Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PVBP A

MUS MUSCULUS

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1.Alif Hernanda. (221210725)

2. Dinda Lamedhania Debora (221210730)

3. Mustika Gheofani Harianto (221210741)

Dosen Pembimbing :

Dr. WIJAYANTONO, S.K.M., M.KES.

PRODI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES PADANG

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah PVBP A ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas  dosen pada
mata kuliah PVBP A. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Wijayantono, S.K.M., M.Kes.


selaku dosen mata kuliah entomologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Padang, 17 Maret 2023

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 5

A. Definisi Mencit ………………………….. .................................................................. 5


B. Klasifikasi …………………………………………………………. .......................... 5
C. Morfologi………………………………………….......................................................6
D. Fisiologi………………………………………………………………………………..7
E. Bionomik………………………………………………………………………………9
F. Pengendalian……………………………………………………………:.:………….11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................................
....... 8

Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 9

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mus musculus atau biasa disebut mencit rumah merupakan jenis hewan
komensal yang telah lama berkohabitasi dengan manusia (Wahlsten, 2011). Mencit
rumah mengalami evolusi yang panjang seiring dengan besarnya pengaruh tekanan
manusia di sekitarnya. Dalam beberapa kasus, tingkah laku mencit rumah bahkan
dapat dikatakan merupakan hasil dari pengaruh lingkungan aktivitas manusia yang
kompleks dan tidak stabil (Kotenkova and Maltzev, 2012).
Berdasarkan kajian Auffray, Tchernov, dan Nevo (1988) tentang analisis seri fosil
mencit di Israel, ditemukan bahwa M. musculus telah ada pada strata berumur 12.000
tahun sebelum Masehi di akhir Pleistosen. Bukti-bukti lain juga menunjukkan bahwa
pada mulanya M. musculus muncul di daratan Mediterania Timur, kemudian semakin
tersebar seiring mobilitas manusia ke arah timur, tengah, barat Eropa, bahkan Afrika
Utara (Thaler, Bonhomme and Britton-Davidian, 1981; Cucchi, Vigne and Auffray,
2005). Hingga sekarang, M. musculus memiliki persebaran yang sangat luas seiring
peningkatan ilmu pengetahuan serta penelitian yang membutuhkan M. musculus
sebagai hewan uji.
Penggunaan M. musculus sebagai hewan uji memiliki banyak keuntungan
diantaranya penanganannya yang relatif mudah, harga yang murah, jumlah peranakan
yang banyak, berukuran kecil, serta memiliki kemiripan fisiologis dengan manusia
(Marbawati dan Ikawati, 2009). Akan tetapi, M. musculus juga memiliki perilaku
yang unik dan berpeluang menjadi bias dalam penelitian-penelitian tertentu.
Diantaranya adalah perilaku kanibalisme maternal atau perilaku kanibal yang
dilakukan induk betina terhadap anak-anaknya. Konsekuensinya dalam penelitian
adalah terjadinya bias rasio jenis kelamin anak, ukuran populasi, bahkan hilangnya
sampel penelitian ketika masa pengasuhan.
Mus musculus di laboratorium terkadang tidak mendapatkan penanganan
lama pencahayaan yang tepat, padahal M. musculus juga memiliki ritme sirkadian
yang dalam keadaan setimbang akan mempertahankan homeostasis. Perubahan
fotoperiodik dapat berdampak pada penyesuaian fisiologi seperti pengaturan massa
tubuh (Lu, Zhong, and Wang, 2007), perubahan hormon dan sistem reproduksi
(Nelson, 1990).
Berdasarkan penelitian sebelumnya, perlakuan prepartum pada M. musculus seperti
yang diuraikan di atas memungkinkan terjadinya penyeleksian yang dilakukan induk
melalui perilaku kanibalisme. Manifestasinya akan terdapat pola khusus yang
ditunjukkan dari jumlah dan jenis kelamin anak dalam koloni. Selain itu pengaruh
perubahan fotoperiodik M. musculus diduga akan berkontribusi dalam pengaturan
massa tubuh induk dan anak dalam konteks kebugaran populasi. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian tentang pengaruh fotoperiodisme terhadap perilaku kanibalisme

4
maternal serta massa tubuh induk dan anak M. musculus. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi gambaran mengenai perlakuan fotoperiodik yang terbaik
untuk pemeliharaan M. musculus serta untuk keperluan penelitian lain.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah yang
akan dibahas dari makalah ini adalah:
1. Apa itu Mus musculus?
2. Bagaimana morfologi Mus musculus?
3. Bagaimana fisiologi Mus musculus?
4. Apa metode identifikasi Mus musculus?
5. Bagaimana pengendalian Mus musculus?

C. Tujuan Penelitian
1.. Untuk mengetahui apa itu Mus musculus?
2. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi Mus musculus?
3. Untuk mengetahui morfologi Mus musculus
4. Untuk mengetahui apa saja penyakit yang disebabkan oleh tikus
5. Untuk mengetahui bagaimana langkah meminimalisir keberadaan tikus

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisci Mencit (Mus Musculus)


Mencit adalah anggota Muridae yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai
di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigit
mebel dan barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. Hewan ini
diduga sebagai mamalia terbanyak kedua di dunia, setelah manusia, bahkan jumlahnya
yang hidup liar di hutan barangkali lebih sedikit daripada yang tinggal di perkotaan.
Mencit percobaan (laboratorium) dikembangkan dari mencit, melalui proses seleksi.
Sekarang mencit juga dikembangkan sebagai hewan peliharaan.
Mencit adalah binatang asli Asia, India dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang
ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. Mencit peliharaan
memiliki periode kegiatan selama siang dan malam. Takut memakan makanan manusia
dan barang-barang rumah tangga.
Sebagian besar mencit diperoleh dari peternak hewan laboratorium untuk
digunakan dalam penelitian biomedis, pengujian, dan pendidikan. Bahkan, tujuh puluh
persen dari semua hewan yang digunakan dalam kegiatan biomedis adalah mencit.
Lebih dari 1000 Salam dan strain tikus te lah dikembangkan, serrar ratusan mutan
saham yang digiunakan sebagai model penyakit manusia. Dalam ilmu genetika, mencit
adalah mamalia yang dicirikan paling lengkap.

B. Morfologi

Bentuk tubuh mencit memiliki ciri-ciri rambut mencit (Mus musculus) liar memiliki warna
coklat pada bagian dorsal dan warna abu-abu terang pada bagian dorsal. Warna mata hitam
dan integumen (kulit) kulit berpigmen dan ekor berwarna gelap. Adapun morfometri Mus
musculus yakni:
1. Panjang tubuh total = 153 mm.
2. Panjang ekor 80-130% dari panjang badan dan kepala = 79 mm.
3. Ukuran kaki belakang = 16 mm.
4. Ukuran telinga  = 12 mm.
5. Ukuran tengkorak = 19 mm.
6. Rumus puting susu = 3 + 2
7. Berat tubuh dewasa = 30 – 40 gr
.
D. Fisiologi

Faring mencit di bagian dalamnya terdapat lengkung faring yang terdapat tonsil  atau
amandel yang tersusun atas kumpulan kelenjar limfe. Kelenjar tersebut banyak mengandung

6
limfosit yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi. Letak faring bersimpangan
antara saluran respirasi dengan saluran makanan
Laring mencit secara fisiologi adalah saluran udara yang berfungsi sebagai pembentuk suara
yang lokasinya berada di depan bagian faring sampai di ketinggian vertebra servikalis serta
masuk ke dalam trakea. Pangkal trakea tersebut ditutup dengan epiglotis yang tersusun atas
dari tulang-tulang rawan. 

Jantung mencit berada di atas rongga dada sebelah kiri, diatas diafragma. Jantung terdiri
dari 4 ruang dan terbungkus oleh selaput pericardia. Perikardia tersusun atas 2 lapisan,
yaitu lamina parietalis dan lamina viseralis . Diantara kedua lapis tersebut terdapat cavum
pericardia yang berisi cairan pericardia. Jantung mencit tersusun atas empat ruang, yakni dua
atrium (serambi) dan dua ventrikel (bilik). 
Paru-paru mencit lokasinya di dalam rongga dada sebelahnya kanan dan kiri jantung. Paru-
paru bagian kanan terdiri atas tiga kelompok alveolus yang merupakan dua lobus paru- paru.
Di bagian dalam paru-paru, bronkus bagian kanan memiliki tiga cabang, sementara bronkus
bagian kiri memiliki 2 cabang. Cabang dari bronkus dinamakan bronkiolus. Fungsi paru-paru
mencit yakni sebagai sistem pernafasan.
Hati mencit berfungsi sebagai homeostasis yang berperan dalam proses metabolisme. Warna
hati coklat kemerahan yang terletak di bagian bawah diafragma. Fungsi hati mencit yakni
mengubah zat makanan yang diserap dari usus dan kemudian disimpan di organ tubuh lain;
mengubah hasil metabolisme untuk diekskresikan kedalam empedu dan urin.
Kantung empedu mencit memiliki bentuk seperti buah pir yang mana organ tersebut
sebagai penghubung antara hati dengan usus dua belas jari. Kandung empedu berfungsi untuk
menghasilkan getah empedu, sehingga membuat getah empedu menjadi kental. 

Lambung mencit adalah organ yang berbentuk seperti kacang keledai. Lambung tersusun
atas 3 bagian, yakni kardia, fundus, antrum. Makanan yang masuk ke dalam lambung melalui
kerongkongan serta melewati otot sfingter.

Usus dua belas jari (duodenum) mencit adalah bagian pertama dari usus halus. Makanan
yang masuk ke dalam duodenum bisa dicerna oleh usus halus. Jika duodenum sudah penuh,
maka duodenum akan memberikan sinyal kepada lambung untuk berhenti menyuplai sari
makanan.
Usus besar mencit terdiri atas dari kolon asendens (naik), kolon transversum (mendatar),
kolon desendens (menurun), dan kolon sigmoid (yang berhubungan dengan rektum). Usus
besar menghasilkan sekret yang berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Pada saat
mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, namun pada saat mencapai rektum bentuknya
menjadi padat.

D. Bionomik
Spesies M. musculis  dianggap memiliki durasi hidup yang pendek, sehingga cocok dijadikan
sebagai hewan uji coba.
Selain itu, variasi sifat hewan ini terbilang sangat tinggi. Sehingga penggunaannya dalam
bidang penelitian sangat diperlukan, yakni sebagai pembanding antara model penelitian satu
dan lainnya.

Meski bisa menggigit jika merasa terancam, secara umum spesies M. musculis dikenal
sebagai satwa yang jinak dan mudah dirawat. Harga pakannya pun tergolong cukup murah
dan mudah didapatkan.

7
E. Metode Identifikasi
Identifikasi terhadap tikus dapat dilakukan melalui tiga cara :
1. Mengamati dan mengukur karakter kualitatif dan kuantitatif dari morfologi
2. Mengukur karakter kuantitatif anatomi, terutama dimensi tengkoraknya
3. Mengamati habitatnya
Cara I → mudah dan sering dilakukan
Cara II → relatif sulit dilakukan karena memerlukan keahlian dalam membuat spesimen
kering dan mengenali perbedaan ciri khususnya
Cara III → lebih mudah untuk dilakukan daripada I tetapi tingkat kebenarannya sangat
rendah karena habitat tikus tidak tetap, bersifat sangat relatif

F. Pengendalian

 TBS (Trap Barrier System)

Pemagaran plastik yang mengelilingi petakan persemaian atau sawah yang dilengkapi
perangkap bubu pada tiap jarak tertentu.

 Gropyokan

Pengendalian dengan peralatan lengkap (pemukul,  emposan, jaring dan sebagainya) yang
dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat yang terkoordinir dan terencana dalam satu
hamparan pertanaman yang luas

 Pengumpanan

Pengumpanan racun tikus dengan rodentisida akut atau antikoagulan yang dicampur gabah
atau beras kemudian diletakkan pada lalulintas tikus.

 Pemasangan Jaring

Jaring dipasang pada salah satu sisi hamparan sawah, kemudian di sisi lain secara bersama-
sama dilakukan penggiringan tikus dan di tepi jaring beberapa orang menunggu dengan alat
pemukul.

 Penggenangan

Penggenangan lobang-lobang tikus dilakukan pada  saat menjelang pembuatan persemaian.

 Sanitasi

Membersihkan semak belukar/gulma, membongkar lobang tikus dan perbaikan pematang.

 Pengendalian Hayati

Pengendalian menggunakan musuh alami seperti kucing, anjing dan burung hantu.

 Pengaturan Pola Tanam

8
Pengaturan pola tanam yaitu dilakukan rotasi antara padi dan palawija dan pengaturan pola
tanam secara serempak.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae yang berukuran kecil dan mudah dijumpai
di rumah-rumah. Selain binatang pengganggu, mencit juga merupakan vector yang dapat
menularkan penyakit kepada manusia.

B. Saran

Kebersihan rumah dan lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia dan merupakan unsur penting dalam ilmu kesehatan dan pencegahan. Maka sangat
penting menciptakan lingkungan yang sehat sehingga tidak mudah terserang berbagai
terutama yang ditularkan melalui tikus. Ini dapat dicapai dengan menciptakan suatu
lingkungan yang bersih indah dan nyaman

9
Daftar Pustaka

http://repository.lppm.unila.ac.id/20520/1/Nurul%202019.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/222685-status-kerentanan-larva-aedes-
aegypti-te.pdf
file:///C:/Users/windows%2010/Downloads/720-Article%20Text-5337-1-10-
20181101%20(1).pdf
https://media.neliti.com/media/publications/25491-ID-perbedaan-status-kerentanan-
nyamuk-aedes-aegypti-terhadap-malathion-di-kabupaten.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai