Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

TOPIK V

MENGENAL LALAT BUAH DROSOPHILA Sp.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Genetika”

Dosen pengampu :

Desi Kartikasari, M.Si.

Disusun oleh : Kelompok 4 TBIO 3A

1. Nicken Ayu Sukmadiani Triana Putri (1860208221007)


2. Mokhammad Ilham Maulana (1860208222046)
3. Ines Dwijayanti (1860208223088)
4. Yusrotul Fahmil Hidayah (1860208223089)
5. Aqidatul Izzah (1860208223091)

TADRIS BIOLOGI III A

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

2023
DAFTAR ISI

Cover

Daftar Isi ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Landasan Teori ....................................................................................................... 1

BAB II METODE ........................................................................................................... 4

A. Tujuan .................................................................................................................... 4
B. Alat dan Bahan ....................................................................................................... 4
C. Prosedur Kerja ........................................................................................................ 5

BAB III DATA PRAKTIKUM ...................................................................................... 7

A. Data Praktikum....................................................................................................... 7

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN.................................................... 10

A. Analisis Data dan Pembahasan ............................................................................ 10

BAB V PENUTUP......................................................................................................... 23

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 23
B. Saran ..................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LANDASAN TEORI
Lalat buah merupakan hewan percobaan yang sering digunakan dalam praktikum
genetika. Beberapa hukum genetika yang penting telah dihasilkan dari penelitian
menggunakan lalat buah (Strickberger, 1985). Beberapa keunggulan penggunaan lalat buah
antara lain tidak memerlukan kondisi steril seperti pada mikroorganisme, mudah diperoleh
karena bersifat kosmopolit, siklus hidup pendek, mudah dipelihara, lalat betina bertelur
banyak, cirri morfologi mudah diamati dan memiliki 4 pasang kromosom sehingga mudah
diteliti (Iskandar, 1987)1. Drosophila melanogaster pertama kali diperkenalkan oleh
Morgan dan Castel pada tahun 1900 dan diketahui bahwa Drosophila melanogaster dapat
digunakan sebagai sumber pembelajaran genetika pada organisme diploid (Campbell,
Reece, dan Mitchel, 2006). Bahkan penggunaan Drosophila menjadi jalan pembuka
penelitian ecolusi dan spesiasi seperti yang telah dilakukan oleh Sturtevant dan
Dobzhansky di laboratoium T.H. Morgan selama tahun 1930-1940 (Mallet, 2006)2.
Drosophila melanogaster banyak digunakan sebagai hewan pada percobaan genetika
karena beberapa alasan. Menurut James (2001), lalat buah hanya memerlukan peralatan
sederhana dan murah, mudah perawatannya, tidak berbahaya, siklus hidup yang pendek,
jantan dan betina mudah dibedakan, imago memiliki kromosom raksasa (polytene) di
kelenjar saliva, betinanya mampu menghasilkan 500 telur, memiliki 3 pasang autosom dan
sepasang gonosom, dan variasi mutan banyak. Sekuens genom lalat buah telah selesai dan
dipublikasikan pada tahun 2000 (Adams, 2000)3. Salah satu bahan praktikum pada mata
kuliah genetika adalah lalat buah (Drosophila melanogaster), lalat ini banyak kita temukan
di alam terutama ditempat buah-buahan yang membusuk. Morfologi lalat buah yang hidup
liar pada umumnya berukuran antara 3 sampai dengan 4 mm dan berwaran kuning
kecoklatan. Siklus hidup lalat buah mempunyai durasi waktu yang relatip sama, yaitu
berkisar antara 8 sampai dengan 20 hari. Dalam menggunakan organisme sebagai

1
Eko Sri Wahyuni, “PERTUMBUHAN LALAT BUAH (Drosopilla sp.) PADA BERBAGAI MEDIA DAN
SUMBANGANNYA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA”, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Tanjungpura Pontianak, hlm.1
2
Suparman, dkk, “INDEKS ISOLASI SEXUAL ANTARA LALAT BUAH (DROSOPHILA MELANOGASTER
(MEIGEN)) DARI MOYA, PULAU TERNATE DAN GURABUNGA, PULAU TIDORE”, Jurnal Ilmiah MIPA,
Vol.3, No.1, thn.2018, hlm.41
3
Suharsono & Egi Nuryadin, “PENGARUH SUHU TERHADAP SIKLUS HIDUP LALAT BUAH (DROSOPHILA
MELANOGASTER)” Jurnal Bioeksperimen, Vol.5, No. 2, thn.2019, hlm.114

1
percobaan, siklus hidup merupakan hal yang tak boleh diabaikan. Siklus hidup lalat buat
penting untuk dipelajari untuk memudahkan percobaan genetika, pengamatan
perkembangan tiap waktu, lalat virgin, reproduksi, breeding, dan karena merupakan hewan
model (Nasa, 2006)4.
Daur hidup lalat buah termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur, larva, pupa,
kemudian imago. Perkembangan Drosophila melanogaster dimulai segera setelah terjadi
fertilisasi yang terdiri dari dua proses, yaitu periode embrionik didalam telur dan
postembrionik setelah menetas dari telur. Pada fase embrionik, lalat akan makan tanpa
henti. Sedangakan pada fase paska embrionik perkembangan lalat dibagi menjadi 3 tahap
yang terbagi menjadu larva, pupa, dan dewasa (Silvia, 2003)5. Cepat dan lambatnya siklus
hidup lalat buah dipengaruhi beberapa faktor diantaranya faktor suhu dan makanan. Suhu
yang masih bisa ditoleransi untuk siklus hidup ini berada dikisaran 18 – 30 derajad Celcius.
Pada suhu tertentu dari siklus hidup lalat buah bisa menjadi lambat dan pada suhu yang lain
siklus hidup bisa dipercepat bahkan pada suhu yang tertentu lalat buah yang dihasilkan bisa
menjadi steril6.
Untuk membedakan jenis kelamin alat jantan dan betina dapat diamati dalam tabel
sebagai berikut :

Lalat betina Lalat jantan

Ujung abdomen Memanjang dan meruncing Membulat


Jumlah segmen abdomen 7 5
Ukuran tubuh Lebih besar Lebih kecil
Sex Comb (sisir kelamin) Tidak ada Terdapat pada permukaan
distal dari tarsus terakhir
dari kaki depan7

4
Ibid, hlm.115
5
Silvia, T, “Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Formaldehida Terhadap Perkembangan Larva
Drosophila”, Bandung : Jurusan Biologi Universitas Padjadjaran, thn.2003
6
Suharsono & Egi Nuryadin, “PENGARUH SUHU TERHADAP SIKLUS HIDUP LALAT BUAH (DROSOPHILA
MELANOGASTER)” Jurnal Bioeksperimen, Vol.5, No. 2, thn.2019, hlm.115
7
Desi Kartikasari, “Petunjuk Praktikum Genetika”, JURUSAN TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
DAN ILMU KEGURUAN, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG, thn.2023, hlm.20

2
Drosophila memiliki ciri morfologi yang berbeda antara jantan dan betinanya (Borror,
et all, 1996). Pada jantan Memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
yang betina. Memiliki 3 ruas dibagian abdomennya dan memiliki sisir kelamin. Sedangkan
pada betina ukuran relatif lebih besar, memiliki 6 ruas pada bagian abdomen dan tidak
memiliki sisir kelamin. Pada Drosophila melanogaster ditemukan 4 pasang kromosom.
Pada jantan dan betina umumnya adalah sama, tetapi ada sedikit perbedaan yaitu pada salah
satu kromosom jantan terdapat lengkungan seperti mata pancing. Sementara itu terkait
dengan umur seksual betina untuk kawin pada Drosophila melanogaster diperoleh
informasi yang bervariasi. Ada beberapa pendapat yang menyebutkan umur berapa
Drosophila melanogaster betina mencapai kedewasaan seksual8.

Gambar 1.1. perbedaan jantan dan betina pada


lalat buah Drosophila Sp.

8
Suparman, dkk, “INDEKS ISOLASI SEXUAL ANTARA LALAT BUAH (DROSOPHILA MELANOGASTER
(MEIGEN)) DARI MOYA, PULAU TERNATE DAN GURABUNGA, PULAU TIDORE”, Jurnal Ilmiah MIPA,
Vol.3, No.1, thn.2018, hlm.41-42

3
BAB II

METODE

A. TUJUAN
1. Mengetahui siklus hidup lalat buah Drosophila Sp.
2. Dapat membedakan jenis kelamin Drosophila Sp.
3. Menguji apakah perbandingan 1 : 1
4. Dapat membuat media pemeliharaan Drosophila Sp.
5. Mengetahui kromosom raksasa Drosophila Sp.
B. ALAT DAN BAHAN
Alat dan Bahan yang digunakan :
• Lalat buah Drosophila Sp.
• Cawan petri
• Kuas
• Kaca benda
• Kaca penutup
• Botol biakan
• Kaca pembesar (lup)
• Botol/plastic ampul
• Kantong plastic
• Kertas pupasi sebagai tempat peletakan pupa lalat
• Tisu
• Jarum pentul
• Karet
• Alat tulis
• Pisang rajamala
• Tape ketela pohon
• Gula merah
• Safranin
• Mikroskop stereo

4
C. PROSEDUR KERJA
1. Persiapan Medium
Pembuatan medium dilakukan sebelum pengambilan sampel, untuk medium
pemeliharaan Drosophila hasil tangkapan. Medium yang digunakan adalah :
• Bahan-bahan dengan komposisi pisang rajamala 350 gr, tape ketela pohon 100 gr,
dan gula merah 50 gr (perbandingan 7:2:1).
• Mencampur ketiga bahan tersebut (butir a) menjadi adonan yang halus dan
homogen dengan menggunakan blender.
• Menambahkan air ke adonan secukupnya dan memanaskannya kurang lebih selama
menit atau sampai adonan masak.
• Menuangkan medium tersebut ke dalam botol biakan sekitar sepertiga tinggi botol,
kemudian didinginkan dan ditambah yeast kira-kira 7 butir.
• Memasukkan kertas pupasi ke dalam botol yang telah berisi medium tersebut.
• Selanjutnya menutup botol dengan penutup spon.
2. Penangkapan Lalat Buah Di Alam
• Siapkan botol selai yang bersih.
• Masukkan potongan buah yang masak.
• Letakkan ditempat yang terbuka, dijaga jangan sampai ada semut yang masuk.
• Tutuplah botol dengan kain setelah jumlah lalat yang masuk kedalam botol cukup
banyak.
• Ikatlah kain penutup botol dengan karet atau rafia.
• Pindahkan lalat pada botol biakan yang telah berisi media.
• Lakukan pengamatan dengan cepat, apabila pengamatan belum selesai lalat sudah
sadar, lakukan pembiusan sekali lagi.
• Setelah pengamatan, lalat dimasukkan kembali pada botol medium semula.
3. Eterisasi
Untuk pengamatan dan penghitungan lalat buah harus dibius terlebih dahulu.
Zat kimia yang biasa dipakai adalah eter atau klorofom. Cara pembiusan sebagai
berikut:
• Sentakkan botol pada telapak tangan secara perlahan, supaya lalat buah yang
menempel pada tutup busa dapat jatuh ke bawah.
• Pindahkan lalat buah ke botol kosong dengan bantuan corong.
• Tutup botol berisi lalat buah dengan sumbat busa.

5
• Masukkan kapas yang telah ditetesi eter ke dalam botol berisi lalat melalui sela-sela
sumbat busa.
• Setelah lalat terbius, pindahkan lalat ke atas kertas putih atau ke dalam cawan petri.
• Lalat akan terbius selama 1 - 2 menit.
• Lakukan pengamatan dengan cepat. Apabila pengamatan belum selesai lalat sudah
sadar, lakukan pembiusan sekali lagi.
• Setelah pengamatan, lalat dimasukkan kembali pada botol medium semula.
4. Pengamatan
a. Pengamatan jenis kelamin.
• Mengamati lalat buah yang telah ditangkap.
• Membedakan jenis kelamin lalat betina dan jantan, kemudian menggambar
kedua jenis lalat tersebut, memberi keterangan bagian-bagiannya, sehingga
tampak jelas perbedaan ke dua jenis kelamin lalat tersebut.
b. Pengamatan siklus hidup lalat buah
• Memelihara 3 pasang lalat buah dalam botol yang telah berisi media.
• Memberi catatan pada botol : tanggal mulai pemeliharaan, nama kelompok.
• Mengamati perubahan yang terjadi setiap hari, misalnya terdapatnya telur, larva
instar 1,2,3, prapupa, pupa, pigmentasi pupa dan keluarnya lalat dewasa.
• Setelah terbentuk pupa, mengeluarkan lalat parental dari dalam botol,
memasukkannya ke dalam botol.
c. Pengamatan jumlah lalat jantan dan betina dan menghitung perbandingan jenis
kelamin
• Mengamati imago yang terbentuk setiap hari.
• Memisahkan lalat jantan dan lalat betina pada botol biakan yang berbeda.
• Menghitung perbandingan jenis kelamin dengan Uji x2.

6
BAB III

DATA PRAKTIKUM

A. DATA PRAKTIKUM
1. Siklus Hidup Drosophila Sp.
Data yang telah diperoleh dari praktikum penelitian kemudian diletakkan dalam
tabel berikut ini, yakni sebagai berikut :
No Fase Gambar Keterangan
1 Larva Larva
Drosophila Sp.
terletak di
dinding-dinding
botol biakan,
berwarna putih,
berbentuk
silinder
memanjang.

2 Pupa Pupa
Drosophila Sp.
terletak di dasar
medium,
berwarna coklat
tua, berbentuk
silinder/lonjong
dengan ke dua
yang
meruncing.

7
3 Dewasa Dewasa
Drosophila Sp.
sudah memiliki
sayap, terbang
bebas di dalam
medium.

2. Jenis Kelamin Drosophila Sp.

Terdapat 7 Garis
Hitam Pada
Permukaan Atas Ujung Abdomen
Abdomen Kecil dan Runcing

Pada penelitian yang kami lakukan, kami menemukan bahwa lalat Drosophila Sp. yang
kami amati berjenis kelamin perempuan, yaitu dengan di tandainya ujung abdomen yang
berbentuk kecil dan runcing, dan terdapat 5 garis hitam pada permukaan atas abdomen.

8
3. Kromosom Raksasa Larva Drosophila Sp.
• Perbesaran 4x

• Perbesaran 10x

9
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Praktikum Drosophila sp. dilaksanakan pada tanggal 22 November 2023 yang
berlokasikan di Laboratorium Biologi Universitas Sayyid ali Rahmatullah Tulungagung.
Pada praktikum Drosophila sp., kami mengamati siklus hidup dari Drosophila sp.,
menentukan jenis kelamin dari Drosophila sp., serta, mengamati kelenjar ludah (kromosom
raksasa) Drosophila sp.. Bahan yang kami amati, yakni Drosophila sp. diletakkan pada
sebuah botol biakan yang didalamnya sudah diberikan media (campuran pisang, tape
singkong, dan gula merah yang telah dihaluskan dan dimasak) dan telah diberikan kertas
pupa, kemudian ditutup dengan plastic yang telah dilubangi dengan jarum, kemudian
plastik tersebut diikat dengan menggunakan karet.

Klasifikasi dari Drosophila sp. (Borror, 1992):

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Drosophilidae

Genus : Drosophila

Spesies : Drosophila sp.

1. Siklus Hidup Drosophila sp.


Kami mengamati siklus hidup Drosophila sp. dalam kurun waktu empat hari. Dalm
kurun waktu tersebut, menunjukkan siklus hidup Drosophila sp. yang terdiri dari fase
larva tahap pertama, pupa, dan imago (Drosophila dewasa). Pada pengamatan siklus
hidup Drosophila sp. ini, kami tidak menemukan adanya fase telur, larva tahap kedua,
serta larva tahap ketiga. Fase hidup yang tidak kami temukan, kemungkinan
dikarenakan waktu pengamatan yang begitu sebentar dan botol medium yang terlalu
padat sehingga menyebabkan menurunnya bahkan tidak adanya produksi telur dan
meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.

10
Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur
– larva instarI – larva instar II – larva instar III – pupa– imago. Fase perkembangan dari
telur Drosophila sp. dapat dilihat lebih jelas pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.1. Siklus Hidup Drosophila sp.


(Silvia,2003)

Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua
periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada
saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam.
Dan pada saat seperti ini, larva tidak henti henti untuk makan. Kedua yaitu periode
setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang dibagi
menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan
pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksualterjadi pada saat
dewasa (Silvia, 2003).
Telur Drosophila berbentuk kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di
permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi
lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur
perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari.9 Telur Drosophila
dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma

9
Silvia, T. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Formaldehida Terhadap Perkembangan Larva
Drosophila. Bandung: Jurusan Biologi Universitas Padjadjaran.

11
dan suatu selaput tipis tapi kuat (korion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua
tangkai tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut.10
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali
dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat
sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior (Silvia,
2003).
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk
mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan
kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar.
Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan
indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah
pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk
pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium
makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak. Sederhananya, pada
Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada proses pergantian kulit (molting) yang
berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari
larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago .11
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat
banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva
yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam
botol. Pada tahap ini, larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan
seperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa. Larva
Drosophila membentuk cangkang, pupa tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras
dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai
dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa)
menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan
tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa (Ashburner,
1985).
Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan
dorman yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum

10
Borror, D. J., N. F. Johnson., and C. A. Triplehorn. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Diterjemahkan oleh
Suryobroto, M. UGM Press. Yogyakarta.
11
Tsubota, S.I., Ashburner, M., Schedl, P. (1985). P-element-induced control mutations at the r gene of Drosophila
melanogaster. Mol. Cell. Biol. 5(): 2567--2574.

12
dewasa) disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari
anlagen ke bentuk dewasa.12 Drosophila sp. dalam satu siklus hidupuya berusia sekitar
9 bari Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum
terbentang Sementara itu. lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan
menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan Ujung
anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur Walaupun
banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat
berfertilisasi dengan pronukleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam
perkembangan jaringan embrio (Borror, 1992).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup
Drosophila sp. diantaranya sebagai berikut:
1) Suhu Lingkungan
Drosophila sp. mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi
ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28°C. Pada suhu ini lalat akan
mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau
sekitar 180C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya
relatiflebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30°C, lalat dewasa
yang tumbuh akan steril.13
Menurut Malini dan Rasmi (1993), Lalat yang dipelihara pada suhu rendah
mempunyai kemampuan reproduksi lebih rendah apabila dibandingkan dengan lalat
yang dipelihara pada suhu tinggi. Menurut siwi (2005), Drosophila melanogaster
betina yang banyak mendapatkan sinar akan lebih cepat menghasilkan telur.
Menurut Shorrocks (1972), suhu optimal untuk pertumbuhan Drosophila
melanogaster sekitar 25 – 28°C. Menurut Pribadi dan Anggraeni (2010), Suhu
lingkungan berpengaruh terhadap metabolisme tubuh serangga dengan
mengaktifkan enzim- enzim pencernaan. Aktifitas enzim-enzim pada serangga akan
meningkat seiring kenaikan suhu sehingga intensitas makan akan meningkat dan
akan berpengaruh pada perkembangan serangga.
2) Ketersediaan Media Makanan

12
Silvia, T. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Formaldehida Terhadap Perkembangan Larva
Drosophila. Bandung : Jurusan Biologi Universitas Padjadjaran.
13
Mokosuli Yermia, dkk.2021.” PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS EKSPERIMEN MENGGUNAKAN
LALAT BUAH ISOLAT LOKAL”. Yogyakarta : Bintang Pustaka Madani

13
Jumlah telur Drosophila sp. yang dikeluarkan akan menurun apabila
kekurangan makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan
menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa berukuran
kecil, namun sering kali gagal berkembang menjadi individu dewasa. Beberapa
dapat menjadi dewasa yang hanya dapat menghasilkan sedikit telur. Viabilitas dari
telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh
larva betina.14
3) Tingkat Kepadatan Botol Pemeliharaan
Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak
terlalu padat. Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol pun
sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup beberapa pasang saja. Pada Drosophila sp.
dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat) individu
dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun apabila kondisi botol
medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi telur dan
meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.15
4) Intensitas Cahaya
Drosophila sp. lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami
pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap.16
2. Penentuan Jenis Kelamin Drosophila sp.
Drosophila memiliki ciri morfologi yang berbeda antara jantan dan betinanya
(Borror, et all, 1996). Pada jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila
dibandingkan dengan yang betina. Memiliki 3 ruas dibagian abdomennya dan memiliki
sisir kelamin. Sedangkan pada betina ukuran relatif lebih besar, memiliki 6 ruas pada
bagian abdomen dan tidak memiliki sisir kelamin. Drosophila melanogaster
merupakan hewan yang bersayap, dan berukuran kecil. Maka dari itu pengamatan
morfologi hewan ini bisa dengan menggunakan alat bantu seperti lup dan mikroskop.
Ada beberapa tanda yang dapat digunakan untuk membedakan lalat jantan dan
betina, yaitu bentuk abdomen pada lalat betina kecil dan runcing, sedangkan pada
jantan agak membulat. Tanda hitam pada ujung abdomen juga bisa menjadi ciri dalam
menentukan jenis kelamin lalat ini tanpa bantuan mikroskop. Ujung abdomen lalat

14
Shorrock. 1972. Drosophila. London : Gin and Company Limited.
15
Mokosuli Yermia, dkk. “PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS EKSPERIMEN MENGGUNAKAN
LALAT BUAH ISOLAT LOKAL”. Yogyakarta : Bintang Pustaka Madani. thn.2021. hlm.24
16
Ibid. hlm.25

14
jantan berwarna gelap, sedang pada betina tidak. Jumlah segmen pada lalat jantan hanya
5, sedang pada betina ada 7. Lalat jantan memiliki sex comb, berjumlah 10, terdapat
pada sisi paling atas kaki depan, berupa bulu rambut kaku dan pendek (Demerec dan
Kaufmann dalam Nur aini, 2008). Lalat betina memiliki 5 garis hitam pada permukaan
atas abdomen, sedangkan pada lalat jantan hanya 3 garis hitam (Wiyono dalam Nur
aini, 2008).

Menurut Agustina et al (2013) Drosophila melanogaster memiliki tiga pasang


kromosom penting, yang mempunyai sistem kromosom XX / XY untuk penetapan
kromosom seks, mempunyai kromosom raksasa pada kelenjar ludah dari larvanya, dan
pada Drosophila melanogaster jantan tidak ditemukan crossing over atau pindah silang
saat meiosis terjadi.

Menurut Cames (2015) pada lalat buah jantan mempunyai ciri-ciri yaitu ujung
abdomen membulat, jumlah abdomen atau sekat pada perut ada 5 buah, dan terdapat
sisir kelamin berupa 10 buah rambut kaku berwarna hitam di permukaan distal tarsus
terakhir kaki depan. Sedangkan pada lalat buah betina memiliki ciri-ciri yaitu ujung
abdomen memanjang dan meruncing, jumlah abdomen atau sekat pada perut ada 7
buah, dan tidak memiliki sisir kelamin. Pada betina ujung abdomen yang memanjang
dan meruncing itu ternyata berfungsi untuk menusuk buah muda berdaging dan untuk
menyalurkan telurnya. Ujung abdomen tersebut mengandung bahan serupa lapisan
tanduk. Selain itu, Menurut James (2001) terdapat perbedaan ciri pada lalat buah jantan
dan betina yaitu ukuran jantan lebih kecil dan betinanya lebih besar. Berwarna
kehitaman dan betinanya lebih putih dan terang. Terdapat struktur unik pada kaki depan
jantan yaitu sexcomb dan tidak ada pada betina. Ukuran sayap jantannya lebih pendek
dan betina relatif lebih panjang.

Pada pengamatan jenis kelamin menggunakan mikroskop stereo, Drosophila sp.


yang kami amati memiliki ciri-ciri sebagai berikut : ujung abdomen nya runcing dan
kecil, terdapat 5 garis hitam pada permukaan atas abdomen, serta ujung abdomen yang
cerah atau tidak gelap. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa jenis kelamin pada
Drosophila yang kami amati adalah betina.

15
Pada Drosophila melanogaster ditemukan 4 pasang
kromosom. Pada jantan dan betina umumnya adalah sama,
tetapi ada sedikit perbedaan yaitu pada salah satu
kromosom jantan terdapat lengkungan seperti mata
pancing. Sementara itu terkait dengan umur seksual betina
untuk kawin pada Drosophila melanogaster diperoleh
informasi yang bervariasi. Ada beberapa pendapat yang
menyebutkan umur berapa Drosophila melanogaster
betina mencapai kedewasaan seksual.17 Gambar 4.2. Drosophila pada Pengamatan
Kelompok Kami

Terdapat beberapa pendapat mengenai waktu kedewasaan seksual individu betina


D. melanogaster. Shorrock (1972) menyatakan bahwa D. melanogaster betina akan
mencapai kedewasaan seksual pada usia 8 jam setelah menetas dari pupa. Hartanti
(1998) menyebutkan bahwa D. melanogaster betina mencapai kedewasaan seksual
pada waktu berumur 24 jam setelah keluar dari pupa. Fowler (1973) menambahkan
bahwa D. melanogaster betina yang baru menetas biasanya belum siap kawin dengan
D. melanogaster jantan dan akan mencapai kedewasaan seksual setelah umur 24 jam
setelah keluar dari pupa.
3. Pengamatan Kelenjar Ludah (Kromosom Raksasa) Droshopila sp.
Pada kelenjar saliva lalat buah (Drosophila melanogaster) ditemukan
kromosom yang berukuran lebih besar dari ukuran kromosom normal, yang biasa
disebut kromosom raksasa (polytene chromosom atau kromosom politen).18 Menurut
Kimball (1998), kromosom raksasa ini memiliki ukuran seratus kali lebih besar
daripada ukuran kromosom normal. Kromosom raksasa ini menunjukkan detail struktur
yang lebih jelas dari kromosom normal. Bentuk kromosom raksasa pada lalat buah ini
adalah linier atau batang. Kromosom raksasa terdiri dari dua daerah yaitu daerah pita
yang gelap (band) dan pita yang terang (interband) yang terletak berselang-seling secara
bergantian.
Pada daerah pita yang gelap terdapat banyak DNA. Pada daerah ini, kromatin
mengalami kondensasi atau pelipatan secara maksimal yang disebut sebagai

17
Suprman, dkk. 2018. “INDEKS ISOLASI SEXUAL ANTARA LALAT BUAH (DROSOPHILA MELANOGASTER
(MEIGEN)) DARI MOYA, PULAU TERNATE DAN GURABUNGA, PULAU TIDORE”. Jurnal Saintifik. Vol.3.
No.1. hlm.41-48.
18
Suryo. 1986. Genetika Manusia. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

16
heterokromatin yang berperan aktif pada saat terjadi pembelahan. Heterokromatin
dengan lilitan padat yang mengalami kondensasi adalah gen yang tidak terekspresi.19
Sedangkan pada interband atau pita terang tidak terjadi kondensasi. Pada pita terang ini
terdapat eukromatin dengan lilitan renggang. Band yang terurai membentuk puff. Puff
adalah gen aktif pada transkripsi RNA.20 Kromosom politen D. melanogaster yang
sering digunakan untuk penyelidikan genetika mempunyai jumlah kromosom sedikit,
yaitu 8 kromosom, terdiri atas 6 autosom dan 2 kromosom kelamin.21 Preparasi atau
pembuatan preparat kromosom ini lebih mudah dan murah dibandingkan dengan
preparasi kromosom biasa (Darlington dan La Cour, 1960). Karena ukuran kromosom
yang sangat besar, struktur yang lengkap (adanya kromosenter, kromonemata, band,
interband, dan puff), dan preparasi yang murah dan mudah, maka kromosom D.
melanogaster merupakan substansi genetik yang baik dalam memberikan gambaran
DNA yang membentuk kromatin, visualisasi kromatin yang mengawali replikasi DNA
dalam sintesis protein, dan gambaran detail struktur komosom.
3. Eterisasi
Drosophila melanogaster merupakan jenis serangga biasa yang umumnya tidak
berbahaya dan merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah. Lalat ini
merupakan lalat buah yang dapat dengan mudah berkembang biak. Contohnya dari satu
perkawinan saja dapat menghasilkan ratusan keturunan, dan generasi yang baru dapat
dikembangbiakkan setiap dua minggu. Drosophila melanogaster pada kondisi
lingkungan normal adalah organisme diploid dengan empat buah kromosom. Masing-
masing kromosom mempunyai empat pasang kromosom homolog keculai kromosom
X dan kromosom Y (Oktary et al, 2015). Gen yang sifat jantan dan betina masing-
masing tersebar diantara autosom dan terletak pada kromosom X. Ada kecenderungan
betina yang kuat pada kromosom X. Dengan adanya satu kromosom X, maka akan
memberikan 1,5 kecenderungan betina, sedangkan satu set autosom cenderung akan
menjadi jantan, jadi perbansingannya 1,5 : 1. Kromosom Y tidak menentukan jenis
jantan ataupun kehidupan lalat Drosphila, akan tetapi kromosom Y diperlukan untuk
menjaga fertilitas.22
Menurut Safitri & Bachtiat (2017), D. melanogaster populer karena sangat
mudah berkembang biak hanya memerlukan waktu dua minggu untuk menyelesaikan

19
Kimball, J. W. (1998). Penerj. Siti Soetarmi, Biologi Jilid I Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
20
Wolfe, S.L. 1993. “Molecular and cellular biology”. Wadsworth Publishing Company : Belmont
21
Suryo. 1986. Genetika Manusia. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
22
Sisunandar. (2014). Penuntun Praktikum Genetika. UM, Purwekerto.

17
seluruh daur kehidupannya, mudah pemeliharaannya, serta memiliki banyak variasi
fenotif yang relatif mudah diamati. Penelitian tentang Drosophila melanogaster
dilakukan oleh Institut Teknologi California. Drosophila melanogaster diteliti dengan
memperhatikan warna matanya. Lalat yang normal berwarna merah, tetapi dari sekian
banyak lalat ada lalat jantan yang bermata putih yang disebut mutan. Kemudian Morgan
mengawinkan lalat jantan bermata putih dengan lalat betina normal (bermata merah).
Diperoleh semua F1 baik jantan maupun betina bermata merah. Ketika lalat-lalat F1
dikawinkan didapat keturunan F2 yang memperlihatkan perbandingan ¾ bermata
merah: ¼ bermata putih, kecuali itu lalat-lalat F2 yang bermata merah adalah betina,
dapat memberikan keturunan yang berbeda dari perkawinan resiprok.23 Alasan
menggunakan Drosophila melanogaster dalam percobaan adalah Drosophila
melanogaster merupakan insekta yang memiliki jumlah kromosom yang sedikit, yaitu
2n = 8. Drosophila melanogaster memiliki siklus hidup yang pendek yaitu sekitar 10-
12 hari, dengan menghasilkan telur yang banyak tiap kali Drosophila melanogaster
betina bertelur, sehingga mudah dirawat dan mempunyai banyak karakter mutan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Msy Elsa dan Ika Oksi (2020) pada
penelitian yang berjudul “Monohibridization with Different Media Treatments on Fruit
Flies (Drosophila melanogaster)”, Eterisasi dilakukan dengan cara membasahi
segumpal kapas yang telah disediakan dengan eter secukupnya. Kapas dimasukkan ke
botol selai yang telah berisi lalat Drosophila yang akan digunakan untuk praktikum
secepatnya dan ditutup kembali. Biarkan selama ± 1 menit sampai semua lalat terbius.
Kapas dan lalat Drosophila dikeluarkan dari botol. Lalat Drosophila yang telah terbius
diletakkan diatas sehelai kertas HVS. Lalat yang mati dipisahkan dari lalat yang terbius.
Eterisasi dilakukan lagi pada lalat yang hampir sadar selama beberapa detik. Lalat yang
masih hidup dimasukkan ke dalam botol selai yang berisi kapas dan masing-masing
media yang telah dibuat sebelumnya.
Lalat yang terbius diletakkan di atas kertas HVS. Lalat diamati menggunakan
kaca pembesar untuk membedakan jenis anatara jantan dan betina serta warna mata.
Cara membuat persilangannya adalah dengan dua pasang Drosophila melanogaster
dimasukkan pada setiap botol selai yang telah berisi masing-masing medium kultur.
Aluminium foil ditutup kembali kemudian dilubangi dengan jarum pentul sehingga
memungkinkan udara segar dapat keluar masuk ke dalam botol selai (aerasi tetap

23
Suryo. (2008). Genetika Strata 1. UGM Press, Yogyakarta.

18
berlangsung). Setelah seminggu seks dan fenotif lalat-lalat tersebut diamati. Hasil
dicatat dalam tabel pengamatan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Msy Elsa dan Ika Oksi (2020), adalah
sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Monohibrid pengulangan pertama (Tanpa Fermipan)
Media yang digunakan pada percobaan ini ialah agar + pisang, agar + tepung
jagung, dan tepung jagung.

Media Jumlah Lalat Warna Mata Jumlah Lalat F1 Warna Mata F1


Parental Parental
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
1 2 3 Merah Merah 0 1 - Hitam
2 2 2 Merah Merah 1 1 Merah Merah
3 2 2 Merah Merah 1 1 - Merah

Tabel 2. Hasil Pengamatan Monohibrid pengulangan pertama (Ditambah Fermipan)

Media Jumlah Lalat Warna Mata Jumlah Lalat F1 Warna Mata F1


Parental Parental
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
1 3 3 Merah Merah 0 1 - -
2 2 2 Merah Merah 11 27 Merah Merah
3 1 3 Merah Merah 1 1 - Merah

Tabel 3. Hasil Pengamatan Monohibridisasi pengulangan ke dua (Tanpa Fermipan)

Media Jumlah Lalat Warna Mata Jumlah Lalat F1 Warna Mata F1


Parental Parental
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
1 2 2 Merah Merah 0 0 - -
2 2 2 Merah Merah 0 0 - -
3 2 2 Merah Merah 0 0 - -

Tabel 4. Hasil Pengamatan Monohibridisasi pengulangan ke dua (Ditambah Fermipan)

19
Media Jumlah Lalat Warna Mata Jumlah Lalat F1 Warna Mata F1
Parental Parental
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
1 2 2 Merah Merah 0 1 - Merah
2 2 2 Merah Merah 3 22 Merah Merah
3 2 2 Merah Merah 1 3 Merah Merah

Tabel 5. Hasil Pengamatan Monohibrid pengulangan ketiga (Tanpa Fermipan)

Media Jumlah Lalat Warna Mata Jumlah Lalat F1 Warna Mata F1


Parental Parental
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
1 1 1 Merah Merah 2 5 Merah Merah
2 1 1 Merah Merah 0 1 - Merah
3 1 1 Merah Merah 1 3 Merah Merah

Tabel 6. Hasil Pengamatan Monohibrid pengulangan ketiga (Ditambah Fermipan)

Media Jumlah Lalat Warna Mata Jumlah Lalat F1 Warna Mata F1


Parental Parental
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
1 1 1 Merah Merah 0 0 - -
2 1 1 Merah Merah 4 10 Merah Merah
3 1 1 Merah Merah 4 5 Merah Merah

Tabel 7. Hasil Pengamatan Monohibridisasi pengulangan keempat (Tanpa Fermipan)

Media Jumlah Lalat Warna Mata Jumlah Lalat F1 Warna Mata F1


Parental Parental
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
1 2 1 Merah Merah 6 5 Merah Merah
2 2 1 Merah Merah 2 1 Hitam Merah
3 2 1 Merah Merah 4 6 Merah Merah

20
Tabel 8. Hasil Pengamatan Monohibridisasi pengulangan keempat (Ditambah
Fermipan)

Media Jumlah Lalat Warna Mata Jumlah Lalat F1 Warna Mata F1


Parental Parental
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
1 2 1 Merah Merah 2 1 Hitam Merah
2 2 1 Merah Merah 8 4 Merah Merah
3 2 1 Merah Merah 2 6 Merah Merah
Catatan:
1. Agar + pisang
2. Agar + Tepung Jagung
3. Tepung jagung
Dari penelitian tersebut diperoleh perbandingan jumlah Drosophila sp. jantan dan
betina pada pengulangan pertama (tanpa fermipan) adalah 2:3, sedangkan pada
pengulangan pertama (ditambah fermipan) adalah 1:2,2. Pada pengulangan kedua
(tanpa fermipan), perbandingan jantan dan betina nya adalah 1:1, sedangkan pada
pengulangan kedua (ditambah fermipan) adalah 1:4,5. Perbandingan jumlah
Drosophila sp. jantan dan betina pada pengulangan ketiga (tanpa fermipan) adalah 1:3,
sedangkan pada pengulangan ketiga (ditambah fermipan) adalah 1:1,14. Perbandingan
jumlah Drosophila sp. jantan dan betina pada pengulangan keempat (tanpa fermipan)
adalah 1:1,2. Dan perbandingan Drosophila sp. pada pengulangan keempat (ditambah
fermipan) adalah 12:11.
B. HASIL DISKUSI
1. Mengapa botol biakan yang telah berisi lalat ditutup dengan kain, atau busa plastic ?
Jawab : Botol biakan yang berisi lalat sering ditutup dengan kain atau busa plastik
untuk mencegah lalat keluar dan menyebar. Kain atau busa plastik tersebut dapat
berfungsi sebagai penyaring, memungkinkan udara masuk ke dalam botol namun
mencegah lalat keluar. Hal ini membantu menjaga kondisi lingkungan di dalam botol
dan mencegah penyebaran lalat ke area sekitarnya.
2. Mengapa lalat yang dipelihara pada temperatur yang lebih rendah mempunyai siklus
yang lebih panjang ?
Jawab : Lalat yang dipelihara pada temperatur yang lebih rendah memiliki siklus hidup
yang lebih panjang karena suhu memengaruhi laju metabolisme dan perkembangan

21
biologis mereka. Pada suhu rendah, metabolisme lalat melambat, yang mengakibatkan
proses perkembangan seperti pertumbuhan dan reproduksi membutuhkan lebih banyak
waktu. Suhu rendah dapat memperlambat reaksi biokimia di dalam tubuh lalat,
termasuk proses reproduksi dan perkembangan telur menjadi larva, pupa, dan dewasa.
Oleh karena itu, lalat yang dipelihara pada suhu yang lebih rendah akan mengalami
siklus hidup yang lebih lambat dibandingkan dengan yang dipelihara pada suhu yang
lebih tinggi.
3. Apakah fungsi kertas pupasi yang diletakkan pada media ?
Jawab : Kertas pupasi yang diletakkan pada media pupa (tempat larva berubah menjadi
pupa) memiliki beberapa fungsi:
• Memberikan Dukungan Struktural : Kertas pupasi dapat memberikan struktur yang
kokoh dan mendukung untuk pupa selama fase pupasi. Hal ini membantu pupa
untuk tetap dalam posisi yang stabil dan melindungi mereka dari potensi kerusakan.
• Memudahkan Pemindahan : Pada beberapa kasus, kertas pupasi memudahkan
pemindahan pupa ke dalam wadah atau tempat lain tanpa merusak pupa. Ini berguna
dalam konteks penelitian atau pemeliharaan serangga.
• Meningkatkan Kebersihan : Kertas pupasi juga dapat membantu menjaga
kebersihan lingkungan pupasi dengan menyerap kelembaban atau sisa-sisa dari
proses pupasi, menjadikan lingkungan tersebut lebih bersih dan lebih mudah untuk
dikelola.
Penggunaan kertas pupasi bervariasi tergantung pada konteks dan keperluan
pemeliharaan serangga.
4. Mengapa kromosom kelenjar ludah pada Drosophila disebut sebagai kromosom
raksasa ?
Jawab : Kromosom pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster disebut kromosom
raksasa atau kromosom politen karena ukurannya yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan ukuran kromosom normal. Kromosom politen terbentuk akibat replikasi DNA
tanpa diiringi pembelahan sel (endoreduplikasi). Kromosom politen juga ditemukan
pada kelenjar ludah Chironomus sp. dan organisme lainnya seperti larva instar III
Drosophila melanogaster, serta pada beberapa jaringan dan organisme lainnya.

22
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Lalat buah merupakan hewan percobaan yang sering digunakan dalam praktikum
genetika. Drosophila melanogaster banyak digunakan sebagai hewan pada percobaan
genetika karena beberapa alasan, yaitu diantaranya : lalat buah hanya memerlukan
peralatan sederhana dan murah, mudah perawatannya, tidak berbahaya, siklus hidup yang
pendek, jantan dan betina mudah dibedakan, imago memiliki kromosom raksasa (polytene)
di kelenjar saliva, betinanya mampu menghasilkan 500 telur, memiliki 3 pasang autosom
dan sepasang gonosom, dan variasi mutan banyak. Sekuens genom lalat buah telah selesai
dan dipublikasikan pada tahun 2000, lalat ini banyak kita temukan di alam terutama
ditempat buah-buahan yang membusuk. Daur hidup lalat buah termasuk metamorfosis
sempurna, yaitu dari telur, larva, pupa, kemudian imago.
Drosophila memiliki ciri morfologi yang berbeda antara jantan dan betinanya (Borror,
et all, 1996). Pada jantan Memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
yang betina. Memiliki 3 ruas dibagian abdomennya dan memiliki sisir kelamin. Sedangkan
pada betina ukuran relatif lebih besar, memiliki 6 ruas pada bagian abdomen dan tidak
memiliki sisir kelamin. Drosophila memiliki ciri morfologi yang berbeda antara jantan dan
betinanya. Pada jantan Memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
yang betina. Memiliki 3 ruas dibagian abdomennya dan memiliki sisir kelamin. Sedangkan
pada betina ukuran relatif lebih besar, memiliki 6 ruas pada bagian abdomen dan tidak
memiliki sisir kelamin.
Hasil penelitian yang kami dapat, memberikan hasil bahwa dalam kurun waktu empat
hari ami mengamati siklus hidup Drosophila sp.. Dalm kurun waktu tersebut, menunjukkan
siklus hidup Drosophila sp. yang terdiri dari fase larva tahap pertama, pupa, dan imago
(Drosophila dewasa). Pada pengamatan siklus hidup Drosophila sp. ini, kami tidak
menemukan adanya fase telur, larva tahap kedua, serta larva tahap ketiga. Pada pengamatan
ini juga kami menemukan bahwa jenis kelamin Drosophila sp. yang kami amati
menggunakan mikroskop stereo, memiliki ciri-ciri sebagai berikut : ujung abdomen nya
runcing dan kecil, terdapat 5 garis hitam pada permukaan atas abdomen, serta ujung
abdomen yang cerah atau tidak gelap. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa jenis
kelamin pada Drosophila yang kami amati adalah betina. Kemudian hasil berikutnya yaitu

23
pada kelenjar saliva lalat buah (Drosophila melanogaster) ditemukan kromosom yang
berukuran lebih besar dari ukuran kromosom normal, yang biasa disebut kromosom raksasa
(polytene chromosom atau kromosom politen).
Dari penelitian tersebut juga diperoleh perbandingan jumlah Drosophila sp. jantan dan
betina pada pengulangan pertama (tanpa fermipan) adalah 2:3, sedangkan pada
pengulangan pertama (ditambah fermipan) adalah 1:2,2. Pada pengulangan kedua (tanpa
fermipan), perbandingan jantan dan betina nya adalah 1:1, sedangkan pada pengulangan
kedua (ditambah fermipan) adalah 1:4,5. Perbandingan jumlah Drosophila sp. jantan dan
betina pada pengulangan ketiga (tanpa fermipan) adalah 1:3, sedangkan pada pengulangan
ketiga (ditambah fermipan) adalah 1:1,14. Perbandingan jumlah Drosophila sp. jantan dan
betina pada pengulangan keempat (tanpa fermipan) adalah 1:1,2. Dan perbandingan
Drosophila sp. pada pengulangan keempat (ditambah fermipan) adalah 12:11.
B. SARAN
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan laporan ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimya pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis memohon maaf
yang sebesar-besarnya serta kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya. Sehingga bisa terus menghasilkan
karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

24
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, E., Mahdi, N. & Herdanawati. (2013). “Perkembangan Metamorphosis Lalat Buah
(Drosophilla melanogaster) pada Media Biakan Alami sebagai Referensi Pembelajaran
pada Matakuliah Perkembangan Hewan”. Jurnal Biotik.
Aini, N. (2008). "Kajian Awal Kebutuhan Nutrisi Lalat buah (Drosophila melanogaster)".
Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,Institut
Pertanian Bogor.
Borror D. J., Triplehorn C. A & Johnson N. F. (1992). "Pengenalan Pelajaran Serangga".
Diterjemahkan oleh Suryobroto, M. . Yogyakarta: UGM Press.
Borror D. J., Triplehorn C. A & Johnson N. F. (1996). "Pengenalan Pelajaran Serangga" Edisi
Keenam. Partosoedjono S, penerjemah; Brotowidjoyo MD,editor. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Carnes, M. U. (2015). "The genomic basis of postponed senescence in Drosophila
melanogaster". PLOSONE.
Elsa, M dan Oksi, I. (2020)."Monohibridization with Different Media Treatments on Fruit Flies
(Drosophila melanogaster)". Jurnal Biologi Tropis.
Darlington, C. dan L. F. La Cour. (1960). "The Handling of Chromosomes". London: George
Allen & Unwin Ltd.
Fowler, G. L. (1973). "Some Aspect of Reproductive Biology of Drosophila: Sperma Transfer,
Sperma Storage, and Sperma Utilization". Genetics.
Hartanti, S. (1998). "Studi Kecepatan Kawin, Lama Kopulasi dan Jumlah Turunan Drosophila
melanogaster Strain Black dan Sepia Pada Umur 2 dan 3 Hari". Skripsi. Malang: IKIP
Malang.
James, H. S. (2001). "Drosophila melanogaster: The Fruit Fly". Fitzroy Dearborn Publishers :
USA.
Kartikasari, D. (2023). "Petunjuk Praktikum Genetika". JURUSAN TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG.
Kimball, J. W. (1998). "Biologi" Jilid I Edisi Kelima, Penerj. Siti Soetarmi. . Jakarta: Erlangga.
Malini, D., dan Rasmi, D. (1993). "Perbandingan Kemampuan Reproduksi lalat Buah
(Drosophila annasse) yang Dipelihara pada Suhu Lingkungan yang Berbeda". Bali :
Universitas Udayana.
Nuryadin, E. & Suharsono. (2019). "PENGARUH SUHU TERHADAP SIKLUS HIDUP
LALAT BUAH (DROSOPHILA MELANOGASTER)". Jurnal Bioeksperimen.
Oktary, A. P. Ridwan, M. & Armi. (2015). "Ekstrak Daun Kirinyuh (Eupatorium odoratum)
dan Lalat Buah (Drosophila melanogaster)". Serambi Akademica.

25
Pribadi, A., dan Anggraeni, I. (2010). "Pengaruh Temperatur dan Kelembaban Terhadap
Tingkat Kerusakan Daun Jabon (Anthacephalus cadamba) oleh Arthrochista hilaralis".
Shorrock. (1972). "Drosophila". London: Gin and Company Limited.
Silvia, T. (2003). "Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Formaldehida Terhadap
Perkembangan Larva Drosophila". Bandung: Jurusan Biologi Universitas
Padjadjaran.
Sisunandar. (2014). "Penuntun Praktikum Genetika". UM, Purwekerto.
Siwi, S. S. (2005). "Eko-biologi Hama Lalat Buah". Bogor: BB-Biogen.
Suparman, dkk. (2018). "INDEKS ISOLASI SEXUAL ANTARA LALAT BUAH
(DROSOPHILA MELANOGASTER (MEIGEN)) DARI MOYA, PULAU TERNATE
DAN GURABUNGA, PULAU TIDORE". Jurnal Saintifik.
Suryo. (1968). "Molecular and cellular biology". Belmont: Wadsworth Publishing Company.
Suryo. (2008). "Genetika Strata 1". UGM Press, Yogyakarta.
Tsubota, S. I., Ashburner, M., Schedl, P. (1985). "P-element-induced control mutations at the
r gene of Drosophila melanogaster". Mol. Cell. Biol.
Wahyuni, E. S. (n.d.). "PERTUMBUHAN LALAT BUAH (Drosopilla sp.) PADA
BERBAGAI MEDIA DAN SUMBANGANNYA PADA PEMBELAJARAN
BIOLOGI DI SMA". Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Tanjungpura Pontianak.
Wolfe, S. L. (1993). "Molecular and cellular biology". Belmont: Wadsworth Publishing
company.
Yermia, M, dkk. (2021). "PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS EKSPERIMEN
MENGGUNAKAN LALAT BUAH ISOLAT LOKAL". Yogyakarta: Bintang Pustaka
Madani.

26

Anda mungkin juga menyukai