Anda di halaman 1dari 4

PEWARNAAN KAPSULA

ANALISIS DATA
Pada kegiatan praktikum kali ini dilakukan pewarnaan kapsula
bakteri dengan menggunakan dua metode pewarnaan yaitu
pewarnaan secara langsung dan pewarnaan tidak langsung.
Pewarnaan langsung atau positif ini dilakukan dengan cara
mengoleskan atau menginokulasikan koloni dominan bakteri
tangkapan biakan murni di atas kaca benda yang steril yang
telah ditetesi seose aquades steril. Olesan kemudian di fiksasi
panas secara cepat di atas lampu spirtus. Kemudian olesan
diberikan ammonium oksalat kristal violet lalu didiamkan selama
1 menit. Kemudian olesan dibilas dengan larutan CuSO4.5H2O
secara hati-hati. Lalu sediaan dikeringkan dengan kertas
penghisap. Sediaan diamati dengan mikroskop.
Pewarnaan tidak langsung atau negatif dilakukan dengan cara
mengoleskan atau menginokulasikan koloni dominan bakteri
tangkapan biakan murni di atas kaca benda yang steril yang
telah ditetesi seose aquades steril. Olesan kemudian dibiarkan
hingga kering. Kemudian olesan ditetesi setetes tinta cina dan
ditunggu hingga kering.. Lalu sediaan diamati dengan
mikroskop.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, sel bakteri
hasil tangkapan di Kantin FMIPA Universitas Negeri Malang pada
pewarnaan langsung memunculkan warna ungu pada sel
vegetetif dan di sekelilingnya ada lapisan berwarna biru muda
yang samar-samar. Sedangkan pada pewarnaan tidak langsung
sel vegetatif berwarna transparan dengan latar belakang hitam
dan disekitarnya berwarna coklat muda. Warna biru muda dan
coklat muda ini ialah kapsula pada bakteri tangkapan di Kantin
FMIPA Universitas Negeri Malang. Sehingga bakteri tangkapan
atas ini dapat diduga sebagai bakteri yang virulen (bakteri
patogen).
PEMBAHASAN

Beberapa jenis bakteri dan sianobakteri mengeluarkan bahan-bahan yang amat


berlendir dan lengket pada permukaan selnya, melingkupi dinding sel. Bila bahan
berlendir tersebut kompak dan tampak sebagai bentuk yang pasti (bundar atau
lonjong) maka disebut kapsul, tetapi bila tidak teratur bentuknya dan menempelnya
pada sel kurang erat, maka disebut lendir (Hadioetomo, 1990). Tanpa adanya
pewarnaan, kapsul bakteri sangat sukar diamati dengan mikroskop cahaya biasa
karena tidak berwarna (Hastuti, 2002). Kapsula bersifat non-ionik maka pewarnaan
tidak dapat dilakukan dengan prosedur pewarnaan sederhana yang biasa. Menurut
Darkuni (2001), kapsul adalah lapisan polimer yang terdapat di luar dinding sel.
Kapsul pada bakteri dapat diamati dengan mikroskop dengan teknik pewarnaan,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pewarnaan tak langsung disebut juga
pewarnaan negatif, artinya yang diwarnai bukan sel bakteri melainkan luar bakteri
atau background dari sediaan bakteri. Sedangkan pewarnaan langsung, disebut juga
pewarnaan positif, artinya yang diwarnai adalah langsung pada bakterinya.

1. Pewarnaan kapsula bakteri secara langsung (pewarnaan positif)


Pada kegiatan praktikum ini, pewarnaan secara langsung dilakukan dengan
menggunakan kristal violet dan CuSO4.5H2O. Pewarnaan secara langsung ini
dimaksudkan untuk mewarnai sel-sel bakteri yang diamati. Apabila bakteri
mempunyai kapsul, maka dalam pengamatan sel bakteri akan tampak berwarna
ungu dan diselubungi oleh kapsul yang berwarna biru muda. Kristal violet
merupakan larutan yang yang mempunyai kromophore atau butir pembawa warna
yang bermuatan positif (memiliki kation) sedangkan muatan yang berada di
sekeliling bakteri bermuatan negatif (memiliki anion), sehingga terjadi adanya
tarik menarik antara kedua ion tersebut. Hal inilah yang menyebabkan bakteri
berwarna ungu. Dan terbentuknya warna biru muda pada kapsula disebabkan
karena kapsula menyerap CuSO4.
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini, dapat diketahui bahwa
pada koloni bakteri I dan koloni bakteri II berkapsul. Hal ini ditandai dengan
adanya warna biru muda yang menyelubungi sel bakteri yang berwarna ungu.
Terbentuknya warna biru muda disekeliling sel bakteri dapat diketahui bahwa sel
bakteri dapat menyerap CuSO4, seperti yang kita ketahui yang dapat menyerap
CuSO4 adalah kapsul. Menurut Tarigan (1988), fungsi kapsul adalah melindungi
tubuh dari kekeringan sementara dengan mengikat molekul-molekul air, dapat
memblok perlekatan bakteriofag, serta sebagai anti fagositosik. Selanjutnya Hastuti
(2002) menjelaskan bahwa pada beberapa jenis bakteri, adanya kapsula ini
menunjukkan sifat virulen.
2. Pewarnaan kapsula bakteri secara tidak langsung (pewarnaan negatif).
Pada kegiatan praktikum ini, pewarnaan secara tidak langsung dilakukan
dengan menggunakan tinta cina. Pewarnaan secara tidak langsung ini dimaksudkan
untuk mewarnai latar belakangnya. Apabila bakteri mempunyai kapsul, maka
dalam pengamatan sel bakteri akan tampak transparan dan diselubungi oleh kapsul
yang berwarna kecoklatan. Tinta cina merupakan larutan yang mempunyai
kromophore atau butir pembawa warna yang bermuatan negatif (memiliki anion)
sedangkan muatan yang berada di sekeliling bakteri juga bermuatan negatif
(memiliki anion), sehingga terjadi adanya tolak menolak antara kedua ion tersebut.
Hal inilah yang menyebabkan bakteri berwarna transparan dan yang nampak hanya
warna latar belakangnya yaitu hitam. Terbentuknya warna transparan ini
dikarenakan sel bakteri tidak mampu menyerap warna.
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini, dapat diketahui bahwa pada
koloni bakteri I dan koloni bakteri II berkapsul. Hal ini ditandai dengan adanya
warna kecoklatan yang menyelubungi luar dinding sel bakteri. Berdasarkan uraian
diatas, dapat diketahui bahwa bakteri pada koloni I dan koloni II sama-sama
berkapsul, baik pada pewarnaan langsung dan tidak langsung. Salah satu fungsi
kapsul adalah sebagai antifagosit sehingga kapsul memberikan sifat virulen.
Kapsula melindungi bakteri dari fagosit oleh sel-sel yang berperan dalam imunitas
(seperti leukosit, limfosit dan sel mast). Apabila bakteri ini tidak bisa difagosit oleh
sel-sel tersebut, maka bakteri akan bersifat virulen dan mempunyai kemampuan
meyebabkan penyakit. Dengan adanya kapsul yang merupakan polisakarida yang
berlekatan di luar dinding sel ini, umumnya bakteri pada koloni tersebut tergolong
bersifat virulen. Hal ini terkait dengan bakteri yang mempunyai kemampuan untuk
menimbulkan penyakit. Bakteri-bakteri berkapsula juga menyebabkan adanya
gangguan seperti lendir dalam beberapa proses industri. Selanjutnya Kusnadi
(2003) menjelaskan bahwa tidak adanya kapsula tidak mempengaruhi
kelangsungan hidup bakteri sehingga tidak semua bakteri memiliki kapsula, ada
juga yang tidak memiliki kapsula. Kapsula bukanlah suatu organ yang penting bagi
kehidupan sel, karena apabila kondisi medium normal maka sel bakteri tidak
membentuk kapsula dan tetap dapat tumbuh secara normal (Darkuni, 2001).

KESIMPULAN

1. Pengamatan kapsula bakteri dapat diamati menggunakan metode


pewarnaan yaitu pewarnaan secara langsung maupun tidak langsung.
2. Pada pewarnaan secara langsung maupun tidak langsung, bakteri pada
koloni pertama maupun koloni kedua memiliki kapsula.
3. Bakteri pada koloni pertama maupun koloni kedua termasuk bakteri
fagosit atau bakteri yang memiliki sifat virulen.

DAFTAR RUJUKAN
Darkuni, Noviar. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi dan Mikologi). Malang:
UM Press.
Dwidjoseputro. 1998. Dasar Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Hastuti, Sri Utami. 2002. Penuntun Kegiatan Mikrobiologi. Malang: UM Press.
Kusnadi. 2003. Mikrobiologi. Bandung: JICA IMSTEP.
Pelczar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press.
Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: DIRJEN DIKTI Proyek
Pengembangan LPTK

Anda mungkin juga menyukai