Anda di halaman 1dari 11

FENOMENA PAUTAN KELAMIN PERSILANGAN Drosophila melanogaster

STRAIN N><w BESERTA RESIPROKNYA

PROPOSAL PROYEK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Genetika 1

Yang dibina oleh Prof. Dr. Siti Zubaidah, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh

Kelompok 7 Offering G 2017

1. Mita Berliana (170342615544)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

PRODI S1 BIOLOGI

Maret 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Drosophila melanogaster digunakan dalam penelitian genetika karena
bebeapa alasan yaitu ukuran tubuhnya yang relatif kecil, sehingga populasi yang besar
mudah dipelihara dalam laboratorium, mudah diamati, mempunyai daur hidup yang
sangat cepat, dalam dua minggu dapat dihasilkan satu generasi dewasa yang baru, dan
lalat betina menghasilkan ratusan telut yang dibuahi dan memiliki siklis hidup yang
sangat pendek (Kimbal, 1983).
Thomas Hunt Morgan adalah ahli genetika dari Amerika Serikat yang
menemukan bahwa faktor-faktor keturunan (gen) tersimpan dalam lokus yang khas
dalam kromosom. Percobaan untuk hal ini dilakukan pada lalat buah (Drosophila
melanogaster) dengan alasan sebagai berikut cepat berkembang biak, mudah
diperoleh dan dipelihara, cepat menjadi dewasa (umur 10 - 14 hari sudah dewasa),
lalat betina bertelur banyak, hanya memiliki 4 pasang kromosom, dengan alasan ini
sehingga Drosophila melanogaster dijadikan objek penelitian.
Pada penelitian sederhana ini menggunakan Drosophila melanogaster dengan
strain N dan w. Strain ini disilangkan dengan ♀N ><♂w dengan resiproknya. Pada
persilangan ini akan diamati mengenai fenotip dari keturunan F1 sampai dengan
didapatkan F2 yang dihasilkan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada penelitian ini mengambil judul
“Fenomena Pautan Kelamin Persilangan Drosophila melanogaster Strain N><w
beserta Resiproknya ”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fenotip F1 dan F2 dari persilangan Drosophila melanogaster pada
strain N><w bersama resiproknya?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui fenotip F1 dan F2 dari persilangan Drosophila melanogaster pada
strain N><w bersama resiproknya
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini akan diperoleh manfaat :
1. Pembuktian adanya fenomena pautan kelamin
2. Menambah informasi tentang pautan kelamin yang terjadi pada Drosophila
melanogaster pada strain N><w
E. Asumsi Penelitian
1. Kondisi medium dan nutrisi di dalam botol dianggap sama
2. Umur dari Drosophila melanogaster dianggap sama
3. Selama penelitian ini faktor lingkungan seperti tempat pengembangbiakan,
cahaya, suhu maupun kelembapan dianggap sama
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini adalah :
1. Penelitian hanya dilakukan pada persilangan Drosophila melanogaster N><w
beserta resiproknya
2. Pengamatan dalam penelitian dibatasi sampai pada keturunan F1 dan F2 dari hasil
persilangan Drosophila melanogaster dengan strain N><w beserta resiproknya,
dengan mengamati ciri-cirinya, yakni warna mata, warna tubuh, dan bentuk sayap
3. Pengambilan data dimulai dari hari menetesnya pupa (dihitung sebagai hari 1-7)
G. Definisi Operasional
1. Fenotip adalah karakter yang dapat diamati pada suatu individu (yang merupakan
hasil interaksi antara genotip dan lingkungan tempat hidup dan berkembang
(Ayala, 1984 dalam Corembima, 1997)
2. Genotip adalah keseluruhan jumlah informasi genetik yang terkanding pada suatu
makhluk hidup ataupun konstitusi genetik dari suatu makhluk hidup dalam
hubungannya dengan satu atau beberapa lokus gen yang sedang menjadi perhatian
(Ayala, 1984 dalam Corembima, 1997)
3. Persilangan resiprok adalah persilangan yang mana kebalikan dari persilangan
yang semula dilakukan (Yatim, 1986)
4. Homozigot adalah karakter dikontrol oleh dua gen identik (Corembima, 1997)
5. Heterozigot adalah karakter yang dikontrol oleh dua gen yang tidak identik
(Corembima, 1997).
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Klasifikasi
Drosophila melanogaster masuk ke dalam ordo Diptera, yang biasa disebut
lalat buah dan merupakan organisme model yang paling banyak digunakan dalam
penelitian genetika, fisiologi, dan evolusi sejarah kehidupan.D. melanogaster
memiliki kromosom sebanyak 8 buah atau 4 pasang kromosom homolog.Kromosom-
kromosom ini dibedakan atas 3 pasang kromosom tubuh (autosom) dan sepasang
kromosom kelamin (genosom).

Gambar 1. Klasifikasi Drosophila


Sumber: Boror dkk., 1992

Lalat jantan mempunyai sex comb (sisir kelamin) pada kaki depannya,
sehingga dapat digunakan sebagai alat identifikasi, sedangkan lalat betina tidak
memiliki sisir kelamin. Lalat jantan mempunyai tanda berwarna gelap atau
hitam pada abdomen bagian dorsal sedangkan pada lalat betina tidak ada, seperti
yang terlihat ada gambar.

Gambar 2. D.melanogaster jantan dan betina

Sumber : Boror dkk., 1992


Ciri-ciri morfologi D. melanogaster beranekaragam tergantung gen-gen yang
diekspresikannya sehingga dapat kita lihat dua tipe yang sering dipakai dalam
penelitain yaitu tipe liar dan tipe mutan. Penelitian ini menggunakan strain sebagai
berikut.

 Strain Normal (wild type)


Karakteristik Drosophilla melanogaster tipe normal dicirikan dengan mata
merah, mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan mata tunggal (oceli) pada
bagian atas kepalanya dengan ukuran relatif lebih kecil dibanding mata majemuk
(Robert, 2005), warna tubuh kuning kecokelatan dengan cincin berwarna hitam di
tubuh bagian belakang. Ukuran tubuh Drosophilla melanogaster berkisar antara 3-5
mm (Indiyati,1999). Sayap Drosophilla melanogaster cukup panjang dan transparan
(Kramana, 2010), Posisi sayapnya bermula dari thorak, vena tepi sayap (costal vein)
memiliki dua bagian yang terinterupsi dekat dengan tubuhnya.aristanya pada
umumnya berbentuk rambut dan memiliki 7-12 percabangan (Indiyati, 1999).
Crossvein posterior umumnya berbentuk lurus, tidak melengkung (Milkman, 1965).
Thoraknya memiliki bristle, baik panjang dan pendek, sedangkan abdomen
bersegmen lima dan bergaris hitam (Chumaisah, 2002).
 Strain White
Strain white merupakan D. melanogaster dengan penanda berupa mutasi
resedif pada warna mata majemuk dan mata tunggal yang seluruhnya
berwarna putih. Gen pengendali warna tersebut terletak pada kromosom I,
lokus 1,5 (Ramadani, Corembima, dan Zubaidah, 2016).
B. Pautan
Tanda-tanda adanya pautan sebenarnya sudah terlihat pada laporan
persilangan dihibridisasi tanaman ercis (Pisum sativum) yang dikemukakan oleh W.
Bateson dan R.C. Punnet pada tahun 1906 (Gardner et al., 1984). Akan tetapi hasil
percobaan persilangan itu gagal diinterpretasikan oleh W. Bateson dan R.C. Punnet
bahwa ada pautan. T.H. Morgan dan Sutton adalah yang pertama kali
menginterpretasikan hasil percobaan persilangan itu dengan benar tentang adanya
pautan. Interpretasi T.H. Morgan tentang adanya pautan termaksud, dipublikasikan
pada tahun 1911 dalam makalah yang berisi laporan tentang percobaan persilangan
antara strain-strain Drosophila melanogaster. Konsepsi kita dewasa ini tentang pautan
(demikian pula pindah silang serta pemetaan kromosom), sebenarnya merupakan buah
karya dari T.H. Morgan dan kedua muridnya yaitu C.B. Bridges dan A.H. Sturtevant
(Corembima, 1997).
C. Pautan Kelamin
Adanya pautan kelamin pertama kali ditemukan oleh T.H. Morgan dan C.B.
Bridges pada tahun 1910. Temuan ini diperoleh disaat mempelajari penyimpangan
dari hasil (keadaan) yang diharapkan. T.H. Morgan memiliki suatu strain Drosophila
melanogaster yang bermata putih dan ternyata strain tersebut sudah tergolong galur
murni, namun demikian, jika strain bermata putih disilangkan dengan strain bertma
merah, ternyata turunan yang muncul tidak sesuai dengan yang seharusnya
berdasarkan kebakan Mendel (Corembima, 1997).
D. Penemuan Morgan tentang Pautan Kelamin pada Drosophila
Temuan pertama tentang kebakaan yang terpaut kelamin adalah pada
Drosophila, sebagaimana yang dilaporkan T.H. Morgan pada tahun 1910. Dan gen
terkait dengan kebakaan yang terpaut kelamin itu terletak pada kromosom kelamin X,
tepatnya pada lokus w (Gardner., 1984). Persilangan berikut memperlihatkan hal
tersebut.

Gambar 3. yang memperlihatkan kebakaan terpaut kelamin X (lokus w) pada D.


melanogaster
Sumber: Gardner et al., 1991 dalam Corembima, 1997
Pada persilangan tersbut terlihat bahwa seluruh turunan F1 bermata merah. Pada F2,
75% turunan bermata merah, sedangkan 25% lainnya bermata putih. Ke-25% turunan
F2 yang bermata putih itu berkelamin jantan. Terbukti pula 50% turunan jantan F2
bermata merah, 50% lainnya bermata putih (ke 25% tersebut). Secara keseluruhan
pada percobaan persilangn itu, alela resesif diekspresikan hanya pada individu jangan.
Atas dasar percobaan persilangan itu disimpulkan bahwa gen warna mata tersebut
terdaoat pada kromosom kelamin X. Jelas terlihat bahwa kebakaan warna mata pada
D. melanogaster itu terpaut kromosom kelamin (dalam hal ini kromosom kelamin X)
(Corembima, 1997).
E. Kerangka Konseptual

Suatu penelitian dari T.H Morgan yang menyilangkan


Drosophila melanogaster strain berwarna merah betina dengan
strain memiliki warna mata putih jantan diperoleh F1 mata
merah seluruhnya.

Faktor mata merah dominan terhadap mata


putih

Faktor warna mata merah Pewarisan kromosom X


terdapat pada kromosom ini dapat dihubungkan
kelamin X, sedangkan dengan pewarisan sifat
kromosom kelamin Y pada pautan seks
tidak mengandung warna
mata merah.

Kromosom kelamin X mengalami pewarisan


menyilang (crisscross inheritance)

Terjadi fenomena pautan kelamin

Persilangan Drosophila melanogaster strain


N><w beserta resiproknya

Pembahasan

Kesimpulan

F. Hipotesis Penelitian
1. Terjadi fenomena pautan kelamin pada persilangan Drosophila melanogaster
N><w bersama resiproknya
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan dan Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dengan
menyilangkan Drosophila melanogaster dengan strain N><w beserta resiproknya
dengan diberi perlakuan sebanyak 16 kali untuk memperoleh data dari F1 dan F2,
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode
rekonstruksi dan pengambilan data dilakukan dengan pengamatan secara langsung
mengenai fenotip yang muncul.
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu dalam penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 4 bulan mulai dari bulan
Februari sampai Mei 2018. Tempat penelitian yang digunakan adalag Laboratorium
Genetika (gedung O5 ruang 310) jurusan Biologi FMIPA UM.
C. Sampel dan Populasi
Populasi dalam penelitian kami adalah lalat buah Drosophila melanogaster yang
diperoleh dari stok yang dibiakkan di laboratorium Genetika Universitas Negeri
Malang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Drosophila
melanogaster starin N dan w.
D. Variabel Penelitian
- Variabel bebas : populasi dan sampel D. melanogaster
- Variabel terikat : frekuensi pautan kelamin
- Variabel kontrol : ulangan, lama pengamatan
E. Instrumen Penelitian
 Alat dan Bahan
Alat :
1. Mikroskop stereo
2. Botol selai
3. Pengaduk
4. Kuas
5. Kain kasa
6. Selang plastik
7. Timbangan
8. Lemari es
9. Blender
10. Panci
11. Kompor gas
12. Tutup botol dari spons
13. Plastik
14. Kertas label
15. Serbet
16. Pisau
Bahan :

1. Drosophila melanogaster strain N dan w


2. Pisang raja mala
3. Tape singkong
4. Gula merah
5. Kertas pupasi
6. Fermipan
 Prosedur Kerja
1. Pembuatan medium
Menimbang bahan seperti pisang, tape singkong, dan gula merah dengan
perbandingan 7:2:1 untuk satu resep. Memotong-motong pisang kemudian
menambahkan air secukupnya lalu menghaluskannya dengan tape singkong
dengan cara memblender sampai halus. Mengiris gula merah dengan
potongan kecil-kecil. Memasukan pisang tape singkong yang telah
dihaluskan ke dalam panci, dan menambahkan potongan gula merah setelah
mendidih. Setelah 45 menit, mengangkat medium dari kompor, kemudian
mengisi botol selai yang sudah di cuci dan di keringkan dengan medium dan
segera menutupnya dengan gabus penutup kemudian mendinginkannya
dengan cara memasukkan botol pada bak atau baskom yang berisi air
secukupnya. Kemudian setelah dingin memasukkan kertas pupasi dan
memberi 3-5 butir fermipan. Medium telah siap digunakan dalam
pengamatan.
2. Tahap menyilangkan
Membuat ampulan Drosophilla melanogaster strain N dan w. Menyilangkan
Drosophila melanogaster (♀N ><♂w bersama resiproknya) dengan 16 kali
ulangan. Melepaskan jantan setelah 2 hari disilangkan. Mengampul pupa
yang telah menghitam dengan menggunakan kuas dan dimasukkan pada
botol ampul (setiap satu selang ampul berisi satu pupa). Mengamati F1 dan
menghitung jumlahnya dari setiap persilangan dan memasukkan dalam tabel
F1. Menyilangkan hasil F1 dan memberi tanda atau label pada setiap botol
persilangan. Melepas jantan setelah 2 hari persilangan. Mengamati F2 dan
menghitungnya dari hari ke 1 sampai hari ke 7 jumlahnya dari tiap
persilangan. Memasukkan data dalam tabel.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan fenotip yaitu
mengamati warna mata pada strain N dan w serta F1 dan F2 mencatat data hasil
pengamatan pada tabel pengamatan. Hendaknya dalam pengamatan fenotip
menggunakan mikroskop karena dalam pengamatan ini warna mata dan jenis kelamin
yang diamati.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik
rekonstruksi kromosom kelamin pada masing-masing persilangan.
Daftar Pustaka
Boror, D.J., Triplehorn, C.A., dan Johnson, H.F. 1992. Pengenalan Pelajaran
Serangga, Ed. 6. (diterjemahkan oleh P. Soetiyono dan D.B. Mukayat).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Chumaisiah, N.2002. Pengaruh Inbreeding Terhadap Viabilitas dan Fenotip Lalat
Buah (Drosophila melanogaster M.)Tipe Liar dan Strain Sepia.Skripsi. Jember:
FKIP UNEJ Jurusan Biologi
Corembima, A.D. 1997. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.
Corembima, A.D. 1997. Genetika Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press.
Gardner, et.al. 1984. Principle of Genetic. New York: John Wiley and Sons.
Indayati, N. 1999.Pengaruh Umur Betina dan Macam Strain Jantan Terhadap
Keberhasilan Kawin Kembali Individu Betina D. melanogaster.Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Malang: FPMIPA IKIP Malang
Kimbal, John W. 1983. Biologi Jilid 1 aliha bahasa Siti Soetarmi Tjitrosomo dan
Nawangsari Sugiri. Jakarta: Erlangga.
Milkman. Roger. 1965. The genetic basis of natural variation. viii. synthesis of cue
polygeni combinations from laboratory strains of Drosophila melanogaster. New
York: Department of Zoology, Syracuse Uniuersity, Syracuse.
Ramadani S.D., Corembima A.D., Zubaidah Siti. 2016. Waktu Perkembangan
Drosopohila melanogaster Strain Normal, White, dan Ebony pada Kondisi
LingkunganGelapKonstan.(Online)(https://www.researchgate.net/publication/322
292877_WAKTU_PERKEMBANGAN_Drosophila_melanogaster_STRAIN_No
rmal_white_DAN_ebony_PADA_KONDISI_LINGKUNGAN_GELAP_KONST
AN) diakses tanggal 24 Maret 2018.
Robert.J.Brokers. 2005.Genetic Analysis dan Principles Third Edition. New York:
McGraw Hill International edition.
Yatim, Wildan. 1986. Genetika Manusia. Bandung: Tarsito
.

Anda mungkin juga menyukai