Identitas
Kelompok :1
Offering :I
A. Topik
Nondisjuction
B. Referensi
a. Artikel Utama
Grell, R. F. 1979. Origin of Meiotic Nondisjunction in Drosophila Female.
Environmental Health Perspectives. Vol. 31, pp. 33 – 39
b. Artikel Penunjang
Xiang, Y., & Hawley, S. 2006. The Mechanism of Secondary Nondisjunction in
Drosophila melanogaster Females. Genetics 174: 67–78. DOI:
10.1534/genetics.106.061424
Rey, M., dkk. 1992. Nondisjunction Induced by Ethanol in Drosophila melanogaster
females. Mutation research, 268 (1992) 95-104
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian artikel utama adalah :
Untuk mengetahui asal usul adanya meiosis nondisjunction pada Drosophila betina
Untuk mengetahui prinsip dasar hubungan antara crossing over dan disjunction seperti
yang ditemukan pada Drosophila
D. Metode Penelitian
Metode dari penelitian artikel utama yaitu dengan menggunakan : 1. Inversi heterozigot
yang dilakukan dengan tiga heterozygot translokasi yang berbeda untuk menunjukkan
ketergantungan frekuensi aneuploid pada posisi breakpoints dan kemungkinan pembentukan
chiasma, dan 2. Statistika Weinstein.
Kekurangan
1. Pada artikel utama tidak adanya pemisahan sub topik yang dibahas, sehingga
membingungkan pembaca. Sedangkan pada kedua artikel penunjang terdapat pembagian
sub topic yang dibahas seperti metode yang digunakan, hasil penelitian, dan lainnya
2. Artikel utama tidak menjelaskan mengenai perbandingan mengenai seberapa efektif
nondisjunction terjadi pada kromosom X, sedangkan pada artikel penunjang pertama
menjelaskan bahwa nondisjunction kromosom X jauh lebih sering terjadi pada wanita
XXY daripada wanita XX yang normal secara genetic
3. Pada artikel utama tidak memaparkan alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian
yang dilakukan, sedangkan pada artikel penunjang hal tersebut dijelaskan secara rinci
4. Pada artikel utama tidak dijelaskan mengenai pengaruh suatu kerusakan yang diakibatkan
dari faktor – faktor yang timbul, sedangkan pada artikel penunjang kedua dijelaskan
mengenai bahwa ethanol memiliki efek pada segresi kromosom yang terjadi pada
drosophila
4. Peristiwa apakah yang terjadi sejak awal hingga midprofase pada secondary
nondisfunction Drosophila?
Jawab:
Daerah hererokromatik dari kromosom X dan Y secara fisik diasosiasikan selama awal
hingga midprofase di semua genotip. Setelah disolusi kompleks sinaptonema pada akhir
pachytene, beberapa kromososm meiotic di Drosophila memasuki fase seperti diplotene
yang diperpanjang dan tidak biasa di mana daerah eukromatik desynapse tetapi daerah
heterokromatik tetap berpasangan erat. Untuk menentukan apakah kromosom X dan Y
tetap terkait selama periode profase, maka asosiasi kromosomal X dan Y selama tahap
2-9 oogenesis harus diperiksa. Dalam oosit di mana pertukaran kromosom X telah
ditekan (FM7/X/Y, FM7/X/y+Y dan ln(1)dl 49/X/y+Y) frekuensi yang diamati dari
asosiasi tersebut (67-69%) berkorelasi baik dengan frekuensi nondisjungsi sekunder
yang diamati. Namun, untuk pertukaran kompeten XXY di pertengahan prometafase
(50-55%) jauh lebih tinggi dari pada yang diperkirakan berdasarkan pengamatan
sekunder.
H. Refleksi
Setelah membaca dan mempelajari baik artikel utama dan penunjang, kami memahami
beberapa hal, seperti:
1. Konsep mengenai nondisjunction yang terjadi ketika pasangan kromosom homolog
tidak berpisah pada saat meiosis, misalnya pada manusia dan Drosophila betina yang
lebih sering terjadi pada meiosis I yang mengakibatkan aneuploidi.
2. Kami juga memahami bahwa pada nondisjunction terdapat faktor-faktor atau gen yang
terlibat dalam peristiwa nondisjunction yaitu meiotic nondisjunction dapat diinduksi
oleh agen eksternal seperti panas, radiasi, dan bahan kimia, serta dapat diinduksi oleh
perubahan genotip internal seperti mutasi titik dan pengaturan ulang kromosom.
3. Terjadinya secondary nondisjunction pada kromosom X lebih sering terjadi pada wanita
XXY yang disebabkan oleh peristiwa segregasi XX 4 Y dalam oosit di mana dua
kromosom X gagal menjalani penyebrangan.
4. Perlakuan etanol pada segregasi kromosom pada Drosophila melanogaster dengan dua
perlakuan menghasilkan beberapa hasil seperti perlakuan etanol kronis yang
menyebabkan penghentian telur pada D. melanogaster.