Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum minggu lalu, percobaan pertama yang dilakukan adalah


percobaan secara langsung pada kapsula bakteri dengan menggunakan kristal
violet dan CuSO4.5H2O. Hasil positif atau menunjukkan jika bakteri tersebut
memiliki kapsula akan nampak dari pengamatan dibawah mikroskop, sel bakteri
memunculkan warna ungu. Apabila di sekeliling sel bakteri tesebut ada bayangan
yang berwarna biru muda, maka sel bakteri tersebut mempunyai kapsul (Hastuti.
2012). Pewarnaan ini dilakukan dengan menggunakan kristal violet, Kristal
violet merupakan larutan yang mempunyai kromophore atau butir pembawa
warna yang bermuatan positif (memiliki kation) sedangkan muatan yang berada
di sekeliling bakteri bermuatan negatif (memiliki anion), sehingga terjadi adanya
daya tarik menarik antara kedua ion tersebut. Hal inilah yang menyebabkan
bakteri berwarna ungu dan terbentuknya bayangan warna biru muda pada
kapsula disebabkan karena kapsula tersebut menyerap CuSO4.5H2O.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa setelah dilakukan pewarnaan


secara langsung pada koloni bakteri A terlihat bahwa sel vegetatif bakteri tersebut
berwarna ungu yang di sekelilingnya tidak apa warna apapun, hal ini
menunjukkan bahwa bakteri pada koloni A tidak memiliki kapsula. Demikian
pula pada koloni bakteri B, setelah dilakukan pewarnaan secara langsung dan
diamati di bawah mikroskop, terlihat bahwa sel vegetatif bakteri tersebut
berwarna ungu yang di sekelilingnya tidak apa warna apapun, hal ini
menunjukkan bahwa bakteri pada koloni B juga tidak memiliki kapsula.

Pada percobaaan kedua ialah percobaan secara tidak langsung dilakukan


dengan menggunakan tinta cina merk “Pelikan”. Pewarnaan secara tidak
langsung ini dimaksudkan untuk mewarnai latar belakangnya. Apabila bakteri
mempunyai kapsul, maka dalam pengamatan ini sel bakteri akan tampak
transparan dan diselubungi oleh kapsul yang berwarna kecokelatan. Tinta cina
merupakan larutan yang mempunyai kromophore atau butir pembawa warna
yang bermuatan negative (memiliki anion) sedangkan muatan yang berada
disekeliling bakteri juga bermuatan negative (memiliki anion), sehingga terjadi
adanya tolak menolak antara kedua ion tersebut. Hal inilah yang menyebabkan
bakteri berwarna transparan dan yang Nampak hanya warna latar belakangnya
yaitu hitam. Terbentuknya warna transparan ini dikarenakan sel bakteri tidak
mampu menyerap warna. Untuk mengetahui ada tidaknya kapsula pada bakteri
tersebut dapat diamati disekitar bakteri, jika ada bayangan berwarna coklat muda
disekeliling bakteri (Hastuti, 2012).

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa setelah dilakukan pewarnaan


secara tidak langsung pada koloni bakteri A terlihat bahwa sel vegetatif bakteri
tersebut transparan yang di sekelilingnya tidak apa warna apapun, hal ini
menunjukkan bahwa bakteri pada koloni A tidak memiliki kapsula. Demikian
pula pada koloni bakteri B, setelah dilakukan pewarnaan secara tidak langsung
dan diamati di bawah mikroskop, terlihat bahwa sel vegetatif bakteri tersebut
berwarna transparan yang di sekelilingnya tidak apa warna apapun, hal ini
menunjukkan bahwa bakteri pada koloni B juga tidak memiliki kapsula.

Dalam Dwidjoseputro (1978) dijelaskan bahwa kapsula merupakan lapiasan


lendir yang cukup tebal yang menyelubungi dinding sel seluruhnya. Lendir ini
tidak mudah menghisap zat warna. Hanya dengan pewarnaan yang khusus,
lapisan lendir itu dapat diperlihatkan. Kapsula lendir ini tidak berwarna, sehingga
perlu dilakukan pewarnaan khusus agar dapat diamati di bawah mikroskop
(Hastuti. 2012).

Lapisan lendir (kapsula) tersebut terdiri atas karbohidrat. Pada beberapa spesies
tertentu, lendir itu juga mengandung unsur N atau P. Lendir ini bukan merupakan
bagian yang integral dari suatu sel melainkan hasil dari pertukaran zat. Lendir
memberikan perlindungan terhadap bakteri dari kekeringan, seakan- akan
merupakan suatu ‘tameng’ untuk bertahan. Bisa dipastikan bahwa kebanyakan
bakteri memiliki kapsula ini termasuk golongan bakteri yang ganas (virulent)
(Dwidjoseputro, 1978). Selain itu kapsula pada bakteri juga berfungsi sebagai
cadangan makanan bagi bakteri, pada saat bakteri dalam lingkungan yang
kekurangan nutrisi maka kapsula dapat diubah oleh bakteri menjadi makanan
yang dapat dimanfaatkan oleh nya. Selain itu kapsula juga berfungsi untuk
melindungi sel bakteri dari lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya
pada lingkungan yang kurang air, suhu terlalu panas atau dingin, keadaan
medium yang memburuk , dan zat-zat yang timbul sebagai hasil pertukaran zat
bertimbun-timbun.

Terdapatnya kapsula pada tubuh bakteri dapat melindungi bakteri dari


penelanan oleh sel-sel fagosit inang sehingga dapat terbentuk sifat virulensi
pada bakteri tersebut. Terbentuknya sifat virulensi mengakibatkan bakteri ini
dapat berinteraksi dengan reseptor jaringan dan bertahan dari sistem pertahanan
inang dan berkembangbiak dalam tubuh inang tersebut. Banyak bakteri yang
tahan terhadap antibiotik dikarenakan memiliki kapsula, komponen utama
kapsula adalah air, bahan organik yang berupa homopolisakarida (seperti
selulosa, dekstran) atau heteropolisakarida (seperti alginat), kandungan zat
kimia yang ada pada kapsula tergantung dari spesies bakteri, biasanya kapsul
tersusun dari polisakarida atau polipeptida. Kapsula pada sel bakteri cenderung
tidak mudah untuk menyerap zat warna sehingga dapat melindungi bakteri dari
zat-zat yang beracun. Banyak bakteri yang kehilangan sifat virulennya karena
kapsula pada sel bakteri tersebut rusak atau terhidrolisis. Menurut Volk dan
Wheeler (1988), kapsula melindungi bakteri dari fagosit oleh sel-sel yang
berperan dalam imunitas (seperti leukosit, limfosit dan sel maast). Apabila
bakteri ini tidak bisa difagosit oleh sel-sel tersebut, maka bakteri akan bersifat
virulen dan mempunyai kemampuan meyebabkan penyakit.

Dari pembahasan diatas, dapat kita ketahui bahwa kedua bakteri bersebut,
bakteri koloni A dan koloni B merupakan bakteri non virulen, karena tidak
memiliki kapsula. Baik dengan pewarnaan kapsula secara langsung maupun
secara tidak langsung, kedua jenis pewarnaan tersebut menunjukkan bahwa
bakteri dari koloni A dan Koloni B merupakan bakteri yang tidak memiliki
kapsul, atau bakteri non virulen.

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh dalam praktikum pewarnaan kapsula


bakteri, dan berdasarkan uraian pembahasan yang telah dijelaskan maka dapat dibuat
beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Setelah dilakukan praktikum pewarnaan secara langsung dan tidak langsung untuk
mengetahui ada atau tidaknya kapsula, koloni A dan koloni B keduanya tidak
memiliki kapsula. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak adanya bayangan warna
biru muda pada pewarnaan langsung dan tidak adanya bayangan coklat muda pada
pewarnaan tidak langsung yang mengelilingi sel bakteri dari kedua koloni tersebut.
2. Selanjutnya, tidak adanya kapsula pada kedua koloni ini mengindikasikan bahwa
kedua koloni bakteri ini merupakan bakteri yang bersifat non virulent dan tidak
memiliki kemampuan menyebabkan penyakit.

Dwijoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: PT. Djambatan.

Hastuti, Sri Utami. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMM Press

Volk & Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai