Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PROYEK GENETIKA DASAR

“Persilangan Drosophila melanogaster”

KELOMPOK 3 :
1. NURAIDAH FITRIANI (190104076)
2. FITRIANI AHMAD (190104084)

SEMESTER/KELAS : V/D
DOSEN PENGAMPU : Dr. M. HARJA EFENDI, M. Pd

TADRIS IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT. sebagai penguasa yang
akbar bagi seluruh alam semesta karena atas Rahmat dan berkat-Nyalah sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas laporan Genetika Dasar ini tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan alam Nabi
besar kita Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju
alam yang terang benerang serta dari zaman kebodohan menuju zaman kecerdasan
seperti sekarang ini.
Ucapan terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah genetika dasar dan
teman-teman seperjuang yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan ini masih belum sempurna, oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi yang membutuhkannya.

Mataram, 26 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan..........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................
A. Hasil Pengamatan........................................................................
B. Analisis Prosedur.........................................................................
C. Analisis Hasil...............................................................................
BAB III PENUTUP....................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................
B. Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Drosophila adalah salah satu model organisme yang telah diketahui
dengan baik untuk mempelajari pola mekanisme perkembangan selama awal
perkembangan.Penelitian tentang perkembangan organ (organogenesis) pada
beberapa tahun terakhir menyarankan bahwa Drosophila merupakan
organisme yang ideal untuk menjawab pertanyaan bagaimana nasib sel (cell
fate) ditentukan dalam organogenesis. Hingga saat ini sudah banyak diteliti
tentang proses pembentukan segmen tubuh meskipun masih banyak
pertanyaan tentang bagaimana informasi pesan diterjemahkan pada sel-sel
yang letaknya berjauhan untuk membentuk organ yang beragam. Selain
penelitian tentang perkembangan system saraf pusat dan organ lain seperti
usus pada system pencernaan, trache dan kelenjar ludah serta derivatnya.
Pada Drosophila melanogaster selama kopulasi, sperma dari jantan akan
ditampung di uterus dan selanjutnya bermigrasi ke spermateka dan
reseptakulum seminalis disimpan. Menurut Levetre dan Jonson (1962) dan
Ganera Bellindo (1964) dalam Fowler (1973) jumlah sperma yang diejakulasi
sangat tergantung pada umur jantan. Fowler (1973) mengemukakan bahwa
individu jantan yang sama sekali belum pernah kawin jumlah sperma akan
bertambah banyak seiring bertambahnya umur jantan, dan ada kecendrungan
gamet Y akan diturunkan dari individu jantan yang masih berusia lebih muda.
Sedangkan gamet X akan banyak diturunkan dari jantan yang usianya lebih
tua.
Nisbah kelamin adalah jumlah individu jantan dibagi dengan jumlah individu
betina dalam satu species yang sama (Herskowit, 1973). Berkenaan dengan
penentuan jenis kelamin
Drosophila melanogaster Bridges (1910) dalam Nurjannah (1998)
berpendapat bahwa mekanisme penentu jenis kelamin Drosophila
melanogaster lebih tepat didasarkan atas teori perimbangan genetik. Teori ini

4
dinyatakan dengan indeks kelamin yaitu banyaknya kromosom X dibagi
dengan banyaknya autosom pada suatu pasangan atau disingkat X/A.
Penyimpangan nisbah kelamin pada Drosophila melanogaster bisa saja
terjadi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya umur jantan. Oleh
sebab itu selang umur jantan dapat menyebabkan nisbah kelamin.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara mengetahui pengaruh umur jantan Drosophila
melanogaster dan strain terhadap nisbah kelamin?
b. Bagaimana pengaruh interaksi antara umur jantan D.Melanogaster (7 dan
14 hari) terhadap nisbah kelamin?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengaruh umur jantan Drosophila melanogaste dan
strain terhadap nisbah kelamin
b. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara umur jantan D.Melanogaster
(7 dan 14 hari) terhadap nisbah kelamin

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Drosophila melanogaster Meigen
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Species : Drosophila melanogaster Meigen (Johnson, 1992).
D. melanogaster memiliki ciri-ciri sebagai berikut: panjang tubuh lalat
dewasa 2-3 mm. Kepala berbentuk elips dengan antena yang berbentuk tidak
runcing dan bercabang-cabang. Thorax berwarna krem, ditumbuhi banyak bulu
dengan warna dasar putih. Abdomen bersegmen lima, segmen terlihat dari garis-
garis hitam yang terletak pada abdomen. Sayap D. melanogaster normal memiliki
ukuran yang panjang dan lurus, bermula dari thorax hingga melebihi abdomen
dengan warna transparan. Tubuh berwarna coklat kekuningan dengan faset mata
berwarna merah berbentuk elips. Selain itu, D. melanogaster normal mempunyai
mata oceli dengan ukuran jauh lebih kecil daripada mata majemuk, berada pada
bagian atas kepala, di antara dua mata majemuk dan berbentuk bulat. D.
melanogaster dewasa mempunyai dua morfologi sex yang berbeda, yaitu: jantan
dan betina (Herskowitz 1977).
Ukuran D. melanogaster betina lebih besar daripada D. melanogaster
jantan. D. melanogaster jantan mempunyai tanda berwarna gelap atau hitam pada
abdomen bagian dorsal, sedangkan pada D. melanogaster betina tidak mempunyai
tanda berwarna gelap atau hitam pada abdomen bagian dorsal. D. melanogaster
jantan memiliki sisir kelamin (sex comb) pada kaki depannya yang digunakan
ketika kawin, sedangkan D. melanogaster betina tidak memiliki sex comb. Pada
bagian ujung abdomen D. melanogaster betina agak runcing, sedangkan ujung
abdomen D. melanogaster jantan agak membulat (Dimit, 2006).

6
D. melanogaster memiliki 8 buah (4 pasang) kromosom yang terdiri atas 6
buah (3 pasang) kromosom tubuh (autosom) dan 2 buah (1 pasang) kromosom
kelamin. Berikut merupakan gambar dari perbedaan Drosophila melanogaster
jantannormal dan betina stain normal (Suryo, 2010).
Drosophila melanogaster mengalami metamorfosis sempurna, yang berarti
siklus hidupnya terdiri dari fase telur, larva, pupa, dan imago. Fase larva dibagi
lagi menjadi larva instar 1, larva instar 2, dan larva instar 3 (Geiger, 2002).
Siklus hidup Drosophila melanogaster dimulai dari tahap telur. Pada suhu
250C telur akan menetas setelah 24 jam sejak peletakkan telur. Telur Drosophila
melanogaster berbentuk lonjong dengan panjang ± 0,5 mm, pada salah satu ujung
telur terdapat sepasang filamen yang berfungsi untuk mencegah tenggelamnya
telur dalam media dan untuk membantu pernapasan D. melanogaster (Shorrocks,
1972).
Setelah menetas larva akan mengalami 3 tahapan yaitu, larva instar 1,
larva instar 2, dan larva instar 3. Larva instar 1 muncul setelah telur menetas,
sehari kemudian larva instar 1 akan berubah menjadi larva instar 2 dan setelah
sehari larva instar 2 berkembang menjadi larva instar 3. Larva akan terus makan
hingga ukurannya membesar . Kecepatan makan dan geraknya akan bertambah
seiring dengan perkembangan larva. Selama makan, larva akan membuat saluran-
saluran pada medium. Aktivitas dalam membuat saluran pada medium dapat
dijadikan indikator tentang pertumbuhan dan perkembangan larva yang baik
(Demerec dan Kaufmann, 1961).
D. melanogaster dewasa atau imago muncul dari puparium melalui
operkulum. Operkulum terletak pada bagian dorsal permukaan cangkang pupa.
Ketika imago mendorong operculum, lapisan operculum pecah. Tubuh imago
muda berukuran lebih kecil berwarna lebih terang dan memiliki sayap yang belum
terentang. Dalam beberapa jam tubuh imago akan menggelap dan membulat
sehingga sayap D. melanogaster akan merentang. Betina mampu menyimpan
sperma yang akan digunakan untuk membuahi telur selanjutnya, dengan demikian
betina harus dipisahkan sebelum kawin untuk mendapatkan betina virgin
(Shorrock, 1972).

7
BAB II
METODOLOGI

A. Pelaksanaan
Hari/Tanggal :Minggu, 26 September 2021
Waktu : 09:00 - Selesai
Tempat : Pagesangan Indah Mataram
B. Alat dan bahan
1. Alat
a. Botol selai
b. Tutup botol (sponds)
c. Botol ampul
d. Kertas pupasi
e. Panci, pengaduk dan kompor
f. Timbangan
g. Pisau
h. Plastik
i. Kain kasa
j. Selang kecil
k. Kuas kecil
l. Bolpoin transparasi
m. Blender
2. Bahan
a. Pisang raja mala
b. Tape ketela pohon
c. Gula merah
d. Drosophila melanogaster
D. Cara Kerja
1. Persiapan medium biakan

8
a. Menimbang pisang raja mala, tape ketela pohon dan gula merah
dengan perbandingan 7:2:1. Semua bahan dihaluskan dengan blender
dan ditambahkan air secukupnya, kemudian setelah halus di masak
dalam panci dengan api sedang sambil diaduk-aduk selama 45 menit.
b. Medium yang sudah matang dimasukan dalam botol selai secukupnya
kemudian di tutup dengan spons dan didinginkan.
c. Medium yang telah dingin diberi kertas pupasi dan sedikit yeast,
kemudian digunakan untuk tempat mengkawinkan dua induk lalat.
2. Persiapan stok induk
a. Stok D.Melanogaster yang telah dibuat, kemudian ditunggu
munculnya pupa.
b. Pupa yang telah keluar dari masing-masing strain diambil dan
dimasukkan dalam botol ampul yang telah diberi tanda nama strain dan
tanggal penggampulan. Setiap botol ampul diisi satu larva dan
ditunggu sampai menetas.
c. Pupa yang telah menetas diberi tanggal menetasnya kemudian
ditunggu hingga umur 7 dan 14 hari untuk individu jantan.
3. Perlakuan
a. D.Melanogaster jantan yang telah umur 7 dan 14 hari dari masing-
masing strain disilangkan dengan D.Melanogaster betina dari masing-
masing strain.
b. D.Melanogaster yang sudah dikawinkan selama 2 hari maka jantan
dilepas dan betina dibiarkan didalam botol medium ditunggu hingga
adanya larva untuk kemudian induk betina dipindah kebotol dengan
medium baru.
c. Lalat yang telah menetas dari masing-masing botol untuk kemudian
dihitung jumlah keturunanya setiap hari sampai lalat benar-benar
menetas benar-benar habis dari dalam botol tersebut.
d. Menghitung jumlah anak individu jantan dan betinanya, kemudian
menghitung nisbah kelamin dari tiap-tiap persilangan.

9
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
No Hari/ Jam Lalat Larva Pupa Keterangan
Tanggal Dewasa
1 Senin, 4 13:00 6 0 0 -
Oktober 2021 WIB
2 Selasa, 5 17:00 6 0 0 -
Oktober 2021 WIB
3 Rabu, 6 18:50 0 0 0 -
Oktober 2021 WIB
4 Kamis, 7 09:10 0 0 0 -
Oktober 2021 WIB
5 Jum'at, 8 16:00 5 0 0 Percobaan kedua
Oktober 2021 WIB Hari pertama, 5
ekor lalat buah
dimasukkan
kedalam Media
percobaan, belum
ada tanda-tanda
larva maupun
pula yang muncul
6 Sabtu, 9 19:00 5 2 0 Hari kedua,
Oktober 2021 WIB jumlah lalat
dewasa tetap,
larva muncul 2

10
namun belum ada
pupa.
7 Minggu, 10 19:40 5 3 1 Hari ketiga, lalat
Oktober 2021 WIB 5 ekor, larva
bertambah 1 ekor
dan muncul 1
pupa.
8 Senin, 11 09:20 8 12 2 Hari ke empat,
Oktober 2021 WIB lalat dewasa
bertambah 3 ekor,
larva bertambah 9
ekor dan muncul
2 pupa.
9 Selasa, 12 14:20 11 13 5 Hari kelima, lalat
Oktober 2021 WIB dewasa
bertambah 3 ekor,
larva 13 ekor dan
pupa 5 buah
10 Rabu, 13 15:10 14 18 8 Hari ke enam,
Oktober 2021 WIB lalat dewasa 14
ekor, larva yang
muncul
bertambah 5 ekor
dan pupa muncul
8 buah.
11 Kamis, 14 10:10 17 22 13 Hari ke tujuh,
Oktober 2021 WIB lalat dewasa 17
ekor, larva 22
ekor dan muncul
13 pupa.
12 Jum'at, 15 13:10 20 25 23 Hari ke delapan,

11
Oktober 2021 WIB muncul 20 ekor
lalat dewasa, 25
larva dan muncul
23 pupa
13 Sabtu, 16 09:50 23 28 26 Hari ke sembilan,
Oktober 2021 WIB muncul 23 ekor
lalat dewasa, 28
larva dan 26 pupa
14 Minggu, 17 10:50 27 32 30 Hari ke sepuluh,
Oktober 2021 WIB muncul 27 ekor
lalat dewasa, 32
larva dan 30
muncul pupa.
B. Analisis Prosedur
Pertama yang kami lakukan ialah mempersiapkan medium biakan,
Menimbang pisang raja mala, tape ketela pohon dan gula merah dengan
perbandingan 7:2:1. Semua bahan dihaluskan dengan blender dan
ditambahkan air secukupnya, kemudian setelah halus di masak dalam panci
dengan api sedang sambil diaduk-aduk selama 45 menit. Medium yang sudah
matang dimasukan dalam botol selai secukupnya kemudian di tutup dengan
spons dan didinginkan. Medium yang telah dingin diberi kertas pupasi dan
sedikit yeast, kemudian digunakan untuk tempat mengkawinkan dua induk
lalat.
Kemudian perlakuan kedua kami mempersiapkan stok induk. Stok
D.Melanogaster yang telah dibuat, kemudian ditunggu munculnya pupa. Pupa
yang telah keluar dari masing-masing strain diambil dan dimasukkan dalam
botol ampul yang telah diberi tanda nama strain dan tanggal penggampulan.
Setiap botol ampul diisi satu larva dan ditunggu sampai menetas. Pupa yang
telah menetas diberi tanggal menetasnya kemudian ditunggu hingga umur 7
dan 14 hari untuk individu jantan.

12
Perlakuan terakhir yaitu D.Melanogaster jantan yang telah umur 7 dan
14 hari dari masing-masing strain disilangkan dengan D.Melanogaster betina
dari masing-masing strain. D.Melanogaster yang sudah dikawinkan selama 2
hari maka jantan dilepas dan betina dibiarkan didalam botol medium ditunggu
hingga adanya larva untuk kemudian induk betina dipindah kebotol dengan
medium baru. Lalat yang telah menetas dari masing-masing botol untuk
kemudian dihitung jumlah keturunanya setiap hari sampai lalat benar-benar
menetas benar-benar habis dari dalam botol tersebut. Kemudian Menghitung
jumlah anak individu jantan dan betinanya, kemudian menghitung nisbah
kelamin dari tiap-tiap persilangan.
C. Analisis Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan terhadap
persilangan Drosophila melanogaster, kami menggunakan lalat buah
(Drosophila melanogaster) sebagai objek penelitian kami. Media kultur
Drosophila melanogaster dibuat dari pisang raja yang telah masak, gula aren,
fermipan, tape dan air. Media yang telah dibuat ini harus sesuai dengan
komposisinya agar lalat buah dapat bertahan hidup dalam toples pemeliharaan.
Penangkapan Drosophila melanogaster dengan menggunakan irisan-irisan
buah yang telah masak dan akan lebih bagus lagi dengan menggunakan buah
yang busuk atau telah terfermentasi. Adapun perbedaan antara Drosophila
melanogaster jantan dan betina, yaitu ujung abdomen lalat jantan membulat
dan meruncing pada abdomen lalat betina.
Percobaan pertama yang kami lakukan dari senin, 4 Oktober 2021
sampai kamis, 7 Oktober, kami gagal mendapatkan hasil dalam percobaan
pertama karena semua lalat yang kami masukkan kedalam medium yang akan
kami uji telah mati. Hal tersebut disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan siklus hidup pada Drosophila melanogaster
salah satunya ialah adanya faktor medium yang kurang mendukung.
Keenceran medium yang telah kami buat menyebabkan lamanya waktu hidup
pada lalat dewasa yang akan kami coba telah berkurang.

13
Percobaan kedua dari hari Jum’at 8 Oktober sampai dengan hari
minggu, 17 Oktober, percobaan yang kami lakukan telah berhasil. Kami
membuat ulang medium yang telah gagal dibuat, dan akhirnya percobaan
terhadap Drosophila melanogaster yang telah kami lakukan menghasilkan
larva pada hari kedua, pada tanggal 9 oktober, amun tidak dengan hari
pertama Yang tidak muncul larva maupun pupa.
Kemudian pada hari ketiga sampai dengan hari ke-10 tanggal 9-17
Oktober 2021, lalat dewasa, larva maupun pupa seiring berjalannya waktu
jumlahnya telah bertambah.
Dewasa pada Dhrosophila melanogaster pada siklus hidupnya berusia
sekitar 8-9 hari. Setelah keluar pupa, warna lalat buah masih pucat dan
sayapnya belum terbentang. Proses perkawinan diawali oleh “atraksi” lalat
buah jantan untuk menarik lalat buah betina. Lalat buah jantan akan
mempertunjukkan 5 bentuk adaptasi tingkah laku secara berurutan. Pertama,
lalat buah jantan memainkan “lagu” yang bertujuan untuk menarik lalat buah
betina untuk kawin dengan cara memanjangkan dan menggetarkan sayapnya
secara horizontal. Setelah itu, lalat buah jantan akan memposisikan dirinya
pada bagian belakang abdomen lalat buah betina dalam posisi yang lebih
rendah untuk mengetuk dan memukul-mukul (tap dan lick) pada genitalia lalat
buah betina. Terakhir, lalat buah jantan akan menggulungkan abdomennya dan
berusaha untuk melakukan kopulasi. Lama waktu kopulasi sekitar 30 menit.
Lalat buah betina bisa menolak ajakan “perkawinan” dengan cara
pergi. Perkawinan pertama lalat betina setelah 8-12 jam lalat buah betina
muncul (emerge) atau keluar dari pupa. Drosophila melanogaster betina
sanggup menghasilkan 50-75 butir telur per hari atau dapat menghasilkan 400-
500 butir telur. Telur Drosophila melanogaster berwarna putih susu berbentuk
bulat panjang dengan ukuran 0,5 mm. Pada ujung anterior terdapat lubang
yang disebut mikropil dan terdapat tonjolan memanjang seperti sendok. Pada
ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam
telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya

14
satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera
berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio. (Borror, 1992)
Perkembangan dimulai segera setelah fertilisasi, yang terdiri dari dua
periode. Periode pertama adalah periode embrionik di dalam telur pada saat
fertilisasi hingga penetasan telur menjadi larva muda (proses ini berlangsung
sekitar 24 jam). Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur atau
periode postembrionik. Periode ini dibagi dalam tiga tahap yaitu larva, pupa,
dan imago.
Pada persilangan monohibrid, sepasang lalat buah (Drosophila
melanogaster) yang dikawinkan dalam biakan kedua-duanya memiliki
fenotipe bermata merah baik itu yang berjenis kelamin jantan dan betina. Lalat
betina berhasil bertelur setelah 3 hari di dalam botol medium dan berubah
menjadi larva-larva pada hari berikutnya. Dalam fase larva, calon lalat buah
tersebut mengalami 3 kali pergantian kulit atau instar. Setelah melewati fase
larva maka calon anakan lalat tersebut memasuki fase pupa dimana warnanya
berubah menjadi gelap dan mengeras. Fase ini berlangsung selama 7 hari.
Setelah 7 hari maka pupa akan berubah menjadi lalat dewasa atau imago.
Imago tersebut merupakan anakan lalat dari perkawinan F1 antara lalat
jantan dan lalat betina yang bermata merah. Namun anakan yang diperoleh
tidak semuanya bermata merah, dari ke empat anaknya 3 berjenis kelamin
jantan dan 1 berjenis kelamin betina. Jika diamati morfologinya, hanya 3 yang
bermata merah sedangkan 1 bermata putih. Perbandingan fenotipe F1-nya 3:1
(3 bermata merah : 1 bermata putih). Hal ini sesuai dengan hukum mendel 1
dalam persilangan monohibrid.
Terdapat Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus
hidup Dhrosophila melanogaster antara lain:
1. Suhu lingkungan
Lalat buah mengalami kondisi siklus hidup dan pertumbuhan yang optimal
sekitar 8-11 hari apabila berada pada suhu 25o-28o C. Waktu
perkembangan yang paling pendek (telur-dewasa), adalah 7 hari, dan
dicapai pada suhu 28° C. Perkembangan meningkat pada suhu yang lebih

15
tinggi, yaitu sekitar 30° C, selama 11 hari, hal tersebut berkaitan dengan
pemanasan tekanan. Pada suhu 25° C tersebut, lama harinya umumnya
adalah sekitar 8.5 hari, sedangkan pada suhu 18° C lama harinya sekitar 19
hari dan pada suhu 12° C lama hari perkembangannya adalah 50 hari. Pada
suhu 30o ,lalat buah dewasa yang dihasilkan akan steril.
2. Nutrisi makanan
Kekurangan nutrisi atau makanan akan menyebabkan jumlah telur yang
dihasilkan menurun dan pertumbuhannya menjadi lambat. Lalat buah yang
kekurangan nutrisi juga akan menghasilkan larva-larva yang kecil, pupa
yang kecil dan seringkali gagal tumbuh menjadi lalat dewasa atau
menghasilkan individu dewasa yang akan menghasilkan sedikit telur.
Viabilitas telur-telur ini juga dipengaruhi juga oleh jenis dan jumlah
makanan yang dimakan oleh larva betina.
3. Tingkat Kepadatan
Pengisian botol medium sebaiknya dengan menggunakan medium buah
yang cukup dan tidak terlalu banyak. Jumlah lalat buah dalam botol
medium juga mempengaruhi kualitas pertumbuhan lalat buah, yang
dikembangkan dalam botol media cukup hanya beberapa pasang saja.
Dengan kondisi yang ideal, lalat buah dapat hidup hingga 40 hari. Kondisi
botol yang terlalu padat akan menurunkan jumlah telur yang dihasilkan
dan menurunkan lama hidup suatu individu (tingkat kematian meningkat).
4. Intensitas cahaya
Dhrosophila melanogaster menyukai daerah yang remang-remang.
Intensitas cahaya yang tinggi akan menyebabkan fase bertelur yang
terlambat. Intensitas cahaya yang gelap (rendah) akan menyebabkan
pertumbuhannya menjadi lambat.
5. Medium
Kekentalan dan keenceran dari suatu medium akan mempengaruhi
pertumbuhan dari Dhrosophila melanogaster. Pengenceran medium akan
mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan namun tidak berpengaruh

16
pada siklus hidupnya. Tingkat survival dan lamanya waktu hidup akan
berkurang apabila lalat dewasa berada pada medium yang sangat encer.
Pada drosophila ditemukan 4 pasang kromosom. Pada lalat jantan dan lalat
betina umumnya adalah sama, tetapi ada sedikit perbedaan yaitu pada
salah satu kromosom jantan terdapat lengkungan seperti mata pancing.
(Sepoetro.D.1975)
Pada Drosophila jantan dan betina dapat mudah dipisahkan dalam
bentuk segmen-segmen abdomen.Abdomen betina mempunyai ujung
meruncing dan pola garis-garis yang berbeda dari pada abdomen
jantan.Kelamin lalat ditentukan sebagian oleh kromosom X yang dimiliki
individu.Normalnya lalat betina akan memiliki 2 kromosom X.Sedangkan
lalat jantan hanya memiliki 1 kromosom X ditambah 1 Y heterokromatik.
Pada lalat buah kromosom Y tidak memiliki peranan penting dalam
penentuan jenis kelamin. Pada kromosom Drosophila hanya sedikit gen
aktif.(Goodenough, 1984).
1. Metamorfosis pada Drosophila merupakan metamorfosis sempurna
yaitu dari telur- larva intsar I, larva intsar II, larva intsar III,-pupa dan
imago. Perkembangan dimulai segera setelah terajadi fertilisasi yagn
terdiri dari dua periode yaitu : Periode embrionik didalam telur pada
saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini
terjadi dalam waktu 24 jam. Dan pada saat inilah larva tidak henti-
hentinya untuk makan ( Silvia, 2003 )
2. Setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik
yang dibagi menjadi tiga tahap yaitu larva, pupa, dan imago ( fase
seksual dengan perkembangan pada sayap) formasi lainnya pada
perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia,2003)
Telur Drosophila berbentuk kecil bulat panjang dan biasanya
diletakkan di permukaan makanan. Betina drosophila dewasa
meletakkan telur 50-70 telur perhari atau maksimumnya 400-500 buah
dalam 10 hari ( Silvia, 2003). telur Drosophila dilapisi oleh dua
lapisan, yang pertama selaput vitelin tipis yang mengelilingi

17
sitoplasma dan yang kedua selaput tipis tetapi kuat (korion) di bagian
luar dan di anteriornya terdapat dua tangakai tipis. Khorion
mempunyai kulit bagian luar yang sangat keras dari telur tersebut
(Borror, 1992)
Saat larva Drososphila membentuk cangkang pupa, tubuhnya
memendek, kutikulum menjadi keras berpigmen, tanpa kepala dan
sayap yang disebut larva instar. Formasi pupa ditandai dengan
pembentukan kepala, bantalan sayap dan kai. Pada stadium pupa ini,
larva dalam keadaan tidak aktif dan dalam keadaan ini larva berganti
menjadi lalat dewasa (Ashburner,1985)
Siklus hidup lalat dewasa Drosophila melanogaster sekitar 9
hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan
sayapnya pun belum merentang. Sementara itu lalat betina akan kawin
setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah
yang sangat banyak dari lalat buah jantan. Walupun banyak sperma
yang masuk kedalam mikrophyle yang terdapat pada ujung anterior
tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronoleus betina dan
yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio.
(Borror,1992 )
Larva dan kebanyakan jenisnya terdapat di dalam buah telah
ditunjukkan bahwa larva sebenarnya makan ragi-ragi yang tumbuh di
dalam buah-buahan itu. Beberapa jenis ada yang bersifat ektoparasitik
(pada ulat) atau bersifat pemangsa (pada mealybugs dan homoptera
kecil lainnya) pada tahapan larva. Dalam kelompok ini karena waktu
hidupnya yang pendek, kromosom-kromosom kelenjar ludah raksasa
dan mudahnya dipelihara telah dipakai secara meluas dalam penelitian-
penelitian keturunan, (Borror, 1992).
Menurut Ellseth dan Baumgardner (1984), Lalat Dosophila
mempunyai siklus hidup yang sangat pendek yaitu sekitar 12 hari pada
suhu kamar. Kondisi dibawah ideal dapat menghasilkan 25 keturunan
tiap tahun. Tiap lalat betina dapat menghasilkan telur sebanyak 100

18
butir dan dari jumlah tersebut separuh akan menjadi lalat jantan dan
separuhnya lagi akan menjadi lalat betina. Siklus hidup lalat ini akan
semakin pendek apabila kondisi lingkungannya tinggi.
Ada 2 tipe lalat buah yaitu tipe normal (tipe liar) dan mutan.
Tipe normalnya yaitu mata merah dan sayap panjang, biasanya pada
persilangan untuk lalat normal diberi tanda +. Mutan dari lalat buah
Drosophila melanogaster memiliki berbagai macam bentuk, biasanya
pada bagian tubuh tertentu seperti sayap dan mata pada lalat mutan
berbeda dengan tipe normal.
Alat kelamin ditentukan oleh jumlah kromosom X yang
dimiliki individu. Normalnya, lalat betina mempunyai 2 kromosom X,
sedangkan yang jantan hanya memiliki satu kromosom X ditambah
satu salinan kromosom Y heterokromatik. kromosom Y tidak begitu
memainkan peranan yang nyata dalam penentuan jenis kelamin.
(Goodenough,1988)
Menurut Suryo (1998), perbedaan jenis kelamin umumnya
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
1. Faktor Lingkungan. Biasanya yang mengambil peranan di sini
ialah keadaan fisiologis. Jika kadar hormon kelamin dalam tubuh
tidak seimbang penghasilan atau peredarannya, maka pernyataan
fenotip pada suatu makhluk mengenai kelaminnya dapat berubah.
Akibatnya watak kelaminnya pun mengalami perubahan.
2. Faktor Genetik. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa faktor
genetiklah yang menentukan jenis kelamin suatu makhluk hidup.
Oleh karena bahan genetik terdapat di dalam kromosom, maka
perbedaan jenis kelamin terletak dalam komposisi kromosom. Inti
sel tubuh lalat Drosophila hanya memiliki 8 buah kromosom saja,
sehingga mudah dmamati dan dihitung. 6 buah kromosom (3
pasang) pada lalat betina maupun jantan sama bentuknya, disebut
kromosorn autosom (kromosom tubuh) dan 2 buah kromosom (1
pasang) disebut krornosom kelamin (seks kromosom) karena

19
bentuknya berbeda antara lalat jantan dan lalat betina. (Suryo,
1998).

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan perlakuan yang telah kami lakukan terhadap percobaan
“Persilangan Drosophila melanogaster” dapat ditarik kesimpulan bahwa
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua individu sejenis yang
memerhatikan satu sifat beda. Perkawinan monohibrid pada lalat buah
dilakukan dengan mengambil lalat buah jantan dan betina dengan
memperhatikan satu sifat bedanya lalu dimasukkan keduanya ke dalam botol
medium lalu diamati setiap hari.
Tahapan-tahapan fase pertumbuhan Drosophila melanogaster adalah;
telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – prepupa – pupa –
imago. Lama fase telur sekitar 19 jam, larva instar1 sekitar 1 hari, larva instar
2 sekitar 1 hari, larva instar 3 sekitar 1 hari, prepupa 2 hari, dan pupa 3 hari.

20
Lama siklus hidup lalat Drosophila melanogaster sejak telur menjadi imago
adalah selama10 hari. Lama perubahan dari telur menjadi imago bervariasi
tergantung kondisi lingkungan termasuk suhu lingkungan, pencahayaan,
kepadatan dan ketersediaan makanan.
Dalam memelihara Drosophila melanogaster, botol media diusahakan
berada pada kondisi lingkungan yang ideal yaitu sekitar 25°C. Selain itu, perlu
diperhatikan ketersediaan media makanannya. Jumlah Drosophila
melanogaster yang dimasukkan ke dalam botol cukup beberapa pasang saja
sehingga memberikan ruang pada Drosophila melanogaster untuk hidup. Botol
media juga sebaiknya diletakkan di tempat dengan cahaya remang-remang
yang tidak terlalu besar intensitas cahayanya.
B. Saran
Untuk mengamati siklus hidup Drosophila melanogaster kita harus
benar dalam memeliharanya. Sehingga kita bisa mengamati siklus sempurna
lalat buah.

DAFTAR PUSTAKA
Dimit,C. 2006. Drosophila melanogaster [serial
online].http://resources.wardsci.com/livecare/working-with-drosophila/html [20
Desember 202]
Demerec, M., & Kaufmann. 1961. Drosophila Guide [serial
online].http://www.ciw.edu/publications_online/Drosophila_Guide.pdf [23
Desember 2021]
Geiger, P. 2002. An Introduction to Drosophila melanogaster [serial online].
http://biology.arizona.edu/sciconn/lessons2/Geiger/intro.htm [20 Desember 2021]
Herskowitz, I. H. 1977. Principles of Genetics. New York: Mac Millan Publishing
Company
Johnson,B., T. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi Keenam.
Yogyakarta: Gadjah Mada University.

21
Shorrock. 1972. Drosophila. London: Gin and Company Limited
Suryo. 2010. Genetika Untuk Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press

LAMPIRAN

22
23

Anda mungkin juga menyukai