali kromosom biasa pada tubuhDrosophila

melanogaster atau sekitar 200-600 mikron. Panjang kromosom politen bisa

mencapai 2000 mikron, karena ukurannya yang besarkromosom politen dapat

langsung diamati di bawahmikroskop cahaya (Henderson, 2004).

Kromosompoliten merupakan hasil dari proses endomitosisdan

endoreduplikasi. Endomitosis merupakanreplikasi yang menghasilkan banyak

kromosomyang bergabung, tidak terpisah satu sama lain.Endoreduplikasi

merupakan suatu keadaan duplikasi kromosom terus menerus tanpa

disertaipembelahan sel pada fase mitotic. Siklus sel normal berlangsung

melalui fase G1,S, G2, dan fase mitosis. Fase G1 merupakan fasepertumbuhan.

Fase S merupakan fase replikasiDNA. Fase G2 merupakan fase persiapan

menujufase mitotic. Terjadi pengecualian pada siklus sel kromosom politen

yaitu fase mitotic tidak dilalui setelah fase S,sehingga menyebabkan terjadinya

replikasi DNA secara terus menerus. Hal tersebut menyebabkanpenggandaan

rantai untai kromosom homolog yang saling bersinapsis dan membentuk

kromosompoliten dengan ukuran yang sangat besar disertailengan kromosom

yang banyak (Imaniar dan Pharmawati, 2014)

Kromosom politen memiliki lima lenganpanjang dan satu lengan

pendek. Lengan tersebutterdiri atas lengan terpanjang yaitu kromosom X,sepasang

lengan 2, sepasang lengan 3, dan satulengan 4. Lengan 2 diberi notasi 2R (right


8

arm) dan2L (left arm). Lengan 3 diberi notasi 3R (right arm)dan 3L (left arm).

Kromosom X, 2R, 2L, 3R, dan3L mengalami duplikasi sebanyak 20

kali.Kromosom 4 sulit dibedakan karena ukurannyasangat kecil. Kromosom

politen memiliki bagian-bagian khusus, yaitu band, interband, puff,

kromonemata,dan kromosenter. Bagian yang berbentuk pita spiral dinamakan

kromonemata. Kromonemata merupakan untaian DNA dengan RNA

korespondennya serta protein histon. Kromosenter adalah tempat bersatunya

limalengan panjang. Bagian yang terlihat menggembungdan tidak

menggulung adalah daerah yang aktifmelakukan transkripsi disebut

dengan puff. Band merupakan bagian yang disebut pita gelap,mengan-

dung heterokromatin, sedikit mengandunggen, dan tidak aktif melakukan

transkripsi Interband merupakan bagian yang disebut pitaterang,

mengandung eukromatin, banyakmengandung gen, dan aktif melakukan

transkripsi (Campbell et al., 2006).

Pembentukan kromosom politen awalnya hampir sama dengan

pembentukan kromosom pada umumnya. Hanya saja perbedaannya diketahui

setelah melewati fase G1 atau fase pertumbuhan dan fase S atau fase

sintesis DNA, sel melewatkan fase G2 atau fase pengecekan dan fase M atau

fase mitotik. Saat fase G1, sel mengalami pertumbuhan seperti biasa,

kemudian memasuki fase S, DNA mulai bereplikasi, tetapi karena fase G2 dan

fase M dilewatkan, maka siklus akan kembali lagi ke fase G1. Hal tersebut

terjadi berulang-ulang, sehingga DNA mengalami replikasi terus-menerus

tetapi tidak diikuti dengan pembelahan sel atau intinya. Replikasi DNA

yang berulang-ulang tanpa disertai pembelahan sel menyebabkan volume


9

sel tersebut terus meningkat. Peristiwa tersebut dinamakan endoreduplikasi.

Endoreduplikasi juga menjadi salah satu penyebab mengapa kromosom politen

memiliki ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan dengan ukuran

kromosom biasa. Makhluk hidup membentuk kromosom politen disebabkan

karena untuk pertumbuhannya mahkluk hidup membutuhkan sejumlah

protein DNA yang banyak, dalam hal ini, umumnya terjadi pada larva-

larva, seperti kelompok serangga Diptera (nyamuk, lalat dan sebagainya).

Hal tersebut disebabkan pada fase larva sangat membutuhkan asupan

protein untuk melanjutkan pertumbuhannya menjadi bentuk dewasa

(Haryanti et al., 2009).


10

BAHAN DAN METODE

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Sitogenetika Program Studi

Agroekoteknolgi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada

ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut, pada hari selesai, 10 Oktober

2017 pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalahDrosophila

melanogasteryang terdapat pada jambu busuk yang digunakan sebagai objek

praktikum, larutan ringer yang digunakan sebagai larutan untuk mematikan

Drosophila melanogastertanpa mengubah susunan komponen selnya, jarum

pentul digunakan untuk mengeluarkan kelenjar ludah Drosophila melanogaster,

aceto-orcein untuk memberi pigmen atau warna sehingga mudah untuk diamati

dibawah mikroskop, kamera digunakan untuk mendokumentasi hasil praktikum.

Alat yang digunakan adalah adalah mikroskop untuk mengamati objek

praktikum, botol sampel digunakan sebagai wadah untuk merendam bahan dengan

larutan, erlenmeyer sebagai wadah untuk mengukur larutan yang akan digunakan,

petridish sebagai wadah dari objek yang diamati, pipet tetes untuk meneteskan

larutan dalam skala mikro, pinset untuk mengambil Drosophila melanogaster, ,

cover glass untuk menekan objek pengamatan agar tidak bergeser, bunsen untuk

memanaskan dan menstreilkan alat, kaca preparat untuk meletakkan objek yang

akan diamati di mikroskop, pensil karet digunakan untuk menekan atau memencet

objek pengamatan, kamera untuk mendokumentasikan.


11

Prosedur Percobaan

- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada percobaan

- Diambil larva III pada Drosophila melanogaster dari buah jambu yang busuk

- Diletakkan Drosophila melanogaster yang telah diberi ringer laktat di dalam

petridish

- Ditunggu ulat Drosophila melanogaster sampai pingsan

- Dikeluarkan kelenjar ludah pada Drosophila melanogaster dengan

menggunakan jarum pentol di kaca preparat

- Diteteskan aceto-orcein sebanyak 1 tetes

- Dilewatkan preparat tersebut di atas api bunsen sebanyak 2-3 kali

- Disquash dengan pensil berkaret, kemudian ditekan dengan ibu jari

- Dilapisi dengan degglass

- Diamati di bawah mikroskop kemudian didokumentasi hasil yang diperoleh


12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambar 1. Kromosom Politen Drosophila melanogaster


Sumber : Hasil Praktikum

Gambar 2. Kromosom Politen Drosophila melanogaster


Sumber : Internet

Pembahasan

Kromosompoliten merupakan hasil dari proses endomitosisdan

endoreduplikasi. Endomitosis merupakanreplikasi yang menghasilkan banyak

kromosomyang bergabung, tidak terpisah satu sama lain.Endoreduplikasi

merupakan suatu keadaan duplikasi kromosom terus menerus tanpa

disertaipembelahan sel pada fase mitotic. Siklus sel normal berlangsung melalui
13

fase G1,S, G2, dan fase mitosis. Hal ini sesuai dengan literatur Sofia (2007)

yang menyatakan bahwa Fase G1 merupakan fasepertumbuhan. Fase S

merupakan fase replikasiDNA. Fase G2 merupakan fase persiapan menuju

fase mitotic. Terjadipengecualian pada siklus sel kromosom politen yaitu fase

mitotic tidak dilalui setelah fase S,sehingga menyebabkan terjadinya replikasi

DNAsecara terus menerus. Hal tersebut menyebabkanpenggandaan rantai untai

kromosom homolog yangsaling bersinapsis dan membentuk kromosompoliten

dengan ukuran yang sangat besar disertailengan kromosom yang banyak

Percobaan yang dilakukan oleh praktikan menggunakan larva (instar III)

Drosophila melanogaster. Hal ini disebabkan instar III memiliki ukuran panjang

kira-kira 4,5 milimeter dan pada fase ini larva sudah memiliki organ lengkap

sebagai persiapan proses pembentukan pupa hingga menjadi lalat dewasa

sehingga larva larva tersebut sangat membutuhkan protein dalam jumlah besar

untuk pertumbuhannya dan kromosom politen dapat memberikan suplai protein

tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Suliartini et al, (2004) yang menyatakan

bahwakelebihan rantai DNA pada kromosom politen menyebabkan kromosom

tersebut berukuran sangat besar dan membuat kromosom tersebut mudah dilihat

di bawah mikroskop.

Praktikum pengisolasian larva tersebut menggunakan larutan Ringer yang

berfungsi sebagai larutan fisiologis bagi larva instar III Drosophila melanogaster.

Tubuh larva instar tidak akan kekeringan selama berada dalam larutan, karena

bersifat isotonis terhadap permukaan tubuh larva instar. Hal ini sesuai dengan

literatur Pramono (2008)yang menyatakan bahwa Drosophila melanogaster

adalah organisme yang memiliki jumlah kromosom sedikit, yaituhanya empat


14

pasang kromosom. Digunakannya larva instar III Drosophila melanogaster karena

umur dan kondisi larva sangat menentukan untuk melihat pola band pada

kromosom politennya. Larva yang sudah hampir menjadi pupa juga menurun

kualitas pola band nya. Larva instar III Drosophila melanogaster digunakan juga

karena larva tersebut sudah cukup makan dan beradaptasi dengan lingkungannya

Kromosom-kromosom tersebut terdiri dari tiga pasangkromosom autosom dan

satu pasang kromosomgonosom (kromosom seks).

Pada gambar kromosom politen hasil praktikum yang ditemukan, hanya

bisa diamati band dan interband saja. Bagian lain dari kromosom tidak bisa

diamati dengan baik, hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya,

kesalahan praktikan dalam membuat preparat. Hal ini sesuai dengan literatur

Campbell et al, (2006) yang menyatakan bahwaseharusnya bagian-bagian

kromosom itu ada lima, yaitu band, interband, kromosentris, kromonemata, dan

puff.Terbentuknya pola gelap dan terang karena kromatid yang bersinaps. Band

berupa struktur kompak yang memiliki lebih banyak DNA dibandingkan

interband. Kromatin yang menggulung merupakan salah satu alasan terbentuknya

band dan kromatin yang tidak menggulung membentuk interband. Gulungan

tersebut akan terlihat seperti pita gelap karena mengandung banyak DNA .

Pembentukan kromosom politen awalnya hampir sama dengan

pembentukan kromosom pada umumnya. Hanya saja perbedaannya diketahui

setelah melewati fase G1 atau fase pertumbuhan dan fase S atau fase sintesis

DNA, sel melewatkan fase G2 atau fase pengecekan dan fase M atau fase mitotik.

Saat fase G1, sel mengalami pertumbuhan seperti biasa, kemudian memasuki fase

S, DNA mulai bereplikasi, tetapi karena fase G2 dan fase M dilewatkan, maka
15

siklus akan kembali lagi ke fase G1. Hal tersebut terjadi berulang-ulang, sehingga

DNA mengalami replikasi terus-menerus tetapi tidak diikuti dengan pembelahan

sel atau intinya. Replikasi DNA yang berulang-ulang tanpa disertai pembelahan

sel menyebabkan volume sel tersebut terus meningkat. Peristiwa tersebut

dinamakan endoreduplikasi. Endoreduplikasi juga menjadi salah satu penyebab

mengapa kromosom politen memiliki ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan

dengan ukuran kromosom biasa. Hal ini sesuai dengan literatur Henderson (2004)

yang menyatakan bahwamakhluk hidup membentuk kromosom politen

disebabkan karena untuk pertumbuhannya mahkluk hidup membutuhkan

sejumlah protein-DNA yang banyak, dalam hal ini, umumnya terjadi pada larva-

larva, seperti kelompok serangga Diptera (nyamuk, lalat dan sebagainya). Hal

tersebut disebabkan pada fase larva sangat membutuhkan asupan protein untuk

melanjutkan pertumbuhannya menjadi bentuk dewasa .

Kromosom politen dapat diaplikasikan untuk mengetahui perbedaan

evolusi antar spesies, mengetahui struktur umum kromatin, meningkatkan

volume sel, merupakan visualisasi transkripsi sebagai akibat ekspresi gen,

dan menghasilkan multiple copy sehingga ekspresi gen meningkat. Hal ini

sesuai dengan literatur Wofe (1993) yang menyatakan bahwa seperti halnya

kromosom biasa lainnya, kromosom raksasa ini juga berfungsi untuk

mengatur kegiatan metabolisme di dalam sel dan mengatur semua sistem kerja

di dalam sel tersebut.


16

KESIMPULAN

1. Kromosom politen adalah kromosom raksasa yang ukurannya mencapai 100

kali kromosom biasa pada tubuh Drosophila melanogaster atau sekitar 200-600

mikron

2. Percobaan yang dilakukan oleh praktikan menggunakan larva (instar III)

Drosophila melanogaster hal ini disebabkan instar III memiliki ukuran panjang

kira-kira 4,5 milimeter dan pada fase ini larva sudah memiliki organ lengkap.

3. Larutan Ringer yang berfungsi sebagai larutan fisiologis bagi larva instar III

Drosophila melanogaster.

4. Pada gambar kromosom politen hasil praktikum yang ditemukan, hanya bisa

diamati band dan interband saja hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor,

salah satunya, kesalahan praktikan dalam membuat preparat.

5. Kromosom politen merupakan hasil dari proses endomitosis dan

endoreduplikasi Endomitosis merupakan replikasi yang menghasilkan banyak

kromosom yang bergabung, tidak terpisah satu sama lain. Endoreduplikasi

merupakan suatu keadaan duplikasi kromosom terus menerus

6. kromosom raksasa ini juga berfungsi untuk mengatur kegiatan metabolisme di

dalam sel dan mengatur semua sistem kerja di dalam sel tersebut.
17

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, W. 2009. Pengembangan Media Preparat Meiosis untuk Mendukung


Pembelajaran Biologi Pada konsep Pembelahan Sel. Universitas Negeri
Surabaya. Surabaya.

Campbell NA. Mitchell LG, Reece JB, Taylor MR, Simon EJ. 2006. Biology, 5th ed.
Benjamin Cummings Publishing Company, Inc., Redword City, England.

Farra. 2013. Pembuatan Preparat Meiosis Bunga Lili. Universitas Brawijaya.


Malang.

Fransisca. 2012. Pembuatan Preparat Squash. www.fransiscaveni.com. Diakses


pada 08 Oktober 2016.

Hambali, C. 2010. Prospek dan Arah Pengembangan Agrobisnis Bawang Merah.


BPPP Deptan. Jakarta. Hal 25.

Haryanti, S., Hastuti, R.B. Setiari, dan Banowo. 2009. Pengaruh Kolkisin
terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel Metafase dan Kandungan Protein Biji
Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata (L)Wilczek). Jurnal Penelitian
sains dan Teknologi Vol. 10 (2): 112-120.

Hidayah. 2012. Pembuatan Preparat Squash Akar Bawang dan Aglaonema.


Universitas Padjajaran. Bandung.

Henderson, D.S. 2004. Drosophila cytogenetics protocols. Humana Press. United


States.

Imaniar, E. F. dan M. Pharmawati. 2014. Kerusakan Kromosom Bawang


Merah(Allium cepa L.)Akibat Perendaman dengan Etidium Bromida.
Jurnal Simbiosis Vol. 2 (2): 173-183.

Pramono, S. 2008. Panduan Praktikum Laboratorium Sitogenetika. Fakultas


Pertanian Institut Pertanian Bogor. IPB.

Sastrosumarjo, S., Yudiwanti, S. I. Aisyah, S. Sujiprihati, M. Syukur, R. Yunianti.


2006. Panduan Laboratorium Sitogenetika. IPB Press. Bogor.

Sofia, D. 2007. Pembekalan Mata Kuliah Sitogenetika. Fakultas Pertanian


Universitas Sumatera Utara. Medan.

Suliartini N., A. Purwantoro, E. Sulistyaningsih. 2004. Keragaman Genetik dalam


Spesies Caladium bicolor Berdasarkan Analisis Kariotipe. Agrosains.
Universitas Diponegoro. Yogyakarta.

Suryo, 1997. Sitogenetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta:


18

Wolfe, Stephen L. 12003. Molecular and cellular biology. Wadsworth, Inc.


California:
19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

No GambarAsli Referensi

1.

Gambar 1. Kromosom Politen


Drosophila melanogaster
Sumber : Hasil Praktikum

Gambar 2. Kromosom Politen


Drosophila melanogaster
Sumber : Suryo. 1996. Genetika.
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Pembahasan

Kromosompoliten merupakan hasil dari proses endomitosisdan

endoreduplikasi. Endomitosis merupakanreplikasi yang menghasilkan banyak

kromosomyang bergabung, tidak terpisah satu sama lain.Endoreduplikasi

merupakan suatu keadaan duplikasi kromosom terus menerus tanpa

disertaipembelahan sel pada fase mitotic. Siklus sel normal berlangsung

melalui fase G1,S, G2, dan fase mitosis. Hal ini sesuai dengan literatur Sofia

Anda mungkin juga menyukai