Offering :I
Kelompok :5
Anggota Kelompok
1. Dipta Septiya Rena Nintiyas 190342621306
2. Rani Dwi Lestari 190342621253
3. Yusniar Zurroh Asfiniya 190342621266
CPMK Genetika 2
Rujukan
[1] M. Laturney, R. van Eijk, and J.-C. Billeter, “Last male sperm precedence is
modulated by female remating rate in Drosophila melanogaster,”
Evol. Lett., vol. 2, no. 3, pp. 180–189, 2018, doi: 10.1002/evl3.50.
[2] S. R. Singh, B. N. Singh, and H. F. Hoenigsberg, “Female remating, sperm
competition and sexual selection in Drosophila,” Genet. Mol. Res.,
vol. 1, no. 3, pp. 178–215, 2002.
Menyusun Perencanaan Proyek (Design Project)
2. Warna Tubuh
Pada Drosophila melanogaster jantan, segmen posterior perut (A5 dan A6)
sepenuhnya gelap dan berkilau. Pada Drosophila melanogaster betina, warna
segmen ini bervariasi dari pucat hingga hampir seluruhnya gelap. Kedua jenis
kelamin memiliki pola garis-garis melintang gelap di sisi dorsal setiap
segmen perut.
3. Bentuk Ujung Abdomen
Drosophila melanogaster betina memiliki abdomen dengan ujung runcing,
sementara abdomen jantan bulat. Selain itu, abdomen jantang cenderung
meringkuk ke dalam.
4. Alat Kelamin Eksternal
Alat kelamin eksternal Drosophila melanogaster jantan (epandrium) lebih
besar, lebih kompleks, dan lebih gelap daripada alat kelamin eksternal betina
(pelat genital dan ovipositor).
5. Sex Combs
Kaki depan Drosophila melanogaster jantan memiliki sisir kelamin (sex
combs) yaitu barisan rambut gelap tebal pada segmen tarsal pertama.
D. Siklus Hidup Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster menyelesaikan siklus hidupnya selama sekitar 10
hari pada suhu 25°C. Embrio berkembang lebih dari 24 jam. Ada tiga tahap larva:
L1 dan L2 (masing-masing ~ 1 hari) diikuti oleh L3 (~ 3 hari), tahap kepompong
(4 hari), dan tahap imago. Lalat dewasa mencapai kematangan seksual setelah 2-4
hari, dan betina yang dibuahi kemudian mulai bertelur. Waktu perkembangan
dapat sangat bervariasi (beberapa hari) dengan kondisi lingkungan (suhu,
kerumunan, kualitas makanan) dan latar belakang genetik.
Gambar 1. Alat Reproduksi Drosophila melanogaster Jantan. T: Testis, VD: Vas Deferens,
AG :Acessory Gland, ED: Ejaculator ductus, EB: Ejaculator bulb.
(Sumber: Schnakenberg, et al., 2012)
Ejakulat Drosopila melanogaster jantan tidak hanya mengandung sperma,
tapi juga banyak zat gizi dan zat kimia yang berperan dalam proses kompetisi
sperma. Protein kelenjar aksesori dan protein saluran ejakulasi pada cairan mani
yang ditransfer ke betina selama perkawinan memiliki fungsi reproduksi yang
penting, termasuk peningkatan oogenesis, ovulasi, tingkat oviposisi, penurunan
penerimaan terhadap tahap pacaran, mediasi penyimpanan sperma, kompetisi
sperma, dan rentang hidup yang menurun (Singh, et al., 2002).
Berikut ini merupakan tabel yang berisi nama dan fungsi dasi masing-masing
protein (Schnakenberg, 2012):
Tabel 1. Protein yang Berperan pada Pemanfaatan Sperma
Sperma disimpan dalam tiga organ penyimpanan yaitu dua spermateka dan
satu reseptakulum seminalis. Reseptakulum seminalis berukuran rata-rata 2 mm
panjangnya dengan diameter terluar rata-rata 15 µm yang bertambah sampai 30
µm pada bagian akhir distal dan akhirnya menyempit kembali berupa saluran
penutup. Dua spermateka pada Drosophila melanogaster berfungsi sebagai organ
penyimpan sperma (Lefevre, 1962).
Adanya dua tempat penyimpanan sperma tersebut juga menimbulkan
perbedaan dalam jumlah sperma yang tersimpan dalam masing-masing organ.
Menurut Iida (2003), bahwa 20% sperma disimpan di spermateka dan 80%
disimpan dalam reseptakulum seminalis. Dengan penelasan ini, maka jelas
komposisi penyimpanan sperma pada kedua organ ini berbeda (20:80). Adapun
waktu yang dibutuhkan untuk habisnya sperma dalam organ penyimpanan adalah
relatif. Hal ini berhubungan dengan jumlah sperma yang ditransfer. Semakin
banyak sperma yang ditransfer, maka waktu yang dibutuhkan untuk habisnya
sperma dalam pembuahan sel telur juga semakin lama
Diantara ketiga organ di atas ternnyata sperma dari reseptakulum seminalis
yang akan dimanfaatkan terlebih dahulu. Dipandang dari topografinya,
spermateka merupakan saluran seperti kapsul terletak di dinding bagian dorsal
dekat akhir anterior uterus. Sedangkan respetakulum seminalis merupakan saluran
yang terbuka ke oviduk, dan berada di bagian puncak uterus. Dengan posisi
demikian, maka sperma dari respetakulum seminalis yang paling cepat
dimanfaatkan. Selain itu juga dikaitkan dengan fungsinya bahwa spermateka
merupakan organ minor bila dibandingkan respetakulum seminalis yang seperti
disebutkan di atas hanya menyimpan 20% dari total sperma yang masuk (Iida,
2003). Berkaitan dengan informasi tersebut Wolfner (2011), mengatakan bahwa
sperma dari perkawinan pertama disimpan di bagian puncak seminal reseptakel
yang melingkar-lingkar. Selanjutnya sperma yang digunakan dalam membuahi
ovum adalah dengan suatu dasar “yang terakhir masuk adalah yang pertama
keluar”. Jadi sperma yang terakhir masuk dalam artian sperma dari jantan kedua
akan digunakan terlebih dahulu untuk membuahi.
Cairan seminal yang ditransfer bersamaan dengan sperma selama ejakulasi,
mengandung protein dan gula yang dapat mendukung atau memberi makanan
sperma, atau membantu sperma mencapai atau tinggal dalam organ penyimpanan
betina. Tetapi sebagian besar cairan seminal tidak selalu ada dengan sperma yang
disimpan (Singh, et al., 2002). Menurut Iida (2013), sperma yang masuk ke dalam
tubuh betina dan disimpan hanya sekitar 20%, hal ini mengindikasikan bahwa
beberapa sperma tersisa di dalam uterus, beberapa sperma ini terjebak dalam
massa gelatin yang terbentuk di dalam uterus setelah perkawinan atau terdorong
ke luar selama oviposisi. Beberapa zat kimia dari betina berperan untuk mencegah
masuknya sperma ke dalam organ penyimpanan, betina umumnya tidak
memproduksi bahan tersebut dan akan memproduksinya pada kondisi tertentu,
seperti saat terjadi penurunan imun.
Lefevre (1962) menjelaskan bahwa Drosophila melanogaster betina
menggunakan sperma dengan efisiensi yang tinggi, 100% sperma yang tersimpan
digunakan untuk fertilisasi. Ada dua pendapat tentang penggunaan sperma yang
tersimpan dalam organ penyimpanan betina. Pendapat pertama adalah penggunaan
sperma bersifat tidak acak sedangkan pendapat kedua menyatakan bahwa
penggunaan sperma bersifat acak. Singh, et al., (2002), mengatakan bahwa
sperma yang tersimpan dalam reseptakulum seminalis dan spermateka
dikeluarkan secara acak dalam fertilisasi.
K. Kompetisi Sperma
Kompetisi sperma yakni kompetisi sperma dalam tubuh betina dari dua atau
lebih jantan yang akan membuahi sel telur. Dari perkawinan yang dilakukan oleh
individu betina Drosophila melanogaster, penggunaan sperma dari individu
jantan kedua lebih utama dan reduksi kesuksesan reproduksi dari jantan kedua
berhasil terjadi setelah 2 hari perkawinan. Hal tersebut karena sperma dari jantan
pertama masih tertinggal dalam organ penyimpanan sampai beberapa hari
sebelum terkena pengaruh dari cairan seminal sperma jantan kedua dimana cairan
seminal dari jantan kedua menghalangi penggunaan sperma jantan pertama yang
disimpan (Singh, et al., 2002).
Sebagian besar mekanisme yang menjelaskan tentang penggunaan sperma
jantan dari jantan kedua lebih besar karena penyimpanan sperma dari jantan kedua
tersebut juga lebih banyak. Hal tersebut sering ditunjukkan dengan pola langsung
yang menggambarkan keuntungan dari sperma dari jantan kedua yang disimpan
secara utuh dan banyak, karena individu betina menggunakan sperma secara acak
untuk membuahi sel telur. Sehingga dapat dilihat bahwa sperma yang lebih
banyak disimpan dalam individu betina merupakan sperma dari individu jantan
kedua karena adanya pemindahan sperma dari jantan pertama pada organ
penyimpanan (Singh, et al., 2002).
Persaingan sperma timbul terutama karena kapasitas penyimpanan sperma
yang rumit di dalam betina, karena penggunaan sperma yang sangat efisien saat
pembuahan, dan karena probabilitas kawin kembali yang tinggi. Persaingan
sperma mungkin sangat kuat saat sperma beberapa jantan disimpan bersamaan di
dalam organ penyimpanan khusus atau bagian dari saluran reproduksi betina
sebelum pembuahan. Peran manipulasi betina mungkin besar dan dapat memiliki
efek dramatis pada hasil permainan kompetisi sperma dalam kasus yang ekstrim,
betina dapat kawin dengan sejumlah jantan dan kemudian memilih sperma yang
akan digunakan untuk membuahi telur mereka. Betina memilih sperma melalui
spermisida, kejadian ini dengan membuang sperma yang diterima, dengan
mencerna sperma atau melalui fagositosis spermatozoa, di lain sisi jantan telah
berevolusi untuk menghasilkan sperma dalam jumlah besar untuk
membingungkan atau mencampuradukkan sistem pilihan betina yang samar
sehingga spermisida dapat bermanfaat bagi betina hanya dengan menyediakan
sumber nutrisi yang berharga (Singh, et al., 2002).
Teori persaingan sperma memprediksi bahwa jantan beradaptasi untuk sukses
dalam kompetisi sperma dengan menghasilkan sperma dalam jumlah besar. Jantan
yang dikawinkan dengan risiko persaingan sperma tinggi meningkatkan investasi
pada produksi sperma. Ini berarti bahwa jantan yang spermanya berisiko
mengalami persaingan harus melepaskan lebih banyak sperma saat berkopulasi
daripada jantan yang spermanya tidak berisiko. Jika jumlah sperma yang
dilepaskan tidak penting untuk hasil kompetisi (Singh, et al., 2002).
Kemampuan bersaing sperma juga meliputi pertahanan sperma (sperm
defense). Kemampuan bertahan jantan pertama mungkin dihitung oleh
kemungkinan bahwa betina akan kawin kembali sebelum menggunakan semua
spermanya yang tersimpan. Betina yang dikawinkan dengan jantan pertama
dengan kemampuan defensif yang lebih besar tidak akan kawin kembali sampai
lebih sedikit sperma yang tersimpan di penyimpanannya. Kemampuan pertahanan
sperma jantan pertama mungkin lebih jauh diukur dengan kemampuan spermanya
untuk menahan perpindahan atau untuk mengurangi keberhasilan fertilisasi
sperma jantan kedua (Singh, et al., 2002).
Ada juga pelanggaran sperma (sperm offense). Kemampuan ofensif jantan
kedua bisa dihitung oleh kemampuannya untuk mendorong seorang betina untuk
kawin lagi sebelum dia menggunakan semua sperma yang tersimpan. Kemampuan
ofensif bisa diukur dengan kemampuan jantan kedua untuk menggantikan sperma
jantan pertama. Dari perspektif kemampuan kesuburan jantan dengan kemampuan
yang tinggi akan datang dari genotipe yang memaksimalkan jumlah keturunan
induk jantan, terlepas dari urutan kawin (Singh, et al., 2002).
Jantan
Macam Persilangan
- Persilangan Drosophila melanogaster strain ♀bcl dengan ♂bcl,
- Persilangan Drosophila melanogaster strain ♀bcl dengan ♂b
- Persilangan Drosophila melanogaster strain ♀bcl dengan ♂cl
- Persilangan Drosophila melanogaster strain ♀bcl dengan ♂N
Jumlah Ulangan
RAL = t (r-1) ≥ 15
RAL = 4(r-1) ≥ 15
RAL = 4r – 4 ≥ 15
RAL = 4r ≥ 15 + 4
RAL = 4r ≥ 19 → r = 19/4 = 4.75 = 5
Jumlah Generasi
1 generasi
Alasan
Karena pada pemanfaatan sperma Drosophilla melanogaster sudah bisa dilihat
hasilnya terjadi secara acak atau tidak acak dari generasi pertamanya.
Prosedur Persilangan
Persilangan tipe I dengan betina bcl
- ♀ bcl disilangkan dengan ♂ bcl
- Setelah 2 hari ♂ bcl dilepas dan ♀ bcl dipindah ke medium baru setelah
muncul larva kemudian disilangkan dengan ♂ b.
- Setelah 2 hari ♂ b dilepas dan ♀ bcl dipindah ke medium baru setelah
muncul larva kemudian disilangkan dengan ♂ cl.
- Setelah 2 hari ♂ cl dilepas dan ♀ bcl dipindah ke medium baru setelah
muncul larva kemudian disilangkan dengan ♂ N.
- Setelah 2 hari ♂ N dilepas dan ♀ bcl dipindah ke medium baru setelah
muncul larva tanpa disilangkan.
- Jika sudah keluar pupa ♀bcl dilepas.
- Mengamati fenotip dan jenis kelamin serta menghitung jumlah hasil
persilangan F1 dari hari ke-1 sampai hari ke-7.
- Persilangan diulangi pada tipe II, III, dan IV.
F1 : (e)
Parental : ♀ecl >< ♂cl
Genotip : ><
Gamet : ecl; ecl
F1 : (cl)
Estimasi Instrumen
Kegiatan
Waktu Pendukung
Minggu ke-1 Pemilihan strain Drosophilla Sediaan strain
melanogaster Drosophila
melanogaster yang
tersedia di
laboratorium
Prosedur
Betina dikawinkan dengan jantan subur dan
disilangkan dengan dua jantan steril yang berbeda,
dengan dan tanpa sekresi kelenjar aksesori.
Persiapan stok
Untuk percobaan kawin yang terputus, tiga sediaan
digunakan. M berasal dari garis isofemale yang
dikumpulkan dan stok telah disimpan di media
laboratorium standar selama kurang lebih 200
generasi. CS (Canton-S) adalah stok laboratorium
standar dan bwD adalah mutan warna mata dominan
dari Drosophila Stock Center.
Prosedur
Lalat beri anestesi berupa CO2 singkat untuk
memisahkan virgin jantan dan betina. Perkawinan
pertama diamati dan setelah itu betina kawin ditahan
secara individual di dalam vial sebelum kawin kedua.
Betina dan jantan pertama berumur 1-3 hari pada saat
kawin pertama, dan jantan kedua berumur 2-4 hari
saat remasi. Lalat dibiakkan pada suhu kamar (sekitar
22°C) dan cahaya selama 12 jam. Perkawinan
pertama dan kedua biasanya diamati mulai pukul 7-8
pagi dan tidak dilanjutkan setelah jam 12 malam.
Sekitar 95% virgin betina kawin, dan 70%-80%
betina kawin. Dalam percobaan 1, 6 betina
digunakan per perlakuan. Dalam percobaan 2, 3, dan
4 digunakan Canton-S, 20-30 betina digunakan per
pengobatan. Dalam percobaan 5 dan 6, bwD
digunakan sebagai jantan pertama, untuk
memungkinkan deteksi transfer sperma kedua jantan
sebelum memperbaiki gangguan jantan normal.