Anda di halaman 1dari 10

PEWARNAAN KAPSULA BAKTERI

LAPORAN PRAKTIKUM

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi yang diampu oleh


Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M. Pd. dan Kennis Rozana, S. Pd., M. Si.

Disusun Oleh:
Kelompok 3/Offering I
1. Dea Audina (190342621264)
2. Dipta Septiya Rena Ningtiyas (190342621306)
3. Hanif Amirusdi Puteno (170342615586)
4. Luthfi Angely Pinandhita R. (190342621238)
5. Yulia Dewi Wulandari (190342621201)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI S1 BIOLOGI
Maret 2021
A. Topik
Pewarnaan Kapsula Bakteri

B. Tanggal
1 Maret 2021

C. Tujuan
- Untuk memperoleh pengetahuan tentang langkah-langkah pewarnaan kapsula
bakteri
- Untuk mengetahui ada atau tidak adanya kapsula bakteri

D. Dasar Teori
Kebanyakan bakteri memiliki kapsula yang mengelilingi tubuh mereka.
Kapsul biasanya terdiri dari polisakarida, yang mungkin dikombinasikan dengan
lipid dan protein, tergantung pada spesies bakterinya (Burton, et al, 1998). Kapsul
berfungsi sebagai antiphagocytic, melindungi bakteri yang dienkapsulasi agar
tidak difagosit (tertelan) oleh sel darah putih fagositik (Kenneth, et al, 2004). Jadi,
bakteri yang dienkapsulasi mampu bertahan lebih lama dalam tubuh manusia
dibandingkan bakteri yang tidak berkapsul. Kapsula bakteri tidak bewarna,
sehingga perlu dilakukan pewarnaan khusus agar dapat diamati di bawah
mikroskop cahaya dengan jelas (Hastuti, 2021). Kapsul transparan dan tidak
mudah ternoda, lapisan ini biasanya tidak dihargai kecuali diperlihatkan dengan
kemampuannya untuk mengeluarkan bahan partikulat, seperti tinta India
(Kenneth, et al, 2004).
Pewarnaan kapsul adalah teknik yang digunakan untuk mengetahui suatu
bakteri memilik kapsul pada tubuhnya (Rahayu, 2017). Prinsip dasar pewarnaan
kapsul ialah kapsul pada kuman tidak dapat mengikat zat warna, sehingga pada
pemberian cat tinta cina dan carbol fuksin (Vinay, 2013). Kapsul dapat dideteksi
menggunakan pewarnaan negatif, dimana sel bakteri dan latar belakang menjadi
ternoda, tetapi kapsul tetap tidak ternoda tubuh mereka. Kapsul biasanya terdiri
dari polisakarida, yang mungkin dikombinasikan dengan lipid dan protein,
tergantung pada spesies bakterinya (Burton, et al, 1998). Kapsul berfungsi sebagai
antiphagocytic, melindungi bakteri yang dienkapsulasi agar tidak difagosit
(tertelan) oleh sel darah putih fagositik (Kenneth, et al, 2004). Jadi, bakteri yang
dienkapsulasi mampu bertahan lebih lama dalam tubuh manusia dibandingkan
bakteri yang tidak berkapsul. Kapsula bakteri tidak bewarna, sehingga perlu
dilakukan pewarnaan khusus agar dapat diamati di bawah mikroskop cahaya
dengan jelas (Hastuti, 2021). Kapsul transparan dan tidak mudah ternoda, lapisan
ini biasanya tidak dihargai kecuali diperlihatkan dengan kemampuannya untuk
mengeluarkan bahan partikulat, seperti tinta India (Kenneth, et al, 2004). Dengan
demikian, kapsul muncul sebagai lingkaran tanpa noda di sekitar sel bakteri.
Terdapat dua cara pewarnaan untuk mengetahui adanya kapsula bakteri.
Pertama adalah pewarnaan langsung/positif. Kedua, pewarnaan negatif.
Pewarnaan negatif dapat berguna dalam mempelajari morfologi sel bakteri dan
mengkarakterisasi beberapa sel bakteri struktur luar, seperti kapsul, yang
berhubungan dengan sel bakteri (Rahayu, 2017). Noda negatif bersifat asam dan
dengan demikian memiliki kromofor bermuatan negatif itu tidak menembus sel
melainkan ditolak oleh sel bakteri yang bermuatan sama. Latar belakang yang
mengelilingi sel diwarnai dengan noda negatif, menghasilkan pewarnaan sel yang
negatif atau tidak langsung. Biasanya sel muncul sebagai objek transparan
terhadap latar belakang gelap (Alfred, 2011). Contoh noda negatif adalah tinta
india dan nigrosin. Pewarnaan negatif juga dapat berguna secara akurat
menentukan dimensi sel. Karena fiksasi panas tidak dilakukan, tidak terjadi
penyusutan sel dan ukuran penentuan lebih akurat daripada yang ditentukan pada
material tetap (Alfred, 2011). Kemudian pewarnaan kedua adalah pewarnaan
langsung/positif. Pewarnaan kapsula ini dapat digunakan untuk membedakan
mana sel vegetatif bakteri dan kapsula(pewarnaan deferensiasi).

E. Alat dan Bahan


1. Alat
- Mikroskop
- Kaca benda
- Lampu spiritus
- Mangkuk pewarna
- Kawat penyangga
- Jarum inokulasi berkolong
- Pinset
- Korek api

2. Bahan
- Biakan campuran/biakan murni bakteri
- Tinta cina merk “Pelikan” \
- Akuades steril
- Larutan kristal violet 0,5%
- Larutan CuSO4, 5H2O 20%
- Alkohol
- Lisol
- Sabun cuci
- Kertas penghisap
- Lap
F. Prosedur Kerja
Cara I : Pewarnaan Langsung/Positif
1. Kaca benda bersih disediakan, lalu dilewatkan di atas nyala api lampu spiritus
2. Satu oase akuades steril diteteskan di atas kaca benda
3. Bakteri yang akan diperiksa diinokulasikan secara aseptik di atas tetesan
akuades, lalu diratakan secara perlahan-lahan dan ditunggu hingga mengering
4. Fiksasi dilakukan dengan cara melewatkan sediaan tersebut di atas nyala api
lampu spiritus dengan cepat
5. Larutan kristal violet diteteskan di atas sediaan ini, kaca benda sediaan
diletakkan di atas kawat penyangga yang telah diletakkan di atas mangkuk
pewarna. Kemudian ditunggu selama 1 menit
6. Kaca benda sediaan dijepit dengan pinset (kedudukan tetap di atas mangkuk
pewarna), lalu sediaan ini dibilas dengan larutan CuSO4, 5H2O secara berhati-
hati
7. Sediaan dikeringkan dengan menggunakan kertas penghisap dengan hati-hati
agar tidak merusak kesediaan
8. Sediaan diamati di bawah mikroskop

Cara II : Pewarnaan Tak Langsung/Negatif


1. Kaca benda yang bersih disediakan, lalu dilewatkan di atas nyala api lampu
spiritus
2. Biakan campuran atau biakan murni bakteri disiapkan, lalu ditentukan koloni
bakteri yang akan diperiksa kapsulnya
3. Satu oase akuades steril diteteskan di atas kaca benda
4. Inokulum yang akan diperiksa diambil secara aseptik, lalu diratakan perlahan-
lahan di atas tetesan akuades itu. Sediaan dibiarkan sampai mengering tanpa
difiksasi
5. Setetes tinta merk “Pelikan” diteteskan di atas sediaan tersebut. lalu, diratakan
perlahan-lahan
6. Sediaan dibiarkan mengering, lalu diamati di bawah mikroskop (tanpa kaca
penutup). Sel-sel bakteri Nampak transparan dengan latar belakang berwarna
hitam, sedang kapsula (bila ada) berwarna cokelat muda di sekeliling bakteri
G. Data

Tabel 1 Hasil Pengamatan Sel Bakteri pada Pewaraan Kapsula Bakteri

Kode Gambar Warna Sel Vegetatif Warna Kapsula


A Ungu kehitaman Biru muda
B Pink/merah muda -

A
Gambar A Bakteri Berkapsula
Sumber: PPT Praktikum Mikrobiologi, 2021

B
Gambar B Bakteri Tidak Berkapsula
Sumber: PPT Praktikum Mikrobiologi, 2021
H. Analisis Data
Bersasarkan hasil pengamatan di atas diperoleh bahwa Gambar A
merupakan bakteri berkapsula karena setelah diberi pewarna primer kristal violet
seluruh sel vegetatif menjadi berwarna ungu kehitaman, sedangkan kapsula
tampak seperti lingkaran berwarna biru muda di sekitar sel vegetatif. Gambar B
dikategorikan sebagai bakteri tidak berkapsul karena setelah diwarnai dengan
menggunakan kristal violet, sel vegetatif berwarna merah muda atau pink dan di
sekililing sel vegetatif tersebut tidak terdapat struktur seperti lingkaran yang
berwarna lebih muda. Hal ini menandakan bahwa tidak ada kapsul yang terwarnai
sekaligus menunjukkan bahwa bakteri tersebut tidak berkapsula.

I. Pembahasan
Sebagian besar bakteri terutama yang hidup di lingkungan yang alami
dikelilingi oleh lapisan lendir (gelatinous). Kebanyakan bakteri menyekresikan
suatu lapisan berlendir yang mengakumulasi mengelilingi permukaan luar sel dan
menyelubungi dinding sel (Beishir, 1991). Hampir semua bakteri menyekresikan
lendir yang menyelubungi dinding selnya, akan tetapi tidak semua bakteri
memiliki kapsula, karena kapsula sendiri merupakan lapisan lendir yang cukup
tebal yakni dengan ketebalan lebih dari 0,2 mµ.
Kapsul berfungsi melindungi bakteri yang mencegah terjadinya
fagositosis makrofag dan leukosit polimorfonuklear hewan tingkat tinggi.
Kapsula yang dimiliki oleh suatu bakteri mampu melindungi dirinya dari proses
fagositosis oleh leukosit, zat untuk proses anti fagositosis adalah hyaluronic acid.
Kapsul bakteri terutama terdiri dari air dan bagian padat yang terlarut, tetapi hanya
kecil saja yaitu 2%. Bagian padat ini terutama adalah polisakarida dan pada
beberapa spesies mengandung polipeptida atau protein. Kapsula bakteri memiliki
sifat non-ionik sehingga pewarnaan tidak dapat dilakukan dengan prosedur
pewarnaan sederhana yang biasa. Kapsula bakteri tidak memiliki warna, sehingga
untuk mengetahui ada tidaknya kapsula pada suatu bakteri perlu dilakukan
pewarnaan khusus (Hastuti, 2008).
Pada praktikum digunakan pewarnaan secara langsung atau pewarnaan
positif digunakan untuk mewarnai sel-sel bakteri yang diamati. Apabila bakteri
memiliki kapsul, dalam pengamatan yang dilakukan sel bakteri akan tampak
berwarna ungu dan diselubungi kapsul berwarna biru muda. Larutan yang
digunakan adalah kristal violet dimana mempunyai cromophore yang bermuatan
positif (memiliki kation), sedangkan muatan yang berada di sekeliling bakteri
bermuatan negatif (memiliki anion), sehingga bila zat warna diberikan pada sel-
sel bakteri maka anion akan berikatan dengan kation, sehingga bakteri menyerap
zat warna. Hal inilah yang menyebabkan bakteri berwarna ungu. Terbentuknya
warna biru muda pada kapsula disebabkan karena kapsula menyerap CuSO4,
5H2O (Darkuni, 2001). Pada pewarnaan kapsul ini, CuSO4 berfungsi sebagai
peluntur warna dimaksudkan untuk melunturkan zat warna tanpa menghilangkan
warna pada sel bakteri.
Selain pewarnaan kapsula bakteri menggunakan metode ini, ada pula
metode yang lain yaitu secara tidak langsung atau pewarnaan negatif. Pewarnaan
ini dilakukan terhadap bakteri yang sulit diwarnai, di sini yang diwarnai adalah
latar belakangnya bukan bakterinya. Pewarnaan tidak langsung dilakukan dengan
tinta cina yang merupakan larutan yang mempunyai kromophore atau butir
pembawa warna yang bermuatan negatif (memiliki anion), sedangkan muatan
yang ada di sekeliling bakteri juga bermuatan negatif (memiliki anion), sehingga
bila zat warna diberikan pada sel bakteri, maka anion di dalam chromophor tidak
dapat berikatan dengan anion pada dinding sel. Maka zat warna yang diberikan
tidak dapat diserap oleh sel bakteri sehingga sel bakteri tidak terwarnai, sedangkan
latar belakang sel terwarnai.
J. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak
semua bakteri memiliki kapsul. Pewarnaan kapsul dilakukan dengan metode
pewarnaan positif atau secara langsung. Bakteri yang memiliki kapsul sel
vegetatifnya berwarna ungu kehitaman, sedangkan kapsulnya berwarna biru muda.
Sedangkan bakteri yang tidak memiliki kapsul berwarna merah muda atau pink.
Selain teknik pewarnaan positif, ada pula teknik pewarnaan negative. Konsep
pewarnaan kapsul negatif adalah latar belakang bakteri yang diwarnai bukan
selnya.

K. Diskusi
1. Mengapa terjadi perbedaan warna antara kapsula dan sel vegetatif dan bakteri?
Jawab:
Larutan yang digunakan adalah kristal violet dimana mempunyai cromophore
yang bermuatan positif (memiliki kation), sedangkan muatan yang berada di
sekeliling bakteri bermuatan negatif (memiliki anion), sehingga bila zat warna
diberikan pada sel-sel bakteri maka anion akan berikatan dengan kation,
sehingga bakteri menyerap zat warna. Hal inilah yang menyebabkan bakteri
berwarna ungu. Terbentuknya warna biru muda pada kapsula disebabkan
karena kapsula menyerap CuSO4, 5H2O (Darkuni, 2001). Pada pewarnaan
kapsul ini, CuSO4 berfungsi sebagai peluntur warna dimaksudkan untuk
melunturkan zat warna tanpa menghilangkan warna pada sel bakteri.
2. Apakah hubungan antara kapsula dan virulensi bakteri? Jelaskan!
Jawab:
Kapsula berperan sebagai pelindung terhadap serangan dari luar, misalnya:
bacteriophage, colicin (yaitu zat yang dihasilkan oleh bakteri E. coli untuk
membunuh bakteri golongan coli lainnya yang memungkinkan dirinya hidup
subur tanpa gangguan), dan lysozim (Koesnijo, 1974). Kapsul mencegah
bakteri dari fagosit sehingga bertindak sebagai antifagosit di alam. Kapsul
terdiri dari polisakarida dengan berat molekul tinggi yang membuat bakteri
sangat licin dan menjadikan sel darah putih sulit untuk memfagositosisa.
Kapsul membantu bakteri untuk menempel pada permukaan, menyamarkan
bakteri dari sistem kekebalan dengan meniru jaringan imun dan membuat
bakteri resisten untuk diinvasi. Kapsul melindungi bakteri dari pengeringan
dan metabolit beracun di lingkungan. Kapsul ini juga membantu
meningkatkan konsentrasi nutrisi pada permukaan sel bakteri karena sifat
polianioniknya dan sebagai penghalang difusi melawan antibiotik serta
berkontribusi terhadap mekanisme resistensi (Kandi, 2015). Kapsul adalah
salah satu penentu virulensi bakteri pertama yang diketahui yang mana
ditunjukkan oleh Graffith pada tahun 1928 dalam eksperimen tikusnya.
Percobaan ini membuktikan bahwa suspense koloni halus bakteri mampu
menghasilkan kapsul yang dapat membunuh tikus, sedangkan suspense kasar
bakteri tanpa kapsul tidak menyebabkan kematian (Kandi, 2015).

3. Apakah fungsi kapsula bagi bakteri?


Jawab:
Kapsula berperan sebagai pelindung terhadap serangan dari luar, misalnya:
bacteriophage, colicin (yaitu zat yang dihasilkan oleh bakteri E. coli untuk
membunuh bakteri golongan coli lainnya yang memungkinkan dirinya hidup
subur tanpa gangguan), dan lysozim (Koesnijo, 1974). Kapsul mencegah
bakteri dari fagosit sehingga bertindak sebagai antifagosit di alam. Kapsul
juga memberdayakan bakteri agar menjadi resisten terhadap aksi bakterisidial
dari komplemen dan serum antibodi, sebagai penghalang difusi melawan
antibiotik dan berkontribusi terhadap mekanisme resistensi (Kandi, 2015)
L. Daftar Rujukan

Alfred E Brown; Harold J Benson, “Pure Culture Techniques,” in Benson’s


microbiological applications : laboratory manual in general microbiology,
2011, pp. 73–78.

Burton G.R.W and Engelkirk P.G. 1998. Microbilogy for Health Sciences. New
york. A Wolters Kluwer Company.

Beishir, L. 1991. Microbiology in Practice. Har-pers Collins Publisher Inc. USA.

Darkuni, N. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi dan Mikologi). Malang:


UM Press
Fadilah, M., Alberida, H., Irdawati. 2011. Deteksi Kapsul dan Slime Pada Bakteri
Patogen yang Diisolasi dari Benih Lele Dumbo. Jurnal Sainstek, 3(2): 124-
128. ISSN: 2085-8029
Hastuti, U.S. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UM Press.
J. B. Reece, L. A. Urry, M. L. Cain, S. A. Wasserman, P. V. Minorsky, and R. B.
Jackson. 2010. Campbell Biology.
J. R. Kenneth and C. G. Ray. 2004. Sherris Medical Microbiology (4th ed.).
McGraw Hill.
Kandi, Venkataramana. 2015. Bacterial Capsule, Colony Morphology, Functions,
and Its Realtion to Virulence and Diagnosis. Student Section, 8(4), 151-153.
Koesnijo. 1974. Kapsula Bakteri dan Fungsinya. Berkala Ilmu Kedokteran
Gadjah Mada, vol. 6 no. 4.
Putri, M. H., Sukini, Yodong. 2017. Mikrobiologi. Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
S. Afrianti Rahayu and M. Muhammad Hidayat Gumilar, “Uji Cemaran Air
Minum Masyarakat Sekitar Margahayu Raya Bandung Dengan Identifikasi
Bakteri Escherichia coli,” Indones. J. Pharm. Sci. Technol., vol. 4, no. 2, p.
50, 2017, doi: 10.15416/ijpst.v4i2.13112.

S. L. R. Vinay Kumar, Ramzi S. Cotran, Buku Ajar Patologi Robbins. 2013.


Sujaya, I.N. 2016. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Denpasar.
Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai