Anda di halaman 1dari 4

Cover

A. Tujuan
1. Memperoleh keterampilan melakukan pewarnaan kapsula bakter
2. Mengetahui ada atau tidak adanya kapsula bakteri

B. Dasar teori
Salah satu karakteristik utama bakteri adalah morfologi dan struktur bakteri yang
umumnya terdiri atas: Sitoplasma dan bahan inti sel, dinding luar terdiri dari 3 lapis dari luar
ke dalam berturut-turut yaitu: lapisan lendir, dinding sel dan membran sitoplasma
(Dwidjoseputro, 1978).
Kebanyakan bakteri mengeluarkan lendir pada permukaan selnya, melapisi dinding sel.
Jika lapisan lendir ini cukup tebal dan kompak, maka disebut dengan kapsula. Pada beberapa
jenis bakteri, adanya kapsula menunjukkan sifat virulen. Kapsula bakteri tidak berwarna,
sehingga perlu dilakukan pewarnaan khusus agar dapat diamati di bawah mikroskop cahaya
dengan jelas (Utami, 2012). Kapsul merupakan lapisan materi polisakarida yang mengelilingi
sel-sel bakteri dan dapat bertindak sebagai pelekat pada sel inang. Kapsul dapat diketahui
dengan pewarnaan bakteri menggunakan Kristal violet dan Cu2SO4 atau tinta cina. Kapsul
merupakan struktur luar pelindung sel yang disekressikan oleh dinding sel. Hanya bakteri
tertentu yang membentuk kapsul dan tidak semua jenis bakteri mempunyai kapsul. Adanya
kapsul dapat dijadikan sebagai proses klasifikasi dan identifikasi bakteri (Madigan , 2012:
464).
Kapsula bakteri tidak berwarna dan semua kapsula bakteri tampaknya larut dalam air.
Kapsula ini tidak mudah menerima zat warna. Hanya dengan pewarnaan khusus kapsula ini
dapat di lihat, karena itu jarang ditemukan pada olesan yang diwarnai secara rutin. Namun
kapsula dapat di lihat pada preparat basah (suspensi pada cairan) organisme itu. Menurut
Hastuti (2008) ada 2 jenis pewarnaan bakteri yaitu :

1. Pewarnaan langsung adalah pewarnaan yang dilakukan dengan memfiksasi bakteri


yang diamati. Pada pewarnaan ini ada dua zat warna yang digunakan yaitu kristal
violet yang berfungsi untuk mewarnai sel vegetatif bakteri dan CuSO4 5H2O berfungsi
untuk mendeteksi adanya kapsula. Apabila disekeliling sel bakteri berwarna biru atau
ungu terdapat bayangan biru muda berarti sel bakteri tersebut mempunyai kapsula.
2. Pewarnaan tak langsung adalah pewarnaan yang dilakukan dengan tidak memfiksasi
terlebih dahulu terhadap koloni bakteri yang diamati. Pada pewarnaan ini digunakan
zat warna yaitu tinta cina. Apabila mikroorganisme kelihatan transparan (tembus
pandang) dan nampak jelas diantara medan yang gelap berarti sel bakteri tersebut tidak
mengandung kapsula.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari
bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena
adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan
adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Pewarna asam
dapat tejadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Dalam kondisi pH mendekati
netral dinding sel bakteri cenderung bermuatan negatif, sehingga pewarna asam yang
bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna. Pewarna asam ini
disebut pewarna negatif. Contoh pewarna asam misalnya : tinta cina, larutan Nigrosin, asam
pikrat, eosin dan lain-lain. Pewarnaan basa bisa terjadi bila senyawa pewarna bersifat positif,
sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri jadi terwarna dan terlihat. Contoh
dari pewarna basa misalnya metilin biru, kristal violet, safranin dan lain-lain (Kusnadi, 2003).

Daftar rujukan
Dwijoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: PT. Djambatan.

Kusnadi. 2003. Mikrobiologi. Bandung : JICA IMSTEP


Hastuti, Sri Utami. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang : UM

Kusnadi. 2003. Mikrobiologi. Bandung : JICA IMSTEP

Madigan, M.T., John M.Martinko, David A. Stahl, David P. Clark. 2012. Brock biology
microorganisms. 13rd edition. USA: Pearson Education, Inc.
COVER
A. Tujuan
1. Untuk menentukan ada atau tidak adanya kemampuan gerak bakteri
2. Untuk mengamati gerak bakteri
B. Dasar teori
Pergerakan bakteri berdasarkan mekanisme gerak bakteri dapat didasari oleh ada
atau tidaknya alat gerak. Dengan begitu dapat pergerakan bakteri dapat digolongkan dalam
bakteri yang bersifat motil dan bersifat non motil. Bakteri motil mempunyai alat gerak
berupa flagel, karena ukurannya yang kecil maka terkadang flagel tidak dapat dilihat
dengan mikroskop. Flagel bergerak dengan cara memutar (Dakuni, 2001).

Flagel adalah benang-benang yang terikat secara heliks. Flagel berbagai bakteri
dapat dibedakan berdasarkan tebalnya, panjangnya, maupun panjang dan amplitudo garis
putar sekrup. Filamen flagel terdiri dari protein khas, yaitu flagelin. Protein ini terdiri
subunit dengan massa moleku relatif rendah. Komponen-komponen ini tersusun secara
heliks mengelilingi ruang rongga aksial. Flagel terdiri atas tiga bagian, yaitu :filamen
flagel, sebuah cantelan flagel dekat permukaan sel dan sebuah benda basal. (Schlegel,
1994).

Pergerakan flagella membutuhkan energi dari sel. Organisme yang mempunyai


flagella peritrik pada umumnya pergerakannya lurus dan lambat, sedangkan yang
mempunyai flagel polar bergerak lebih cepat, berputar-putar dan berpindah-pindah arah.
(Fardiaz, 1992)

Bila bakteri tidak menunjukkan gerakan yang cepat dan perpindahan tempat saat
diamati. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa gerakan yang terjadi adalah gerak Brown
(gerakan yang terjadi pada bakteri akibat adanya energi kinetik). Pada gerak Brown semua
organisme bergetar dengan laju yang sama dan menjaga hubungan ruang yang tetap satu
sama lain, sedangkan bakteri yang motil terus menerus bergerak kearah tertentu (Wesley
& Wheeler, 1988).
Daftar rujukan
Fardiaz, Srikandi.1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta.PT Gramedia Pustaka Utama.

Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI (Universitas Indonesia)


Press.

Schlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press.
Volk, Swisley A & Margargareth F Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai