Anda di halaman 1dari 16

PENGAMATAN KROMOSOM RAKSASA

Adelia Meita Putri


220210103039
Genetika Kelas A
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember
Jl. Kalimantan Nomor 37 Krajan Timur Tegalboto Jember 68121
adeliameitaputri@gmail.com

ABSTRAK

Dalam kelenjar saliva lalat buah Drosophila melanogaster, terdapat kromosom yang memiliki ukuran lebih besar
daripada kromosom normal, dikenal sebagai kromosom raksasa atau politene chromosoma. Kromosom raksasa
ini memiliki ukuran seratus kali lebih besar daripada kromosom normal, dan menampilkan detail struktur yang
lebih terperinci dibandingkan dengan kromosom normal.. Tujuan dari praktikum ini untuk mengamati &
mengetahui bentuk kromosom pada Drosophila melanogaster. Alat & bahan yang digunakan pada praktikum ini
yaitu mikroskop cahaya, gelas arloji, objek glass, cover glass, pipet, larva instar 3 Drosophila melanogaster,
larutan NaCl 0,9%, larutan FAA, acetocarmin, dan jarum pentul. Prosedur praktikum diawali dengan Dalam
praktikum ini, larva Drosophila melanogaster instar 3 disiapkan untuk pengamatan mikroskopis. Larva
ditempatkan dalam larutan NaCl 0,9% pada kaca arloji, kemudian identifikasi bagian kepala, ekor, dan leher.
Larva dipindahkan ke kaca benda dan dipisahkan bagian kepala dan ekornya dengan jarum pentul. Kelenjar ludah
yang transparan diidentifikasi dan dipisahkan, lalu diteteskan dengan FAA. Setelah membersihkan sisa FAA,
larva ditetesi dengan acetocarmin. Preparat ditutup dengan kaca penutup dan diamati menggunakan mikroskop.
Kemudian diperoleh hasil pengamatan yakni kromosom raksasa dapat diamati pada perbesaran 10x10, tetapi
beberapa kelompok kromosom raksasa tidak dapat teramati karena beberapa faktor. Kegagalan tersebut dapat
terjadi salah satunya karena human error, gagal mendapatkan kelenjar ludah akibat kurangnya hati-hati praktikan
dalam memisahkan abdomen dan caput.

Kata kunci: : Kromosom raksasa, Drosophila, kelenjar ludah.

PENDAHULUAN jantan, tidak terjadi crossing over atau pindah silang


selama meiosis (Aurora & Susilawati, 2020).
Salah satu karakteristik atau sifat makhluk Pada tahun 1860, ketika Gregor Mendel
hidup adalah kemampuan untuk melakukan mengusulkan adanya "faktor pewarisan" (gen)
reproduksi. Reproduksi dapat terjadi melalui suatu belum ada struktur sel yang diidentifikasi sebagai
perkawinan, yang kemudian menghasilkan tempat bagi unit-unit imajiner ini, dan kebanyakan
keturunan. Keturunan ini mewarisi sifat-sifat dari ahli biologi meragukannya. Pada akhir abad itu,
induknya, dimana salah satu sifatnya dikendalikan ketika proses mitosis dan meiosis dikembangkan,
oleh DNA yang terletak di dalam dan di luar inti sel. para biologis melihat kesamaan antara perilaku
Pewarisan yang terjadi di luar inti sering kali faktor-faktor yang diusulkan oleh Mendel (gen)
dikaitkan dengan efek maternal, di mana sitoplasma selama siklus hidup seksual dan perilaku kromosom
memberikan lingkungan di mana gen-gen berperan. (Urry et al, 2020).
Oleh karena itu, diharapkan bahwa induk betina Kromosom politen, yang disebut sebagai
akan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kromosom raksasa karena memiliki ribuan kali lebih
peran gen-gen tertentu dibandingkan dengan induk banyak DNA daripada kromosom biasa, dapat
jantan. Drosophila melanogaster adalah jenis diamati melalui praktikum menggunakan kelenjar
serangga yang memiliki jumlah kromosom yang ludah larva instar III Drosophila melanogaster. Pada
terbatas, yakni 2n = 8. Serangga ini memiliki siklus fase larva instar III, kromosom kelenjar ludahnya
hidup yang singkat, sekitar 10-12 hari, dengan menonjol dengan ukuran yang sangat besar, terlihat
produksi telur yang melimpah setiap kali betina jelas, dan memberikan gambaran yang detail tentang
Drosophila melanogaster bertelur, menjadikannya efek ecdyson pada ekspresi gen. Struktur kromosom
mudah untuk dirawat dan memiliki banyak karakter politen terdiri dari empat lengan yang sama panjang,
mutan. Drosophila melanogaster memiliki tiga satu lengan pendek, kromosenter, band, interband,
pasang kromosom yang signifikan, termasuk sistem dan puff. Bagian kromosom politen yang sangat
kromosom XX/XY untuk menetapkan jenis terkondensasi memiliki banyak salinan sekuen DNA
kelamin, adanya kromosom raksasa pada kelenjar tetapi disebut sebagai heterokromatin karena berada
ludah larva, dan pada Drosophila melanogaster dalam keadaan terpadat dan tidak mengkodekan
informasi genetik yang aktif. Heterokromatin
tampak gelap karena padatnya strukturnya, dan area objek glass, cover glass, pipet, larva instar 3
ini tidak aktif dalam proses transkripsi karena tidak Drosophila melanogaster, larutan NaCl 0,9%,
mengandung gen-gen yang aktif. Di sisi lain, larutan FAA, acetocarmin, dan jarum pentul.
eukromatin adalah bagian yang tidak terkondensasi Prosedur Kerja
dan memiliki warna yang lebih terang. Ini terjadi Pada praktikum ini, larva Drosophila
karena eukromatin tidak mengalami pemadatan, dan melanogaster instar 3 dipersiapkan untuk
mengandung gen-gen yang aktif, hampir mencakup pengamatan mikroskopis. Pertama, larva
seluruh genom yang ditranskripsi. Sebagai hasilnya, ditempatkan pada kaca arloji yang telah diberi
eukromatin menjadi area yang aktif dalam proses larutan NaCl 0,9%. Setelah itu, bagian kepala, ekor,
replikasi (Zubaidah, 2019). dan leher larva diidentifikasi. Larva kemudian
Drosophila melanogaster sering digunakan dipindahkan ke kaca benda untuk diamati di bawah
dalam eksperimen genetika karena beberapa alasan. mikroskop. Langkah berikutnya adalah memisahkan
Lalat buah memerlukan peralatan yang sederhana bagian kepala dan ekor dengan meletakkan jarum
dan ekonomis, mudah dalam perawatan, tidak pentul pada bagian kepala dan leher, diikuti dengan
berbahaya, memiliki siklus hidup yang singkat, menariknya hingga terputus. Kelenjar ludah yang
mudah membedakan antara jantan dan betina, imago memiliki bentuk mirip ginjal dan berwarna
memiliki kromosom raksasa (polytene) di kelenjar transparan diidentifikasi, dan kemudian dipisahkan
saliva, betina mampu menghasilkan 500 telur, dari lemak yang menempel. Kelenjar ludah yang
memiliki 3 pasang autosom dan sepasang gonosom, telah ditemukan diteteskan dengan FAA untuk
serta memiliki banyak variasi mutan. Sekuens merubah warnanya menjadi keruh. Setelah itu, sisa
genom lalat buah telah diselesaikan dan FAA dibersihkan dengan mengisapnya
dipublikasikan pada tahun 2000 (Suharsono & menggunakan kertas isap, dan larva ditetesi dengan
Nuryadin, 2019). acetocarmin. Preparat kemudian ditutup dengan
Pada kelenjar salivary Drosophila kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop
melanogaster, ditemukan kromosom yang memiliki
ukuran lebih besar dibandingkan dengan kromosom
normal, yang dikenal sebagai kromosom raksasa
atau politene chromosoma. Kromosom raksasa ini
memiliki ukuran seratus kali lebih besar daripada
kromosom normal, dan memberikan detail struktur
yang lebih jelas. Kromosom raksasa pada lalat buah
ini berbentuk linier atau batang, terdiri dari dua
daerah, yaitu daerah pita gelap (band) dan pita
terang (interband) yang saling berselang-seling
secara bergantian. Daerah pita gelap kaya akan
DNA, mengalami kondensasi atau pelipatan
maksimal yang dikenal sebagai heterokromatin,
yang berperan aktif pada saat terjadi pembelahan.
Heterokromatin ini, dengan lilitan padat yang
mengalami kondensasi, adalah gen yang tidak
terekspresi. Sementara pada interband atau pita
terang, tidak terjadi kondensasi, dan terdapat
eukromatin dengan lilitan renggang. Banyak band
yang terurai membentuk puff, yang merupakan gen
aktif pada transkripsi RNA. Kromosom politene D.
melanogaster, yang sering digunakan dalam
penelitian genetika, memiliki jumlah kromosom
yang sedikit, yakni 8 kromosom, terdiri dari 6
autosom dan 2 kromosom kelamin (Mertha et al,
2020).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 8
November di laboratorium botani yang bertempatan
di progam studi pendidikan biologi, FKIP,
Universitas Jember..
Alat & Bahan
Alat & bahan yang digunakan pada
praktikum ini yaitu mikroskop cahaya, gelas arloji,
HASIL PENGAMATAN

Kelompok Gambar Keterangan

1. Dalam pengamatan kromosom raksasa pada kelenjar ludah


larva instar 3 Drosophila melanogaster oleh kelompok 1, di
dapat hasil bahwa kromosom sudah dapat terlihat di bawah
mikroskop, meskipun dengan kejelasan yang kurang.
Kondisi ini disebabkan karena sel tidak mengalami lisis
secara optimal. Kromosom raksasa ditunjukkan pada bagian
seperti garis-garisyang berwarna merah.

Perbesaran 10x10

2. Pengamatan yang dilakukan kelompok 2 memperoleh hasil


kromosom raksasa Drosophila melanogaster, dengan
ditandai adanya titik titik merah, Kromosom raksasa pada
Drosophila melanogaster terdapat pada kelenjar ludah larva
instar 3

Perbesaran 40x10

3. Hasil pengamatan yang dilakukan kelompok 3,terlihat bahwa


struktur kromosom raksasa pada Drosophila melanogaster
sesuai dengan gambar yang tersedia. Detail dan karakteristik
kromosom tersebut dapat dilihat dengan jelas, kromosom
raksasa ini seperti titik – titik merah.

Perbesaran 10x10
4. Pada praktikum pengamatan kromosom raksasa, kelompok 4
memperoleh hasil bentuk kromosom raksasa dari kelenjar
ludah instar 3 Drosophilamelanogaster berupa bintik-bintik
merah pekat dengan letak tersebar. Kromosom ini dilihat
menggunakan mikroskop pada perbesaran 10x10

Perbesaran 10x10

5. Berdasarkan hasil pengamatan kelompok, didapatkan bentuk


kromosom raksasa pada kelenjar ludah larva instar 3
Drosophila melanogaster yaitu seperti titik-titik berwarna
merah.

Perbesaran 10x10

6. Kelompok berhasil mendapatkan kromosomraksasa dengan


jelas saat pengamatan yang ditandai dengan titik-titik
berwarna merah pada gambar. Kromosom ini didapatkan di
kelenjar ludah pada larva instar 3 Drosophila melanogaster.

Perbesaran 10 x 10

PEMBAHASAN
Di dalam kelenjar air liur lalat buah wilayah ini, kromatin mengalami kondensasi
(Drosophila melanogaster), terdapat kromosom maksimal yang disebut heterokromatin, yang
yang lebih besar dari kromosom biasanya, yang berperan aktif saat terjadi pembelahan sel (Mertha et
sering disebut sebagai kromosom raksasa atau al., 2020).
kromosom politen. Kromosom raksasa ini memiliki Kromosom raksasa ini dihasilkan melalui
ukuran yang seratus kali lebih besar dibandingkan replikasi interfase tanpa pembelahan, dan terdiri dari
kromosom normal. Struktur kromosom raksasa pada banyak kromatid identik yang tersusun rapi
lalat buah ini tampak lebih terperinci dibandingkan berdampingan dalam pola yang mirip kabel (Suyadi
kromosom normal. Bentuk kromosom raksasa pada & Yekti, 2018). Larva Drosophila melanogaster
lalat buah ini berupa garis lurus atau batang. diketahui sudah keluar dari telur dalam bentuk yang
Kromosom raksasa terdiri dari dua wilayah, yaitu sepenuhnya terbentuk, pertumbuhan lebih lanjut
wilayah gelap (band) dan wilayah terang mereka terutama disebabkan oleh poliploidisasi
(interband), yang tersusun secara bergantian. sebagian besar jaringan tubuh. Politeni muncul dan
Wilayah gelap ini kaya akan DNA. Di dalam mencapai tingkat tinggi pada organ dan tahap-tahap
tertentu ketika diperlukan pertumbuhan tubuh yang sentromer yang terletak dekat dengan ujung atas.
cepat dengan tingkat fungsi yang tinggi secara Umumnya, telosentrik tidak ditemukan pada sel
konsisten. Pembentukan kromosom politen dalam manusia. Posisi sentromer membantu dalam studi
sel diploid utama terkait dengan perubahan pada kromosom. Parameter akan berubah ketika terjadi
tahap siklus sel. Siklus sel (endosiklus) dalam hal ini kelainan struktural. Identifikasi sentromer
terdiri dari hanya dua tahap - fase S dan fase G yang merupakan tugas yang kompleks terutama pada
dimodifikasi, yang dalam karakteristiknya mirip kromosom yang melengkung. Kompleksitas
dengan fase G1 - periode pra-sintesis, sementara meningkat seiring dengan peningkatan
periode G2 - periode postsintesis tidak ada. Setelah kelengkungan, semakin tajam kelengkungannya,
siklus pertama politen, sel kehilangan kemampuan semakin sulit tugas mengidentifikasi sentromer
untuk membelah secara mitosis, dan sebaliknya, (Madian, 2019).
meningkatkan ukuran dan aktivitas fungsional Kromosom ini disebut "raksasa" atau
mereka (Nesterkina et al., 2023). "politen" karena mengandung ribuan kali lebih
Kromosom raksasa dapat terlihat di larva banyak DNA dibandingkan kromosom biasa.
instar 3 tepatnya pada kelenjar ludah Drosophila Praktikum pengamatan kromosom politen dilakukan
melanogaster. Untuk mengevaluasi bagaimana sel dengan menggunakan kelenjar ludah larva instar III
kelenjar ludah menggunakan alat genetiknya secara D. melanogaster. Pada fase ini, kromosom kelenjar
keseluruhan, tingkat politeni dari kromosom mereka ludah sangat besar, terlihat jelas, dan memberikan
diteliti. Pada tahap perkembangan normal larva di gambaran yang detail tentang efek ecdyson pada
sel kelenjar ludah tahap ketiga, proses memulai ekspresi gen. Kromosom politen memiliki struktur
siklus baru endoreduplikasi kromosom berhenti. yang terdiri dari 4 lengan yang sama panjang, 1
Dengan kata lain, kromosom mencapai tingkat lengan pendek, kromosenter, band, interband, dan
politeni akhir mereka setelah melewati 7 hingga 10 puff. Bagian yang sangat terkondensasi pada
siklus endoreduplikasi. Pada persiapan sitologis, kromosom politen memiliki banyak salinan urutan
terdeteksi empat kelas inti dengan tingkat politeni DNA, tetapi karena terkompak dan tidak
kromosom 256 C, 512 C, 1024 C, dan 2048 C, yang mengungkapkan informasi genetik yang terkode
dapat dibedakan berdasarkan lebar kromosom dan dalam DNA, bagian ini disebut heterokromatin.
intensitas pewarnaan acetocarmin (Nesterkina et al., Heterokromatin memiliki warna gelap karena
2023). kondensasinya yang tinggi dan tidak aktif dalam
Kromosom politen ini memiliki ukuran transkripsi karena tidak mengandung gen-gen yang
yang lebih besar dibandingkan dengan kromosom aktif. Di sisi lain, eukromatin adalah bagian yang
somatik lainnya. Ukuran yang sangat besar dari tidak terkondensasi dan terlihat lebih terang karena
kromosom politen dicapai melalui proses tidak mengalami pemadatan. Eukromatin
endoreduplikasi, di mana putaran berulang replikasi mengandung gen-gen yang aktif dan hampir semua
DNA terjadi tanpa adanya pembelahan sel. Dari segi gen yang ditranskripsi, menjadikannya bagian yang
struktural, kromosom politen dapat didefinisikan aktif dalam replikasi (Safilu et al., 2019).
sebagai kasus khusus kromosom, hadir selama Selain sel diploid, beberapa organisme,
Interfase, yang ditandai oleh (i) kandungan DNA seperti spesies Diptera, juga memiliki sel politen di
yang tinggi dan (ii) struktur kromatin tertentu yang mana kromatid tidak dipisahkan setelah beberapa
terkait dengan kandungan DNA yang tinggi. Ukuran kali duplikasi. Kromosom politen raksasa pada larva
besar dari kromosom politen ini disebabkan oleh instar III Drosophila melanogaster ditandai oleh pola
jenis pertumbuhan yang terjadi pada jaringan pita khusus yang dapat terungkap melalui mikroskop
kelenjar larva serangga dipterous. Kelenjar ludah elektron dan cahaya. Pita "hitam" yang padat dengan
dan kelenjar lainnya berkembang dengan kandungan DNA tinggi adalah area kromatin yang
memperbesar diri daripada dengan pembelahan. ditindas transkripsi dengan kepadatan gen rendah.
Ketika larva berkembang, elemen-elemen yang Pita yang terbesar di antaranya adalah pita
disinkronkan menggandakan diri sembilan hingga heterokromatin interkalari, yang terduplikasi
sepuluh kali, membentuk rangkaian politen sekitar terlambat, area genom yang terduplikasi kurang,
1000 molekul heliks ganda DNA. Proses siklus rentan terhadap patah kromosom (IH), penyempitan,
duplikasi berulang tanpa mitosis berikutnya disebut dan pembentukan kontak ektopik non alelik.
endo-reduplikasi (Khanna, 2013). Kromosom politen Drosophila memiliki sekitar 250
Berdasarkan posisi sentromer seperti yang situs IH. Pita "abu-abu" sebagian terdekonduksi dan
terlihat pada, kromosom dikategorikan menjadi lebih aktif secara transkripsi dibandingkan dengan
metasentrik, submetasentrik, akrosentrik, dan IH. Interband adalah area genom yang paling aktif
telosentrik. Jika sentromer berada di tengah dan paling sedikit terkondensasi, ditandai dengan
kromosom, disebut sebagai metasentrik. Jika struktur kromatin "terbuka". Pita digabungkan
sentromer sedikit tergeser dari titik tengah, disebut menjadi bagian sitologis, seperti 1A, 1B, 1C,... dan
submetasentrik, dan jika berada di antara tengah dan hingga 20F untuk kromosom X . Setiap jenis pita
bagian atas kromosom, disebut sangat mengandung protein spesifik dan diperkaya dengan
submetasentrik. Kromosom akrosentrik memiliki elemen genetik tertentu. Interband sebagian besar
mengandung promotor gen rumah tangga yang pada kelenjar ludah larva instar 3. Kelompok 3
selalu aktif, terkait dengan protein kromatin terbuka mengamati struktur kromosom raksasa sesuai
seperti CHRIZ/Chromator. Pita "abu-abu" dengan gambar yang tersedia dengan detail dan
mengandung banyak gen yang aktif tetapi tidak karakteristik yang jelas pada perbesaran 10x10.
mengandung CHRIZ, diperkaya dengan RNApol II. Kelompok 4 mencatat bentuk kromosom raksasa
Pita IH terdiri dari gen khusus jaringan, terkait berupa bintik-bintik merah pekat yang tersebar pada
dengan protein SUUR, D1, lamin B, dan histon H1. perbesaran 10x10. Kelompok 5 juga melihat
Perlu dicatat, struktur tersebut tidak unik untuk inti kromosom raksasa sebagai titik-titik berwarna
politen, karena lipatan kromatin dan komposisi merah.
proteinnya tetap konservatif dalam berbagai Berdasarkan hasil-hasil tersebut, terdapat
jaringan lalat, berkaitan erat dengan morfologi kegagalan dalam mengamati kromosom raksasa.
kromosom politen. Sementara itu, kemampuan Hanya beberapa kelompok yang berhasil hingga
untuk membentuk kontak jauh dalam kromosom tahap pengamatan kromosom raksasa dari
politen dibatasi oleh kurangnya fleksibilitas mereka. Drosophila melanogaster. Beberapa faktor
Waktu replikasi serupa antara sel politen dan sel kegagalan tersebut antara lain yang pertama pada
diploid Drosophila. Pita hitam yang terduplikasi mikroskop. Kromosom tidak dapat terlihat secara
terlambat pada berbagai jaringan sesuai dengan jenis jelas karena mikroskop kurang memadai. Kedua,
kromatin yang tidak aktif, dengan batas yang teknik pemotongan. Faktor ini merupakan faktor
diperkaya SUUR, lamin, dan H3K27me3. Ini kegagalan terbesar yang dialami oleh beberapa
membuat inti politen menjadi model yang nyaman kelompok. Kurangnya hati hati pada saat pemisahan
untuk mempelajari organisasi nuklir 3D (Zhuravlev kepala dan ekor mengakibatkan tidak diapatkan
et al., 2021). kelenjar ludah Drosophila, sehingga tidak dapat
Dalam praktikum mengamati kromosom melanjutkan ke tahap selanjutnya. Kemudian pada
raksasa Drosophila melanogaster, sejumlah saat penambahan FAA, seharusnya didiamkan agak
peralatan dan bahan digunakan untuk memfasilitasi lama, dan kurangnya NaCl mengakibatkan kelenjar
pengamatan mikroskopis yang mendetail. ludah tidak benar-benar lisis. Dan yang terakhir
Mikroskop cahaya berperan utama dalam yaitu kurang memahami morfologi. Praktikan asal
memperbesar dan memperjelas struktur kromosom memisahkan tubuh instar tiga tanpa melihat dengan
pada larva instar III yang diambil dari kelenjar seksama bagian-bagiannya seperti caput, abdomen,
ludah. Gelas arloji berfungsi sebagai tempat untuk dan ekor. Faktor-faktor ini diharapkan menjadi
memotong kelenjar ludah dan menyiapkan preparat pembelajaran agar dapat mengevaluasi untuk tidak
mikroskopis, sedangkan objek glass dan cover glass terulang/meminimalisir kesalahan serupa pada
digunakan untuk melindungi preparat dari praktikum mendatang.
kontaminasi dan mempermudah pengamatan.
Penggunaan pipet diperlukan untuk mengambil KESIMPULAN
larva instar III dan mengalirkan larutan NaCl 0,9%
atau larutan FAA sesuai kebutuhan pada proses Larva instar III. Kelenjar ludah pada larva
persiapan preparat. Larva instar III Drosophila instar III Drosophila menyediakan sumber
melanogaster sendiri menjadi subjek utama yang kromosom politen yang besar, memungkinkan
menyediakan kromosom raksasa pada fase larva pengamatan mikroskopis yang mendetail. Dengan
instar III. Larutan NaCl 0,9% berperan dalam memotong dan menyiapkan preparat mikroskopis,
memberikan kondisi osmotik yang sesuai, sementara kita dapat mengidentifikasi struktur kromosom
larutan FAA digunakan sebagai fiksatif untuk politen. Pengamatan ini dapat membantu dalam
menjaga kestabilan struktur kromosom. mengenali heterokromatin yang padat dan gelap,
Acetocarmin berfungsi sebagai pewarna untuk serta eukromatin yang tidak terkondensasi dan
meningkatkan kontras pada struktur kromosom, dan berwarna terang.
jarum pentul digunakan dengan hati-hati dalam
pemotongan kelenjar ludah dan persiapan preparat
mikroskopis.
DAFTAR PUSTAKA
Hasil pengamatan dari kelompok-
kelompok yang berfokus pada kromosom raksasa
pada kelenjar ludah larva instar 3 Drosophila Aurora, M. E. M., I. O. Susilawati. 2020.
melanogaster memberikan gambaran yang beragam. Monohibridization with different media
Kelompok 1 mencatat bahwa meskipun kromosom tratments on fruit flies (Drosophila
dapat terlihat di bawah mikroskop pada perbesaran melanogaster). Jurnal Biologi Tropis. 20
10x10, kejelasannya kurang karena sel tidak (2) : 253-269.
mengalami lisis secara optimal. Kromosom raksasa
ditunjukkan sebagai garis-garis berwarna merah.
Kelompok 2, dengan perbesaran 40x10, menemukan Khanna, P. 2013. Essentials of Genetics. New Delhi
kromosom raksasa dengan adanya titik-titik merah ; Internasional Publishing House.
Madian, N., K. B. Jayanthi, D. Somassundaam, S. Zuyasna. 2021. Kultur In Vitro dan Mutagenesis
Suresh. 2019. Identifying centromere Tanaman Nilam. Aceh : Syiah Kuala
position of human chromosome images University Press.
using contour and shape based analysis.
Elsevier. 144 (1) : 243-259.

Mertha, I. G., A. Raksun, A. R. Syachrudin, S.


Bahri. 2020. Pelatihan pembuatan preparat
kromosom politen Drosophila
melanogaster pada guru-guru biologi di
Lombok Barat. Jurnal Pengabdian
Magister Pendidikan IPA. 3 (2) : 181-188.

Nesterkina, M., Svitlana, B, T. Alieksieieva, I.


Kravchenko, A. K. H. Hirsch. 2023.
Genotoxic and mutational potential of
monocyclic terpenoids (carvacrol) carvone
and thymol) in Drosophila melanogaster.
Elsevier. 10 (1) : 327-333.

Safilu., Amiruddin, A. Agriansyah, M. Balumbi, D.


Nurhidayah. 2019. Biologi dan
Pembelajaran di Era Revolusi Indutri 4.0.
Kendari ; UHO Edu Press.

Suharsono., E. Nuryadin. 2019. Pengaruh suhu


terhadap siklus hidup lalat buah
(Drosophila melanogaster).
Bioeksperimen. 5 (2) : 114-120.

Suyadi., A. P. A. Yekti. 2018. Kamus Istilah


Bioteknologi Peternakan. Malang ; UB
Press.

Urry, L., Cain, M, Wasserman, S, Minorsky, P, Orr,


R. 2020. Campbell Biology Twelfth
Edition. New York: Pearson.

Zhuravlev, A. V., G. A. Zakhrov, E. V. Anufrieva,


A. V. Medvedeva, E. A. Nikitina, E. V. S.
Popova. 2021. Chromatin Structure and
“DNA Sequence View”: The Role of
Satellite DNA in Ectopic Pairing of the
Drosophila X Polytene Chromosome.
Internasional Journal of Molecular
Sciences. 1 (1) : 1-19.

Zubaidah, S. 2019. Memberdayakan Keterampilan


Abad Ke-21 melalui Pembelajaran
Berbasis Proyek. Seminar Nasional
Nasional Pendidikan Biologi. 1 (1) : 1-19.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai