PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan genetik merupakan faktor yang tidak diragukan lagi berperan dalam
menentukan ekspresi sifat makhluk hidup. Interaksi gen yang terjadi melalui
pengendalian terhadap reaksi-reaksi biokimia yang menyusun suatu lintasan
metabolisme adalah gambaran bagaimana faktor genetik menentukan ekspresi sifat
makhluk hidup. Ekspresi sifat makhluk hidup tidak hanya ditentukan oleh faktor
genetik berupa gen. Gottlieb (1998:2000) menjelaskan bahwa ekspresi sifat
makhluk hidup juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan internal, misalnya
sinyal yang berasal dari sitoplasma sel itu sendiri dan hormon, maupun lingkungan
eksternal, yakni sinyal yang berasal dari lingkungan di luar tubuh makhluk hidup.
Hal ini dapat dikatan suatu gen dapat diekspresikan secara tepat sebagai respon
terhadap sinyal lingkungan yang diterima, seperti fekunditas pada D. melanogaster.
Fekunditas merupakan salah satu mekanisme dalam D. melanogaster betina
yang prosesnya bergantung pada kondisi lingkungan khususnya cahaya. Perubahan
kondisi cahaya pada lingkungan dapat mengakibatkan perubahan tingkat
fekunditas spesies tersebut yang akan berpengaruh pada jumlah keturunan yang
dihasilkan. Jika hal ini dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan perubahan
fekunditas pada keturunan D. melanogaster generasi selanjutnya. Hal ini karena
mempengaruhi jam biologis harian D. melanogaster (ritme sirkadian) (Tataroglu &
Emery, 2015).
Ritme sirkadian digerakkan oleh internal jam biologis yang mengantisipasi
siklus siang / malam mengoptimalkan fisiologi dan perilaku organisme. Observasi
bahwa organisme menyesuaikan fisiologi mereka dan perilaku sampai pada waktu
di sirkadian mode telah didokumentasikan untuk waktu yang lama, tapi adanya jam
sirkadian endogen hanya akan akhirnya menjadi mapan baik ke dalam abad ke-20.
Pada tahun 1971, Seymour Benzer dan Ronald Konopka mengidentifikasi mutan
lalat buah Drosophila yang menunjukkan perubahan yang normal siklus eklositas
pupil dan aktivitas lokomotor 24 jam (Tataroglu & Emery, 2015). Dari dasar
tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh Kondisi Cahaya dan
1
2
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengaruh kondisi cahaya terhadap fekunditas D. melanogaster
persilangan N ♂ x N ♀ dan e ♂ x e♀?
2) Bagaimana pengaruh macam strain terhadap fekunditas D. melanogaster
persilangan N ♂ x N ♀ dan e ♂ x e♀?
C. Tujuan Penelitian
1) Mengetahui pengaruh kondisi cahaya terhadap fekunditas D. melanogaster
persilangan N ♂ x N ♀ dan e ♂ x e♀.
2) Mengetahui pengaruh macam strain terhadap fekunditas D. melanogaster
persilangan N ♂ x N ♀ dan e ♂ x e♀.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan, yaitu:
1. Peneliti
Sebagai sarana untuk menambah wawasan pengetahuan dalam bentuk
eksperimen
Mendorong minat untuk melakukan penelitian lebih lanjut di bidang
genetika
2. Pembaca
Memberi wawasan dan memberikan informasi mengenai Pengaruh Strain
Dan Faktor Lingkungan (Cahaya Gelap dan Terang) terhadap jumlah
anakan D.melanogaster.
Mendorong minat pembaca untuk melakukan suatu eksperimen atau
penelitian di bidang genetikasebagai dasar untuk melakukan penelitian
lebih lanjut tentang bidang terkait
3
E. Asumsi Penelitian
Penelitian ini diasumsikan sebagai berikut.
1) kondisi fisik medium yang digunakan dan nutrisi yang diberikan kepada D.
melanogaster dianggap sama
2) faktor lingkungan yang mempengaruhi yaitu suhu dan kelembaban dianggap
sama
3) faktor fisiologis dan umur D. melanogaster yang disilangkan dianggap sama
G. Definisi Operasional
1. Strain adalah kelompok intra spesifik yang hanya memiliki satu atau sejumlah
kecil ciri yang berbeda, biasanya dalam keadaan homozigot untuk ciri-ciri
tersebut atau galur murni. Pada penelitian ini strain yang dimaksud adalah
strain N dan e.
2. Persilangan
3. Kondisi cahaya
4. Homogami
4
5. Populasi
6. Sampel
7. Variabel
8. Medium
9. Fenotipe
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
5
6
bidang genetika. Karakteristik serangga ini yang memiliki siklus hidup yang cepat,
hanya memiliki sedikit kromosom, ukuran genom yang kecil, dan memiliki
kromosom raksasa di kelenjar ludahnya menjadikan D. melanogaster dipilih
peneliti genetika dalam penelitiannya (Hartwell, dkk., 2011).
Strain yang digunakan pada penelitian pengaruh kondisi cahaya dan macam
strain terhadap fekunditas D. melanogaster adalah strain normal dan ebony. Strain
Normal merupakan D. melanogaster wild-type dengan karakter warna mata merah,
memiliki warna tubuh kuning kecoklatan dan sayap panjang menutupi tubuh. Strain
ebony merupakan D. melanogaster dengan penanda berupa mutasi resesif pada
pigmentasi tubuh, yakni berwarna hitam. Gen pengendali warna tubuh tersebut
terletak pada kromosom III, lokus 70,7 (Shefa, dkk., 2016).
peka cahaya. Dalam model lain, protein PER diusulkan menjadi proteoglikan yang
membawa sel bersama, sehingga memudahkan pembentukan koneksi antar sel
melalui persimpangan celah. Serangkaian terobosan akhirnya dimungkinkan
dengan tersedianya antibodi PER yang andal. Pertama adalah penemuan dari
laboratorium Hall dan Rosbash dari siklus 24 jam dengan kelimpahan protein PER
pada neuron otak terbang, dengan puncak pada malam hari (Tataroglu & Emery,
2015). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.
Gambar 2.1. Sebuah ilustrasi yang disederhanakan dari regulasi umpan balik dari gen
periode. Kedua periode mRNA dan protein PER berosilasi, dengan protein PER
mengumpulkan beberapa jam setelah puncak pada periode mRNA. PER protein terlokalisasi
di dalam nukleus, dan aktivitas gen periode berosilasi sebagai akibat dari inhibisi umpan
balik protein PI dari gennya sendiri. Protein tambahan sangat penting untuk osilasi gen
periode. Protein TIM, yang dikodekan oleh gen abadi juga berosilasi dan berinteraksi dengan
protein PER. Interaksi sangat penting untuk akumulasi protein PER dan penindakan gen
periode. Protein DBT dikodekan oleh gen doubletime. DBT adalah protein kinase yang
memfosforilasi PER, yang menyebabkan degradasi protein PER. Degradasi protein PER
yang diperantarai DBT berkontribusi terhadap penundaan antara periode mRNA dan
akumulasi protein PER. CLK dan CYK, yang dikodekan oleh gen jam dan siklus, adalah dua
faktor transkripsi yang mengaktifkan gen periode. (Sumber: Tataroglu & Emery, 2015)
mRNA yang dikodekan oleh gen periode juga menunjukkan kelimpahan siklus
sirkadian pada fly brain, menunjukkan bahwa siklus protein PER dihasilkan dari
9
siklus mRNA periode. Menariknya, puncak tingkat mRNA periode terjadi di awal
malam, beberapa jam sebelum puncak kelimpahan protein PER.Yang penting,
mutan omong kosong tidak mampu menghasilkan tingkat mRNA periode, namun
protein PER tipe liar dapat menyelamatkan ekspresi mRNA siklik. Berdasarkan
pengamatan ini, model umpan balik autoregulator negatif lahir, di mana akumulasi
protein PER menghasilkan redaman ekspresi mRNA periode. Selanjutnya, protein
PER ditemukan sebagai protein nuklir dan penghubung antara inti sel dan
sitoplasma dengan cara yang diatur secara temporer, memberikan dukungan untuk
gagasan bahwa protein PER adalah pengatur transkripsi dari beberapa
jenis. Dengan pemahaman yang baru, Young menemukan timeless, gen tambahan
yang mempengaruhi jam sirkadian. Dalam serangkaian penemuan berikutnya,
laboratorium Young menemukan bahwa tingkat mRNA timeless juga diawetkan
dengan periode 24 jam, dan bahwa TIM dapat mengikat secara langsung ke PER,
yang mempengaruhi lokalisasi dan kelimpahan nuklirnya dengan menghalangi
degradasi PER. Yang penting, siklus ekspresi periode dihapuskan pada lalat
mutan timeless dan, sebaliknya, siklus sirkadian dalam ekspresi timeless hilang
pada lalat mutan periode. Kemajuan ini mengkonsolidasikan kerangka konseptual
dasar TTFL sebagai mekanisme untuk mempromosikan siklus sirkadian dalam
autoregulasi gen jam. Pada saat itu, mekanisme transkripsi tidak jelas dan, seperti
disebutkan di atas, berbagai alternatif dipertimbangkan. Dengan demikian,
penemuan TTFL sirkadian mandiri merupakan paradigma baru (Tataroglu &
Emery, 2015).
Mekanisme di mana transkripsi periodik dan waktu tidak aktif tidak diketahui.
Pertanyaan ini diselesaikan dengan penemuan gen jam dan siklus. (Gen jam
pertama kali diidentifikasi pada tikus, oleh Joseph Takahashi produk gen, CLOCK
(CLK) dan CYCLE (CYC) berinteraksi satu sama lain, mengandung motif
heliks-loop-helix (bHLH) dasar, dan mengikat elemen tertentu dalam periode dan
gen timeless, sehingga secara positif mengatur transkripsi mereka. Studi
selanjutnya akan menunjukkan bahwa TIM dan PER bertindak sebagai regulator
negatif aktivitas CLK, dan dengan ini, loop umpan sirkadian ditutup.
Penelitian terbaru memodelkan jam kerja sirkadian sangat kompleks dan
mencakup banyak komponen tambahan yang secara kolektif berkontribusi terhadap
10
berpengaruh pada regulasi gen Drosophila. Cahaya akan menjadi sinyal dari luar
tubuh yang mengakibatkan suatu gen dapat diekspresikan secara tepat sebagai
respon terhadap sinyal dari lingkungan yang diterima.
Cahaya mempengaruhi fekunditas D. melanogaster karena dalam mekanisme
ritme sirkadian D. melanogaster melalui aktivasi cryptochrome (CRY). Setelah
penyerapan foton, fotoreseptor cahaya biru ini mengalami perubahan konformasi
yang memungkinkannya mengikat TIM. Ini mendorong kemunculan TIM dan
degradasi proteasomal, sehingga mengatur ulang jam. Neuron yang mengendalikan
perilaku lokomotor sirkadian juga dapat menerima informasi ringan melalui jalur
neuron yang belum diketahui dengan baik yang berasal dari fotoreseptor
visual.Faktor transkripsi transkrip CLOCK (CLK) dan CYCLE (CYC) membentuk
kompleks heterodimerik dan periode promosi (PER) dan transkripsi tim (TIM).
PER dan TIM menumpuk di malam hari dan membentuk heterodimer juga.
Kompleks PER / TIM memasuki nukleus dan mempromosikan fosforilasi CLK /
CYC, yang menghambat aktivitasnya, dan mengurangi afinitasnya terhadap DNA.
Namun, PER dan TIM juga dimodifikasi secara bertahap oleh fosforilasi di siang
hari. Hal ini akhirnya mengakibatkan degradasi mereka dan melepaskan CLK /
CYC dari represi untuk memulai siklus baru (Tataroglu & Emery, 2015).
F. Kerangka Konseptual
G. Hipotesis Penelitian
1) Kondisi cahaya berpengaruh terhadap fekunditas Drosophila melanogaster
persilangan N ♂ x N ♀ dan e ♂ x e♀.
2) Macam strain berpengaruh terhadap fekunditas Drosophila melanogaster
persilangan N ♂ x N ♀ dan e ♂ x e♀.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dalam rancangan acak
kelompok. Perlakuan dalam penelitian ini adalah cahaya gelap dan terang pada
persilangan dan anakan Drosophila melanogaster strain N ♂><N ♀ dan e♂>< e ♀
dengan lama waktu perhitungan anakan selama 7 hari dan dilakukan sebanyak 4
kali ulangan. Perhitungan larva dilakukan setiap hari selama 7 hari berturut-turut
saat hari pertama muncul anakan. Data yang diperoleh dibuat persentase kemudian
ditransformasi. Lalu dilakukan analisis data dengan menggunakan anava ganda.
Digunakan anava ganda karena ada lebih dari satu variabel bebas yang diteliti,
sedangkan rancangan percobaan yang dilakukan berupa Rancangan Acak
Kelompok (RAK) karena penelitian tidak dilakukan serempak.
D. Variabel Penelitian
Beberapa variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Variabel bebas: strain D. melanogaster yaitu strain N dan e, serta variasi cahaya
yaitu gelap, terang dan kontrol.
2) Variabel terikat: jumlah anakan D. melanogaster dari F1-F6.
3) Variabel kontrol: kondisi medium, suhu, kondisi tempat penelitian, jumlah lalat
yang disilangkan, umur lalat yang disilangkan.
13
14
Alat Bahan
F. Prosedur Kerja
a) Pembuatan Medium
Bahan untuk pembuatan medium ditimbang; yaitu pisang Rajamala, tape, dan
gula merah dengan perbandingan 7:2:1.
Bahan-bahan yang sudah ditimbang dipotong kecil-kecil menggunakan pisau.
Bahan-bahan tersebut dihaluskan menggunakan blender.
15
Hasil bahan yang telah diblender ditambahkan air dan dimasak selama ± 45
menit.
Botol selai dan penutup gabus yang akan digunakan harus disterilkan dengan
cara duapi dengan uap air yang sedang dimasak.
Medium yang sudah dimasak langsung dimasukkan ke dalam botol selai yang
sudah disterilkan dan ditutup dengan penutup gabus.
Ketika medium sudah dingin, yeast ditambahkan ke dalam medium kurang lebih
7 butir.
Kertas pupasi dimasukkan ke dalam medium dalam posisi berdiri.
b) Peremajaan Stok
Peneliti membuat medium sebanyak 3 botol untuk masing-masing strain,
seperti prosedur diatas.
Pada tiap-tiap botol dimasukkan ± 3 pasang D. melanogaster strain N dan wdan
diberi label sesuai jenis strain dan tanggal peremajaan.
c) Pengampulan
Pisang rajamala diiris setebal 1 cm.
Kemudian pisang tersebut dimasukkan ke tengah selang yang panjangnya ± 8
cm.
Pupa yang hitam dimasukkan ke selang di kanan dan kiri pisang.
Selang ditutup dengan busa.
Pupa dalam selang ditunggu maksimal 2 hari agar keluar menjadi imago.
Jika lebih dari 2 hari, selang harus dibersihkan dari pupa dan pisang di
dalamnya.
d) Penyilangan lalat
Strain ♂N><♀N sebanyak sepasang dalam 1 botol. Strain ♂e><♀e dalam 1
botol sebanyak sepasang
Penyilangan tersebut dilakukan di dalam botol selai yang berisi irisan pisang
rajamala
Setelah 2 hari penyilangan, lalat ♂dalam botol persilangan tersebut dilepas
Ditunggu hingga muncul larva, lalu saat sudah muncul larva, lalat betina
dipindah ke botol B, saat botol B sudah terdapat larva selanjutnya dipindah ke
botol C, seterusnya sama sampai botol D.
16
G. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
menghitung jumlah larva F1-F6 pada botol A, B, C, dan D selama 7 hari
berturut-turut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Larva D. melanogaster selama 7 hari
4
5
6
1
2
3
♂N><♀N
4
5
Kontrol 6
(LD) 1
2
3
♂e><♀e
4
5
6